A. Anatomi
Sistem uropoetika adalah sistem yang terdiri atas sistem urinaria. Sistem urinaria
atau disebut juga sebagai sistem ekskretori adalah sistem organ yang memproduksi,
menyimpan, dan menghasilkan urine. Pada manusia normal organ ini terdiri dari
ginjal, ureter, vesica urinaria dan urethra. Organ-organ ini berfungsi memproduksi
urin, melalui proses filtrasi darah, dan mengumpulkan urin untuk sementara waktu.
a. Ren
Suplai darah ke ginajal diperankan oleh arteri dan vena renalis. Asteri
renalis merupakan percabangan langsung dari aorta abdominalis dan vena renalis
yang bermuara langsung kedalam vena cava inferior. Vena dan arteri renalis
keduanya membentuk pedikel ginjal. Arteri memasuki ginjal dan vena keluar dari
ginjal di dalam area yang disebut hilus renalis. Pada sisi kanan, vena terletak di
sebelah anterior dari arteri renalis. Pada sisi kiri, vena renalis lebih panjang
daripada arteri. Di belakang dari kedua pedikel ini terdapat pelvis renalis.
Pada sisi kiri, terdapat rangkaian sistem vena yang berbeda dengan
sebelah kanan, yakni vena yang merawat gonad (vena spermatika pada laki-laki
atau ovarika pada perempuan), langsung bermuara pada vena renalis kiri. Lain
halnya dengan sisi kanan, vena tersebut bermuara secara oblik langsung ke vena
kava inferior, di bawah percabangan vena renalis dengan vena kava .
- Innervasi ren
b. Ureter
Ureter menyilang arteri iliaca comunis atau pangkal arteri iliaca externa,
berjalan di sebelah ventro-caudal arteri iliaca interna, lalu menyilang arteri
umbilicalis serta vasa obturatoria dan nervus obturatorius di sebelah medialnya.
Selanjutnya berjalan sepanjang dinding lateral pelvis, lalu membelok ke medial
menuju ke dinding dorsal vesica urinaria.
Pada wanita ureter pars pelvica berada pada tepi posterior ovarium, lalu
berjalan di dalam ligamentum sacro-uterinum, selanjutnya berada di dalam
ligamentum carvicale laterale, di sebelah caudal pars inferior ligamentum latum
(=broad ligament). Dekat pada cervix uteri ureter membelok ke medial, berada di
dalam ligamenum vesicale laterale, berjalan di sebelah ventral ligamentum
vaginale laterale menuju ke vesica urinaria. Ureter sinister terletak lebih dekat
pada vagina daripada ureter dexter. Kedua ureter bermuara kedalam vesica
urinaria dengan jarak 5 cm satu sama lain. Berjalan oblique sepanjang 2 cm di
dalam dinding vesica urinaria sebelum bermuara ke dalam vesica urinaria. Muara
tersbut berbentuk lubang yang pipih, disebut ostium ureteris, yang pada vesica
urinaria yang kosong berjarak 2,5 cm satu sama lain, sedangkan vesica urinaria
yang terisi penuh jarak antara kedua muara tersebut adalah 5 cm. ureter
menyempit di tiga tempat masing-masing pada tempat peralohan pelvis renalis
menjadi ureter, ketika menyilang antara iliaca communis dan ketiaka ke dalam
vesica urinaria. Dinding ureter terdiri atas (1) mukosa yang dilapisi oleh sel
transisional, (2) otot polos sirkuler dan (3) otot polos longitudinal. Kontraksi dan
relaksasi kedua otot itulah yang memungkinkan terjadinya gerakan peristaltic
ureter guna mengalirkan urin ke dalam vesica urinaria. Jika karena sesuatu sebab
terdapat sumbatan pada lumen ureter sehingga menyumbat aliran urine, otot polos
ureter akan berkontraksi secara berlebihan, yang bertujuan untuk
mendorong/mengeluarkan sumbatan itu dari saluran kemih. Kontraksi itu
dirasakan sebagai nyeri kolik yang datang secara berkala, sesuai dengan irama
peristaltic.
- Vascularisasi
Arteri yang member suplai darah kepada ureter sangat bervariasi, dan
bersumber pada arteri renalis, aorta abdominalis, arteri ovarica (arteri testicularis),
arteri iliaca interna, arteri uterina, dan arteri vesicalis. Arteri-arteri tersebut
memebentuk anastomose yang selalu ada adalah percabangan-percabangan dari
artria vesicalis inferior, yang selain member vascularisasi kepada ureter pars
inferior, juga kepada trigonum vesicae lieutaudi. Pembuluh vena berjalan
bersama-sama dengan arteri.
- Innervasi
Ureter mendapatkan persarafan otonomik simpatetik dan para simpatetik
Peran persarafan otonomik belum jelas, dan tidak berperan pada peristaltic
ureter meskipun ada kemungkinan memodulasi gerakan tersebut. Gelombang
peristaltic berasal dari pacemarker yang berada di dalam intrinsic sel otot polos
yang terletak di kalixs minor sampai pelvikalises.
c. Vesica urinaria
d. Urethra
Merupakan suatu saluran fibromuscular yang dilalui oleh urine keluar dari
vesica urinaria. Saluran ini menutup apabila kosong. Pada pria urethra juga dilalui
oleh semen (spermatozoa). Ada beberapa perbedaan antar urethra feminine dan
urethra masculina.
URETHRA FEMININA
- Vascularisasi
Pars craniais mendapat suplai darah dari arteria vasicalis inferior. Pars
medialis mendapat suplai darah dari cabang-cabang arteria vesicalis inferior dan
arteria uterina. Sedangkan pars caudalis mendapat vascularisasi dari cabnag-
cabang arteria pudenda interna. Aliran darah venous dibawah menuju ke plexus
venosus vesicalis dan vena pudenda interna
- Innervasi
URETHRA MASCULINA
- Vascularisasi
Urethra pars prostatica mendapat suplai darah terutama dari arteri vesicalis
inferior dan arteri rectalis meida. Urethra pars membranacea diberi suplai darah
dari arteri bulbi penis. Urethra pars spongiosa mendapat suplai darah dari arteria
urethralis dan cabnag-cabang arteri dorsalis penis dan arteri profunda penis.
Aliran darah venous menuju ke plexus venosus prostaticus dan vena pudenda
interna.
- Innervasi
Urethra pars prostatica menerima innervasi dari plexus nervosus prostaticus.
Urethra pars membranacea dipersarafi oleh nervus cavernosus penis, dan pars
spongiosa diinervasi oleh cabang-cabang dari plexus pudendus. Urethra
feminiana pars carnialis dipersarafi oleh plexus nervosus vesicalis dan plexus
nervosus uterovaginalis, pars caudalis dipersarafi oleh nervus pudendus.
Jumlah intake cairan yang kurang : semakin sedikit jumlah cairan yang masuk maka
semakin sedikit pula volume cairan yang akan difiltrasi atau terjadi penurunan GFR.
Peningkatan suhu dan aktifitas berlebih : pada keadaan dengan suhu tinggi, tubuh akan
mengkompensasi atau mengatasi suhu tubuh yang panas dengan cara mengeluarkan
cairan melalui keringat, sehingga volume cairan yang menuju ginjal juga berkurang dan
terjadi penurunan GFR.
Penurunan aliran darah ke urin
Hipovolemi (perdarahan, dehidrasi, diare, muntah)
Hipovolemi
Penurunan GFR
Oligouria
Obstruksi
Aliran darah ke
glomerulus menurun
Penurunan GFR
Oligouria
Peningkatan ADH
merangsang osmoreceptor di
Hipotalamus anterior
Oligouria
Akibat Obat
Kortikosteroid
Oliguria
Menurunnya NaCl
Rangsangan renin (vasokontriktor anterior)
Respon ginjal terhadap hipoperfusi umumnya berakhir dalam 2 keadaan, yaitu azotemia
prerenal atau gangguan iskemik.Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa pada azotemia
prerenal,hipoperfusi akan menggangu fungsi ginjal saja dan dapat kembali normal (reversible)
bila hipoperfusinya diatasi. Apabila hipoperfusi bertambah berat atau berkelanjutan, maka akan
terjadi kerusakan pada sel-sel tubulus disertai gangguan fungsi ginjal. Kerusakan yang terjadi
ditandai dengan ditemukannya sel-sel epitel tubulus yang mati(nekrosis) dan apoptosis.
Gangguan iskemik reperfusi tersebut ternyata tidak saja terjadi pada epitel tubulus,tetapi juga
pada endotel pembuluh darah serta terjadi pula aktivasi dari sel-sel inflamasi serta mediator –
mediator humoral.
Pathogenesis TNA iskemik terjadi dalam beberapa tahapan.Tahap awaladalah tahap pre
renal, diikuti dengan keadaan yang lebih menonjol akibat hipotensi berkepanjangan serta iskemik
ginjal, yang disebut tahap inisiasi(initiation). Tahap inisiasi ditandai oleh kerusakan sel-sel epitel
dan endotel, yang selaanjutnya akan diikuti oleh tahap ekstensi (extensional). Pada tahap
eksstensi ini bukan hanya terjadi gangguan iskemia saja, tetapi juga kerusakan endotel
mikrovaskuler dan aktivasi jalur-jalur inflamasi.Kemudian tahap ekstensi akan diikuti oleh
“tahappemeliharaan” (maintenance) yang ditandai adanya perbaikan dan diferensiasi ulang
(redifferentiation) dari sel-sel epitel dan endotel sehingga terjadi perbaikan fungsi ginjal atau
“faseperbaikan” (recovery).
Perubahan histopatologis yang terjadi pada TNA setelah terjadinya iskemik ditingkat sel
adalah sebagai berikut : Pada tahap pertama terjadi pergangan dan hilangnya “brush border”
tubulus proksimal disertai penuaan polaritas sel. Bila gangguan ginjal diperbaiki padatahap ini
akan terjadi penyembuhan sempurna, namun bila tidak maka akan berlanjut pada tahap ekstensi.
Padatahapiniterjadiaptosisdannekrosissel, deskuamasi yang
mengakibatkansumbatanluminardanresponinflamasi.Kehilangansel-
seltubulussecaratidakmeratatersebutdisertaipenggundulandari membrane basalis,
dilatasidaritubulusproksimal, dandiikutiolehpembentukan “cast” dariserpihan-serpihansel yang
rusakdanakhirnyaakandiikutikembaliolehregenerasidariselpadasaattahapperbaikan (recovery).
Siti setiati,dkk. 2014. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta : Interna Publishing
selain itu
7. Tentukan DD dan DS
DD
1. DEFINISI CHRONIC KIDNEY DISEASE
Chronic kidney diseas atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi
ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel. Dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) ( KMB, Vol 2
hal 1448).
a. EPIDEMIOLOGI
b. ETIOLOGI
Penyebab penyakit ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat
dibagi dalam 2 kelompok :
b. PATOMEKANISME
Penurunan fungsi ginjal yang progresif tetap berlangsung terus meskipun penyakit primernya
telah diatasi atau telah terkontrol.Hal ini menunjukkan adanya mekanisme adaptasi sekunder
yang sangat berperan pada kerusakan yang sedang berlangsung pada penyakit ginjal kronik.
Bukti lain yang menguatkan adanya mekanisme tersebut adalah adanya gambaran histologik
ginjal yang sama pada penyakit ginjal kronik yang disebabkan oleh penyakit primer apapun.
Perubahan dan adaptasi nefron yang tersisa setelah kerusakan ginjal yang awal akan
menyebabkan pembentukan jaringan ikat dan kerusakan nefron yang lebih lanjut. Demikian
seterusnya keadaan ini berlanjut menyerupai suatu siklus yang berakhir dengan gagal ginjal
terminal. Secara skematis penurunan fungsi ginjal bisa menyebabkan beberapa keadaan berikut
c. KRITERIA DIAGNNOSTIK
d. MANIFESTASI KLINIS
a. Kelainan hemopoeisis
Anemia normokrom normositer dan normositer (MCV 78-94 CU), sering ditemukan pada
pasien gagal ginjal kronik.Anemia yang terjadi sangat bervariasi bila ureum darah lebih dari
100 mg% atau bersihan kreatinin kurang dari 25 ml per menit.
Batu saluran kemih adalah penyakit dimana didapatkan batu di dalam saluran kemih.
Batu tersebut dibentuk dalam pelvik ginjal, menetap dan menjadi lebih besar, atau bergerak turun
sepanjang ureter ke dalam kandung kemih atau dapat terbentuk di dalam kandung kemih itu
sendiri. Selain itu, batu dapat juga dibentuk dalam uretra.21
a. Penyebab3,23
Penyebab BSK masih belum diketahui dengan pasti. Pembentukan BSK merupakan hasil
interaksi beberapa proses yang kompleks, merupakan komplikasi atau salah satu manifestasi dari
berbagai penyakit atau kelainan yang mendasarinya.
1. Teori Supersaturasi/Kristalisasi
Urin mempunyai kemampuan melarutkan lebih banyak zat yang terlarut bila dibandingkan
dengan air biasa. Dengan adanya molekul-molekul zat organic seperti urea, asam urat, sitrat dan
mukoprotein, juga akan mempengaruhi kelarutan zat-zat lain. Bila konsentrasi zat-zat yang
relatif tidak larut dalam urin (kalsium, oksalat, fosfat dan sebagainya) makin meningkat, maka
akan terbentuk kristalisasi zat-zat tersebut. Batasan pH urin normal antara 4,5-8. Bila air kemih
menjadi asam (pH turun) dalam jangka lama maka beberapa zat seperti asam urat akan
mengkristal. Sebaliknya bila air kemih menjadi basa (pH naik) maka beberapa zat seperti
kalsium fosfat akan mengkristal. Dengan demikian, pembentukan batu pada saluran kemih
terjadi bila keadaan urin kurang dari atau 11 melebihi batas pH normal sesuai dengan jenis zat
pembentuk batu dalam saluran kemih.
Nidus atau nukleus yang terbentuk, akan menjadi inti presipitasi yang kemudian terjadi.
Zat/keadaan yang dapat bersifat sebagai nidus adalah ulserasi mukosa, gumpalan darah,
tumpukan sel epitel, bahkan juga bakteri, jaringan nekrotik iskemi yang berasal dari neoplasma
atau infeksi dan benda asing.
4. Teori Epitaksi
Epitaksi adalah peristiwa pengendapan suatu kristal di atas permukaan Kristal lain. Bila pada
penderita ini, oleh suatu sebab terjadi peningkatan masukan kalsium dan oksalat, maka akan
terbentuk kristal kalsium oksalat. Kristal ini kemudian akan menempel di permukaan kristal
asam urat yang telah terbentuk
sebelumnya, sehingga tidak jarang ditemukan batu saluran kemih yang intinya terjadi atas asam
urat yang dilapisi oleh kalsium oksalat di bagian luarnya.
5. Teori Kombinasi
Teori terakhir mengenai pembentukan BSK adalah gabungan dari berbagai teori tersebut yang
disebut dengan teori kombinasi. Terbentuknya BSK dalam teori kombinasi adalah sebagai
berikut : Pertama, fungsi ginjal harus cukup baik untuk mengekskresi zat yang dapat membentuk
kristal secara berlebihan. Kedua, ginjal harus dapat menghasilkan urin dengan pH yang sesuai
untuk kristalisasi. Dari kedua hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ginjal harus mampu
melakukan ekskresi suatu zat secara berlebihan dengan pH urin yang sesuai sehingga terjadi
presipitasi zat-zat tersebut. Ketiga, urin harus tidak mengandungsebagian atau seluruh inhibitor
kristalisasi. Keempat, kristal yang telah terbentukharus berada cukup lama dalam urin, untuk
dapat saling beragregasi membentuknukleus, yang selanjutnya akan mengganggu aliran urin.
Statis urin yang terjadikemudian, memegang peranan penting dalam pembentukan batu saluran
kemih, sehingga nukleus yang telah terbentuk dapat tumbuh.
b. Klasifikasi BSK
1. Batu Kalsium
Batu jenis ini adalah jenis batu yang paling banyak ditemukan, yaitu 70-80%dari jumlah pasien
BSK. Ditemukan lebih banyak pada laki-laki, rasio pasien laki laki dibanding wanita adalah 3:1,
dan paling sering ditemui pada usia 20-50 tahun. Kandungan batu ini terdiri atas kalsium oksalat,
kalsium fosfat atau campuran dari keduanya.3 Kelebihan kalsium dalam darah secara normal
akan dikeluarkan oleh ginjal melalui urin. Penyebab tingginya kalsium dalam urin antara lain
peningkatan penyerapan kalsium oleh usus, gangguan kemampuan penyerapan kalsium oleh
ginjal dan peningkatan penyerapan kalsium tulang.24
2. Batu Infeksi/Struvit
Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya
infeksi saluran kemih.3 Adanya infeksi saluran kemih dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan bahan kimia dalam urin. Bakteri dalam saluran kemih mengeluarkan bahan yang
dapat menetralisir asam dalam urin sehingga bakteri berkembang biak lebih cepat dan mengubah
urin menjadi bersuasanabasa. Suasana basa memudahkan garam-garam magnesium, ammonium,
fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium ammonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.
Terdapat pada sekitar 10-15% dari jumlah pasien BSK. Lebih banyak pada wanita, dengan rasio
laki-laki dibanding wanita yaitu 1:5. Batu struvit biasanya menjadi batu yang besar dengan
bentuk seperti tanduk (staghorn).24
Ditemukan 5-10% pada penderita BSK. Rasio laki-laki dibanding wanita adalah 3:1. Sebagian
dari pasien jenis batu ini menderita Gout, yaitu suatu kumpulan penyakit yang berhubungan
dengan meningginya atau menumpuknya asam urat. Pada penyakit jenis batu ini gejala sudah
dapat timbul dini karena endapan/kristal asam urat (sludge) dapat menyebabkan keluhan berupa
nyeri hebat (colic), karena endapan tersebut menyumbat saluran kencing. Batu asam urat
bentuknya halus dan bulat sehingga sering kali keluar spontan. Batu asam urat tidak tampak pada
foto polos.3,24
4. Batu Sistin
Jarang ditemukan, terdapat pada sekitar 1-3% pasien BSK. Penyakit batu jenis ini adalah suatu
penyakit yang diturunkan. Batu ini berwarna kuning jeruk dan berkilau. Rasio laki-laki
dibanding wanita adalah 1:1. Batu lain yang juga jarang yaitu Batu Silica dan Batu Xanthine.24
C. Epidemiologi BSK
Setiap tahunnya penduduk Amerika Serikat menderita BSK sekitar 250.000 sampai
750.000.11Penyakit BSK umumnya lebih sering ditemukan pada pria daripada wanita, biasanya
di atas usia 30 tahun sampai 50 tahun.24 Penelitian Tarihoran YM pada tahun 2001-2002 di
RSUP. H. Adam Malik Medan terdapat 105 pasien BSK dengan kelompok umur terbanyak 30-
50 tahun yaitu sebesar 46,6% dan jenis kelamin pria lebih banyak daripada wanita dengan
proporsi 64,8%.13 Berdasarkan hasil penelitian Rao di India (2006), ditemukan insidens BSK
pada perempuan lebih rendah (26,6%) daripada laki-laki (73,4%).7 Penelitian yang dilakukan
oleh Hardjoeno dkk pada tahun 2002-2004 di RS dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
melaporkan sebanyak 199 pasien penderita BSK dengan rasio perbandingan pria dan wanita
adalah 3-4:1, dan ditemukan jumlah kasus terbanyak pada umur 31-45 tahun yaitu sebesar
35,7%.11
a. Usia
b. Jenis kelamin
Jumlah penderita laki-laki lebih banyak tiga kali dibandingkan dengan perempuan. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan struktur anatomi saluran kemih antara laki-laki dan perempuan serta
faktor hormone estrogen yang mencegah terjadinya agregasi garam kalsium.3
c. Pekerjaan
Pekerja-pekerja keras yang banyak bergerak, misalnya buruh dan petani akan mengurangi
terjadinya BSK bila dibandingkan dengan pekerja-pekerja yang lebih banyak duduk.3,24
d. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi terbentuknya batu,
sedangkan bila kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urin akan meningkat
dan akan mempermudah pembentukan batu. Kejenuhan air yang diminum sesuai dengan kadar
mineralnya terutama kalsium diperkirakan mempengaruhi terbentuknya BSK.25,26
e. Makanan
Konsumsi makanan tinggi protein yang berlebihan dan garam akan meningkatkan pembentukan
BSK. Diet banyak purin (kerang-kerangan, anggur), oksalat (teh, kopi, cokelat, minuman soda,
bayam), kalsium (daging, susu, kaldu, ikan asin dan jeroan) mempermudah terjadinya penyakit
BSK. Makan-makanan yang banyak mengandung serat dan protein nabati mengurangi risiko
BSK dan makanan yang mengandung lemak dan protein hewani akan meningkatkan risiko
BSK.3,26
f. Riwayat Keluarga/keturunan
Riwayat anggota keluarga sebelumnya yang pernah menderita BSK akan memberikan resiko
lebih besar timbulnya gangguan/penyakit BSK pada anggota keluarga lainnya. Lebih kurang 30-
40% penderita kalsium oksalat mempunyai riwayat keluarga yang positif menderita BSK.
Namun sampai saat ini bagaimana peranan faktor keturunan dalam terjadinya BSK masih belum
diketahui dengan jelas.25,26
Individu yang menetap di daerah beriklim panas dengan paparan sinar ultraviolet tinggi akan
cenderung mengalami dehidrasi serta peningkatan produksi vitamin D (memicu peningkatan
ekskresi kalsium dan oksalat), sehingga insiden BSK akan meningkat. Tempat yang bersuhu
panas misalnya di daerah tropis, di kamar mesin, menyebabkan banyak mengeluarkan keringat,
akan mengurangi produksi urin dan mempermudah pembentukan BSK.3,26
i. Geografi
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian BSK yang lebih tinggi daripada daerah lain
sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).3
Batu dalam saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter), biasanya akan menyebabkan keluhan
sakit. Keluhan yang timbul tergantung dari lokasi batu, danbesar batu.3 Gejala klinis/keluhan
yang ditimbulkan antara lain demam, nausea (mual), vomiting (muntah) dan sakit atau nyeri
disekitar pinggang, nyeri sewaktu buang air kecil (BAK) bahkan susah BAK, BAK berdarah
(hematuria), BAK berpasir (kristaluria) dan pembengkakkan daerah punggung bawah.
1. Rasa Nyeri
Biasanya penderita mengeluhkan rasa nyeri yang berulang (kolik) tergantung dari letak batu.
Batu yang berada di ginjal akan menimbulkan dua macam nyeri, yaitu nyeri kolik ginjal dan
nyeri ginjal bukan kolik. Kolik ginjal biasanya disebabkan oleh peregangan urinary collecting
system (system pelviokalises), sedangkan nyeri ginjal bukan kolik disebabkan distensi dari
kapsul ginjal. Batu ureter akan memberi gejala kolik ureter, nyeri hebat di daerah punggung atau
fosa iliaka yang letaknya lebih rendah daripada kolik ginjal, dapat menyebar ke atas ke daerah
ginjal atau ke bawah sampai ke testis atau labia mayor.23,26
2. Demam
Timbulnya demam merupakan tanda-tanda adanya kuman yang beredar di dalam darah.
Biasanya gejala yang timbul selain demam adalah jantung berdebar debar, tekanan darah rendah
dan pelebaran pembuluh darah di kulit. Demam akibat obstruksi saluran kemih memerlukan
dekompresi secepatnya.26,27
Obstruksi saluran kemih bagian atas sering menimbulkan mual dan muntah.26
Penyumbatan saluran kemih bagian atas yang akut ditandai dengan rasa sakit punggung bagian
bawah. Pada sumbatan yang berlangsung lama, kadang-kadang dapat diraba adanya
pembengkakkan ginjal yang membesar (Hidronefrosis).28
6. Infeksi
Biasanya dengan gejala-gejala menggigil, demam, nyeri pinggang, nausea serta muntah dan
disuria. Secara umum infeksi pada batu struvit (batu infeksi) berhubungan dengan infeksi dari
Proteus sp, Pseudomonas sp, Klebsiella sp.26
Sumber: 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Saluran Kemih Sistem ...
DS
Definisi : ditandai oleh naiknya kreatinin serum dengan cepat, biasanya disertai
penurunan output urin. Penyebabnya bisa dibagi menjadi prerenal, renal, dan postrenal.
Prevalensi: gagal ginjal akut dapat disebabkan oleh perfusi ginjal yang tidak adekuat
(prerenal), penyakit ginjal intrinsik (renal), dan obstruksi saluran kemih (pascarenal).
Keadaan prerenal mencakup 50-65% kasus, pascarenal 15%, dan renal sekitar 20-35%
sisanya. Pada negara berkembang, komplikasi obstetrik dan infeksi seperti malaria
merupakan penyebab yang penting. Angka mortalitas keseluruhan sekitar 30-70%,
tergantung usia dan adanya gagal organ atau penyakit lain. Dari pasien yang bertahan,
60% memiliki fungsi ginjal normal, namun 15-30% memiliki gangguan ginjal dan sekitar
5-10% mengalami penyakit ginjal stadium akhir.
Etiologi:
a. Prerenal:
1. Sepsis- merupakan penyebab tersering, biasanya merupakan komplikasi dari
pembedahan atau pneumonia
2. Hipovolemia dengan sebab apapun (misalnya perdarahan, luka bakar, diare
berat, atau muntah)
3. Syok kardiogenik
4. Hipotensi akibat obat (misalnya setelah overdosis obat ACE inibitor)
ACE inhibitor bisa menurunkan perfusi glomerulus cukup banyak sampai
menyebabkan gagal ginjal jika diberikan pada keadaan stenosis arteri renalis
bilateral.
5. Komplikasi dari penyakit hati lanjut
b. Renal:
1. Glomerulonefritis
2. Obat-obat nefrotoksik (misalnya aminoglikosid, siklosporin A, amtoferisin B)
3. Keracunan (misalnya logam berat)
4. Miogoblinuria- setelah rhabdomyolisis mioglobin bisa menyebabkan toksitas
pada tubulus, kreatin kinase sangat meningkat.
5. Nekrosis tubulus (atau korteks) akut yang menjadi komplikasi prerenal
6. Nefritis interstitialis akut( biasanya reaksi hipersensitivitas obat yang
merespon terhadap penghentian obat dan pemberian kortikosteorid jangka
pendek. Eosinofil bisa terdapat dalam infiltrat interstitial sel yang terutama
terdiri atas sel-sel mononuklear
7. Obstruksi intrarenal (misalnya kristal urat atau oksalat, presipitat kalsium,
kepingan tubulus dalam mieloma).
c. Postrenal
1. Hipertropi prostat
2. Batu ginjal dan ureter
3. Tumor pelvis ginjal, ureter, atau kandung kemih
4. Bekuan darah
5. Papila yang tanggal
6. Tekanan eksternal akibat fibrosis atau tumor retroperitoneal
7. Kecelakaan pembedahan (misalnya terkena ureter saat melakukan
histerektomi.
Patofisiologi:
Walaupun aliran darah (20% curah jantung) ke ginjal cukup tinggi , ginjal
khususnya rentan terhadap iskemia. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
kerusakan sel ginjal iskemik atau akibat toksin salah satunya kekurangan adenosin
trifosfat selular (akibat hipoksia dan kerusakan mitokondria), dan pembentukan
radikal bebas.
Medula mendapat kurang dari 10% aliran darah ginjal, dan memiliki risiko
cedera terbesar. Rspon umum terhadap kerusakan berat adalah nekrosis tubular
akut. Nekrosis sel-sel epitel tubulus paling menonjol pada tubulus proksimal dan
saluran asenden tebal pada ansa henle. Lumen tubulus bisa mengalami obstruksi
oleh sel-sel debris dan kepingan-kepingan. Regenerasi sel-sel tubulus hingga
pulih bisa makan waktu berminggu-minggu. Iskemia lama yang berat bisa
menyebabkan nekrosis korteks akut di mana hanya ada sedikit kemungkinan
pemulihan.
PENILAIAN KLINIS
Gejala GGA prarenal antara lain adalah rasa haus dan pusing berputar
ortostatik. Tanda-tanda fisik hipotensi ortostatik, takikardia, penurunan tekanan
vena jugularis, penurunan turgor kulit, dan membran mukosa yang kering
mengisyaratkan GGA prarenal. Pemeriksaan klinis yang cermat mungkin dapat
menemukan stigmata penyakit kronik dan hipertensi porta, gagal jantung
stadium lanjut, sepsis atau kausa lain penurunan volume darah arteri “efektif”
(tabel 10-1). Rekam medis perlu ditinjau untuk mendokumentasikan penurunan
progresif curah urin dan berat badan serta pemberian obat diuretik, OAINS,
inhibitor ACE, atau ARB.
Hipovolemia, syok septik, dan bedah mayor adalah faktor risiko penting
untuk NTA iskemik. Risiko NTA iskemik meningkatkan lebih jauh jika GGA
menetap meskipun hemodinamika sistemik telah normal. Untuk menegakkan
diagnosis NTA nefrotoksis diperlukan tinjauan cermat data klinis dan rekam
medis untuk mencari bukti adanya pajanan terhadap obat nefrotoksik, bahan
radiokontras, atau toksin endogen. Meskipun NTA iskemik dan nefrotoksik
merupakan >90% kasus GGA intrinsik, namun penyakit parenkim ginjal lainnya
perlu dipertimbangkan (tabel 10-2). Demam, artralgia, dan ruam eritematosa
yang gatal setelah terpajan suatu obat baru mengisyaratkan nefritis interstisial
alergik meskipun gambaran sistemik hipersentivitas sering tidak ada. Nyeri
pinggang mungkin merupakan gejala yang mencolok setelah oklusi arteri atau
vena renalis dan pada penyakit parenkim lain yang meregangkan kapsul ginjal
(mis. Glomerulonefritis atau pielonefritis berat). Nodus subkutis, livedo
retikularis, plak arteriol retina jingga terang, dan iskemia jari (“purple toes”),
mengisyaratkan ateroembolisasi meskipun nadi pedis teraba. GGA yang
berkaitan dengan oliguria, edema, dan hipertensi, disertai sedimen urin yang
“aktif” (sindrom nefritik), mengisyaratkan vaskulitis atau glomerulonefritis akut.
Hipertensi maligna dapat menyebabkan GGA, sering disertai cedera hipertensif
pada organ lain (mis. Edema papil, disfungsi neurologi, hipertrofi ventrikel kiri)
dan mungkin mirip dengan glomerulonefritis dalam manifestasi klinis lainnya.
GGA pascarenal mungkin bermanifestasi sebagai nyeri suprapubis dan
pinggang masing-masing akibat peregangan kandung kemih dan sistem
pengumpul urin ginjal dan kapsul. Nyeri kolik pinggang yang menyebar ke lipat
paha mengisyaratkan obstruksi ureter akut. Besar kemungkinannya terdapat
penyakit prostat jika ditemukan riwayat nokturia, frequency, dan hesitancy serta
pembesaran prostat pada pemeriksaan rektum. Neurogenic bladder perlu
dicurigai pada pasien yang mendapat obat antikolinergik atau memperlihatkan
tanda-tanda fisik disfungsi otonom. Diagnosis pasti GGA pascarenal bergantung
pada pemeriksaan radiologik yang cermat dan perbaikan cepat fungsi ginjal
setelah obstruksi dihilangkan.
Sumber:
Rubenstein D., Wayne D., Bradley J. Lecture Notes Kedokteran Klinis. 2007. Ed 6.
Jakarta:Erlangga.
O’callaghan C. The Renal system at a glance. 2007. Ed 2. Jakarta:Erlangga
ANAMNESIS
Wawancara yang perlu diungkapkan dalam anamnesis meliputi :
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
Menanyakan riwayat kesehatan klien dengan menanyakan adanya keluhan-keluhan
utama yang dirasakan dalam hal ini produksi kencing (urin) yang berkurang disertai
muntah-muntah, merasa sangat lemas dan malaise
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Menayakan tentang penyakit-penyakit yang berhubungan langsung dengan sistem
uropoetik.
4. Riwayat penggunaan obat-obatan
Tanyakan kepada pasien tentang pengobatan yang pernah pasien jalani.
5. Pola diet
Pola diet dapat menjadi nilai diagnostic serta penting dalam manajemen pasien,
terutama dengan adanya gagal ginjal. Asupan Natrium berlebihan dapat
mengakibatkan retensi terhadap terapi antihipertensi atau kejadian edema paru
berulang pada pasien dengan gagal ginjal stadium lanjut.
PEMERIKSAAN FISIK
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan fisik, yaitu :
a. Inspeksi
Inspeksi dapat dilakukan dengan melihat keadaan umum pasien dan melakukan
pemeriksaan tanda vital. Pada gagal ginjal terminal, dapat terlihat uremic frost,
terutama pada wajah. Pada beberapa pasien dengan glomerulonefritis
mesangiocapillary tipe II dapat ditemukan lipodistrofi parsial, dimana terjadi
kehilangan lemak subkutan dibagian tubuh atas, dengan distribusi normal atau
meningkat di tubuh bagian bawah. Turgor kulit juga merupakan tanda yang penting,
dimana turgor kulit yang menurun merupakan indikasi deplesi garam dan air,
sedangkan konsistensi seperti plastic menunjukkan kelebihan air.
b. Palpasi
Palpasi ginjal paling baik dilakukan dalam posisi terlentang dengan kepala sedikit
terangkat di atas bantal dan kedua lengan berada disisi tubuh. Pemeriksaan palpasi
yang teliti sangat diperlukan dalam menentukan adanya massa ginjal. Pembesaran
massa ginjal biasanya menonjol ke anterior sedangkan abses perinefrik biasanya
teraba didaerah punggung. Perkirakan ukuran dan bentuk ginjal, adakah nyeri saat
palpasi
c. Perkusi
Perkusi abdomen dapat bermanfaat jika ditemukan kesulitan untuk membedakan
antara ginjal kiri yang membesar dan splenomegali atau pada pasien dengan
hepatomegali. Perkusi juga dapat menilai adanya asites dan keparahannya. Perkusi
area sudut ginjal secara “gentle” dikenal dengan nama Murphy’s Kidney Punch.
Pasien dengan infeksi saluran kemih akan merasakan nyeri saat perkusi sudut kosto-
vertebra.
d. Auskultasi
Auskultasi dilakukan dengan meletakkan stetoskop di posterior pinggang, lateral dari
panggul, dan di anterior abdomen pada pasien hipertensi atau pasca biopsy ginjal,
apakah ada bruit. Bruit pada abdomen juga bias disertai oleh aneurisma arteria renalis
atau malformasi arteriovenus.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Ureum Kreatinin Serum
Kreatinin/laju filtrasi glomerulus pada gangguan gagal ginjal akut faal ginjal
dinilai dengan memeriksa berulang kali kadar serum kreatinin tidak dapat
mengukur secara tepat laju filtrasi glomerulus didistribusi dalam cairan tubuh dan
eksresi oleh ginjal
Kadar Cystatin C Serum
Walaupun belum diakui secara umum nilai serum cystatin C dapat menjadi
indicator GGA tahap awal yang cukup dapat dipercaya
Volume Urin
Anuria akut/oligouria merupakan indicator yang spesifik untuk GGA
Pemeriksaan Urinalisis
Meliputi :
- Makroskopik dengan menilai warna, bau, dan berat jenis
- Kimiawi meliputi pemeriksaan derajat keasaman/PH, protein dan glukosa dalam
urin
- Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel-sel, bentukan lain dari urin
Pemeriksaan Darah
Darah Rutin
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin, leukosit, laju
endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung trombosit
Elektrolit : natrium, kalium, kalsium, fosfat
Berguna untuk mengetahui predisposisi pembentukan batu saluran kemih, antara
lain kalsium, fosfat, magnesium, selain itu untuk mendeteksi adanya sindroma
paraneoplastik yang dapat terjadi pada tumor grawitz.
Kultur Urin
Pemeriksaan kultur urin diperiksa jika ada dugaan infeksi saluran kemih
Pemeriksaan Radiologi
Foto polos abdomen
Intravenous Urografi (IVU)
Intravenous urografi (IVU) disebut pula pielografi intra vena (PIV) atau holografi
adalah foto yang dapat menggambarkan keadaan sistem urinaria melalui bahan
kontras radio opak. Pencitraan ini dapat menunjukkan adanya kelainan anatomi
dan kelainan fungsi ginjal dan saluran kemih
USG
USG banyak dipakai untuk mencari kelaian-kelainan pada ginjal, buli-buli,
prostat, testis dan pemeriksaan pada kasus keganasan. Pada keganasan selain
untuk mengatahui adanya massa padat pada organ primer, juga untuk mendeteksi
kemungkinan adanya metastasis pada hepar atau kelenjar para aorta
SUMBER :
Basuki B. Purnomo. 2014. Dasar – dasar UROLOGI edisi ketiga. Malang :
SAGUNG SETO
Cris Tanto. 2014. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN edisi IV. Jakarta : Media
Aesculapius
1. Terapi Spesifik
a. GGA Prarenal
Komposisi cairan pengganti untuk mengobati GGA prarenal akibat hipovolemia
perlu disesuaikan menurut komposisi cairan yang hilang.
- Hipovolemia berat akibat perdarahan dikoreksi dengan packed red cells (PRC)
- Perdarahan ringan-sedang atau kehilangan plasma (mis. luka bakar, pankreatitis)
dikoreksi dengan salin isotonik (infus NaCl 0,9%)
- Pengeluaran cairan gastrointestinal atau urin dikoreksi dengan larutan hipotonik
(infus NaCl 0,45%)
b. GGA Intrinsik
Berbagai pendekatan untuk mengurangi cedera atau mempercepat pemulihan pada
AKI iskemik dan nefrotoksik, mencakup peptida natriuretik atrial, dopamin dosis
rendah, antagonis endotelin, loop-blocking diuretics, penyekatan saluran kalsium,
penyekat α-adrenoreseptor, analog prostaglandin, antioksidan, antibodi terhadap
molekul perekat leukosit, dan faktor pertumbuhan mirip-insulin tipe I.
GGA akibat penyakit ginjal intrinsik lainnya seperti glomerulonefritis akut atau
vaskulitis mungkin berespon terhadap pemberian obat imunosupresif (glukokortikoid,
agen alkilasi, dan/atau plasmaferesis, bergantung pada patologi primernya). Kontrol
agresif terhadap tekanan arteri sistemik sangat penting dalam membatasi cedera ginjal
pada nefrosklerosis hipertensi maligna. Hipertensi GGA akibat sleroderma mungkin
sangat peka terhadap ACE-Inhibitor.
c. GGA Pascarenal
Penanganan GGA pascarenal memerlukan kerja sama ahli nefrologi, dokter urologi,
dan dokter radiologi.
- Obstruksi uretra atau leher kandung kemih biasanya awalnya ditangani dengan
pemasangam kateter kandung kemih transuretra atau suprapubis, yang meredakan
sumbatan secara temporer sementara lesi yang menyumbat diidentifikasi dan diterapi
secara definitif.
- Obstruksi ureter pada awalnya dapat diterapi dengan kateterisasi perkutan ureter atau
pelvis ginjal yang melebar.
Komplikasi Terapi
Kelebihan cairan - Batasi garam (1-2 gr/hari) dan air (< 1 L/hari)
intravaskular - Diuretik (biasanya furosemid +/- tiazide)
Hiponatremia - Batasi cairan (< 1 L/hari)
- Hindari pemberian cairan hipotonis (termasuk
dextrosa 5%)
Hiperkalemia - Batasi intake kalium (< 40 mmol/hari)
- Hindari suplemen kalium dan diuretik hemat
kalium
- Beri resin “pottasium-binding ion exhange”
(kayazalate)
- Beri Glukosa 50% sebanyak 50cc + insulin 10
unit)
- Beri Natrium-bikarbonat (50-100 mmol)
- Beri salbutamol 10-20 mg inhaler atau 0,5-1 mg
IV
- Kalsium glukonat 10% (10 cc dalam 2-5 menit)
Asidosis metabolik - Batasi intake protein (0,8-1,0 gr/kgBB/hari)
- Beri Natrium-bikarbonat (usahakan kadar serum
bikarbonat plasma > 15mmlol/L dan pH arteri >
7,2)
Hiperfosfatemia - Batasi intake fosfat (800 mg/hari)
- Beri pengikat fosfat (kalsium asetat-karbonat,
aluminium HCl, sevalamer)
Hipokalsemia - Beri kalsium karbonat atau kalsium glukonat 10%
(10-20 cc)
Hiperuriksemia - Tidak perlu terapi bila kadar asam urat < 15 mg/dl
Terapi nutrisi pada pasien GGA harus menjadi bagian dari pengelolaan secara
keseluruhan karena dapat mempengaruhi perjalanan penyakit maupun prognosis pasien.
Tujuannya untuk mencegah protein-energi wasting (PEW), mempertahankan lean body
mass dan status nutrisi, menghindari gangguan metabolik yang lebih berat, mencegah
komplikasi, mendukung fungsi imunitas, meminimalisasi inflamasi, memperbaiki aktivitas
anti oksidan dan fungsi endotel serta mengurangi mortalitas.
Kebutuhan Nutrisi pada Penderita GGA
Energi 20-30 kkal/kgBB/hari
Karbohidrat 3-5 (maksimal 7) gr/kgBB/hari
Lemak 0,8-1,2 (maksimal 1,5) gr/kgBB/hari
Protein
Terapi konservatif 0,6-0,8 (maksimal 1,0) gr/kgBB/hari
TPG dengan CRRT 1,0-1,5 gr/kgBB/hari
TPG dengan CRRT dengan Maksimal 1,7 gr/kgBB/hari
hiperkatabolisme
Pada OSK dengan penyulit infeksi, obstruksi perlu segera diatasi untuk mecegah terjadinya
sepsis generalisata dan kerusakan ginjal progresif. Secara temporer, drainase dapat dilakukan
dengan nefrostomi, ureterostomi, atau kateterisasi ureter, uretra, atau suprapubis.
- Pasien dengan infeksi saluran kemih akut dan obstruksi harus diberi antibiotik yang sesuai
berdasarkan sensitivitas bakter in vitro dan kemampuan pemekatan obat di urin. Terapi
mungkin perlu diberikan selama 3-4 minggu.
- Infeksi kronik atau rekuren pada ginjal yang mengalami obstruksi dengan fungsi intrinsik
yang buruk mungkin mengharuskan dilakukan nefrektomi.
Jika tidak terdapat infeksi, pasien biasanya tidak perlu segera dibedah. Letak obstruksi
harus segera dipastikan.
Penatalaksanaan obstruksi secara elektif biasanya dilakukan pada pasien dengan retensi
urin, infeksi saluran kemih berulang, nyeri menetap, atau penurunan fungsi ginjal progresif.
Hipertrofi prostat jinak (BPH) dapat diterapi secara medis dengan penghambat α-adrenergik
dan inhibitor 5α-reduktase. Pada kasus limfoma retroperitoneum, obstruksi mekanis dapat
dibebaskan dengan terapi radiasi. Obstruksi fungsional akibat neurogenic bladder dapat
dikurangi dengan kombinasi sering berkemih dan kolinergik.
Sumber :
Jameson, J. Larry dan Joseph Loscalzo. 2016. Harrison – Nefrologi dan Gangguan Asam-Basa.
Jakarta : EGC
Setiati, Siti, dkk. 2015. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Ed VI. Jakarta : InternaPublishing
Soemasto, Atiek S, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid II. Ed IV. Jakarta : Media
Aesculapius.
PROGNOSIS
Bergantung pada penyebabnya. Pasien dengan GnGA sebagai bagian dari gagal sistem
organ multiple mempunyai tingkat mortalitas jauh lebih tinggi. GnGA yang di sebabkan oleh
nefrotoksis dan hipoksia/iskemia bersifat reversible dimana fungsi ginjal dapat kembali normal.
KOMPLIKASI
- Edema paru
- Hiperkalemia
Sumber = jurnal usu gangguan ginjal akut