Anda di halaman 1dari 28

Laporan PBL Sistem Urinaria

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem urinaria merupakan salah satu mekanisme penting manusia. Ginjal
sebagai organ utama selain berfungsi untuk mensekresikan sisa metabolisme, juga
berfungsi sebagai pengatur asam-basa tubuh, penghasil hormon dan detoksifikasi.1
Selain ginjal juga ada organ lain yang ikut membangun sistem urinaria. Kerusakan
pada sistem tersebut dapat menyebabkan penyakit fatal bahkan dapat menyebabkan
kematian. Menurut data dari Departemen Kesehatan RI, angka kematian yang
disebabkan kerusakan ginjal terus bertambah setiap tahunnya.2
PBL (Program Base Learning) dibuat agar mahasiswa dapat belajar dengan
mempelajari kasus – kasus sehingga mahasiswa dapat lebih memahami mekanisme
sistem urinaria tersebut. Laporan ini dibuat sebagai hasil dari pembelajaran saya
terhadap sistem urinaria

B. TUJUAN
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas mandiri 1
PBL (Program Base Learning) dan sebagai hasil pembelajaran mandiri mengenai
sistem urinaria yaitu struktur makroskopik dan mikroskopik orga-organ pembentuk
sistem urinaria, mekanisme pembentukan urin serta beberapa pemeriksaan yang
dapat dilakukan untuk membantu diagnosis pada penyakit sistem urinaria.

1
Laporan PBL Sistem Urinaria

BAB II
ISI

A. STRUKTUR MAKROSKOPIK SISTEM URINARIA


1. GINJAL ( Ren )
Manusia memiliki dua buah Ginjal berfungsi mensekresi sebagian besar
produk sisa metabolisme. Ginjal mempunyai peran penting mengatur
keseimbangan air dan elektrolit didalam tubuh dan mempertahankan
keseimbangan asam basa darah. Produk sisa meninggalkan ginjal sebagai urine
yang mengalir ke bawah didalam Ureter menuju Vesica Urinaria (kandung
kemih) yang terletak didalam pelvis. Urine keluar dari tubuh melalui Urethrae.
Ginjal berwarna coklat kemerahan dan terletak dibelakang peritoneum (retro
peritoneal), tinggi pada dinding posterior abdomen disamping kanan dan kiri
kolumna vertebralis dan sebagian besar tertutup oleh arcus costalis.3
Ginjal dekstra sedikit lebih tinggi dibanding dengan ginjal sinistra ,
karena adanya lobus hepatis dextra yang besar. Bila diaphragma berkontraksi
pada waktu respirasi , kedua ginjal turun ke arahvertical sampai sejauh 1 inci (2,5
cm).1,3 Pada kedua margo medial ginjal yang cekung , dan terdapat selubung
(pembungkus) yang melapisi nya, terdiri dari :
 Capsula fibrosa : meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan
luar ginjal.
 Capsula adipose : meliputi capsula fibrosa dan terdiri atas jaringan
lemak, membungkus ginjal dan memfiksasi ginjal ke
dinding posterior abdomen.
 Fascia renalis : merupakan kondensasi jaringan ikat yang terletak diluar
capsula adipose serta meliputi ginjal dan glandula
supraginjal. Di lateral fascia ini melanjuntukan diri sebagai
fascia transversalia.
a. Bagian Ginjal
Masing-masing ginjal mempunyai cortex ginjal dibagian luar, yang
berwarna coklat gelap, dan medulla ginjal dibagian dalam berwarna coklat
lebih terang dibanding cortex. Medula ginjal terdiri atas kira-kira selusin
pyramides ginjal yang masing-masing mempunyai basis yang menghadap ke

2
Laporan PBL Sistem Urinaria

cortex ginjal, dan apex yaitu papilla ginjal yang menonjol ke medial. Bagian
cortex yang menonjol ke medulla diantara pyramides yang berdekatan
disebut columna ginjal. Bagian bergaris-garis yang membentang dari basis
pyramides ginjals sampai ke cortex disebut radii medulares.1,3
Sinus ginjali merupakan ruangan didalam hilum ginjal, berisi
pelebaran ke atas ureter, yang disebut pelvis ginjal. Pelvis ginjal terbagi
menjadi dua atau tiga calyx ginjal mayor. Yang masing-masing akan
bercabang menjadi 2-3 calyx ginjal minor. Setiap calyx minor diinvaginasi
oleh apex pyramid ginjal yang disebut papilla ginjal.3

Gambar 1. Bagian Ginjal


b. Pendarahan :
(1). Arteri
Arteri ginjal berasal dari aorta setinggi vertebrae lumbalis II.
Masing-masing arteri ginjal biasanya bercabang menjadi lima arteri
segmentalis yang masuk ke dalam hilum ginjal , empat didepan dan
satu dibelakang pelvis ginjal. Arteri ini mendarahi segmen-segmen atau
area ginjal yang berbeda. Arteri lobares berasal dari arteri segmentalis,
masing-masing satu buah untuk satu pyramid ginjal. Sebelum masuk
substansi ginjal , setiap arteria lobaris mempercabangkan dua atau tiga
arteri interlobares. Arteri interlobares berjalan menuju cortex diantara
pyramid ginjals. Pada perbatasan cortex dan medulla ginjal, areteriae
interlobares bercabang menjadi arteri arcuata yang melengkung diatas
basis pyramides ginjals. Arteri arcuata mempercabangkan sejumlah
arteri interlobulares yang berjalan ke atas didalam cortex . Arteri
afferent ginjal glomerolus merupakan cabang arteri interlobulares.3

3
Laporan PBL Sistem Urinaria

(2). Vena
Setelah melewati gromerulus, arteri afferent akan berubah
menjadi arteri efferent yang akan berkumpul menjadi V.interloburalis
yang akan meneruskan darah ke V. Arcuata – V. Interlobaris – V.
Segmentalis – V Renalis kemudian keluar dari hilum ginjal didepan
arteri ginjal dan mengalirkan darah ke Vena Cava Ielah melewati
inferior.3
(3). Aliran Limfe
Nodi aortic lateralis disekitar pangkal arteria ginjal.3
(4). Saraf
Serabut plexus ginjal. Serabut-serabut affeginjalt yang berjalan
melalui plexus ginjal masuk ke medulla spinalis melalui nervi thoracica
10,11,123
2. URETER
Kedua ureter merupakan saluran muscular yang terbentang dari ren ke
facies posterior vesica urinaria . Urine didorong sepanjang ureter oleh kontraksi
peristaltic tunica muskularis , dibantu oleh tekanan filtrasi glomeroli. Setiap
ureter mempunyai panjang sekitar 10 inci (25 cm) dan menyerupai oesophagus
(panjang oesophagus 10 inci) karena mempunyai 3 penyempitan sepanjang
perjalanannya : 1) ditempat pelvis renalis berhubungan dengan ureter, 2)
ditempat ureter melengkung pada waktu menyilang aperture pelvis superior, dan
3) ditempat ureter menembus dinding vesica urinaria.3
Pelvis renalis berbentuk corong dan merupakan ujung atas ureter yang
melebar. Pelvis renalis terletak didalam hilum renale dan menerima calices
renales majors. Ureter keluar dari hilum renale dan berjalan vertical ke bawah
dibelakang peritoneum parietal (melekat padanya ) pada musculus psoas major,
yang memisahkan ureter dari ujung processus transversus vertebrae lumbalis.
Ureter masuk ke pelvis dan menyilang bifurkatio arteria iliaca communis didepan
articulation sacroiliaca. Ureter kemudian berjalan ke bawah pada dinding lateral
pelvis menuju ke daerah spina ischiadica dan berbelok ke depan untuk masuk ke
angulus lateralis vesica urinaria. Dekat bagian terminal, ureter disilang oleh
ductus deferens . Ureter berjalan miring menembus dinding vesica urinaria
sekitar ¾ inci (1,9 cm) sebelum bermuara ke dalam vesica urinaria.3

4
Laporan PBL Sistem Urinaria

a. Pendarahan
(1). Arteri
Arteri yang mendarahi ureter adalah sebagai berikut : a) ujung
atas oleh arteri renalis, b) bagian tengah oleh arteri testicularis atau
arteri ovarica , dan c) didalam pelvis oleh arteri vesicalis superior.3
(2). Vena
Darah vena dialirkan kedalam vena yang sesuai dengan arteri.3
(3). Aliran Limfe
Nodi aortic lateralis dan nodi iliaca.3
(4). Saraf
Plexus renalis , testicularis , dan plexus hypogastrica (didalam
pelvis). Serabut-serabut aferen berjalan bersama dengan saraf simpatis
dan masuk ke dalam medulla spinalis setinggi segmen lumbalis I dan
II.3
3. VESICA URINARIA
Vesica urinaria terletak tepat dibelakang pubis didalam cavitas pelvis.
Vesica Urinaria cukup baik untuk menyimpan urine dan pada orang dewasa
kapasitas maksimumnya kurang lebih 500ml. Vesica urinaria mempunyai
dinding otot yang kuat. Bentuk dan batas-batasnya sangat bervariasi sesuai
dengan jumlah urine didalam nya. Vesica urinaria yang kosong pada orang
dewasa seluruhnya terletak didalam pelvis,bila vesica urinaria terisi, dinding
atasnya terangkat sampai masuk region hypogastricum. Pada anak kecil , vesica
urinaria yang kosong menonjol diatas aperture pelvis superior , kemudian bila
cavitas pelvis membesar, vesica urinaria terbenam didalam pelvis untuk
menempati posisi seperti pada orang dewasa.1,3
Vesica urinaria yang kosong berbentuk pyramid ,mempunyai apex,
basis, dan sebuah facies superior serta dua buah fascies inferolateralis, juga
mempunyai collum.3
Apex vesicae mengarah ke depan dan terletak dibelakang pinggir atas
symphysis pubica. Apex vesicae dihubungkan dengan umbilicus oleh lig.
Umbilicale medianum (sisa Urachus) .Basis atau facies posterior vesicae ,
menghadap ke posterior dan berbentuk segitiga . Sudut superolateral merupakan
tempat muara ureter dan sudut inferior merupakan tempat asal urethrae. Kedua
ductus deferens terletak berdampingan di facies posterior vesicae dan
5
Laporan PBL Sistem Urinaria

memisahkan vesicula seminalis yang satu dengan yang lain . Bagian atas facies
posterior vesicae diliputi oleh peritoneum , yang membentuk dinding anterior
excavation rectovesicalis. Bagian bawah facies posterior dipisahkan dari rectum
oleh ductus deferens , vesicular seminalis , dan fascia rectovesicalis.3
Facies superior vesicae diliputi peritoneum dan berbatasan dengan
lengkung ileum atau colon sigmoideum . Sepanjang pinggir lateral permukaan ini
, peritoneum melipat ke dinding lateral pelvis. Bila vesica urin terisi, bentuknya
menjadi lonjong, facies superior nya membesar dan menonjol ke atas , ke dalam
cavitas abdominalis . Peritoneum yang meliputinya terangkat pada bagian bawah
dinding anterior abdomen sehingga vesica urinaria berhubungan langsung dengan
dinding anterior abdomen.3
Facies inferolateralis dibagian depan berbatasan dengan bantalan
lemak retropubica dan pubis. Lebih ke posterior , facies tersebut berbatasan
diatas dengan musculus obturatorius internus dan dibawah dengan musculus
levator ani. Collum vesicae berada diinferior dan terletak difacies superior
prostatae. Disini ,serabut otot polos dinding vesica urinaria dilanjuntukan sebagai
serabut otot polos prostate. Collum vesica dipertahankan pada tempatnya oleh
ligamentum puboprostaticum pada laki-laki dan ligamentum pubovesicale
pada perempuan. Kedua ligament ini merupakan penebalan fascia pelvis.3
Tunica mukosa sebagian besar berlipat-lipat pada vesica urinaria yang
kosong dan lipatan-lipatan tersebut akan menghilang bila vesica ueinaria terisi
penuh. Area tunica mukosa yang meliputi permukaan dalam basis vesica urinaria
dinamakan trigonum vesicae liutaudi. Disini ,tunica mucosa selalu licin ,
walaupun dalam keadaan kosong karena membrane mukosa pada trigonum ini
melekat dengan erat pada lapisan otot yang ada dibawahnya.3
Trigonum vesica dibatasi disebelah atas oleh rigi muscular yang
berjalan dari muara ureter yang satu ke muara ureter lain dan disebut sebagai
plica interureterica . Uvula vesica merupakan tonjolan kecil yang terletak tepat
dibelakang ostium urethrae yang disebabkan oleh lobus medius prostatae yang
ada dibawahnya. Tunica muscularis vesica urinaria terdiri atas otot polos yang
tersusun dalam tiga lapisan yang saling berhubungan yang disebut sebagai
musculus detrusor vesicae . Pada collum vesicae , komponen sirkuler dari
lapisan otot ini menebal untuk membentuk musculus sphincter vesicae.3

6
Laporan PBL Sistem Urinaria

a.Gambar
Pendarahan
2. Vesica urinaria (laki-laki) Gambar 3. Vesica urinaria (wanita)
(1). Arteri
Arteri vesicalis superior dan inferior ,cabang arteri iliaca interna.3
(2). Venae
Venae membentuk plexus venosus vesicalis, dibawah berhubungan
dengan plexus venosus prostaticus dan bermuara ke vena iliaca interna.3
(3). Aliran limfe
Pembuluh limfe bermuara ke nodi iliaci interni dan externi.3
(4). Persarafan
Persarafan Vesica urinaria Berasal dari plexus hypogastrica inferior .
Serabut pascaganglionik simpatis berasal dari ganglion lumbalis
pertama dan kedua lalu berjalan kebawah turun ke vesica urinaria
melalui plexus hypogastricus. Serabut preganglionik parasimpaticus
yang muncul sebagai nervi spancnici pelvic berasal dari nervus sacrales
kedua, ketiga dan ke empat, berjalan melalui plexus hypogastrica
kebawah menuju vesica urinaria.3
4. URETRA & OSTIUM URETRAE EXTERNA
Uretra adalah saluran yang diteruskan dari vesika urinarius (ostium uretrae
interna) menuju lubang keluar (ostium uretrae exterma).1,3
Pada wanita, ureter langsung keluar dari vesika urianaria menuju ostium
uretraeexterna, terdapat perbedaan antara saluran kemih dengan saluran
reproduksi maupun saluran pencernaan. Ostium uretrae externa terdapat di
superior vestibulum vaginae, tertutup oleh labia minora.3

7
Laporan PBL Sistem Urinaria

Pada pria saluran reproduksi dan uretra akan bertemu. Cairan semen akan
masuk ke Uretra melalui tonjolan yang disebut utikulus prostatikus. Uretra pada
pria dibagi menjadi 3, yaitu uretra pars prostatika, uretra pars membranosa dan
uretra pars cavernosa/spongiosa.3

B. STRUKTUR MIKROSKOPIK SISTEM URINARIA


1. GINJAL
Berbentuk seperti kacang merah, berukuran p 10-12 cm, tebal 3,5-5 cm.
Hilus renalis terdiri atas Ureter & A/V Renalis pada korteks terdapat Medula (10 –
18 piramid), 1 lobus terdiri dari 1 medula piramid + korteks diatasnya. Sisi konkaf
merupakan hilum, saluran keluar, masuk pemb darah & saraf. Kapsula renalis tipis
terdiri dari kolagen, fibroblast. Unilokular perirenalis biasanya jaringan lemak.4
Pelvis terbagi menjadi Mangkuk besar (kaliks mayor) dan Mangkuk kecil
(kaliks minor). Sedangkan medula terbagi menjadi Zona interna dan Zona
eksterna. Terdapat berkas medula/prosessus Fereiini/medulary rays.4

Gambar 4. Mikroskopik Gromerulus Gambar 3. Medula dan Korteks

2. NEFRON
Nefron adalah unit fungsional ginjal yang terdiri dari:
a. Korpuskel malpighi
(1). Kapsula glomerulus
Terdiri dari 2 lapis epitel membran. Lapisan parietal luar
membentuk dinding korpuskel luar. Lapisan parietal dalam melapisi
kapiler, lapisan viseral terdiri dari dari podosit. Perluasan kaki-pedikel
yg membentuk celah filtrasi/filtration slits.4
(2). Glomerulus
Jumbai kapiler, darah masuk melalui arteriol afferen, darah
keluar melalui arteriol efferen (diameter lebih kecil). Kapiler

8
Laporan PBL Sistem Urinaria

mengandung pori2  fenestrata. Air, glukosa, elektrolit: Cl, PO4,


ureum, kreatinin, zat warna  bisa ada di urine/bisa menembus sawar
urine. 99% ultrafiltrat di reabsor T.K.P + ansa henle + T.K.D.4
(3). Aparatus Justagromerular4
Di atas badan malpighi tdp aparatus/ kompleks juxtaglomerulus,
terdiri dari:
 Sel-sel juxtaglomerulus  menghasilkan renin
 Sel-sel mesangial ekstraglomerular/ sel polkisen/sel lacis
mungkin menghasilkan eritropoetin
 Makula densa sbg sensor osmolaritas cairan di dlm tub distal

Kutub vaskular merupakan


masuknya arteriol afferen dan
keluarnya arteriol efferen
sedangkan kutub urinarius
merupakan mulainya tubulus
kontortus proksimal. Lamina
basal tebal bekerja sbg barir
filtrasi. Sel mesangial melekat ke
kapiler sebagai makrofag.4

Gambar 4. Gromerulus

b. Tubulus Kontortus Distal


Terdapat di Korteks. Epitel kuboid rendah, inti bulat, bersifat asidofil,
inti sel dengan jarak berjauhan, lumen tidak jelas karena terdapat brush
border.4
c. Ansa Henle
Terdapat di Medula.Tub rektus proksimal/STD  serupa
tub.kont.proks, Segmen tipis  mirip kapiler, tetapi tidak terdapat darah di
lumennya. Tub rektus distal/STA  serupa tub.kont.distal.4
d. Tubulus Kontortus Distalis
Terdapat di Korteks. epitel selapis kuboid rendah, bersifat basofil, inti
sel dengan jarak berdekatan, lumen jelas, tidak tdp brush border. Lumen
9
Laporan PBL Sistem Urinaria

lebih lebar daripada T.K.P. Makula densa menempel di T.K.D dekat


glomerulus.4
e. Duktus Kolligens
Terdapat di Berkas Medula. Diameter 40 um: ep kuboid/torak, menjadi
lebih torak pada tub pengumpul distal (sampai diameter 200 um). Sitoplasma
pucat dan batas selnya jelas.4
f. Duktus Papillaris
Duktus koligens berjalan dalam berkas medula menuju ke medula. Di
bagian medula yg ke tengah beberapa duktus koligens bersatu untuk
membentuk duktus yg besar, bermuara ke apeks papila  disebut duktus
papilaris (bellini).4
3. SAWAR GINJAL
Memisahkan darah kapiler glomerulus dari filtrat dalam rongga kapsula bowman.4
Sawar meliputi:
- Endotel kapiler bertingkap/fenestrata
- Lamina basal
- Pedikel Podosit yg dihubkan dengan membran celah
Lamina basal dianggap sbg saringan utama yang mencegah masuknya molekul
besar. Ukuran tingkat fungsional sawar ginjal < BM 70.000  lewat sawar
4. VASKULARISASI GINJAL
Peran kunci ginjal adalah untuk
membersihkan darah. Ginjal kaya
akan vaskularisasi. Seperempat darah
yg keluar dari sistem sistemik diantar
ke ginjal (1200ml/min).4
5. URETER
Epitel transisional dengan sel
membulat pada kantung yang
menyusut, sel gepeng pada kantung
yg melebar. Lamina propria jaringan
ikat dan pembuluh. Otot polos:
longitudinal (dalam), sirkular
(tengah), longitudinal (luar).4 Gambar 5. Pendarahan Ginjal

10
Laporan PBL Sistem Urinaria

6. VESIKA URINARIA4
a. T.mukosa  ep.transisional  lamina propria
b. T. muskular  long-sirk-long
c. T. adventitia  jar ikat fibroelastis
7. URETRA PRIA4
Regions: prostate, urogenital diaphragm, penis memiliki panjang: ~20 cm.
Mukosa uretra adalah epitel. Transitional sampai berlapis gepeng, sedangkan
muskularis terdiri dari Otot polos
8. URETRA WANITA4
Terdiri dari tabung yang pendek dari V. urinaria sampai orificium external,
panjangnya: ~3-4 cm

C. MEKANISME PEMBENTUKAN URIN


Pembentukan Urin pada nefon (unit fungsional Ginjal)
1. Filtrasi di Gromerolus
Darah yang dibawa Arteriola afferent menuju gromerolus akan tersaring,
dan menghasilkan filtrate yang memiliki komposisi sama seperti filtrat sebelum
difiltrasi kecuali protein. Proses penyaringan tersebut dapat terjadi karena adanya
gaya tekanan hidariostatik darah di gromerulus yang dipengaruhi oleh tekanan
darah dari Jantung. Tekanan hidariostatis gromeruli adalah 40% tekanan darah
tubuh.1
Selain tekanan hidariostatis gromeruli, tekanan onkotik juga
mempengaruhi proses penyaringan. Gaya onkotik adalah gaya osmotic yang
dihasilkan oleh protein yang tidak tersaring. Jadi gaya ini akan melawan tekanan
hidostatik gromeruli. Setelah tersaring, filtrate yang sudah tersaring juga akan
menghasilkan tekanan hidariostatis gromeruli.1
Jadi, dapat kita rumuskan
GFR = Pgro – ( Ponk + Pfil )
Dengan :
- Pgro : Tekanan hidariostatis gromeruli = 45mmHg
- Ponk : Tekanan osmotic protein = 20mmHg
- Pfil : Tekanan hidariostatis filtrate = 10mmHg
- GFR (Gromeruli Filtrat Rate) = 45 – ( 20+10 ) = 15mmHg

11
Laporan PBL Sistem Urinaria

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi GFR


(1). Tekanan darah tubuh
Karena GFR dipengaruhi oleh tekanan hidostatik gromeruli yang
berasal dari tekanan darah tubuh, maka perubahan pada tekanan darah
tubuh akan mempengaruhi tekanan hidariostatik gromeruli. Keadaan
tekanan darah tubuh manusia setiap waktunya terus berubah, berarti
tekanan hidariostatik pun akan berubah mengikuti perubahan tekanan
darah tubuh. Tetapi hal tersebut tidak terjadi karena tubuh memiliki
“Autoregulasi” yang dapat mengkompensasi perubahan tekan darah
tubuh.1
Autoregulasi dipengaruhi oleh mekanisme miogenik dan
mekanisme umpan-balik. Mekanisme miogenik adalah sifat umum dari
otot polos vaskuler. Apabila tekanan tubuh meningkat maka secara
otomatis otot polos vaskuler akan menyempit (konstriksi) sehingga
aliran yang menuju arteriol aferen akan tertahan dan tekanan stabil.Dan
sebaliknya apabila tekanan tubuh menurun makan secara otomatis otot
polos vaskuler akan melebar (dilatasi) sehingga aliran akan meningkat.1
Mekanisme umpan-balik melibatkan apparatus jukstagromerulus
dan macula densa. Apabila tekanan GFR meningkat sehingga cairan
filtat meningkat, sel sel macula densa akan memicu pengeluaran zat zat
kimia vasoaktif dari apparatus jukstagromerulus yang menyebabkan
konstriksi arteriol aferen sehingga GFR akan menurun dan kembali
seperti semula. Contoh zat kimia adalah endotelin (vasokonstriksi) dan
bradikinin (vasodilatator).1
Beberapa hormon yang ikut dalam autoregulasiadalah Angiotensin
II (vasokonstriksi), Vasopresin (vasokonstriksi) dan Prostaglandin
(vasodilatasi).1
(2). Obstruksi pada arteri, gromerulus, tubulus dan yang diakibatkan
peningkatan tekanan intertitial.1
Obstruksi arteriol afferent mengakibatkan GFR menurun karena
darah yang masuk tertahan. Obstruksi arteriol efferent mengakibatkan
GFR meningkat karena darah yang masuk tidak dapat keluar. Obstruksi
gromerulus mengakibatkan saringan tidak berjalan lancar dan GFR tidak
stabil. Obtruksi akibat jaringan interstitial yang membengkan dapat
12
Laporan PBL Sistem Urinaria

mengakibatkan tubulus terhimpit dan menyebabkan obstruksi, sehingga


GFR akan menurun karena tekanan hidariostatik akan meningkat.
Obstruksi pada tubulus dapat diakibatkan oleh adanya batu ginjal yang
menghambat jalan pada tubulus yang menurunkan GFR.1
2. Reabsorbsi
Bahan- bahan yang direabsorpsi oleh ginjal adalah komponen-komponen
yang masih dibutuhkan oleh tubuh.1
a. TUBULUS PROKSIMAL
(1) Na+ : reabsorspsi aktif, diserap sebesar 67% secara obligatoris sehingga
penyerapan tidak dapat diatur. Pada reabsorpsi Na+, air dan Cl- juga
seolah-olah mengikuti perpindahan Na+.1
(2) Air :mengikuti Na sebesar 67% diserap secara obligatorius.1
(3) Glukosa : direabsoprsi 100% karena dibutuhkan oleh tubuh dan
perpindahannya mengikuti Na+.1
(4) Urea : 50% direabsorpsi pasif karena efek yang ditimbulka oleh
menyerapan Na+.1
b. ANSA HENLE
(1) Pars Descenden : Air 15%, NaCl 0%.1
(2) Pars Ascenden : NaCl 25%, Air 0%.1
c. TUBULUS DISTAL
(1) Na+ : fakultatif tergantung dari kebutuhan tubuh dan dikendalikan oleh
hormone aldosteron dan Cl masih mengikuti secara pasif.1
(2) Air : mengikuti perpindahan Na+ secara pasif.1
d. DUKTUS KOLIGENS
(1) Air : diatur oleh ADH.1
3. Sekresi
Bahan- bahan yang disekresikan oleh ginjal adalah komponen-komponen
yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh.1
a. TUBULUS PROKSIMAL
(1) H+ : penting untuk mempertahankan keseimbangan asam-basa tubuh,
disekresikan tergantung asam-basa tubuh, dengan HCO3- 80%.1
(2) Ion organic : tidak terkontrol.1

13
Laporan PBL Sistem Urinaria

b. TUBULUS DISTAL
(1) H+ : bergantung dari keasaman asam-basa tubuh, dengan HCO3- 20%
dan HPO4-.1
(2) K+ : bervariasi dan diikuti oleh Aldosteron.1
c. DUKTUS KOLIGENS
(1) H+ : bergantung dari keasaman asam-basa tubuh, dengan NH3-.1
4. ADH (Anti Diuretic Hormone)
ADH adalah hormone yang mengatur permeabilitas sel tubuli distal dan
ductus koligens terhadap reabsorsi air dengan cara merespon kenaikan atau
penurunan osmolaritas plasma normal sebesar 285-295 mOsmol/L, sehingga
tubuh tidak mengalami diuretica.1,5
a. Mekanisme ADH
Pada keadaan dehidariasi contohnya, tubuh akan mengalami
kekurangan air sehingga plasma menjadi encer, kemudian hal ini akan
merangsang osmoreseptor di hipotalamus terangsang dan memberikan
pacuan untuk sekresi ADH, akibatnya ADH meningkat dan reabsorpsi air
meningkat dan tubuh yang kekurangan air akan terkompensasi.1,5
Pada saat tubuh mengalami kelebihan air, plasma menjadi encer,
kemudian hal ini akan merangsang osmoreseptor di hipotalamus terangsang
dan menghambat sekresi ADH, akibatnya ADH menurun dan reabsorpsi air
menurun dan tubuh yang kelebihan air akan terkompensasi.1,5
b. Faktor – factor lain yang mempengaruhi ADH
Alkohol menurunkan sekresi ADH, keadaan Pasca operasi (obat
Anestesi)meningkatkan sekresi ADH.1,5

D. PEMERIKSAAN
1. Anamnesis
Gejala yang menyebabkan sebagian terbesar pasien datang kepada dokter
adalah nyeri, gangguan fungsi, pendarahan gastrointestinalis, gejala sistemik,
tanda-tanda dekompesasi organ, obstruksi organ berongga, dan iritasi
peritoneum.6 Mulailah Anamnesis dengan salam dan pertanyaan santai sehingga
dapat menghasilkan hubungan baik dokter pasien. Perhatikan keluhan di daerah
di skitar daerah abdomen posterior sampai ke daerah suprapubik.Jangan kuoa
untuk menanyakan riwayat penyakit, dari kapan mulai sakit, sudah berapa lama,
14
Laporan PBL Sistem Urinaria

intesitas sakit, pengobatan yang sudah dilakukan sampai perkembangan dari sakit
tersebut. Anamnesis yang baik sanagat membantu prognosis sakit.6
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Yang diperhatikan : distensi, massa, dan kelainan kulit atau pembuluh
darah. Inspeksi dapat dilakukan bedasarkan kuadarian dan regio.6 Inspeksi
abdomen (supra pubicus) dilakukan pada posterior dan anterior, perhatikan
juga warna, lesi kulit bekas operasi, kolateral, caput medusae, hernia, striae,
spider nervi. 6
b. Palpasi
Di bagian belakang palpasilah panggul dengan tetiti lalu tekan ke
dalam karena ginjal terlindung dengan baik
Ada 3 macam palpasi abdomen, yaitu :
- Palpasi superficial6
- Palpasi dalam6
- Palpasi bimanual6
(1). Ballottement
Cara ini dapat memperlihatkan adanya massa atau pembesaran organ
yang tidak dapat dengan inspeksi biasa.6
c. Perkusi
Dilakukan dengan kuat pada sudut costovertebral dengan telapak tangan
anda.Pada kasus pielonefritis pasien tidak akan mengijinkan peksusi kedua.
(1). Distensi Vesia Urinaria
Distensi kandung kemih mengisi ruang suprapubis dan dapat segera
ditentukan dengan perkusi pada pasien yang berbaring Ditandai oleh
bunyi pekak pada cairan yang dikelilingi oleh bunyi timpani oleh usus
yang terisi udara.6
d. Auskultasi
Dilakukan secara acak dan sesuai garis, gerakan yang dapat terdengar adalah
normal, hipoperistaltik dan hiperperistaltik 6
3. Pemeriksaan Laboratorium (Urinalisis)
Tujuan : menentukan kelainan traktus urinarius dan organ di luar trakrus
urinarius.7,8

15
Laporan PBL Sistem Urinaria

a. Sifat Urin & Pemeriksaan Makroskopik


(1). Volume
<Normal> = 600ml – 2500 ml /24 jam & urin siang = 2 x urin malam
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk menilai keseimbangan cairan tubuh,
menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif dan membantu menegakan
diagnostik.7,8
- Oliguria = urin < 600 ml / 24 jam
- Poliuria = urin >2500 / 24 jam
(2) BJ (Berat Jenis)
<Normal> = 1.003 – 1.030 (urin sewaktu). Paling pekat adalah urin
pagi hari. 7,8
- Isostenuria = BJ urin tidak pernah berubah
- Hiperstenuria = BJ urin terus meningkat
- Gangguan BJ dapat terjadi pada gangguan faal pemekatan ginjal
(3) PH
<Normal> =4,7 – 8,0
Tergantung dari keadaan asam-basa tubuh, maka ginjal akan berusaha
mengkompensasikan dengan mengeluarkannya urin dari tubuh. Urin
yang terlalu asidosis atau terlalu alkalosis dapat mengakibatkan
pengendapan urin (batu Ginjal).Selain keadaan asam-basa tubuh PH
juga dipengaruhi adanya mikroorganisme pada urin. 7,8
(4) Warna Urin
<Normal> = kuning muda tembus cahaya.
Warna pada urin disebabkan oleh pigmen Urochrom, Urobilin dan
Hematoporfirin. 7,8
Dipengaruhi oleh substansi yang ada pada urin :
- Hb
Rusak membran sel darah pada keadaan Hemolisa Intravascular
oleh enzim G6pt dan Malaria. > Warna urin merah bening
- Met Hb
Hb sudah teroksidasi > Warna urin coklat tua kemerahan
- Darah
Sel darah belum pecah > Warna urin merah keruh
- Bilirubin
16
Laporan PBL Sistem Urinaria

Karena serosis hati pada Hepatitis > Warna urin coklat


- Obat – obat tertentu
Metilin Blue > Warna urin hijau
Rifampicin dan Pyrimidium > Warna urin merah
Cascava > Warna urin coklat
(5) Bau
Dipengaruhi oleh makanan dan obat. Tidak berbau pesing, bau
abnormal seperti bau amoniak, aseton, bau busuk dan lain lain. 7,8
(6) Kejernihan
Jernih tidak keruh, biasanya kekeruhan diakibatkan adanya bakteri dan
leukosit. 7,8
b. Pemeriksaan mikroskopik
(1) Tujuan Pemeriksaan Mikroskopik Urin
Menentukan kelainan ginjal dan salurannya dan menentukan beratnya
kelainan tersebut dengan memantau penyakit tersebut. 7,8
(2) Cara pemeriksaan
- Sediaan natif (tanpa pewarnaan) 7,8
- Dengan pewarnaan (Sternheimer Malbin, Sudan III). 7,8
(3) Unsur Sedimen Urin
- Eritrosit <Normal> = tidak ada
- Leukosit <Normal> = tidak ada
- Silinder <Normal> = tidak ada
- Epitel <Normal> = ada dengan range (++)
- Kristal <Normal> = ada dengan indikator normal/tidak normal
c. Komposisi Urin Normal & Pemeriksaan Kimia
(1) UREA
Urea adalah akhir metabolism protein. Ekresi Urea sebanding dengan
intake protein. 7,8
Meningkat pada:
- DM
- hiperaktivitas kelenjar adarienal yang menghasilkan steroid yang
memecah protein pengikat tulang > Sendi
Menurun pada :
- Penyakit hati karena protein dipecah di hati
17
Laporan PBL Sistem Urinaria

- Asidosis karena NH3 yang dipakai untuk membuat Urea digunakan


untuk mengkompensasi asidosis
(2). KREATININ
Banyak terdapat di dalam otot sebagai energy cadangan untuk
mengubah ADP ATP. 7,8
Ekresinya KONSTAN sehingga digunakan untuk menguji urin 24 jam
dan tergantung massa otot.Diperiksa untuk mengetahui kuantitatif
hormon pada Urin. 7,8
Meningkat pada :
Starvation, gangguan metabolism karbohidariat, hipertiroidi, miopati
dan infeksi.
Menurun pada :
- Hipotiroid
- Dahulu digunakan untuk menghitung jumlah Hormon Tiroid
(3). AMONIAK
Pada urin segar sangat sedikit, karena belum terbentuk NH4OH. 7,8
Menurun pada :
- Renal asidosis
- Meningkat pada: asidosis (ketosis)
(4) ASAM URAT
Hasil akhir metabolisme Purin, berasal dari pemecahan sel dan
makanan. 7,8
Mudah mengendap pada urin asidosis.
Meningkat pada leukemia, gout, penyakit hati
Pemeriksaan Arsenofosfotungstat.
(5) ASAM AMINO
Sedikit dalam urin, pada bayi baru lahir sangat banyak karena ginjal
belum berkembang dengan baik, tapi nilai tersebut akan menurun
dengan bertambahnya waktu. 7,8
<Normal> dewasa = 150 – 200 asam amino N  urin 24 jam
Meningkat pada :
Penyakit hati dan keracunan kloroform.
(6) SULFAT
Belerang dalam urin terdiri dari 3 golongan
18
Laporan PBL Sistem Urinaria

- Belerang anorganik ; hasil metabolisme belerang dan dipengaruhi


oleh makanan yang dikonsumsi. 7,8
- Belerang etereal ; belerang yang berkonjungasi dengan senyawa
organic dan dipengaruhi oleh detoksifikasi. 7,8
- Belerang netral ; tidak teroksidasi sempurna dan tidak dipengaruhi
oleh makanan. 7,8
(7) FOSFAT
Fosfat dalam urin ada 2 jenis, yaitu:
- Alkaline Fosfat (Na/K- Fosfat)  mudah larut
- Alkaline tanah fosfat (Ca/Mg Fosfat)  mudah mengendap
Eksresi dipengaruhi oleh protein dalam makanan dan fosfat sel. 7,8
Meningkat pada :
Osteomalacia, renal tubular rickets dan hiperparatiroidisme
Menurun pada :
Penyakit ginjal, infeksi , hipoparatiroidi.
(8) OKSALAT
Sedikit dalam urin. Dapat membentuk batu oksalat yang bercabang
sehingga menyebabkan urin berdarah. 7,8
Meningkat pada :
Primary hyperoxaluria
Intake Vitamin C dosis tinggi
(9) MINERAL Na, K, Ca, Mg. 7,8
Na : tergantung makanan dan kebutuhan tubuh. 7,8
K :tergantung pada intake, katabolisme jaringan dan keseimbangan
asam-basa, dipengaruhi hormone Aldosteron. 7,8
(10) VITAMIN, HORMON dan ENZIM
Jumlah sedikit dalam urin, digunakan untuk pemeriksaan.7,8
d. Kandungan urin abnormal dan pemeriksaan kimia
(1). PROTEIN
<Normal> = 30 - 200mg / 24 jam. 7,8
Pemeriksaan:
1. Semikuantitatif

19
Laporan PBL Sistem Urinaria

- Cara turbidimetrik
Dengan penambahan asam dan pemanasan urin yang
mengandung protein akan menyebabkan pesipitasi protein
Dengan menambahkan asam Sulfosalisilat 20% dan asam asetat
6%.7,8
Penilaian
Berdasarkan kekeruhan yang terbentuk
- Cara carik celup7,8
2. Kualitatif
- Pemeriksaan Bence Jones
Cara Osgood7,8
Berdasarkan sifat protein Bence Jones
Urin keruh = 40o C
Muncul presipitat pada suhu 60o C dan akan hilang pada saat
didihkan beberapa menit dan muncul kembali setelah
didinginkan dan menghilang pada suhu 40o
TSA7,8
Prinsip pemeriksaan
Reagens TSA akan membentuk presipitat dalam jumlah kecil
(0,3 mg/dL). 7,8
TSA tidak dapat membentuk presipitat albumin pada konsentrasi
> 25 mg/dL. 7,8
TSA dapat membentuk presipitat globulin pada konsentrasi > 5
mg/dL. 7,8
Imunoelektroforesa. 7,8
3. Kuantitatif
Cara Esbach7,8
Albuminometer Esbach dan urin 24 jamatau 12 jam, tidak sensitif
dan ketepatan rendah.Sekarang menggunakan fotometrik. 7,8
Modifikasi Tsuchiya7,8
Protenuria : adanya protein dalam urin (>200mg) 7,8
- Protenuria Fisiologis
Latihan fisik berat, makan banyak protein, berdiri lama (proteinuria
postural) dan pada kehamilan.7,8
20
Laporan PBL Sistem Urinaria

- Pretenuria Patologis
Glomerulonefritis, nefrosis, nefrosklerosis dan keracunan logam
berat. 7,8
(2). GLUKOSA
<Normal> kurang dar 1 gram / 24 jam
Pemeriksaan Glukosuria
Cara Reduksi7,8
Reagens Benedict dan Fehling, Nylander dan reagen tablet
Climitest. 7,8
Cara Enzimatik
Enzim glukosa oksidase dan peroksidase. 7,8
Glukosuria ; adanya glukosa pada urin (>1 gram)
Glukosuria pada DM dan Renal Diabetes glukosa.
(3). GULA LAIN
- Fruktosa ; pada penyakit essensial fructose, gangguan metabolisme
fruktosa. 7,8
- Galaktosa dan Laktosuria ; pada ibu menyusui dan congenital
galactosemia. 7,8
- Pentasuria dari makanan atau kelainan genetik. 7,8
(4). KETON BODIES
<Normal> = 3 – 15mg / 24 jam
Pemeriksaan
Urin segar dengan reagens Rothera. 7,8
(+) Cincin ungu pada perbatasan
(-) Cincin coklat pada perbatasan cairan
Urin segar dengan reagens Gerhardt. 7,8
(+) warna merah anggur
(+) palsu pada fenol, salisilat, antipirin, NaHCO3
Ketunoria ; adanya keton pada urin
Ketunoria pada starvation, kehamilan, anastesi dengan eter, alkalosis
(5). BILIRUBIN
<Normal> = TIDAK ADA
Pemeriksaan
Percobaan busa. 7,8
21
Laporan PBL Sistem Urinaria

Penilaian :
(+) tampak busa kuning
(+) palsu pada kadar urobilin urin tinggi dan beberapa jenis obat.
Tes Oksidasi (Percobaan Harrison) 7,8
Prinsip:
Bilirubin yang teroksidasi menghasilkan biliverdin dengan
menggunakan Reagens Fouchet dan larutan BaCl2 10%.
(+) Warna hijau atau biru hijau pada presipitat
Bilirubinuria pada JAUNDICE (Penyakit kuning). 7,8
PEMERIKSAAN UROBILINOGEN7,8
Cara Wallace – Diamond7,8
Menggunakan urin segar dan melakukan pengenceran tertinggi yang
masih memperlihatkan warna merah dan pengenceran berikutnya yang
tidak memperlihatkan warna merah. 7,8
(+) palsu pada 5-hydarioxy indole acid (5 HIAA), 5.6 dihidarioksi
indol, indikan, skatol dan porfobilinogen. 7,8
Cara Schesinger7,8
Urin tidak terfluoresensi dengan menggunakan Reagen Schlesinger
(+) fluoresensi hiju tampak  urin normal. 7,8
(6). DARAH7,8
Hematuria ; ada sel darah pada urin  warnanya merah keruh
Pada, tumor, lesi, nefritis, batu saluran kencing, tumor ganas.
Hemaglobinuria ; ada Hb dalam urin warnanya merah bening
Pada, Black water fever Malaria) dan luka bakar yang luas.
Pemeriksaan
Tes Darah Samar7,8
(+) Eritrosit, Hb, derivat Hb, Mioglobin, Leukosit, Halogen, Asam
nitrat dan formalin
(+) palsu darah menstruasi dan zat deterje
(-) palsu urin dengan Vitamin C kadar tinggi dan PH dibawah 5
(7) PORFIRIN
Korproporfirin <Normal> =60 – 280 mikrogram/24 jam
Porfiria ; adanya porfirin pada urin7,8
Koproporfirinuria ; adanya koproporfirin dalam urin7,8
22
Laporan PBL Sistem Urinaria

(8) BAKTERI
Menggunakan urin steril
Jumlah kuman < 10.000/mL urin : tidak dianggap infeksi sebenarnya
Jumlah kuman 10.000 – 100.000/mL urin : mungkin terdapat infeksi
pada saluran traktus urinarius7,8
Jumlah kuman > 10.000/mL urin : ada infeksi traktus urinarius7-9
Pemeriksaan Bakteri-uria
Makroskopik
Urin mungkin tampak keruh
Mikroskopik
Menggunakan pulasan gram
Kimia
Tes Nitrit
yang akan diubah menjadi nitrit oleh enzim reduktase
(+) warna merah muda merata
(-) artinya ada infeksi kandung kemih atau urin kurang lama berada
pada vesica urinaria7,8
3. Pemeriksaan Radiologi
a. PERSIAPAN PASIEN
Pada beberapa pemeriksaan misalnya BNO, BNO-IVP dan CTScan
Abdomen diperlukan persiapan pemeriksaan, guna membersihkan saluran
cerna dari sisa makanan/gas yang dapta menghalangi bayangan ginjal atau
mengacaukan intrepretasi.10-11
b. KONTRAS MEDIA
• ORAL:
Kontras oral adalah senyawa barium sulfat, bisa berupa suspensi /
powder. Pemberian kontras oral adalah standard pada pemeriksaan CT
Scan abdomen. 10-11
• IV:
Kontras media IV adalah senyawa iodium yang mempunyai efek
toksik terhadap ginjal, selain memang di ekskresi oleh ginjal.
Sehingga penting untuk memperhatikan fungsi ginjal pada pasien
yang akan diperiksa dengan menggunakan kontras media IV.
Ada batasan nilai creatinine darah yang harus diperhatikan yaitu:
23
Laporan PBL Sistem Urinaria

Sangat hati-hati ( nilai creatinine 2-3) dan kontraindikasi relatif bila


creatinine > 3
• KONTRAS MEDIA IV TERDIRI DARI 4 JENIS ; Ionik
hiperosmolar, Ionik iso osmolar, NonIonik Hiperosmolar dan
NonIonik Isoosmolar. 10-11
• Kontras media yang banyak dipakai saat ini adalah NonIonik
Hiperosmolar.( R/ Ultravist, Omnipaque, Optiray, Iopamiro). 10-11
• Pada pasien dengan chronic kidney disease yang akan dilakukan
pemeriksaan dengan menggunakan kontras media IV ( pemeriksaan
Arteriografi ) untuk pemetaan vaskuler pada persiapan transplantasi
ginjal ,tetap dapat dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan
kontras media IV asalkan setelah pemeriksaan dilakukan
haemodialisis. 10-11
• Pada pasien-pasien dengan DM, Multipel Myeloma serta asthma dan
alergi berat sebaiknya diawasi dalam pemberian kontras IV . 10-11
c. MODALITAS PENCITRAAN :
• Foto polos abdomen, tomografi
Analisa :
(1) Tomografi
Gunanya untuk menilai kontur kedua ginjal serta ukuran tanpa harus
memberikan kontras IV (Biasanya pada kasus CKD baik dengan batu /
tidak). 10-11
(2) RPG
Berguna untuk melihat traktus urinarius yang tak terlihat pada
pemeriksaan IVP, dengan bantuan catheter yang dipasangkan kedalam
traktus urinarius (Kontras dimasukan melalui kateter yang dikeluarkan di
Uretra). 10-11
(3) APG
• Berguna untuk melihat traktus urinarius yang mengalami sumbatan
total, serta menilai level sumbatan. 10-11
• Dilakukan pemasangan Catheter Nefrostomi ( biasanya di OK),
kemudian pasien dibawa ke radiologi kontras dimasukkan melalui
chateter( dilakukan pada kasus-kasus Hidarionefrosis hebat, untuk
tindakan penyelamatan ginjal ). 10-11
24
Laporan PBL Sistem Urinaria

• Biasanya fungsi ginjal dapat membaik setelah dilakukan tindakan ini.


(4) Cysography.
Berguna untuk melihat buli buli, apakah ada batu, penekanan oleh prostat
atau adanya kelainan bentuk serta dinding buli buli. 10-11
(5) Uretrocystrography
Tujuannya melihat keadaan buli-buli dan uretra , apakah ada filling defect
karena Prostat, tumor, batu, apakah ada penyempitan uretra ( infeksi / post
trauma). 10-11
(6) MCU ( Micturiting cystouretrogram)
• Gambaran imejingnya biasanya hampir sama dengan uretrocystogram.
• Penilaian biasanya ditujukan pada uretra, karena pasien kesulitan dalam
BAK. 10-11
• Pengambilan gambar dilakukan pada saat kontras dimasukkan melalui
uretra dan pasien di minta untuk miksi ( kalau perlu sambil mengedan)
sehingga di dapat gambar daerah penyempitan /striktur dari uretra. 10-11
(7) ANGIOGRAPHY.
• Bertujuan untuk menilai sistim vaskuler ginjal, adakah penyempitan ,
adakah vaskuler asesoris , untuk menilai vaskularisasi tumor ginjal,
untuk pemetaan dan penilaian calon donor ginjal untuk transplantasi.
Disinia kontras media yang digunakan cukup banyak sehingga bila
pemeriksaan pada resipien transplantasi ginjal ( CKD) harus
diperhatikan jadwal hemodialisis. 10-11
• Alat radiografi yang digunakan khusus yang memiliki aplikasi
angiografi biasanya disebut (DSA = Digital substraction
Angiography). 10-11
(8) USG ( ULTRASONOGRAPHY)
• Menggunakan Gelombang suara ultra., Menilai:
morfologi,kontur,hidarionefrosis, batu, tumor dll.Bedside, Real time,
Mudah dioperasikan, tanpa persiapan,sebagai penapis, Operator
dependent, Merupakan pemeriksaan kedua terbanyak pada sistim
traktus urinarius, Saat ini USG color doppler, 3 dimensi dan 4 dimensi
Dapat sebagai guiding untuk nefrostomi, aspirasi kista ginjal, biopsi. 10-
11

(9) CT SCAN ( COMPUTED TOMOGRAPHY)


25
Laporan PBL Sistem Urinaria

Menggunakan Sinar x, dapat melihat potongan aksial coronal dan sagital


dengan rekontruksi. Pesawat CT Scan generasi terbaru adalah multislice
CT scan lebih cepat dan High resolution. Berguna untuk melihat organ
organ sevara menyeluruh untuk kasus ginjal biasanya untuk melihat
morfologiGinjal, tumor- tumor pada Ginjal serta perluasanyya (untuk
staging tumor). Menggunakan kontras media baik oral maupun intravena.
10-11

(10)MRI ( MAGNETIC RESSONANCE IMAGING )


• Menggunakan medan magnet berkekuatan tinggi,makin tunggi
kekuatan medan magnet makin High Resolution, dan makin cepat
proses pemeriksaannya , didunia kekuatan magnet yang dipakan sudah
3 Tesla, di Indonesia 1,5 Tesla. 10-11
• Fungsinya hampir sama dengan CT Scan namun dalam memberikan
detail lebih baik, terutama untuk menilai jaringan lunak, dapat menilai
sampai taraf perfusi sel pengambilan gambar dapat multiplanar
sekaligus ( Sagital , coronal, dan aksial). 10-11
• Dapat menggunakan kontras media IV untuk MRI dipakai kontras
paramagnetik dari senyawa ferro ( Ferromagnetik). 10-11
(11) MR UROGRAPHY
Pemeriksaan traktus urinarius, tanpa menggunakan kontras media IV, dan
tidak memerlukan khusus karena flow urine yang dinilai apakah ada
hambatan / tidak, sehingga pada pasien-pasien CKD dapat dilakukan tanpa
takut pada /contrast media induce nephropathy. 10-11
(12) NUCLEAR MEDICINE ( KEDOKTERAN NUKLIR )
Pemeriksaan untuk ginjal disebut Renogram / Renal Scan. Indikasi:menilai
besar, bentuk dan letak ginjal, juga untuk menilai fungsi ginjal secara semi
kuantitatif, evaluasi trauma ginjal, tumor dan kista, obstruktif , uropathy
untuk penderita yang alergi terhadap kontras media IV dapat merupakan
alternatif pemeriksaan. Namun pemeriksaan ini tidak spesifik .Zat
radioaktif yang digunakan adalah TC 99m DTPA ( DIMERCAPTO
TRIPHOSPATINIC ACID) dosis 3-5 mCi IV, DAN TC 99M DMSA (
DIMERCAPTO SUCCINIC ACID). 10-11
Juga menilai GFR ( Glomerulo Filtration Rate) Nilai normal GFR 120 dan
ERPF ( Effective Renal Plasma Flow). Caranya dengan menyuntikan zat
26
Laporan PBL Sistem Urinaria

radioaktif kedalam tubuh kemudian dengan menggunakan gama camera


kita dapat melihat poling zat radioaktif tsb, serta dapat menghitung
aktifitas radioaktif di ginjal. Juga dapat menilai hipertensi yang diduga
disebabkan oleh ginjal ( hipertensi renal) disebut pemeriksaan renogram
captopril. 10-11

27
Laporan PBL Sistem Urinaria

DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood L. Fisiologi manusia:dari sel ke sistem. Edisi ke-2. Jakarta: EGC.2001.p.410-51


2 Loka Litbang P2B2 Baturaja. Meningkat, penderita hipertensi dan gagal ginjal. Edisi Maret
2009. Diunduh dari
http://www.litbang.depkes.go.id/lokabaturaja/index.php?option=com_content&task=view
&id=135, 7 Oktober 2009.
3. Snell, R.S. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: EGC.
2006.p.294-5, 343-9.
4. Geneser F. Atlas berwarna histologi. Batam: Binarupa Aksara.2007.p.143-54.
5. Anand IS, Bishu K, Rector TS, Ishani A, Kuskowski MA, Cohn JN. Proteinuria, Chronic
Kidney Disease, and the Effect of an Angiotensin Receptor Blocker in Addition to an
Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor in Patients With Moderate to Severe Heart
Failure.Edisi Oktober 2009. Diunduh dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19804467?ordinalpos=4&itool=EntrezSystem2.PE
ntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_DefaultReportPanel.Pubmed_RVDocSum,
7 Oktober 2009.
6. Burnside MG. Diagnosis fisik adam. Edisi ke-17. Jakarta: EGC; 1995.p.11-34,287-93.
7. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi ke-27. Jakarta: EGC.
2009.p.496-522
8. Sudiono H, Iskandar I, Halim SL, Santoso R, Sinsanta. Patologi klinik:Urinalisis. Edisi
ke-2. Jakarta: Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran UKRIDA; 2006.p.13-68.
9. Rus R, Kersnik Levart T. Acute pyelonephritis with renal abscesses and acute renal
failure after salmonella infection. Edisi Oktober 2009. Diunduh dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19805651?ordinalpos=2&itool=EntrezSystem2.PE
ntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_DefaultReportPanel.Pubmed_RVDocSum,
7 Oktober 2009.
10. Patel PR.Lecture Notes:Radiology. Jakarta: Erlangga;2007.p 159-90
11. Sutton D. Textbook of Radiology and Imaging. Edisi ke-7. Churchill Livingstone;
2009.p.343-59.

28

Anda mungkin juga menyukai