Anda di halaman 1dari 99

TUGAS MANDIRI

TRAKTUS URINARIUS DAN BATU SALURAN KEMIH


(BSK)

Disusun Oleh:
Jefry Alfarizy I4061172071

Pembimbing:
dr. Rantapina, Sp.B

KEPANITRAAN KLINIK ILMU


BEDAH
RSUD DR. ABDUL AZIZ SINGKAWANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2019
Pendahuluan

Sistem perkemihan terdiri atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter, vesika
urinaria (kandung kemih), dan uretra. Fungsi vital ginjal ialah sekresi air kemih dan
pengeluarannya dari tubuh manusia. Di samping itu, ginjal juga merupakan salah satu
dari mekanisme terpenting homeostasis. Ginjal berperan penting dalam pengeluaran
zat-zat toksin/racun, mempetahankan suasana keseimbangan air, mempertahankan
keseimbangan asam-basa cairan tubuh, dan yang terakhir mempertahankan
keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam darah.
Air kemih disekresi oleh ginjal, dialirkan ke vesika urinairia (kandung kemih)
melalui ureter. Ureter berada pada kiri dan kanan kolumna vertebralis (tulang
punggung) yang menghubungkan pelvis renalis dengan kandung kemih. Aliran urine
dari ginjal akan bermuara ke dalam kandung kemih (vesika urinaria). Uretra
merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar dan juga untuk menyalurkan semen. Pada laki-laki,
uretra berjalan berkelok-kelok, menembus prostat, kemudian melewati tulang pubis,
selanjutnya menuju ke penis. Oleh karera itu, pada laki-laki, uretra terbagi menjadi 3
bagian, yaitu pars proetalika, pars membranosa, dan pars kavernosa. Muara uretra ke
arah dunia luar disebut meatus. Pada perempuan, uretra terletak di belakang simfisis
pubis, berjalan miring, sedikit ke atas, panjangnya kurang lebih 3-4 cm. Muara uretra
pada perempuan terletak di sebelah atas vagina, antara klitoris dan vagina. Uretra
perempuan berfungsi sebagai saluran ekskretori.

2
Traktus Urinarius

A. Traktus Urinarius atau Sistem Saluran Kemih


Sistem saluran kemih adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat
yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin
(air kemih). Sistem saluran kemih terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih
(vesika urinaria) dan uretra.
1) Ginjal
Ginjal atau ren terletak retroperitoneal pada dinding abdomen di sepanjang
musculus psoas, masing-masing di sisi kanan dan sisi kiri columna vertebralis
setinggi vertebrata T12 sampai vertebra L3. Ren dexter terletak sedikit lebih
rendah daripada ren sinister karena besarnya lobus hepatis dexter. (Gambar 1 dan
2). Ginjal dewasa beratnya sekitar 150 gram.
Jaringan ikat yang meliputi ginjal dikenal sebagai fascia renalis, terpisah
dari capsula fobrosa renalis oleh lemak perirenal (corpus adiposum perirenale)
yang di hilum renale sinambung dengan lemak dalam sinus renalis. Disebelah luar
fascia renalis terdapat lemak pararenale (corpus adiposum pararenale) yang
paling jelas di sebelah dorsal ginjal. Gerak ginjal pada pernafasan diselaraskan
oleh corpus adiposum perirenale dan corpus adiposum pararenale. Fascia renalis
memancarkan berkas-berkas kolagen melalui jaringan lemak dan dengan
demikian bersama dengan pembuluh-pembuluh ginjal dan ureter, memantapkan
kedudukan ginjal. Fascia renalis meluas ke arah kranial untuk meliputi glandula
suprarenalis (adrenalis). Kaudal dari ren fascia renalis beralih menjadi jaringan
ikat jarang yang menghubungkan peritoneum parietale pada dinding abdomen
dorsal.
Ginjal terdiri dari cortex renalis di bagian luar, yang berwarna coklat gelap,
dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang

3
dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides
renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang
kecil disebut papilla renalis.

Gambar 1. Anatomy traktus urinarius laki-laki. Traktus urinarius atas dan


tengah memiliki fungsi perkemihan. Traktus urinarius bawah memiliki fungsi
perkemihan dan reproduksi.

4
Gambar 2. Hubungan ginjal, ureter dan kandung kemih (tampak depan).

5
Gambar 3. Hubungan ginjal terhadap organ sekitarnya(tampak belakang)

Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu


masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis
berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi
dua atau tiga kaliks renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi
dua atau tiga kaliks renalis minores. Medulla terbagi menjadi bagian segitiga yang
disebut piramid. Piramid-piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan
tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau
apeks dari tiap piramid membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari
kesatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul.

6
Gambar 4. Lokasi ginjal pada retroperitoneum

Gambar 5. Struktur ginjal

a. Vaskularisasi Ginjal
Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira setinggi
vertebra lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah kedalam vena kava

7
inferior yang terletak disebelah kanan garis tengah. Saat arteri renalis masuk
kedalam hilus, arteri tersebut bercabang menjadi arteri interlobaris yang
berjalan diantara piramid selanjutnya membentuk arteri arkuata kemudian
membentuk arteriola interlobularis yang tersusun paralel dalam korteks.
Arteri interlobularis ini kemudian membentuk arteriola aferen pada
glomerulus.

Gambar 6. A dan B, Segmental cabang arteri ginjal kanan ditunjukkan oleh


angiogram ginjal.

8
Gambar 7. Anatomy arteri intrarenal

Glomeruli bersatu membentuk arteriola aferen yang kemudian


bercabang membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan
disebut kapiler peritubular. Darah yang mengalir melalui sistem portal ini
akan dialirkan kedalam jalinan vena selanjutnya menuju vena interlobularis,
vena arkuata, vena interlobaris, dan vena renalis untuk akhirnya mencapai
vena cava inferior. Ginjal dilalui oleh sekitar 1200 ml darah permenit suatu
volume yang sama dengan 20-25% curah jantung (5000 ml/menit) lebih dari
90% darah yang masuk ke ginjal berada pada korteks sedangkan sisanya
dialirkan ke medulla. Sifat khusus aliran darah ginjal adalah otoregulasi
aliran darah melalui ginjal arteiol afferen mempunyai kapasitas intrinsik
yang dapat merubah resistensinya sebagai respon terhadap perubahan
tekanan darah arteri dengan demikian mempertahankan aliran darah ginjal
dan filtrasi glomerulus tetap konstan.

9
Gambar 8. Drainase vena dari ginjal kiri menunjukkan sirkulasi kolateral vena

b. Persarafan Ginjal
Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor), saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk kedalam ginjal, saraf
ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.

2) Ureter
Ureter adalah struktur tubular bilateral yang bertanggung jawab untuk
mengangkut urin dari pelvis ginjal ke kandung kemih. Panjang ureter umumnya
22-30 cm dengan dinding yang terdiri dari tiga lapisan. Lapisan paling dalam
adalah epitel transisional membentuk lapisan mukosa. Lapisan kedua adalah
lapisan otot polos yang memberikan gelombang peristaltik yang aktif mengangkut
urin dari sistem pengumpulan ginjal melalui ureter menuju kandung kemih.
Lapisan terluar adalah tunika adventitia. Lapisan ini sangat tipis mengelilingi

10
ureter dan meliputi pembuluh darah dan limfatik yang berjalan di sepanjang
ureter.

Gambar 9. Potongan melintang ureter. LP, lamina propria; TC, transitional


epithelium

11
Gambar 10. Anatomi dan histologi ginjal dan ureter. Atas kiri: Diagram nefron
dan suplai darah. Atas kanan: Sistem pelviokalises dan arteri pasokan ginjal.
Tengah: kalises ginjal, pelvis dan ureter (tampak belakang). Kiri bawah:
Histologi ureter. Kanan bawah: Potongan longitudinal ginjal, menunjukkan
kalises, pelvis dan ureter.

Ureter mulai sebagai pelebaran hilum ginjal, dan letaknya menurun dari
ginjal sepanjang bagian belakang dari rongga peritoneum dan di depan dari
muskulus psoas dan prosesus transversus dari vertebra lumbal dan berjalan
menuju ke dalam pelvis dan dengan arah oblik bermuara ke kandung kemih

12
melalui bagian posterior lateral. Pada ureter terdapat 3 daerah penyempitan
anatomis, yaitu :
1. Ureteropelvico junction, yaitu ureter bagian proksimal mulai dari renal pelvis
sampai bagian ureter yang mengecil.
2. Pelvic brim, yaitu persilangan antara ureter dengan pembuluh darah arteri
iliaka.
3. Vesikouretro junction, yaitu ujung ureter yang masuk ke dalam vesika
urinaria (kandung kemih).
Ureter berfungsi untuk menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kemih.
Gerakan peristaltik mendorong urine melalui ureter yang diekskresikan oleh
ginjal melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.

Gambar 11. Penyempitan ureter di ureteropelvico junction, arteri iliaka dan


vesicouretero junction.

a. Vaskularisasi Ureter
Secara garis besar vaskularisasi ureter dibagi menjadi 2 bagian yaitu
bagian ureter proximal dan distal. Ureter bagian proximal akan mendapat

13
vaskularisasi dari cabang-cabang aorta abdominalis, arteri renalis, arteri
gonadalis, dan arteri iliaca communis. Ureter bagian distal akan mendapat
vaskularisasi dari cabang-cabang arteri iliaca communis, arteri iliaca interna,
dan arteri vesicalis superior. Posisi vasa-vasa yang memvaskularisasi ureter
inilah yang harus sangat diperhatikan saat melakukan pembedahan agar
tidak membuat trauma pada vasa-vasa tersebut.

Gambar 12. Vaskularisasi ureter

b. Persarafan ureter
Saraf otonom yang mempersarafi ureter masih belum jelas. Peristaltik
ureter yang normal tidak memerlukan saraf otonom melainkan berasal dari
sinus otot polos yang terletak pada kaliks ginjal. Ureter menerima masukan
saraf melalui segmen T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus
aorticus, serta pleksus hipogastricus superior dan inferior.

14
3) Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan kantung muscular yang berfungsi untuk
menapung sementara urin, terletak di belakang pubis di dalam cavitas pelvis.
Bentuk dan ukuran kandung kemih dipengaruhi oleh derajat pengisian dan organ
disekitarnya. Kapasitas maksimum vesica urinaria adalah 400-500 ml.
Mukosa kandung kemih terdiri atas lapisan epitel transisional yang tebal (5-
8 lapis sel) dengan sel-sel basal berbentuk torak. Dibawah lapisan mukosa
terdapat lamina propria yang longgar, disini sering dijumpai serbukan tunika
muskularis yang terdiri atas otot-otot polos yang tersebar merata dimana pada
muara ureter dan uretra otot ini lebih padat dan membentuk spingter. Lapisan
paling luar adalah lapisan serosa yang berupa selaput tipis dan hanya terdapat
pada bagian kandung kemih yang berhubungan dengan peritoneum.
Bentuk kandung kemih yang seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang
kuat, berhubungan dengan ligamentum vesika umbikalis medius:
1. Fundus, yaitu bagian yang menghadap ke belakang dan ke bawah. Bagian ini
terpisah dari rektum oleh spatium rectovesicale yang terisi oleh jaringan ikat
duktus deferens, vesika seminalis dan prostat.
2. Verteks, yaitu bagian yang ke arah muka dan berhubungan dengan
ligamentum vesika umbikalis.
3. Korteks, bagian antara fundus dan verteks.
Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan collum kandung
kemih. Trigonum vesicae merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang
terdiri dari orifisium kedua ureter dan collum vesicae, bagian ini berwarna lebih
pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong.

15
Gambar 13. Anatomi dan hubungan kandung kemih dengan ureter, uretra,
prostat, vesikula seminalis dan vas deferens.

Pada laki-laki, vesikula seminalis terletak di permukaan posterior luar


kandung kemih dan dipisahkan oleh vas deferens. Rektum terletak di belakang.
Pada wanita, diantara kandung kemih dan rektum terdapat vagina. Permukaan
inferolateral vagina di inferior berbatasan dengan dasar panggul dan di anterior
dengan lapisan lemak retropubis dan os pubis. Leher kandung kemih menyatu
dengan prostat pada laki-laki sedangkan pada wanita langsung melekat pada
fascia pelvis. Fascia pelvis menebal membentuk ligamentum puboprostatika (laki-
laki) dan ligamentum pubovesikale untuk menahan leher kandung kemih pada
tempatnya.

16
Gambar 14. Anatomi dan hubungan kandung kemih dengan vagina, uterus dan
rektum.

Gambar 15. Anatomi dan hubungan kandung kemih dengan vas deferens,
vesikula seminalis dan pangkal penis.

a. Vaskularisasi Kandung Kemih


Vaskularisasi pada kandung kemih berasal dari arteri vesikular
superior dan inferior, yang keduanya merupakan percabangan dari arteri

17
iliaka interna, yang akan kembali ke dalam vena iliaka interna. Pada wanita,
vaskularisasi kandung kemih juga mendapatkan

b. Persarafan Kandung Kemih


Inervasi simpatis berasal dari thorakalis 12 dan lumbal 1 dan 2. Sistem
saraf simpatis menginervasi trigonum, muara uretra, dan pembuluh darah
dari kandung kemih. Inervasi parasimpatik, berasal dari sacrum 2, 3, dan 4,
berfungsi mempersarafi otot detrusor. Reseptor sensorik pada kandung
kemih yang terangsang saat terjadi distensi, menyalurkan impuls ke sistem
saraf pusat melalui nervus spinalis.

4) Uretra
Uretra adalah saluran yang dimulai dari orifisium uretra interna di kandung kemih
sampai orifisium uretra eksterna di glands penis. Uretra berfungsi menyalurkan urine dari
vesika urinaria ke luar tubuh. Dinding dalam uretra mengandung membran mukosa dan
dikelilingi oleh otot polos longitudinal yang tebal. Pada dinding uretra, terdapat glandula
uretralis, yang berfungsi mensekresikan mukus ke dalam kavum uretra. Di sekeliling
uretra, terdapat dua sfingter uretra. Sfingter pertama berada pada bagian superior uretra
dan merupakan sfingter involunter, yang terbentuk dari otot detrusor dari vesika urinaria,
disebut sebagai sfingter uretra interna. Sfingter yang kedua, disebut dengan sfingter
uretra eksterna, dan merupakan sfingter yang volunter.
Pada wanita, panjang uretra sekitar 4 cm. Uretra pada wanita menyalurkan urine
melalui orificium uretra ke dalam vestibulum di antara labia minora. Orificium uretra
berada di antara klitoris dan orificium vagina. Pada wanita, uretra hanya berfungsi untuk
menyalurkan urine, sedangkan pada pria, juga untuk menyalurkan sperma.

a. Vaskularisasi Uretra
Uretra mendapatkan vaskularisasi melalui arteri pudenda interna yang
juga sama-sama memperdarahi penis.

18
B. Fisiologi Saluran Kemih
Fungsi ginjal adalah a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat
toksis atau racun, b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan, c)
mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan d)
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
Tahap pembentukan urin adalah :
1. Proses Filtrasi ,
Di glomerulus terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan
darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen
yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll,
diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring disebut filtrate gromerulus.
2. Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa,
sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara
pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal
terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh.
Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan
pada papilla renalis.
3. Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla
renalis selanjutnya diteruskan ke luar

Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu tindakan tanya jawab antara dokter dan pasien.
Tindakan ini merupakan langkah awal dokter untuk mengumpulkan keluhan-keluhan,
info, serta riwayat pasien sehingga dapat diperkirakan penyakit yang diderita pasien.
Cara ini dibagi dua yaitu autoanamnesis dan alloanamnesis. Autoanamnesis adalah
melakukan anamnesis dengan pasien secara langsung. Tipe ini dilakukan pada pasien
yang kooperatif dan sadar. Sedangkan alloanamnesis adalah anamnesis yang

19
dilakukan dengan keluarga pasien atau orang yang mengerti mengenai keadaan
pasien, tipe ini dilakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak kooperatif, atau tidak
mampu mengutarakan keluhannya.
Suatu anamnesis diawali dengan identitas pasien terlebih dahulu. Dari
identitas pasien kita dapat mengetahui dan memperkirakan suatu penyakit yang
mungkin diderita sesuai dengan epidemiologi dan latar belakang yang mungkin dapat
mempengaruhi timbulnya penyakit pada pasien. Diantaranya adalah nama untuk
membedakan pasien, usia untuk mengarahkan ke penyakit yang timbul karena faktor
usia, jenis kelamin untuk mengarahkan kemungkinan penyakit yang dapat timbul
sesuai dengan jenis kelamin masing-masing, tempat tinggal untuk memperkirakan
wilayah yang sedang rawan suatu penyakit, pekerjaan yang dapat mempengaruhi
timbulnya suatu penyakit yang berhubungan dengan urologi seperti supir taxi yang
berkemungkinan timbulnya batu saluran kencing, pendidikan untuk memperkirakan
cara edukasi pasien, status pernikahan, kebiasaan makan, minum, mengkonsumsi
rokok, alkohol, obat-obatan, dan lain lain.

Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang diutarakan pasien yang
menyebabkan pasien datang untuk berobat.
Keluhan pasien dengan gangguan urologi yang biasa diutarakan diantaranya
adalah nyeri. Nyeri yang dikeluhkan pasien diperjelas dengan ditambahkan
keterangan sejak kapan? Onset perlu diketahui untuk memperkirakan tingkat
keparahan penyakit pasien. Letak nyeri yang dirasakan juga perlu diketahui untuk
memperkirakan sumber penyebab rasa nyeri itu muncul serta untuk mengetahui
kemungkinan organ yang terkena. Keluhan nyeri biasa timbul akibat adanya suatu
reaksi inflamasi atau adanya suatu obstruksi sehingga timbul nyeri kolik. Keluhan
lain yang sering diutarakan pasien adalah gangguan berkemih, baik sebelum, saat
berkemih, dan setelah berkemih seperti adanya hesistensi (perlunya menunggu hingga
urin keluar ketika akan berkemih), urgensi (tidak dapat menahan berkemih), ingin

20
berkemih namun tidak keluar urin, intermitensi (kencing yang tersendat-sendat),
pancaran lemah atau bercabang, perlunya mengedan saat berkemih, menetes atau
perasaan tidak puas setelah berkemih. Gangguan pada frekuensi berkemih seperti
frekuensi meningkat, frekuensi berkurang, atau tidak dapat berkemih sama sekali,
adanya rasa tidak nyaman yang dirasakan. LUTS (lower urinary tract symptoms)
terbagi pada gejala iritatif dan obstruktif. Pada iritatif seperti gangguan pada
frekuensi, adanya urgensi, nokturi, dapat diperkirakan adanya obstruksi pada buli-
buli, karsinoma in situ, atau gangguan neurologis. Sedangkan pada keluhan obstruktif
seperti adanya hesistensi, pancaran lemah, intermitensi, perlunya mengedan saat
berkemih, rasa tidak puas setelah berkemih, dan menetes pada akhir berkemih perlu
di curigai adanya pembesaran prostat, atau adanya batu yang menymbat saluran
kemih. Pada dewasa miksi dapat terjadi secara volunter dan berbeda pada infant yang
terjadi secara refleks involunter. Adanya perubahan warna urin, berubah warna merah
mungkin karena faktor makanan (beet, blackberry), obat-obatan seperti rifampisin,
seperti warna teh mungkin mengandung darah, perlu dicurigai adanya keganasan,
trauma. Urin keruh, seperti susu pada pyuria, adanya filariasi, TB. perlu dicurigai
adanya penyakit menular seksual. Warna hijau kebiruan karena obat amytriptilin,
Bau urin yang berubah seperti amoniak atau bau buah, atau bau amis, dan dapat pula
adanya keluhan pada organ reproduksinya seperti terdapat luka akibat trauma atau
adanya penyakit menular seksual.

Riwayat Penyakit Sekarang


Riwayat penyakit sekarang merupakan bagaimana perjalanan penyakit
pasien hingga pasien datang untuk berobat. Disini keluhan utama diperjelas seperti
sifat, kapan dirasakan keluhannya, apa yang memperburuk keadaan dan apa yang
meredakan keadaan, saat kapan munculnya, progesivitasnya, dan lain lain. Selain itu
apabila ada keluhan lain dapat ditanyakan untuk menunjang lebih lanjut
kemungkinan-kemungkinan penyakit yang di derita pasien, serta faktor pencetus yang
mungkin merupakan penyebab timbulnya keluhan pasien. Dapat ditanyakan pula apa

21
yang telah dilakukan pasien untuk mengatasi keluhannya, apakah dengan berubah
posisi pasien merasa lebih nyaman, atau dengan mengedan maka kencing dapat
keluar, atau dengan mengkonsumsi obat-obat tertentu pasien merasa keluhannya
berkurang, dan lain-lain.

Nyeri pada batu ginjal


Semua batu pada saluran kemih dapat menyebabkan nyeri, namun sifat atau
karakteristik nyeri yang timbul tergantung pada lokasi batu. Batu merupakan endapan
yang terjadi pada keadaan supersaturasi urin. Akibatnya, larutan akan mengendap dan
beragregasi, membentuk susunan kosentris berwujud batu. Gejala umum yang
dirasakan klien batu ginjal adalah nyeri kolik, yaitu rasa amat nyeri yang hilang dan
timbul di daerah usus dan sekitarnya, akut di daerah pinggul, dan biasanya menjalar
ke inguinal dan kantung buah pelir. Jika batu turun ke saluran kemih bagian dalam
atau ureter, nyeri mungkin akan terpusat pada rongga perut atau abdomen, tetapi
tergantung juga pada letak batunya. Kolik renal atau ureter dirasakan klien sebagai
keadaan yang sangat nyeri. Jika batu ureter mendekati ureterovesikal junction,
keluhannya dapat berupa nyeri pada seperempat lingkaran bawah perut, sering kemih,
kemih tidak tertahan, dan nyeri saat kemih.
Nyeri yang berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita
mendekati kandung kemih, sedangkan pria mendekati testis. Batu yang terjebak di
ureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar
ke paha dan genitalia. Lokasi nyeri tergantung pada lokasi batu, contoh pada panggul
di region sudut kostovertebral, dapat menyebar ke panggul, abdomen, dan turun ke
lipatan paha atau genitalia. Nyeri dangkal konstan menunjukkan kalkulus ada di
pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat dengan
posisi atau tindakan lain. Di kandung kemih, nyeri juga berhubungan dengan iritasi
mukosa kandung kemih, refleks spasme otot, prosedur bedah, atau tekanan dari balon
kandung kemih.

22
Lokasi nyeri bergantung pada lokasi batu. Apabila batu berasa di dalam pelvis
ginjal, penyebab nyerinya adalah hidronefrosis dan nyeri ini tidak tajam, tetap, dan
dirasakan di area sudut kostovertebra. Apabila batu turun ke dalam ureter, klien akan
mengalami nyeri yang hebat, kolik, dan rasa seperti ditikam. Nyeri ini bersifat
intermiten dan disebabkan oleh spasme atau kejang ureter dan anoksia dinding ureter
yang ditekan batu. Nyeri ini menyebar ke area suprapubik, genitalia eksterna, dan
paha.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit dahulu ditanyakan untuk mengetahui adakah penyebab
penyakitnya sekarang muncul yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti diabetes
melitus, tekanan darah tinggi, riwayat batu saluran kemih, riwayat keganasan, dan
lain lain. Selain itu perlu ditanyakan adakah riwayat alergi yang dapat mempengaruhi
dalam terapi yang akan diberikan kepada pasien. Riwayat obat-obatan yang sedang
dikonsumsi juga perlu ditayakan seperti antikoagulan, cyclophosphamide yang dapat
menimbulkan hematuria, atau antimuskarinik, anxiolitik, calcium channel blocker
yang dapat menimbulkan gejala obstruksi LUTS, obat AINS yang dapat berdampak
pada oliguri dan acute kidney failure, dan obat lain yang berdampak pada fungsi
saluran kemih.4 Riwayat trauma sebelumnya dapat ditanyakan untuk mengetahui
kemungkinan lain yang dapat berdampak pada keluhannya saat ini. Apabila adanya
riwayat trauma dapat ditanyakan bagaimana mekanisme trauma itu terjadi, sebelum
saat dan setelah trauma itu terjadi.

23
Mekanisme
trauma

Tidak
Langsung
langsung

riwayat
kecelakaan
operasi

trauma trauma operasi


tumpul tajam terbuka

crushing
tertusuk endoskopi
entrapment

deselerasi-
tembak
akselerasi

Riwayat operasi sebelumnya dapat ditanyakan pula untuk memperkirakan


apabila sebelumnya pernah mengalami hal yang sama sehingga risiko berulang dapat
muncul seperti batu saluran kemih. Lalu kemungkinan komplikasi dari bekas operasi
yang dapat berpengaruh pada munculnya keluhan pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit keluarga juga perlu ditanyakan apakah ada keluarga dekat
yang menderita keluhan yang sama dengan pasien, apakah ada penyakit genetik di
keluarga dekat seperti penyakit ginjal polikistik, Von Hippel-Lindau, Renal tubular
asidosis, dan lain-lain. Penyakit keturunan sistemik lain seperti hipertensi dan
diabetes mellitus yang merupakan salah satu faktor risiko pasien memiliki penyakit
yang sama. Dapat pula ditanyakan apakah keluarga dekat seperti suami/istrinya
memiliki keluhan yang sama, kemungkinan dapat diperkirakan adanya penyakit
menular seksual. Selain itu apakah ada anggota keluarga dekat yang meninggal, dapat
ditanyakan penyebab meninggalnya karena apa, seperti contoh karena keganasan
yang dapat pula menjadi suatu faktor risiko keluarga terdekat mengalami hal yang
sama.

24
Riwayat Kebiasaan
Kebiasaan pasien juga penting untuk ditanyakan seperti pola hidup, kebiasaan
makan yang berlemak atau tinggi garam yang dapat berisiko terkena hipertensi, atau
pola minum minuman berenergi atau jamu yang dapat mempengaruhi kesehatan
ginjal pasien, apakah ada obat-obatan tertentu yang dikonsumsi pasien dengan rutin,
dimana obat-obatan yang dikonsumsinya memiliki efek samping kepada sistem
urinarius pasien. Lalu dapat ditanyakan pula apakah pasien sering berolahraga,
bagaimana dengan pekerjaan pasien, apakah mobile atau lebih banyak diam seperti
supir angkutan umum yang dapat berisiko timbulnya batu saluran kemih, atau apakah
pasien atlet yang dapat berdampak pada guncangan yang berlebih sehingga dapat
berisiko terjadinya trauma, dan lain-lain.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien meliputi pemeriksaan: keadaan umum dan
pemeriksaan urologi. Keadaan umum perlu diperhatikan seperti apakah pasien sadar
penuh atau tidak, tampak lemas atau tidak, apakah pasien terlihat kesakitan berat atau
tidak, cara berjalan yang membungkuk atau dngan melebarkan kaki untuk
menghindari timbulnya rasa nyeri. Lalu dapat diperhatikan pula adakah perubahan
berat badan pada pasien, dan lain-lain.
Seringkali kelainan – kelainan di bidang urologi memberikan manifestasi
penyakit umum (sistemik), atau tidak jarang pasien urologi kebetulan menderita
penyakit lain. Adanya hipertensi mungkin merupakan tanda dari kelainan ginjal,
edema tungkai satu sisi mungkin akibat obstruksi pembuluh vena tungkai karena
penekanan tumor buli – buli, dan ginekomastia mungkin ada hubungan dengan
karsinoma testis. Hal itu diatas mengharuskan untuk memeriksa keadaan umum
pasien secara menyeluruh.
Sedang pada pemeriksaan urologi perlu diperhatikan setiap organ mulai dari
pemeriksaan ginjal, buli – buli, genitalia eksterna, dan pemeriksaan neurologi.

25
Pemeriksaan Ginjal
Inspeksi pada daerah flanks dapat dilakukan kepada pasien dalam keadaan
berdiri atau duduk tegak dan dokter berada di belakang pasien melihat. Adanya
pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas harus diperhatikan
pada saat melakukan inspeksi di daerah ini. Pembesaran itu mungkin disebabkan oleh
karena hidronefrosis atau tumor di daerah retroperitoneum. Walau keadaan ini tidak
selalu terlihat keculai apabila pembesarannya sudah sangat besar atau apabila pasien
sangat kurus. Pembengkakan dan kemerahan pada area flanks mungkin menandakan
adanya reaksi inflamasi pada daerah tersebut.
Palpasi ginjal dilakukan secara
bimanual yaitu dengan memakai dua tangan.
Tangan kiri diletakkan di sudut kosto
vertebra untuk mengangkat ginjal keatas
sedangkan tangan kanan meraba ginjal dari
depan. Tindakan ini dilakukan dengan
pasien pada posisi supinasi atau terlentang.
Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal
dilakukan dengan memberikan ketokan pada
sudut kostoverterbra (yaitu sudut yang dibentuk
oleh kostae terakhir dengan tulang verterbrae).
Adanya pembesaran ginjal karena hidronefrosis
atau tumor ginjal akan teraba pada palpasidan
terasa nyeri pada perkusi.

Transiluminasi dapat memberikan


pembuktian secara cepat pada anak – anak dibawah satu tahun, yang dilakukan pada
supra pubik atau masa dipanggul. Cahaya dapat digunakan pada sudut abdomen.
Cahaya yang paling baik dilakukan adalah sumber cahaya yang redup. Dibutuhkan

26
ruang yang gelap. Pada kandung kemih yang menggembung atau masa yang kistik
dapat ditransiluminasi dan tetapi masa yang pada tidak, masa dipanggul boleh di coba
dengan menggunakan cahaya dari posterior ( belakang, panggul ). i Akan tetapi
pemeriksaan ini telah digantikan dengan ultrasonografi yang dapat memberikan
gambaran kelainan yang lebih jelas.
Auskultasi pada daerah costovertebra dan kuadran atas abdomen dapat
menimbulkan bunyi bruit sistolik, dimana hal ini dihubungkan dengan adanya
kemungkinan hipertensi renovaskular. Dapat diperkirakan kemungkinan adanya
stenosis ( penyempitan ) atau aneurisma (pelebaran), atau malformasi dari arteri vena
renal. Bruit di atas arteri femoralis dapat menemukan adanya hubungan dengan
syndrom Leriche yang dapat disebabkan oleh impoten.

Pemeriksaan Buli – Buli


Pada pemeriksaan buli – buli pada inspeksi paling baik dilakukan ketika
posisi pasien berbaring terlentang. Diperhatikan adanya benjolan/massa atau jaringan
parut bekas irisan/operasi di suprasimpisis. Massa di daerah suprasimpisis mungkin
merupakan tumor ganas buli – buli atau karena buli – buli yang terisi penuh dari
suatu retensi urine. Dengan perkusi dapat ditentukan batas atas buli – buli. Palpasi
dan perkusi buli-buli dapat dilakukan apabila buli-buli mengandung 150ml atau lebih
urin.
Palpasi dengan menggunakan dua tangan (abdominarektal atau abdominal
vagina) dapat membuktikan luas dari tumor vesika. Kesuksesan dalam penangananya
seharusnya dikerjakan dibawah pengaruh anestesia.

Pemeriksaan Genitalia Eksterna


Inspeksi pada genitalia eksterna diperhatikan kemungkinan adanya kelainan
pada penis/uretra antara lain: mikropenis, makropenis, hipospadia, kordae, epispadia,
stenosis pada meatus uretra eksterna, fimosis/parafimosis, fistel uretro kutan, dan
ulkus/tumor penis. Striktura uretra anterior yang berat menyebabkan fibrosis korpus

27
spongiosum yang teraba pada palpasi di sebelah ventral penis berupa jaringan keras
yang dikenal dengan spongiofibosis. Selain itu pada penyakit Peyrone terba jaringan
keras pada korpus kavernosum penis.

Pemeriksaan Skrotum dan Isinya


Perhatikan apakah ada perbedaan ukuran pada skrotum, pemeriksaan terbaik
dilakukan pada pasien berdiri. Adakah pembesaran pada skrotum, warna kemerahan,
atau ada hipoplasia kulit skrotum yang sering dijumpai pada kriptokismus. Pada
palpasi apakah ada nyeri, adakah testis dalam skrotum pada undecenden testis. Lalu
ditelusuri epididimis hingga ke cincin inguinal untuk mengetahui adanya risiko hernia
inguinalis.
Untuk membedakan antara masa padat dan masa kistus yang terdapat pada
isi skrotum, dilakukan pemeriksaan transuliminasi(penerawangan) pada isi skrotum.
Pemeriksaan penerawangan dilakukan pada tempat yang gelap dan menyinari
skrotum dengan cahaya terang. Jika isi skrotum
tampak menerawang berarti berisi cairan kistus dan
dikatakan sebagai transuliminasi positif atau
diafanoskopi positif, seperti pada hidrokel.

Colok Dubur (Rectal Toucher)


Pemeriksaan colok dubur adalah
memasukkan jari telunjuk yang sudah diberi pelicin
ke dalam lubang dubur. Pemeriksaan ini menimbulkan rasa sakit dan menyebabkan
kontraksi sfingter ani sehingga dapat menyulitkan pemeriksaan. Karena itu perlu
dijelaskan kepada pasien tentang pemeriksaan yang akan dilakukan supaya pasien
dapat bekerja sama. Pada pemeriksaan colok dubur dinilai :
 Tonus spingter ani dan reflek bulbo kavernosus (BCR)
 Mencari kemungkinan adanya masa didalam lumen rectum

28
 Menilai keadaan prostat (ukuran, bentuk, permukaan, mobilitas, letak,
konsistensi)
 Penilaian reflek bulbokavernosus dilakukan dengan cara merasakan
adanyarefleks jepitan pada spingter ani pada jari akibat rangsangan sakit yang
kitaberikan pada glans penis atau klitoris.

Pada wanita yang sudah berkeluarga selain pemeriksaan colok dubur, perlu juga
dilakukan colok vagina guna melihat kemungkinan adanya kelainan di dalam alat
kelamin wanita, antara lain: masa di serviks, darah di vagina atau masa di buli – buli.

Pemeriksaan Neurologi
Pemeriksaan neurologi ditujukan untuk mencari kemungkinan adanya
kelainan neurologik yang mengakibatkan kelainan pada sistim urogenital, seperti
pada lesi motor neuron atau lesi saraf perifer yang merupkan penyebab dari buli –
buli neurogen.

Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis merupakan pemeriksaan yang paling sering
dikerjakan pada kasus – kasus urologi. Pemeriksaan ini meliputi :
 Makroksopis dengan menilai warna, bau, dan berat jenis
 Kimiawi meliputi pemeriksaan derajat keasaman/pH, protein dan gula dalam
urin
 Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel – sel cast (silinder) atau
bentukan lain di dalam urin
Pengambilan sampel urin diawali dengan pembersihan glands penis (pada
pria), dan pembersihan vulva (pada wanita) hal ini perlu diperhatikan guna
mendapatkan hasil urin yang tidak terkontaminasi. Selain itu pengambilan sampel

29
urin adalah midstream sehingga perlunya dilakukan edukasi pada pasien untuk teknik
penampungan urinnya. Akan tetapi ada teknik lain yang dilakukan dalam mengambil
sampel urin. Seperti pada beberapa kasus diperlukan beberapa kali pengambilan urin,
atau dengan penampungan urin selama 24 jam. Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk
mengetahui lokasi infeksi atau lokasi perdarahan pada traktus urinarius.6

Pemeriksaan Darah
 Darah rutin
 Serum elektrolit (Na, K, Cl, CO2) untuk mengetahui keadaan homeostasis.
 Faal ginjal (Blood urea nitrogen, creatinine)
 Glukosa darah (mungkin berhubungan dengan glukosuria, penyakit penyerta
seperti diabetes mellitus)
 Factor pembekuan dan faal hemostatis
 Pemeriksaan penanda tumor (tumor marker)
Pemeriksaan penanda tumor antara lain (PAP) (prostatic acid
phoshatase) dan PSA (prostate Spesipic Antigen) yang sering berguna dalam
membantu menegakkan diagnosis karsinoma prostat, AFP (alfa feto protein) dan
Human Chorionic Gonadotropine (β HCG) untuk mendeteksi adanya tumor testis
jenis non seminoma, dan pemeriksaan VMA (vanyl Mandelic Acid) dalam urin
untuk mendeteksi tumor neuroblastoma.8

Analisis Sperma
Pemeriksaan anlisis sperma dikerjakan pada pasien varikokel atau infertilitas
pria untuk membantu diagnosis atau mengikuti perkembangan hasil pasca
terapi/tindakan pada infertilitas pria.

30
Analisis Batu
Batu yang telah dikeluarkan dari saluran kemih dilakukan analisis.
Kegunaan analisis batu adalah untuk mengetahui jenis batu guna mencegah terjadinya
kekambuhan di kemudian hari. Pencegahan itu dapat berupa pengaturan diet dan
pemberian obat – obatan.

Kultur Urin
Kultur urine diperiksa untuk mencari adanya infeksi saluran kemih,
menentukan jenis kuman dan sensitivitas kuman terhadap beberapa natibiotik yang
diujikan.

Sitologi Urin
Pemeriksaan sitologi urin merupakan pemeriksaan sitologi sel – sel
urotelium yang terlepas dan terikut urin. Contoh urin sebaiknya diambil setelah
pasien melakukan aktifitas dengan harapan lebih banyak sel – sel urotelium yang
terlepas dalam urin.
Derajat perubahan sel – sel itu diklasifikasikan dalam 5 kelas mulai dari
normal, sel – sel yang mengalami keradangan, sel – sel atipik, di duga menjadi sel –
sel ganas, dan sel – sel yang sudah mengalami perubahan morfologi menjadi ganas.

Patologi Anatomi
Pemeriksaan patologi anatomi adalah pemeriksaan histopatologi yang
diambil melalui biopsi jaringan ataupun melalui operasi. Pada pemeriksan ini dapat
ditentukan suatu jaringan normal, mengalami proses inflamasi, pertumbuhan benigna,
atau terjadi pertumbuhan maligna. Selain itu pemeriksaan ini dapat menentukan
stadium patologik serta derajat differensiasi keganasan.

31
Pemeriksaan Radiologi
Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen atau KUB (kidney Ureter Blader) merupakan foto
skrining untuk pemeriksaan kelainan – kelainan urologi. Menurut Blandy pembacaan
foto polos abdomen harus diperhatikan 4 S yaitu (side (sisi), skeleton (tulang), soft
tissue (jaringan lunak) dan stone (batu).

Pielografi Intra Vena (PIV)


Pielografi Intra Vena (PIV) adalah foto yang dapat menggambarkan keadaan
system urinaria melalui bahan kontras radio-opak. Pencitraan ini dapat menunjukkan
adanya kelainan anatomi dan kelainan fungsi ginjal.
Bahan kontras yang dipakai adalah Jodium dengan dosis 300 mg atau 1
mg/kgbb.
Tahap pembacaan foto IVP
Menit Uraian
0 Foto polos
5 Melihat fungsi eksresi ginjal. Pada ginjal normal system
pelvikaliscal sudah tampak
15 Kontras sudah mengisi ureter dan buli – buli
30 Foto dalam keadaan berdiri, dimaksudkan untuk melihat
kemungkinan terdapat perubahan posisi ginjal
60 Melihat keseluruhan anatomi saluran kemih, antara lain : filling
defect, hidronefrosis, double system, atau kelainan lain
Pada buli – buli diperhatikan adanya indentasi prostat,
trabekulasi, penebalan otot detrusor, dan sakulasi buli buli
Pasca miksi Menilai sisa kontras (residu urin) dan divertikel pada buli - buli

32
Sistografi
Sistogarfi adalah pencitraan buli – buli dengan memakai kontras. Foto ini
dapat dikerjakan dengan beberapa cara, antara lain:
 Melalui foto PIV
 Memasukkan kontras melalui kateter uretra langsung ke buli – buli
 Memasukkan kontras melalui kateter sistotomi atau melalui pungsi
suprapubik.

Uretrografi
Uretrogarfi adalah pencitraan uretra dengan memakai bahan kontras. Bahan
kontras dimasukkan langsung melalui meatus uretra eksterna sehingg jika terdapat
striktura pada uretra akan tampak adanya penyempitan atau hambatan kontras pada
uretra, adanya ekstravasasi kontras pada trauma uretra, atau adanya filling defect jika
terdapat tumor pada uretra.

Pielografi Retrograd (RPG)


Pielografi retrograd atau pyelography (RPG) adalah pencitraan sistem urinari
bagian atas dengan cara memasukkan bahan kontras radi – opak langsung melalui
kateter ureter yang dimasukkan kontras uretra.

Pielografi Antegrad
Foto pielografi antegrad adalah pencitraan system urinarius bagian atas
dengan cara memasukan kontras melalui sistem saluran (kaliks) ginjal

USG
Prinsip pemeriksaan USG adalah menangkap gelombang bunyi ultra yang
dipantulkan oleh organ – organ (jaringan) yang berbeda kepadatannya. Pemeriksaan
ini tidak invasif dan tidak menimbulkan efek radiasi.

33
USG dapat membedakan antara masa padat (hiperekoik) dengan masa kistik
(hipoekoid), sedangkan batu non opak yang tidak dapat dideteksi foto rontgen akan
terdeteksi oleh USG sebagai echoic shadow. Salah satunya renal ultrasonografi
dimana pemeriksaan ini mengevaluasi adanya lesi massa pada ginjal, hidronefrosis,
atau terdapatnya batu atau pecahan batu ginjal.
USG banyak dipakai untuk mencari kelainan – kelainan pada ginjal, buli –
buli, prostat, testis dan pemeriksaan pada kasus keganasan.

CT Scan dan MRI


Pemeriksaan ini lebih baik daripada USG tetapi harganya masih sangat
mahal. Kedua pemeriksaan ini banyak dipakai di bidang onkologi untuk menentukan
batas – batas tumor, invasi keorgan di sekitar tumor dan mencari adanya metsastasis
ke kelenjer limfe serta ke organ lain.

Sistografi
Dengan menyuntikkan bahan isotop (radioaktif yang telah diikat dengan
bahan radiofarmaka tertentu, keberadaan isotop didalam organ di deteksi dengan alat
kamera gama. Sintigrafi mampu menunjukkan keadaan anatomi dan fungsi suatu
organ.

Persiapan pemeriksaan USG


Sebenarnya tidak diperlukan persiapan khusus. Walaupun demikian pasien dengan
konstipasi, sebaiknya malam sebelumnya diberikan laksansia. Untuk pemeriksaan
alat– alat di rongga perut bagian atas, sebaiknya dilakukan dalam keadaan puasa dan
pagi hari dilarang makan dan minum yang dapat menimbulkan gas dalam perut
karena akan mengaburkan gambar organ yang diperiksa. Untuk pemeriksaan kandung
empedu dianjurkan puasa sekurang-kurangnya 6 jam sebelum pemeriksaan, agar
diperoleh dilatasi pasif yang maksimal. Untuk pemeriksaan kebidanan dan daerah
pelvis, vesika urinaria harus penuh.

34
Pemakaian klinis
USG digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dalam berbagai
kelainan organ tubuh. USG digunakan antara lain:
1. Menemukan dan menentukan letak massa dalam rongga perut dan pelvis.
2. Membedakan kista dengan massa yang solid.
3. Mempelajari pergerakan organ (jantung, aorta, vena kava), maupun
pergerakan janin dan jantungnya.
4. Pengukuran dan penentuan volume. Pengukuran aneurisma arterial, fetal-
sefalometri ,menentukan kedalaman dan letak suatu massa untuk biopsi.
Menentukan volum massa ataupun organ tubuh tertentu (misalnya buli-buli,
ginjal, kandung empedu, ovarium, uterus , dan lain-lain)
5. Biopsi jarum terpimpin. Arah dan gerakan jarum menuju sasaran dapat
dimonitor pada layar USG.
6. Menentukan perencanaan dalam suatu radioterapi. Berdasarkan besar tumor
dan posisinya , dosis radioterapi dapat dihitung dengan cepat. Selain itu
setelah radioterapi, besar dan posisi tumor dapat pula diikuti.
7. Menemukan kelainan kongenital.
8. Menemukan obstruksi traktus urinarius.
9. Penilaian pembuluh darah ginjal.

Teknik pemeriksaan
Pertama-tama, penilaian IVP sangat diperlukan. Tentukan posisi ginjal dan
daerah yang perlu dinilai lebih lanjut. Sebagian besar kasus-kasus adalah untuk
menentukan keadaan suatu massa intrarenal. Fokus transduser yang digunakan sekitar
5 cm, 2,5 – 3,5 MHz cukup memadai, pada orang kurus atau anak digunakan
transduser 5 MHz, sedang pada orang gemuk sekali 1,5 – 2 MHz mungkin lebih
berguna.

35
Lakukan irisan transversal untuk menentukan lokasi aksis ginjal, diikuti
dengan irisan – irisan longitudinal, bila perlu gunakan magnifikasi. Ginjal turut
bergerak dengan pernapasan, sehingga pada linear scan perlu tahan napas. Sedang
penelaahan kutub atas ginjal paling baik dengan sektor transduser melalui celah iga.

A. Kelainan Pada Traktus Urinarius


Kelainan ginjal
a. Kelainan bawaaan
1. Agenesis
Pada agenesis satu ginjal tidak ada. Dengan pemeriksaan yang teliti, tidak
terbentuknya salah satu ginjal dapat ditentukan. Bagian fleksura lienalis
kolon akan mengisi tempat ginjal bila ginjal kiri yang tidak ada (kelainan
yang umumnya terjadi). Dengan alat real time bisa dilihat adanya
peristaltik kolon.

Gambar 1. Gambaran Agenesis Renal Unilateral

36
2. Hipoplasia ginjal
Ginjal terlihat kecil, sedang kontur yang rata dan struktur eko anatomi
sama dengan struktur eko ginjal normal.

Gambar 2.Gambaran Hipoplasia Ginjal

3. Ginjal sepatu kuda


Dapat diperiksa dalam posisi berbaring terlentang. Kadang kadang dapat
dilihat istmus yang melintang di sebelah anterior ruas tulang belakang dan
menyatukan bagian ginjal kanan-kiri yang aksis memanjang menuju ke
medial.

37
Gambar 3. Gambaran Horseshoe Kidney dalam gambaran USG dan
anatominya

b. Kelainan pada sinus renalis


1. Obstruksi komplit
Dengan Gray scale ultrasound daerah sinus renalis dapat diperlihatkan
secara optimal, sehingga infundibulum dan kalises dapat diidentifikasi dan
dievaluasi. Ultrasonografi dianggap suatu cara pemeriksaan yang akurat
untuk menentukan adanya suatu obstruksi traktus urinarius. Suatu minimal
hidronefrosis akan terlihat sebagai suatu pemisahan ringan di bagian
sentral dari eko pelvikalises (halo sign). Keadaan ini dapat dilihat pada
irisan sektor interkostal, yang kemudian dikonfirmasi dengan irisan
memanjang. Pada keadaan hidroronefrosis moderat, kalises dan pielum
tampak melebar, berupa struktur yang berisi cairan. Dilatasi infudibulum
dan menghilangnya cupping kalises dapat dilihat pada USG, sama baiknya
seperti pada urografi.
Pada hidronefrosis yang lebih lanjut, sistem kalises di bagian tengah
akan tampak sebagai suatu zona echofree yang lobulated. Dan pada
hidronefrosis lanjut (severe hydronephrosis), pelvis akan terlihat sebagai
suatu zona besar berisi cairan, bahkan kadang-kadang pielum dan kalises
sukar diidentifikasi. Ginjal tampak sebagai suatu kantong berisi cairan dan
parenkim ginjal tidak jelas lagi.
Piohidronefrosis memperlihatkan dilatasi sistem kalises disertai
adanya debris yang tampak sebagai eko yang rendah pada kalises yang
melebar. Mungkin pula dijumpai suatu debris fluid level.
Bila ditemukan suatu hidroneforsis, maka hendaklah dicari seluruh
bagian ureter yang melebar, untuk kemungkinan mencari penyebab atau

38
tingkat osbtruksi. Akan tetapi biasanya, sebagian ureter akan tertutup oleh
gas usus.
2. Obstruksi pada sebagian sistem kalises
Obstruksi dapat terjadi hanya pada sebagian sistem kalises atau hanya
pada satu kalises, misalnya pada keadaan bila infudibulum tersumbat oleh
tumor atau keadaan striktur. Kadang-kadang sukar membedakan antara
massa berisi cairan di peripelvik, umpamanya antara suatu kista peripelvik
atau dengan suat fokal hidronefrosis. Untuk ini dapat dilakukan kompresi
pada ureter, untuk suatu kalises akan lebih melebar dengan adanya
kompresi.
3. Obstruksi inkomplit atau parsial
Suatu obstruksi parsial akan menimbulkan dilatasi yang minimal pada
sistem kalises. Kadang-kadang untuk ini diperlukan pemeriksaaan
uroradiologis lainnya untuk menegakkan diagnosis atau untuk
menyingkirkan suatu hidronefrosis. Obstruksi parsial mungkin tidak
terlihat pda waktu pemeriksaan USG pada penderita yang dilarang minum.
Pada penderita-penderita dengan obstruksi parsial di infudibulum,
ureteropelvic junction, atau pada ureter, suatu induksi dengan pemberian
diuresis kadang-kadang mungkin diperlukan untuk melihat lebih jelas
kelainan pada pemeriksaan ultrasonografi.
4. Nefrolithiasis
Nefrolithasis tampak sebgai suatu opasitas dengan reflektiof yang tinggi di
daerah sinus renalis, yang disertai suatu acoustic shadow di distalnya.
Kadang-kadang, terutama pada keadaan nondistended urinyary tract, eko
dari batu mumnya tidak dapat dibedakan dengan ekogenik dari struktur
sinus renalis. Dua teknik yang dapat dipakai dan penting untuk
memperlihatkan acoustic shadow yang optimal adalah:
- Mengatur gain yang tepat

39
- Menggunakan transduser yang mempunyai fokus pendek sesuai
dengan daerah yang dicurigai batu.

Gambar 4. Gambaran Batu di Ginjal

Untuk mengevaluasi suatu sinus renalis pada nefrolitiasis, umumnya dipakai


suatu gain yang rendah daripada yang digunakan untuk memeriksa parenkim ginjal
dan juga suatu far gain relatif rendah.
Proses terbentuknya batu ginjal di nefron tepatnya di tubulus distal dan
pengumpul, yaitu saat urin dipekatkan. Pembentukan Kristal atau batu ini
membutuhkan supersaturasi, dan inhibitor pembentukan ini ditemukan di dalam urin
normal. Terbentuknya batu kalsium dapat dipicu oleh reaktan asam urat, tetapi dapat
juga dihambat oleh inhibitor sitrat dan glikoprotein. Aksi reaktan dan inhibitor belum
diketahui sepenuhnya. Namun, ada dugaan proses ini berperan pada pembentukan
awal atau nukleasi kristal, progresi kristal atau agregatasi kristal. Misalnya
penambahan sitrat dalam kompleks kalsium dapat mencegah agregatasi kristal
kalsium oksalat. Bila komponen batu di ginjal ditelusuri, satu atau lebih dapat
ditemukan reaktan yang menimbulkan agregatasi pembetukan batu. Diperkirakan
bahwa agregatasi kristal di tubulus distal cukup besar sehingga tertimbun di
kolektikus akhir (pengumbul). Secara perlahan, timbunan akan semakin membesar
akibat penyatuan dari timbunan-timbunan selanjutnya sehingga batu ginjal yang

40
ditemukan bervariasi di setiap duktus kolektikus. Pengendapan ini diperkirakan
timbul pada bagian sel epitel yang mengalami lesi, dan kemungkinan lesi ini juga
disebabkan oleh kristal itu sendiri (Mochammad Sja’bani, 2006). Adanya lesi di
saluran kemih menyebabkan iritasi membran mukosa saluran dan menyebabkan
perdarahan sehingga terjadi hematuria (urin beserta darah). Lesi ini juga bisa
disebabkan oleh gesekan kristal terhadap membran mukosa ureter dan/atau uretra.
Batu ginjal merupakan penyebab terbanyak kelainan, baik pada ginjal maupun
saluran kemih. Namun penyebab dari batu ginjal sendiri masih idiopatik. Batu ginjal
lebih sering terjadi pada pria daripada wanita yang mungkin dipengaruhi oleh ukuran
uretra pria lebih panjang dari wanita. Adapun beberapa faktor risiko yang menjadi
faktor utama predisposisi batu ginjal, yaitu sebagai berikut.
1. Hiperkalsiuria: Meningkatnya kadar kalsium di urin. Hal ini bisa disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti meningkatnya absorpsi kalsium dari lumen usus, atau
penguraian kalsium yang berasal dari tulang, serta kelainan reabsorpsi kalsium di
tubulus ginjal.
2. Hipositraturia: Kadar sitrat yang peran sebagai inhibitor pembentukan kalsium di
urin berkurang. Peningkatan reabsorsi sitrat akibat peningkatan asam di proksimal
menyebabkan berkurangnya sitrat di urin sehingga proses agregatasi kalsium
berjalan dengan mudah. Inhibitor kalsium selain sitrat juga ditemukan pada
glikoprotein yang disekresi oleh sel epitel tubulus distal seperti nefrokalsin yang
dapat mengabsorpsi permukaan kristal.
3. Hiperurikosuria: Peningkatan asam urat pada urin.
4. Hiperoksaluria: Peningkatan di kadar oksalat yang diekskresikan ke dalam urin.
Peningkatan kecil kadar oksalat dapat memberi pengaruh yang besar terhadap
pembentukan kristal kalsium oksalat dibandingkan peningkatan ekskresi kalsium.
5. Penurunan intake cairan. Diketahui bahwa asupan air yang banyak dapat
menghambat pembentukan kristal menjadi lebih besar, sehingga kristal yang
masih kecil bisa luruh dari dinding tubulus dan dibawa oleh cairan urin yang
banyak untuk dieliminasi.

41
Batu (kalkulus) ginjal adalah batu yang terdapat di mana saja di saluran kemih.
Batu yang paling sering dijumpai tersusun dari kristal-kristal kalsium. Terdapat
sejumlah tipe batu ginjal dan ukurannya dapat berkisar dari kecil hingga sebesar batu
staghorn (batu menyerupai tanduk rusa) yang dapat merusak sistem kolektivus.
Biasanya batu ginjal terdiri atas garam kalsium (oksalat dan fosfat) atau magnesium
fosfat dan asam urat.
Penyebab batu ginjal adalah idiopatik. Akan tetapi, terdapat faktor predisposisi
seperti jenis makanan yang dikonsumsi, Infeksi Saluran Kemih (ISK), volume air
yang diminum, kelainan metabolisme, usia, jenis kelamin, genetik, aktivitas,
konsumsi vitamin dan obat-obatan tertentu, dan berat badan. Batu ginjal biasanya
terdiri dari kalsium oksalat.
Terbentuknya batu ginjal sangat erat kaitannya dengan peningkatan pH urine
(pada batu kalsium bikarbonat), atau sebaliknya penurunan pH urine (pada batu asam
urat). Segala sesuatu yang menyebabkan terhambatnya aliran urine dan menyebabkan
statis urine (tidak ada pergerakan pada urine) di bagian mana saja di saluran kemih,
meningkatkan pembentukan batu karena dapat menyebabkan pengendapan zat
organik dan mineral.
1. Genetik
Terdapat orang-orang tertentu yang memiliki kelainan atau gangguan ginjal sejak
dilahirkan, meskipun kondisi ini jarang ditemui. Penderita kelainan ini, sejak usia
anak-anak sudah memiliki kecenderungan yang mudah mengendapkan garam dan
memudahkan terbentuknya batu. Oleh karena fungsi ginjalnya yang tidak normal,
maka proses pengeluaran urine pun mengalami ganggguan karena urinenya banyak
mengandung zat kapur, sehingga mudah mengendapkan batu.

2. Makanan dan minuman


Sebagian besar penyakit batu ginjal disebabkan oleh makanan dan minuman.
Terutama pada makanan dan minuman yang tinggi kadar kalsium oksalat dan fosfat
yang mudah mengkristal dalam ginjal, juga pada makanan yang banyak mengandung

42
asam urat. Selain itu, mengkonsumsi makanan yang tinggi kadar garam
mengakibatkan tingginya kadar garam dalam urine yang menyebabkan mudahnya
terbentuk batu ginjal.
Untuk mencegah terbentuknya batu ginjal, sebaiknya kurangi makanan yang
mengandung garam, serta makanan dengan kadar oksalat tinggi, seperti kacang-
kacangan, bayam, ubi, cabai, tahu dan tempe, buncis, kentang, jeruk, anggur dan
stroberi. Makanan yang mengandung kalsium tinggi seperti kol, lobak, brokoli,
sarden dan keju jika dikonsumsi berlebihan juga dapat mempermudah terbentuknya
batu ginjal. Makanan dengan kadar purin yang tinggi juga sebaiknya dihindari, seperti
pada ikan laut, hati goreng, usus goreng, ikan sarden dan jeroan yang dapat
meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh.
Selain itu, sebaiknya juga tidak mengkonsumsi susu dan produk berkalsium tinggi
secara berlebihan. Kelebihan kadar kalsium akan diekskresikan melalui urine
sehingga meningkatkan resiko terbentuknya batu ginjal.

3. Volume air yang diminum


Kurang mengkonsumsi air putih menyebabkan sistem metabolisme tubuh tidak
berjalan dengan optimal. Ginjal memerlukan cairan dalam jumlah yang cukup banyak
untuk menguraikan zat-zat terurai dalam tubuh. Setidaknya minumlah 2 liter air
dalam sehari agar volume urine bertambah dan mengurangi konsentrasi mineral dan
garam.

4. Infeksi Saluran Kemih (ISK)


ISK dapat terjadi pada ureter, kandung kemih, maupun uretra. Penyebab utama
ISK adalah bakteri E.coli yang hidup pada kotoran dan usus besar. ISK banyak
menyerang wanita karena vagina lebih rentan terhadap pertumbuhan bakteri
dibanding pria. Infeksi ini akan meningkatkan terbentuknya zat organik. Kemudian,
zat ini dikelilingi mineral yang mengendap. Pengendapan mineral akibat infeksi ini

43
akan meningkatkan alkalinitas urine dan menyebabkan pengendapan kalsium fosfat
dan magnesium ammonium fosfat.

5. Aktivitas
Faktor pekerjaan dan olahraga dapat mempengaruhi terbentuknya batu ginjal.
Risiko penyakit ini bertambah tinggi pada orang dengan aktivitas yang jarang
berolahraga atau tidak banyak bergerak, serta pada orang yang pekerjaannya terlalu
banyak duduk. Hal ini dikarenakan aktivitas yang kurang aktif menyebabkan kurang
lancarnya peredaran darah maupun urine, sehingga mudah terbentuk batu ginjal.
Selain itu, pola hidup yang aktif dapat membantu pembentukan kalsium menjadi
tulang. Sebaliknya, gaya hidup yang kurang bergerak dapat mendorong kalsium
beredar dalam darah dan berisiko menjadi kristal kalsium.

6. Vitamin dan obat-obatan


Pembentukan batu ginjal juga dapat disebabkan oleh konsumsi vitamin C dan D
serta suplemen yang mengandung kalsium secara berlebihan. Hal ini dikarenakan
vitamin C dan D yang dikonsumsi berlebihan dapat mempermudah pengkristalan
kalsium oksalat. Mengkonsumsi 3 atau 4 gram vitamin C dan 400 IU vitamin D
setiap hari sudah cukup memenuhi kebutuhan tubuh. Obat-obatan antasida yang
dikonsumsi dalam jangka panjang juga berkontribusi terhadap terbentuknya batu
ginjal.
Sebaliknya, komsumsi vitamin A adalah penting karena vitamin A yang
dikonsumsi dalam kadar yang tepat dapat mencegah terbentuknya batu ginjal serta
menyehatkan fungsi sistem urine. Selain vitamin A, vitamin B6 dan magnesium juga
baik dikonsumsi untuk mengurangi kadar kalsium dalam urine.

7. Usia
Pada umumnya batu ginjal banyak ditemukan pada usia 20-50 tahun. Jarang
sekali ditemukan batu ginjal pada anak-anak.

44
8. Berat badan
Risiko penyakit batu ginjal juga lebih tinggi pada orang dengan berat badan
berlebih (obesitas) karena pada orang dengan berat badan berlebih dapat
menyebabkan kelainan metabolisme sehingga mudah mengendapkan garam-garam
kalsium.

9. Jenis kelamin
Menurut hasil penelitian, risiko terkena batu ginjal lebih banyak dialami pria dari
pada wanita dengan perbandingan 3:1. Hal ini mungkin berkaitan dengan uretrapria
yang lebih panjang dari uretra wanita.

c. Massa di sinus renalis


Tumor yang mengenai sinus renalis akan tampak sebagai suatu massa dengan
ekogenik yang rendah. Bekuan darah juga akan memberikan gambaran suatu
massa yang ekogeniknya rendah, untuk ini diperlukan suatu serial
pemeriksaan USG di mana poada bekuan darah akan terjadi perubahan dan
resolusinyang cepat. Sinus lipofibromatosis akan meberikan gambaran
sebagai suatu daerah dengan ekogenik yang rendah dengan batas yang
ireguler.
Kelainan pada ureter
1. Kongenital
o Duplikasi unilateral/bilateral, sebagian atau seluruhnya sampai masuk ke
buli-buli
o Ureterokel; memberikan gambaran radiologis seperti kepala ular kobra
o Striktur
o Divertikel
2. Batu
o Radioopak; tampak pada foto polos. Pemeriksaan PIV untuk menentukan
lokasinya dan akan terlihat pelebaran ureter proksimal dari batu.

45
o Radiolusen; tidak tampak pada foto polos, pada PIV tampak luput isi
(filing defect) pada ureter, dengan kemungkinan pelebaran bagian
proksimalnya. Diagnosis banding adalah tumor dan bekuan darah.
3. Uretritis
Gambaran radiologik dapat berupa dilatasi ureter atau dindingnya tidak rata.
4. Striktur
Biasanya terjadi akibat peradangan, trauma terutama oleh instrumen
(iatrogenik).
5. Tumor
Dibedakan menjadi tumor jinak dan ganas.
o Tumor jinak
Polip paling sering ditemukan, kebanyakan jaringan ikat fibrosa. Non
polip jarang ditemukan, kebanyakan berupa fibroma, kadang-kadang
neurofibroma, hemangioma, fibrolipomatosa. Gambaran radiologik berupa
luput isi (filling defect) kemungkinan dilatasi di proksimalnya. Diagnosis
banding ialah batu radiolusen, dan bekuan darah.
o Tumor ganas
- Tumor epitelial (primer)
Tumor ini umumnya berlokasi setengah bagian (50%) kasus pada 1/3
bawah ureter, dan 1/3 bagian (33%) kasus pada 1/3 atas ureter. Bentuk
tumor adalah papilar dan non papiler. Dalam gambaran radiologis
tampak adanya luput isi (filling defect) dengan kemungkinan dilatasi
proksimalnya. Untuk kasus tumor papiler sebagai diagnosis
bandingnya adalah batu radiolusendan bekuan darah. Untuk aksus non
papiler diagnosis bandingnya adalah batu radiolusen, striktur ureter,
dan kompresi tumor atau fibrosis retroperitoneal.
- Tumor non epitelial
o Primer

46
Tumor ini sangat jarang, berasal dari jaringan ikat ureter. Jenisnya
berup sarkoma, leomiosarkoma dan hemangioma-sarkoma.
o Sekunder
1. Dengan invasi langsung. Sebagai akibat perluasan dan invasi
tumor ganas dalam rongga badomen yaitu limfoma, karsinoma
pankreas, karsinoma serviks dan karsinoma kolon.
2. Dengan metastasis: sebagai akibat metastasis tumor ganas di
tempat lain, misalnya parenkim ginjal, lambung, prostat, paru,
limpa, kolon, dan lain-lainnya.

Kelainan pada vesica urinaria


a. Anomali buli-buli (kelainan kongenital)
Keadaan ini berhubungan dnegan kerusakan (defect) embriologik. Dapat
dijumpai ekstrofi buli-buli, terlihatnya komunikasi urakus (urachus) antara
buli-buli dan umbilikus, ureter ektopik, divertikula, terutama yang berada di
dinding posterior buli-buli.
b. Patologi buli-buli
Kelainan letak buli-buli:
Buli buli terletak berdekatan dengan oran-oragan dalam pelvis. Buli-buli
berpindah letak oleh kelainan organ yang berdekatan, termasuk luar dalam
pelvis atau edema di dasar pelvis. Peda wanita hamil terjadi relaksasi dasar
pelvis; acapkali dikenal sistokel dengan penonjolan buli-buli di belakang
orifisium uretra ke arah vagina.
Batu buli-buli:
Penyebab batu-buli utama adalah obstruksi dan infeksi. Kebanyakan
adalah radioopak dan dengan mudah dilihat pada foto polos abdomen. Batu
lain yang mengandung sedikit kalsium, pada foto polos kelihatan samar-
samar. Pemeriksaan sistografi dengan udara atau dengan kontras opak dapat
dilihat garis lingkar batu radiolusen. Batu dalam buli-buli dapat satu atau

47
lebih. Untuk membedakan batu buli dengan fekalit dibuat foto oblik barium
enema.

Buli-buli neurogenik (neurogenic bladder):


Penyakit atau trauma pada korda spinalis atausaraf perifer yang
mempersarafi buli-buli akan menyebabkan terjadinya perubahan fungsi buli-
buli sehingga menimbulkan inkontinensia tau retensi urin. Pada keadaan ini
tonus normal atau hilang, buli-buli menjadi sangat besar. Pemeriksaan
sistogram akan menentukan ukuran buli-buli, ada atau tidaknya trabekulasi,
refluks ke dalam ureter, retensi atau berkurangnnya dilatasi leher buli-buli
atau adanya perubahan anatomik.

Tumor buli-buli:
Penyebab tumor urotelial adalah faktor pekerjaan. Tidak adanya
perlindugnan terhadap zat warna anilin, karet, huli, dan zat kimia lainnya.
Pada pria perokok terdapat insiden karsinoma buli-buli yang tinggi. Secara
histologik terdapat tida tipe sel tumor transisional. Padat, papiler, dan
karsinoma in situ. Karsinoma sel skuamosa jarang dan biasanya
berhubungan dengan penyakit batu dan iritasi kronis. Gambaran klinis
biasanya berupa hematurian tanpa sakit dan obstruksi. Cara pemeriksaan
radiologik untuk diagnosis adlah tiap pasien dengan hematuria diasarankan
pemeriksaan sistoskopi. Sebelum sistoskopi, urin yang baru dikeluarkan
diperiksa secara sitologik untuk melihat sel tumor. Kemudian dilakukan
pemeriksaan pielografi intravena. Gambaran radiologik akan
memperlihatkan defek pengisian (filling defect) di buli-buli.

Benda asing dalam buli-buli:


Benda asing dalam buli-buli terdapat pada anak-anak dan orang dewasa
yang psikotik. Kadang-kadang benda asing ditempatkan secara tidak sengaja

48
pada saa operasi, atau dapat pula akibat luka tembus. Pemeriksaan radiologik
adalah foto polos abdomen. Untuk menetukan posisi benda asing dalam buli-
buli diperlukan foto oblik dan lateral. Sistografi akan memperlihatkan
bayangan budnar korpus alineum yang radiolusen dan perubahan-perubahan
dalam buli-buli. Tujuan sistoskopi adlaah untuk diagnosis dan pengobatan.
Pemeriksaan benda asing dalam buli-buli dapat pula dilakukan dengna USG
atau CT-Scan. Kelainan pada radigram buli yang disebabkan oleh kelainan
di luar buli-buli dapat terjadi, misalnya oleh prostat

Kelainan pada uretra


1. Kongenital; berupa divertikel, striktur, duplikasi (double) dan uretra tambahan
2. Striktura
Keadaan ini dapat ditimbulkan:
-akibat peradangan; meskipun segmen yang terkena pendek tetapi seluruh
uretra mengecil
-akibat trauma; segmen yang terkena lebih pendek dan lebih terlokalisasi
dibandingkan dengan akibat peradangan, sedangkan bagian lainnya nampak
normal. Pada fraktur pelvis, yang terkenauretra pars membranosa. Trauma
karena instrumen (iatrogenik) paling sering pada bagian uretra yang sevara
normal terdapat penyempitan.
3. Fistel
Yang sering ditemukan adalah fistel dengan kulit perineum (uretro-perineal),
fistel ini akibat uretritis gonorea dengan striktur abses periuretral, fustula
uretrorektal jarang terjadi, biasanya berupa kelainan kongenital, iatrogenik
(karena instrumenO, akibat tindakan bedah pada anus imperforata dan akibat
keganasan/peradangan rektum
4. Batu
Biasanya kecil dan berasal dari batu buli-buli atau ureter yang turun pada
waktu miksi

49
5. Tumor
Tumor uretra laki-laki berupa:
1. Karsinoma
Jarang ditemukan sehingga diagnosis dini sukar ditegakkan. Lokasi 50-
60% di daerah bulbo mebranosa dan kira-kira 2/3 di daerah distal, sedikit
di daerah prostat. Jenis tumornya adalah epitelioma sel skuamosa,
epitelioma sel transisional di daerah prostat dan adenokarsinoma di daerah
bulbus. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan uretrositoskopi dan
biopsi; uretrogram hanya membantu tindakan tersebut.
2. Tumor lainnya
Sangat jarang, yakni rhabdomiosarkoma, hemangioma, tumor metastasis
dari buli-buli dan prostat.
Tumor uretra wanita
Pemeriksaan dengan teliti pada meatus secara bimanual, sistouretroskopik,
sehingga cukup dapat ditegakkan diagnosisnya. Prognosis lebih baik, terutama
bila terkena pada 1/3 distal (terbatas).

B. Ultrasonografi Pada Traktus Urinarius


1. Ginjal
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) ginjal merupakan pemeriksaan yang non
invasif, tidak bergantung pada faal ginjal, tidak dijumpai efek samping, tanpa
kontras, tidak sakit, relatif cepat dan mudah dikerjakan. USG dapat memberkan
keterangan tentang ukuran, bentuk, letak, dan struktur anatomi dalam ginjal.
Pedoman pemeriksaan yaitu:
 Untuk ginjal kanan
Penderita berbaring terlentang, dan penderita diminta untuk menahan
napas pada inspirasi dalam. Posisi ini dimaksudkan untuk membebaskan hati
dan menampakan ginjal lebih ke bawah. Pada posisi ini, ginjal dapat

50
diperiksa dalam penampang membujur dan melintang, dengan mengatur
letak transduser miring ke bawah lengkung iga kanan, sejajar atau tegak
lurus terhadap sumbu ginjal dan menggunakan hati sebagai jendela akustik.
Pemeriksaan dimulai dari bagian medial sampai ke lateral secara teratur
berjarak 1 atau 2 cm. Posisi ini paling baik untuk menilai parenkim ginjal.
Penderita berbaring miring ke kiri (LLD) yaitu:
Pada keadaan ekspirasi, penampang melintang ginjal dapat diperiksa
melalui sela iga sepanjang garis mid-aksiler. Pada inspirasi dalam,
penampang koronal dapat diperiksa dengan meletakan transduser sejajar
garis mid aksiler mulai daerah [pinggang di bawah lengkung iga kanan.
Pemeriksaan dapat dilakukan dari permukaan posterior sampai ke anterior.
Posisi ini membantu memperlihatkan lesi yang tidak tergambar pada posisi
lain, juga Morrison’s pouch. Penderita berbaring telungkup dan menahan
napas pada inspirasi dalam. Pada posisi ini ginjal dapat diperiksa dalam
penampang membujur atau melintang, dengan meletakkan transduser di
sebelah kanan lateral garis tengah dan diatur sejajar atau tegak lurus sumbu
ginjal. Pemeriksaan dapat dilakukan dari bagian superior ke inferior, maupun
dari lateral ke medial.
 Untuk ginjal kiri
Gambaran USG ginjal kiri paling baik terlihat bila dilakukan pada posisi
berbaring miring ke kanan (RLD). Penampang melintang ginjal dapat
diperiksa dengan meletakkan transduser di sela iga, dalam keadaan ekspirasi.
Penampang koronal dapat diperiksa dnegan meletakkan transduser sejajar
garis aksiler, melalui daerah pinggang di bawah lengkung iga kiri, pada
inspirasi dalam. Penderita berbaring telungkup, seperti memeriksa ginjal
kanan, tetapi transduser diletakkan di sebelah kiri lateral garis tengah.
Sebaiknya, untuk setiap kali pemeriksaan, kedua ginjal diperiksa dan
dibandingkan hasilnya. Posisi telentang tidak dianjurkan untuk memeriksa

51
ginjal kiri, karena gambaran ginjal terganggu oleh bayangan udara di dalam
lambung dan usus, kecuali bila lambung diisi air (minum)
Sonogram ginjal normal yaitu:
 Ukuran ginjal
Ukuran panjang ginjal orang dewasa normal adalah:
- Untuk ginjal kanan: 8-14 cm (rata-rata 10,74 cm)
- Untuk ginjal kiri: 7-12 cm (rata-rata 11,10 cm)
Diameter antero-posterior rata-rata 4 cm dan diameter melintang rata-rata
5 cm. Ukuran panjang ginjal normal secara USG lebih kecil bila
dibandingkan dengan yang terlihat secara radiografi.
 Gambaran kapsul ginjal
Lemak perirenal tampak sebagai lapisan yang berdensitas eko tinggi
mengelilingi sisi luar ginjal.
 Gambaran parenkim ginjal
Parenkim ginjal terdiri atas korteks dan medula. Eko parenkim ginjal
relatif lebih rendah dibandingkan dengan eko sinus ginjal. Medula dan
korteks dapat jelas dibedakan. Pada keadaan normal, eko korteks lebih
tinggi daripada eko medula, yang relatif lebih sonolusen. Korteks ginjal
normal mempunyai densitas eko rendah, lebih rendah dibandingkan
parenkim limpa dan hati. Eko parenkim limpa lebih rendah daripada
parenkim hati, dan eko parenkim hati lebih rendah daripada eko sinus
ginjal, bila tidak ada penyakit hati. Tebal parenkim ginjal normal hampir
merata, di bagian tengah 1-2 cm dan di bagian kutub 2-3 cm. Tebal
parenkim ginjal dibandingkan dengan tebal sinus ginjal kira-kira 1
berbanding 2. Piramis medula berisi lebih banyak cairan daripada korteks
sehingga terlihat lebih hipoekoik, berbentuk segitiga dengan basis di
korteks dan apeksnya di sinus. Jaringan kolagen berperan pada
pembetukan eko korteks.

52
 Gambaran sinus ginjal
Eko sinus juga dikenal sebagai central pevicaliceal echo complex, terlihat
sebagai daerah kumpulan eko kasar bersonodensitas tinggi di bagian
tengah ginjal. Hal ini disebabkan karena sebagian besar terdiri atas lemak
di sekitar pelvis, infudibulum, dan kalises. Pelvis ginjal yang berisi urin,
kadang-kadang terlihat sedikit melebar, tampak sebagai celah bebas eko di
bagian tengah sinus ginjal. Pelebaran ini dapat terlihat sampai
infudibulum, yang pada potongan membujur akan terlihat memanjang dan
pada potongan melintang terlihat sirkuler.
 Gambaran pembuluh darah ginjal
Pendarahan ginjal berasal dari arteri renalis, yang kemudian bercabang
menjadi arteri lobaris untuk tiap piramis. Arteri lobaris ini bercabang 2
atau 3 arteri lobaris di antara piramis, kemudian bercabang kecil menjadi
arteri arkuata pada batas medula dan korteks akan menyeberang ke
korteks sebagai a.lobularis (arterial efferent), menuju glomerulus. Setelah
ini darah akan keluar melalui arterial efferent menuju jaringan kapiler
peritubuler, menuju vena dan selanutknya ke vena yang senama dengan
arterinya. Struktur pembuluh sukar dapat terlihat di dalam eko sinus.
Beberapa vena relatif lebih mudah terlihat, karena strukturnya yang lebih
besar dan terletak lebih anterior dari arteri renalis, pelvis dan ureter.
Pembuluh arkuata tampak sebagai eko densitas tinggi tersebar di batas
korteks dan medula. Pembuluh ini jelas terlihat pada potongan melintang
melalui hilus ginjal dan dipakai sebagai patokan untuk mengukur tebal
korteks ginjal.
Teknik:
Transduser 3,5 MHz biasanya digunakan untuk memindai ginjal orang
dewasa. Hal ini berperan sebagai jendela akustik untuk menilai ginjal

53
kanan dan limpa untuk menilai ginjal kiri. Ginjal dipindai dalam semua
bidang. Pasien harus diperiksa dalam posisi terlentang dan dekubitus.
Indikasi:
- Massa ginjal
- Hematuria
- Nyeri pingang
- Kenaikan ureum darah
- Ginjal yang tidak berfungsi atau berfungsi buruk pada pemeriksaan
IVU
- Untuk memandu biopsi dan teknik intervensi
Normalnya ginjal dengan mudah dikenali sebagai suatu organ dengan kontur
luar yang halus dan dikelilingi oleh lemak reflektif. Ekogenisitas korteks ginjal
normal biasanya kurang dari ini dipisahkan oleh berkas parenkim yang
membentang ke sinus ginjal. Berkas parenkim yang terletak di antar medula ini
disebuy “kolumna bertin”, dapat menonjol sehingga menyerupai sebuah tumor.
Sinus ginjal terdiri dari jaringan fibrosa, lemak dan pembuluh darah ginjal. Sinus
ginjal tampak sebagai struktur yang hiperekoik di tengah ginjal. Ureter normal
tidak tampak pada ultrasonografi. Kandung kemih terlihat sebagai struktur
berbentuk oval berisi cairan pada bidang longitudinal dan berbentuk persegi
empat pada bidang transversal. Untuk penilaian kandung kemih yang akurat,
kandung kemih harus terdistensi secara adekuat dan pasien mungkin harus
minum cairan tambahan.

54
Gambar 5. USG ginjal kanan

Gambar 6. Hubungan anatomi ginjal Gambar 7. Gambaran Ginjal Kiri

Pola ultrasonografi:
 Hidronefrosis
Obstruksi saluran kemih menyebabkan dilatasi sistem kolektivus yang dapat
menjadi generalisata atau lokalisata bergantung pada letak obstruksi. Sinus
ginjal yang hiperekoik bergeser di sekitar pelvis ginjal yang berdilatasi. Pada
obstruksi berat dapat ditemukan penipisan korteks.

55
Gambar 8. Hidronefrosis dan hidroureter nyata pada ginjal kanan
Kesalahan yang sering dilakukan adalah kandung kemih yang sangat
terdistensi dapat menimbulkan dilatasi sistem pelvikalises yang normal.,
harus dipastikan bahwa kandung kemih benar-benar dalam keadaan kosong
sebelum memuat diagnosis hidronefrosis, pelvis ekstrarenal yang menonjol,
kista parapelvis, aneurisma arteri renalis, refluks dan megakaliks kongenital
dapat menyerupai hidronefrosis.
 Batu ginjal
Batu tampak sebagai fokus hiperekogenik dengan bayangan akustik (acustic
shadow)

Gambar 9. Batu ginjal

56
 Pionefrosis
Cairan hidronefrotik baik yang mengalami infeksi atau digantikan dengan
pus, dikenal sebagai pionefrosis. Pelvis ginjal yang berisi pus tampak sebgai
cairan dengan berbagai derajat pemantulan di dalam sistem pelvikalises yang
terdilatasi. Debris mungkin melapisi bagian paling rendah dan tampak
sebagai batas cairan-cairan.

 Massa ginjal
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan pilihan untuk evaluasi massa ginjal
yuang terdeteksi dengan IVU. Ultrasonografi sangat sensitif untuk
membedakan lesi kistik dengan lesi padat, dan tingkat akurasi yang telah
dilaporkan 97%.

Gambar 10. Gambaran massa ginjal

57
 Kista ginjal simpleks
Kista ginjal tua sering ditemukan pada pasien berusia tua. Gambaran kista
ginjal pada ultrasonografi serupa dengan gambaran kista di bagian tubuh
yang lain. Kista memiliki gambaran khas berbatas tegas, mempunyai batas
yang halus/rata, berbentuk bulat atau oval, anekoik dan menghasilkan
penguatan akustik. Kista dapat tunggal/multipel.

Gambar 11. Gambaran kista ginjal simpleks

 Penyakit polikistika
Penyakit polikistik pada orang dewasa diturunkan secara dominan autosomal.
Terdapat kista multipel dalam berbagai ukuran yang menyebar di seluruh
parenkim ginjal. IVU menunjukan pembesaran ginjal, defek radiolusen yang
byulat pada nefrogram dan distorsi sistem kolektivus yang tidak teratur. Pada
ultrasonografi ginjal membesar dengan kista yang multipel.

Gambar 12. Gambaran penyakit polikistika

58
 Abses ginjal
Pada ultrasonografi , abses tampak sebagai massa fokal dengan berbagai
gema internal. Abses mula-mula tampak sebagai daerah yang sedikit
hipoekoik. Pada akhirnya, abses dengan jelas menjadi hipoekoik sampai
anekoik, dengan berbagai bayangan akustik.
 Angiomiolipoma ginjal
Angiomiolipoma (AML) ginjal merupakan tumor jinak yang terdiri dari
sejumlah lemak, otot dan pembuluh darah. AML dapat terlihat pada foto
KUB bila cukup besar dan mengandung lemak dalam jumlah yang signifikan.
Pada ultrasonografi, AML tampak sebagai massa hiperekoik berbatas tegas.
 Tumor ganas ginjal
Hipernefroma atau adenokarsinoma ginjal merupakan tumor ganas yang
paling sering terjadi pada ginjal orang dewasa. Gambaran tumor yang khas
pada ultrasonografi bergantung pada kepadatannya. Ekogenisitas tumor dapat
bervariasi dari hiperekoik sampai anekoik, bila dibandingkan dengan
parenkim ginjal.
 Limfoma
Keterlibatan hinjal sebagian besar terjadi pada limfoma non hodgkin. Tumor
biasanya tampak sebagai massa hipoekoik yang soliter atau multipel dengan
transmisi suara yang buruk.
 Peningkatan eksogenesitas parenkim ginjal
Parenkim ginjal yang hiperekoik disebabkan oleh proses ginjal kronik seoerti
gklomerulonefritis kronikdan ppenyakit ginjal stadium akhir oleh sebab apa
pun. Ginjal biasanya menjadi lebih kecil dan mungkin hampir tidak terlihat

2. Kandung Kemih
Tekniknya adalah pasien dipindai dalam posisi telentang menggunakan
transduser 3.5 MHz. Pada pemeriksaan, kandung kemih dalam keadaan penuh.

59
Indikasinya adalah penentuan volume residu urin, deteksi tumor kandung
kemih dan massa intravesika, deteksi lesi dinding kandung kemih.
Pola ultrasonografi:
 Pola normal
Kandung kemih terletak di seblah posterior simfisis pubis bila kosong dan
naik ke dalam rongga pelvis bila penuh. Ukuran dan bentuknya bervariasi
bergantung pada banyaknya urin dalam kandung kemih. Kandung kemih
tampak bulat hingga mendekati persegi empat pada pemindaian transbersal
dan bebentuk bulat hingga oval pada pemindaian longitudinal. Lapian
mukosanya halus dan teregang bila kandung kemih terisi penuh.
 Tumor kandung kemih
Sembilan puluh lima persen tumor kandung kemih berasala dari urotelial.
Karsinoma transisional (Transtional cell carcinoma, TCC) merupakan jenis
tumor ganas kandung kemih yang paling sering dijumpai. Hematuria tanpa
nyeri merupakan gejala yang paling sering muncul. Tumor tampak sebgai
massa homogen atau tidak homogen yang halus atau tridak teratur. Massa
melekat pada dinding. Invasi melalui otot dinding kandung kemih dapat
terlihat bila dinding kandung kemih terputus dengan batas tegas dan bersifat
ekogenik. Walaupun demikian, penentuan stadium tumor kandung kemih
lebih akurat bila dilakukan dengan CT tau pencitraan resonansi magneitk
(MRI). Gambaran ultrasonografi TCC tidak spesifik dan harus dibedakan dari
papiloma jinak, bekuan darah yang melekat disebabkan oleh obstruksi kronik
saluran keluar kandung kemih.
 Divertikulum
Divertikulum kandung kemih merupakan penonjolan dinding kandung kemih
yang menyerupai kantung. Divertikulum ini berisi urin dan sebagian besar
disebabkan oleh obstruksi saluran keluar kandung kemih yang berlangsung
lama.

60
 Sistitis
Sistitis lebih sering terjadi pada pasien wanita dibandingkan dengan pria.
Sistitis akut biasanya disebabkan oleh organisme gram negatif seperti E.Coli,
Proteus, Klebsiela. Sebagian besar kasus tidak menunjukan abnormalitas
pada ultrasonografi. Walaupun demikian, pada sistitis yang berat didnding
kandung kemih menjadi tebal, baik secara fokal maupun difus, dan dapat
menyerupai tumor. Gambaran ukltrasonografi sistitis tampak serupoa baik
yang disebabkan oleh infeksi, radiasi amupun efek siklofosfamid.
 Micturating cystography (MCU)
MCU dilakukan dengan mengisi kandung kemih dengan agen kontras melalui
kateter uretra. Bila memungkinkan, fluoroskopi harus tersedia untuk
melakukan pemeriksaan ini. Biasanya digunakan kontras 250 ml untuk pasien
dewasa atau hingga pasien merasa ingin buang air kecil. Film-permukaan
selalu dianjurkan untuk mendeteksi kalsifikasi atau batu. Sesudah pengisian
kandung kemih hingga mencapai kapasitassnya dilakukan foto ketika
terlokalisasi dalam proyeksi anteroposterior dan lateral selama
berlangusngnya pemeriksaan fluoroskopi. MCU bermanfaat untuk
mendeteksi refluks vesikoureterik dan ruptura kandung kemih. Untuk
mendeteksi refluks, pasien harus buang air kecil selama fluorosksopi karena
refluks bersifat intermiten. Bila dicurigai trauma kandung kemih, fluoroskopi
harus dilakukan dan foto ketikaharus dilakukan dan ketika foto terlokalisaani
(harus segera diperlukan, sesudah pemberian 50 ml kontras agar dapat
mendeteksi ekxtravasasi secara dini.

C. Batu Saluran Kemih


Batu saluran kemih ialah suatu keadaan timbulnya batu di dalam saluran kemih
baik didalam ginjal, ureter, kandung kemih maupun di uretra. Batu saluran kemih
diduga telah ada sejak peradaban manusia yang tua, karena ditemukan batu di antara

61
tulang panggul kerangka seorang mummi berumur 16 tahun. Mummi ini diperkirakan
sekitar 7000 tahun. Di berbagai tempat lain dilaporkan penemuan batu kandung
kemih. Penyakit batu saluran kemih merupakan salah satu dari tiga penyakit
terbanyak di bidang urologi setelah infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat
benigna.
Penyakit batu saluran kemih dapat menyerang penduduk di seluruh dunia. Angka
kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di negara-negara
berkembang banyak dijumpai pasien batu kandung kemih sedangkan di negara maju
lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas; hal ini karena adanya
pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari. Prevalensi dari penyakit batu
ginjal diperkirakan sebesar 1% sampai 15%, dengan kemungkinan memiliki batu
bervariasi berdasarkan umur, jenis kelamin, ras, dan lokasi geografis. Di Amerika
Serikat, prevalensi penyakit batu telah diperkirakan 10% sampai 15%. Di rumah sakit
Amerika Serikat kejadian batu ginjal dilaporkan sekitar 7-10 pasien untuk setiap 1000
pasien rumah sakit dan insidens dilaporkan 7-21 pasien untuk setiap 10.000 orang
dalam setahun.
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu
keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang
berasal dari lingkungan di sekitarnya.
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan
aliran urine, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan lain yang masih belum
diketahui (idiopatik). Sekitar 80% pasien batu saluran kemih merupakan batu kalsium
dan kebanyakan terdiri dari kalsium oksalat atau sebagai kalsium fosfat. Jenis batu
lainnya terdiri dari batu asam urat dan batu struvit dan batu sistin. Pengambilan batu
tanpa operasi dengan litotripsi (Extra Corporeal Shockwave Lithotripsy) atau
penghancuran batu dengan gelombang kejut, telah banyak dilakukan pada beberapa
pasien litotripsi.

62
Batu saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang
terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu
ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan
batu ini disebut urolitiasis.

a) Definisi Batu Saluran Kemih


Batu saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang
terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal
(batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses
pembentukan batu ini disebut urolitiasis
.
b) Epidemiologi Batu Saluran Kemih
Diperkirakan 1%-15% orang di dunia mengalami penyakit batu ginjal, angka
ini bervariasi menurut jenis kelamin, ras, usia dan letak geografis. Di Amerika,
diperkirakan prevalensi penyakit batu saluran kemih sebesar 10%-15% dari total
penduduk. Angka kejadian batu saluran kemih ini meningkat dalam tiga dekade
terakhir.

c) Faktor Risiko Batu Saluran Kemih


Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan
aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-
keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis
terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada
seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal
dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari
lingkungan sekitarnya.
a. Jenis Kelamin

63
Laki-laki lebih sering terkena batu ginjal dua sampai tiga kali dibandingkan
wanita. Hal ini mungkin karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan utama
pembentuk batu pada wanita lebih rendah daripada laki-laki dan kadar sitrat air
kemih sebagai bahan penghambat terjadinya batu (inhibitor) pada wanita lebih
tinggi daripada laki-laki. Pada laki-laki, serum testosteron menghasilkan
peningkatan produksi oksalat endogen oleh hati. Rendahnya serum testosteron
pada wanita dan anak-anak menyebabkan rendahnya kejadan batu saluran kemih
pada wanita dan anak-anak.

b. Ras
Perbedaan ras dan etnis pada penyakit batu ginjal telah diamati. Diantara laki-
laki Amerika, ditemukan prevalensi tertinggi pada ras kulit putih, diikuti oleh
Hispanik, Asia dan Afrika-Amerika yang masing-masing memiliki prevalensi
sebesar 70%, 63% dan 40%. Pada wanita Amerika, prevalensi tertinggi pada ras
kulit putih dan prevalensi terendah oleh ras Asia. Penelitian yang dilakukan
Maloney dkk (2005), menyatakan walaupun terdapat perbedaan pembentukan
batu pada ras kulit putih dan non kulit putih dalam wilayah geografis yang sama,
lingkungan dan gaya hidup-lah yang memberikan kontribusi terbesar dalam
kejadian batu saluran kemih.

c. Usia
Kejadian batu saluran kemih jarang sebelum usia 20 tahun. Biasanya terjadi
pada golongan umur 40-60 tahun. Telah diamati bahwa puncak kejadian batu
saluran kemih pada wanita dewasa terjadi pada umur 60 tahun atau lebih. Ini
berhubungan dengan kadar estrogen yang menurun pada saat menopause.
Rendahnya estrogen akan meningkatkan penyerapan kalsium ginjal dan
mengurangi resorpsi tulang. Heller dkk (2002), mengobservasi wanita menopause
yang diberikan terapi estrogen dan yang tidak. Hasilnya menunjukkan bahwa

64
wanita menopause yang mendapat terapi estrogen memiliki kadar kalsium oksalat
yang rendah daripada yang tidak.

d. Letak Geografis
Letak geografis menyebabkan perbedaan insiden batu saluran kemih di suatu
tempat dengan tempat yang lain. Prevalensi batu saluran kemih tinggi pada
mereka yang tinggal di iklim panas atau kering, seperti di pegunungan, gurun atau
daerah tropis. Faktor geografi mewakili salah satu aspek lingkungan seperti
kebiasaan makan di suatu daerah, temperatur dan kelembaban yang menjadi
faktor predisposisi batu saluran kemih.

e. Iklim dan Cuaca


Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh secara langsung namun ditemukan
tingginya batu saluran kemih pada lingkungan bersuhu tinggi. Selama musim
panas banyak ditemukan batu saluran kemih. Temperatur yang tinggi akan
meningkatkan keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi air
kemih yang meningkat akan meningkatkan pembentukan kristal air kemih. Pada
orang yang mempunyai kadar asam urat tinggi akan lebih berisiko terhadap batu
saluran kemih.

f. Jumlah Air yang Diminum


Pembentukan batu saluran kemih juga dipengaruhi oleh faktor hidrasi. Pada
orang dengan dehidrasi kronik dan intake air yang kurang memiliki risiko yang
tinggi terkena batu saluran kemih. Dehidrasi kronik menaikkan gravitasi air
kemih dan saturasi asam urat sehingga terjadi penurunan pH air kemih.
Pengenceran air kemih dengan banyak minum menyebabkan peningkatan
koefisien ion aktif setara dengan proses kristalisasi air kemih. Banyaknya air yang

65
diminum akan mengurangi rata-rata umur kristal pembentuk batu saluran kemih
dan mengeluarkan komponen tersebut dalam air kemih.

d) Patogenesis Pembentukan Batu Saluran Kemih


Proses pembentukan batu saluran kemih merupakan suatu kaskade rumit yang
dimulai dari filtrasi glomerulus melewati nefron. Pembentukan batu saluran
kemih membutuhkan keadaan supersaturasi. Keadaan supersaturasi ini
bergantung pada pH urin, besarnya kekuatan ion dan konsentrasi zat. Selanjutnya,
ion atau molekul zat yang terlarut mengendap dari larutan dalam bentuk kristal
atau inti. Sekali terbentuk, kristal tersebut dapat keluar oleh urin atau tertahan
pada saluran kemih kemudian tumbuh dan beragregasi, yang akhirnya
menyebabkan pembentukan batu.
a. Keadaan Supersaturasi
Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan
dasar terpenting dan merupakan prasyarat untuk terjadinya presipitasi
(pengendapan). Apabila kelarutan suatu produk tinggi dibandingkan titik
endapnya, maka terjadi supersaturasi sehingga menimbulkan terbentuknya kristal.
Kristal-kristal tersebut tetap dalam keadaan metastable (tetap larut). Dalam
keadaan-keadaan tertentu, kristal tersebut dapat terpresipitasi. Secara teoritis batu
dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-tempat yang
sering mengalami hambatan aliran urin (stasis urine), yaitu pada sistem kalises
ginjal atau buli-buli. Keadaan tersebut memungkinkan pembentukan kristal terjadi
dalam urin metastabil. Hubungan antara konsentrasi zat terlarut dengan
terbentuknya batu sangat jelas. Semakin besar konsentrasi ion, maka
kemungkinan ion akan mengendap semakin tinggi. Apabila konsentrasi ion
meningkat ion akan mencapai titik yang disebut solubility product. Bila
konsentrasi ion meningkat diatas ini maka akan dimulai proses kristalisasi dan
nukleasi.

66
Bagan 1. Tahapan saturasi urin

Tingkat saturasi dalam air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan
pembentuk batu saluran kemih yang larut, tetapi juga oleh kekuatan ion,
pembentukan kompleks dan pH air kemih. Secara kasar separuh total konsentrasi
kalsium dan oksalat berada dalam bentuk ion bebas, sisanya dalam bentuk
kompleks. Kalsium dapat membentuk kompleks dengan sitrat yang larut dalam
air. Keasaman air kemih akan mempengaruhi pembentukan kompleks maupun
aktivitas ion bebas. Pada kenaikan pH terjadi kenaikan kompleks kalsium sitrat
dan kalsium fosfat serta penurunan kompleks kalsium sulfat pada pH 6,5 atau
lebih. Hampir semua ion sitrat terionisasi sehingga sangat mudah membentuk
kompleks dengan ion kalsium. Pada penurunan pH terjadi sebaliknya yaitu
penurunan kemampuan ion sitrat untuk mengikat kalsium sehingga lebih mudah

67
membentuk kompleks kalsium oksalat. Pada pH tinggi terjadi suasana basa, maka
ion hidrogen bebas turun sehingga menaikkan ion fosfat bebas.

b. Nukleasi dan Agregasi


Nukleasi merupakan awal dari proses pembentukan batu dan dipengaruhi oleh
berbagai substansi seperti matriks organik, benda asing, dan partikel lain. Pada
nukleasi terjadi proses terbentuknya inti dalam larutan murni. Inti adalah struktur
kristal awal yang tidak larut. Inti yang kecil tidak stabil, mereka cenderung
dikeluarkan bersama urin. Jika tercapai keadaan supersaturasi, stabilitas inti yang
adekuat, waktu pembentukan nukleasi yang singkat, maka inti akan bertahan.
Pada urin, nukleasi yang terbentuk ini akan menempel pada sel epitel, debris lain
atau kristal lainnya. Pada saat urin transit melalui nefron, agregat kristal masih
rapuh dan belum mencapai ukuran yang cukup untuk menutup jalan lumen
tubular. Namun, jika bentuk inti cukup dan tumbuh, agregasi kristal akan
membentuk partikel yang lebih besar dan dalam beberapa menit dapat
menyumbat lumen tubulus.
Nukleasi heterogen (epitaxy) merupakan jenis nukleasi yang umum terjadi
pada pembentukan batu. Hal ini disebabkan nukleasi heterogen membutuhkan
energi yang lebih sedikit daripada nukleasi homogen. Sebuah tipe kristal akan
menjadi nidus untuk nukleasi tipe kristal lain, contohnya kristal asam urat akan
menjadi nidus untuk nukleasi kalsium oksalat.

c. Inhibitor Pembentukan Kristal


Pada proses nukleasi, batu saluran kemih terbentuk dari kristal-kristal atau
benda asing dari urin yang kadarnya jenuh. Namun, terdapat molekul-molekul
lain sebagai inhibitor yang mampu menghambat pertumbuhan kristal,
menghambat agregasi kristal, maupun menghambat retensi kristal. Urin normal
mengandung chelating agent seperti sitrat, yang menghambat proses nukleasi,
pertumbuhan dan agregasi kristal-kristal yang mengandung ion kalsium. Inhibitor

68
lainnya adalah calgranulin, Tamm-Horsfall protein, glycosaminoglycans,
uropontin, nephrocalcin, dan lain-lain. Mekanisme biokimia mengenai hubungan
antara substansi tersebut dengan pembentukan batu masih belum dipahami
seluruhnya, akan tetapi bila pada pemeriksaan substansi tersebut kadarnya
dibawah normal, maka akan terjadi agregasi kristal yang akan membentuk batu.
Nephrocalcin, glikoprotein yang bersifat asam dan disekresikan oleh ginjal, dapat
menghambat nukleasi, pertumbuhan dan agregasi dari kalsium oksalat.
Dikenal dua jenis inhibitor yaitu organik adalah asam sitrat, nephrocalcin dan
Tamm-Horsfall protein, glikosaminoglikans, uropontin dan lain-lain. Inhibitor
anorganik yaitu pirofosfat, magnesium dan zinc. Inhibitor yang paling kuat yaitu
sitrat, karena sitrat akan bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat yang
larut dalam air. Inhibitor mencegah terbentuknya kristal kalsium oksalat,
mencegah agregasi dan mencegah perlengketan kristal kalsium oksalat pada
membran tubulus. Magnesium mencegah terjadinya kristal kalsium oksalat
dengan mengikat oksigen menjadi magnesium oksalat.

d. Matriks
Komponen matriks pada batu bervariasi tergantung jenis batu. Komponen
matriks biasanya hanya 2-10% dari berat batu tersebut. Komposisi matriks yang
dominan adalah protein dengan sedikit hexose atau hexosamine. Peran matriks
pada inisiasi pembentukan batu masih belum diketahui secara sempurna. Matriks
dapat berperan sebagai nidus untuk agregasi kristal atau sebagai perekat
komponen-komponen kristal kecil.

e) Ion Urin
a. Kalsium
Kalsium adalah ion utama pembentuk kristal dalam urin. Hanya 50%
kalsium yang terionisasi dalam plasma dan difiltrasi oleh glomerulus. Sekitar
95% kalsium yang difiltrasi di glomerulus di serap kembali di tubulus

69
proksimal dan distal dan sebagian di tubulus pengumpul. Kalsium diserap
pada fase ionik, dan penyerapan kalsium tidak sempurna karena pembentukan
kompleks kalsium pada lumen usus. Substansi yang dapat menghasilkan
kompleks kalsium adalah fosfat, sitrat, oksalat, sulfat dan asam lemak.
Kalsifikasi dapat berlangsung dan berakumulasi pada duktus pengumpul,
menghasilkan batu saluran kemih. Kira-kira 80-85% dari seluruh kejadian
batu adalah batu kalsium.

b. Oksalat
Oksalat adalah produk sisa metabolisme dan relatif tidak larut, sekitar 10-
15% oksalat ditemukan dalam urin berasal dari makanan. Pengaruh makanan
dapat mempengaruhi jumlah oksalat dalam urin. Adanya kalsium dalam
lumen usus merupakan faktor penting yang mempengaruhi jumlah oksalat
yang diserap. Ekskresi oksalat dalam urin berkisar 20-45 mg/hari dan
biasanya meningkat setelah makan.

c. Fosfat
qFosfat merupakan penyangga kalsium dalam urin dan salah satu
komponen ion dalam pembentukan kalsium fosfat dan magnesium fosfat.
Ekskresi fosfat dalam urin bergantung dari jumlah fosfat pada makanan yang
dikonsumsi. Fosfat difiltrasi oleh glomerulus dan diserap kembali di tubulus
proksimal. Regulasi fosfat diatur oleh hormon paratiroid yang secara langsung
menghambat penyerapan fosfat di tubulus proksimal.

d. Asam Urat
Asam urat adalah produk sisa dari metebolisme purin. Sekitar 10% asam
urat diekskresikan lewat urin. Kelainan metabolisme purin dapat
menimbulkan batu saluran kemih. Walaupun jarang, kelainan oksidasi xanthin
akan menyebabkan peningkatan xantin dan mengendap menjadi batu xantin.

70
Kristal dan batu asam urat biasanya radiolusen dan dapat diidentifikasi pada
foto polos abdomen. Beberapa batu mungkin bersifat radioopak karena
bercampur dengan kalsium.

Gambar 16. Batu asam urat setelah diberikan kontras

e. Sodium
Meskipun tidak diidentifikasi sebagai salah satu unsur utama batu saluran
kemih, natrium memainkan peran penting dalam mengatur kr istalisasi garam
kalsium dalam urin. Tingginya diet asupan natrium meningkat ekskresi
kalsium dalam urin. Hal ini akan mengurangi kemampuan urin untuk
menghambat kalsium oksalat.

f. Sitrat
Sitrat mempengaruhi perkembangan batu kalsium pada saluran kemih.
Umumnya mereka yang kadar sitratnya rendah dalam urin dihubungkan
dengan kejadian batu kalsium oksalat. Estrogen meningkatkan eskresi sitrat
dan menjadi salah satu faktor yang menurunkan angka kejadian batu saluran
kemih pada wanita. Keadaan pH yang basa juga dapat meningkatkan ekskresi
sitrat. Sebaliknya, jika terjadi gangguan metabolik seperti asidosis metabolik,
hipomagnesia atau hipokalemia, dapat menurunkan ekskresi sitrat.

71
g. Magnesium
Berdasarkan penelitian, kekurangan diet magnesium berkaitan dengan
angka kejadian batu saluran kemih. Kekurangan magnesium dapat
menyebabkan peningkatan pembentukan batu kalsium oksalat. Namun,
mekanisme efek magnesium secara langsung tidak diketahui. Diet tinggi
magnesium tidak akan mengurangi resiko pembentukan batu saluran kemih.

h. Sulfat
Urin sulfat dapat membantu mencegah terjadinya batu saluran kemih
dengan berikatan dengan kalsium. Umunya sulfat dibentuk dari protein urin.

f) Jenis Batu Saluran Kemih


Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih dapat
diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui adanya
kalsium, magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat oksalat dan sistin.
a. Batu Kalsium
Batu kalsium sangat sering terjadi akibat kenaikan kadar kalsium dalam urin,
kenaikan kadar asam urat dalam urin, naiknya kadar oksalat dan menurunnya
sitrat dalam urin. Hiperkalsiuria merupakan kelainan yang paling sering
ditemukan pada pasien dengan batu kalsium. Akan tetapi, peran hiperkalsiuria
pada pembentukan batu masih kontroversial. Investigasi terakhir menyatakan
bahwa plak adalah perkursor yang potensial pada pembentukan batu kalsium dan
angkanya berhubungan langsung dengan kadar kalsium dalam urin dan angka
kejadian batu. Konsentrasi kalsium dalam urin yang tinggi menyebabkan
meningkatnya saturasi garam kalsium pada urin dan menurunnya aktivitas
inhibitor seperti sitrat dan kondroitin sulfat.

72
Absorptive Hypercalciuric Nephrolithiasis
Konsumsi kalsium normal rata-rata per hari adalah 900-1000 mg. Kira-kira
150-200 mg akan dieksresikan melalui urin. Absorptive hypercalciuria (AH)
adalah suatu keadaan meningkatnya absorpsi kalsium pada usus halus, terutama
jejunum. Hal ini mengakibatkan meningkatnya jumlah kalsium yang disaring oleh
glomerulus, dan terjadi supresi oleh hormon paratiroid. Selanjutnya, reabsorpsi
kalsium pada tubulus ginjal akan menurun, mengakibatkan hiperkalsiuria.
Kaskade fisiologis ini adalah sebagai respon dari meningkatnya absorpsi kalsium
di usus halus.
AH terbagi atas tipe I dan tipe II. Tipe I AH bersifat independen dari diet dan
merupakan 15% dari seluruh kasus batu kalsium. Pada AH tipe I, terdapat
peningkatan kadar kalsium dalam urin meskipun dilakukan restriksi diet kalsium.
Tipe II AH merupakan penyebab batu saluran kemih yang cukup umum dan
bergantung pada diet. Pada tipe II AH, eksresi kalsium normal pada restriksi
kalsium diet. Pasien harus membatasi konsumsi kalsium sekitar 400-600mg/hari.

Resorptive Hypercalciuric Nephrolithiasis


Sekitar separuh dari pasien dengan hiperparatiroid primer mengalami batu
saluran kemih. Pasien dengan batu kalsium fosfat, wanita dengan batu kalsium
berulang harus dicurigai memiliki hiperparatiroid. Hiperkalsemia merupakan
tanda umum dari hiperparatiroid. Hormon paratiroid menghasilkan peningkatan
kadar fosfor dalam urin dan menurunnya kadar fosfor dalam plasma, diikuti
dengan meningkatnya kalsium plasma dan urin.

Renal Hypercalciuric Nephrolithiasis


Ginjal menyaring sekitar 270 mmol kalsium dan melakukan reabsorpsi lebih
dari 98% diantaranya untuk mempertahankan homeostasis kalsium. Sekitar 70%
reabsorpsi kalsium berlangsung di tubulus proksimal. Reabsorpsi kalsium tersebut
berlangsung secara paraselular. Pada hiperkalsiuria renal, kerusakan pada tubulus

73
ginjal mengakibatkan gangguan pada reabsorpsi kalsium. Hal ini menyebabkan
meningkatnya kadar kalsium dalam urin. Kadar kalsium dalam serum tetap
normal disebabkan ginjal yang kehilangan kalsium dikompensasi oleh
meningkatnya absorpsi kalsium melalui pencernaan dan mobilisasi kalsium dari
tulang diakibatkan peningkatan hormon paratiroid.

Hyperoxalate Calcium Nephrolithiasis


Hyperoxalouric calcium nephrolithiasis disebabkan oleh meningkatnya kadar
oksalat dalam urin yaitu diatas 40 mg dalam 24 jam. Biasanya hal ini ditemukan
pada pasien dengan inflammatory bowel disease, diare kronik, dan dehidrasi berat
dan jarang ditemukan yang diakibatkan oleh konsumsi oksalat yang berlebih.
Diare kronik yang menyebabkan malabsorpsi mengakibatkan meningkatnya kadar
lemak dan empedu. Kalsium intralumen akan berikatan dengan lemak,
menyebabkan terjadinya proses sponifikasi. Kadar kalsium yang rendah
menyebabkan kalsium yang seharusnya berikatan dengan oksalat menurun.
Oksalat yang bebas siap untuk diserap dan tidak terpengaruh dengan inhibitor-
inhibitor. Absorpsi oksalat yang meningkat mengakibatkan meningkatnya
pembentukan produk dari kalsium oksalat. Hal ini mengakibatkan potensi
terjadinya nukleasi dan pertumbuhan kristal.

Hypocitrauric Calcium Nephrolithiasis


dSitrat merupakan inhibitor penting dari batu saluran kemih. Meningkatnya
permintaan metabolic di mitokondria sel-sel ginjal menyebabkan menurunnya
eksresi urin. Hal ini terjadi pada asidosis metabolik, hipokalemia, puasa,
hipomagnesia, androgen dan glukoneogenesis. Bila membentuk kompleks dengan
kalsium, akan menurunkan konsentrasi kalsium dan menurunnya energi untuk
nukleasi. Sitrat juga menghambat agglomerasi, nukleasi spontan dan pertumbuhan
kristal dari kalsium oksalat dan menurunkan kadar monosodium urat.

74
b. Batu Struvit
Batu struvite dibentuk dari magnesium, ammonium dan fosfat. Batu
struvite umumnya ditemukan pada wanita dan sering berulang dalam waktu
singkat. Mikroorganisme yang memecah urea dan dapat menyebabkan batu
struvite adalah Proteus, Pseudomonas, Providencia, Klebsiella, Staphylococci,
dan Mycoplasma. Kadar amonia yang tinggi dari organisme-organisme tersebut
mengakibatkan alkalinisasi pH urin sampai 7,2 sehingga kristal MAP akan
mengendap.
Untuk membentuk batu struvite, urin harus mengandung amonia dan
ion trivalent fosfat pada saat yang sama. Tubulus ginjal hanya menghasilkan
amonia apabila organisme mengeksresikan asam, akan tetapi ion trivalent fosfat
tidak tersedia pada saat urin bersifat asam, oleh karena itu batu struvite tidak
terbentuk saat kondisi fisiologis. Pada kondisi patologis, dimana terdapat
bakteri yang menghasilkan urease, urea akan dipecah menjadi amonia dan asam
karbonat. Selanjutnya, amonia akan bercampur dengan air untuk menghasilkan
ammonium hidroksida pada kondisi basa, dan akan menghasilkan bikarbonat
dan ion karbonat. Alkalinisasi urin oleh reaksi urease tadi menghasilkan NH4,
yang akan membentuk ion karbonat dan ion trivalent fosfat. Inilah yang akan
membentuk batu struvite.
Pada batu struvit volume urin yang banyak sangat penting untuk
membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat. Di samping
pengobatan terhadap infeksinya, membuat suasana urin menjadi asam dengan
methionine sangat penting untuk mencegah kekambuhan. Analisis darah dan
urin didapatkan pH air kemih >7, juga didapatkan infeksi pada saluran kemih
dan kadar ammonium dan fosfat urin yang meningkat.

75
Bagan 2. Skema pembentukan batu struvit.

g) Batu Asam Urat


Batu asam urat merupakan jenis batu yang lazim ditemukan pada pria dan
memiliki angka kejadian 5% dari seluruh kejadian batu. Pasien dengan gout,
penyakit proliferatif, penurunan berat badan yang cepat serta riwayat penggunaan
obat-obat sitotoksik memiliki insiden yang tinggi pada batu asam urat. Tidak
seluruh pasien dengan batu asam urat mengalami hiperurisemia. Naiknya kadar
asam urat dalam urin dipicu oleh kurangnya cairan dan konsumsi purin yang
berlebihan. Terdapat 3 faktor utama pada pembentukan batu asam urat yaitu pH
urin yang rendah, volume urin yang rendah dan hyperuricosuria. Faktor
patogenesis utama adalah pH urin yang rendah karena umumnya pasien dengan
batu asam urat memiliki kadar eksresi asam urat yang normal.

76
Bagan 3. Skema pembentukan batu asam urat.

Hiperurikosuria menjadi faktor predisposisi pada pembentukan batu


asam urat dan batu kalsium oksalat karena menyebabkan supersaturasi urin.
Pasien dengan kadar asam urat dalam urin dibawah 600mg/hari memiliki batu
yang lebih sedikit dari pasien yang memiliki kadar asam urat diatas
1000mg/hari dalam urin. Batu asam urat dapat dihasilkan secara kongenital,
didapat, atau idiopatik. Kelainan congenital yang berhubungan dengan batu
asam urat melibatkan transpor urat di tubulus ginjal atau metabolisme asam urat
menyebabkan hiperurikosuria. Kelainan didapat dapat berupa diare kronik,
turunnya volume urin, penyakit-penyakit myeloproliferatif, tingginya konsumsi
protein hewani, dan obat obatan yang menyebabkan 3 faktor diatas.

h) Batu Sistin
Batu sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan ginjal.
Frekuensi kejadian berkisar 1-2%. Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin, lysin
dan ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi, walaupun
manifestasi paling banyak terjadi pada dekade dua. Disebabkan oleh faktor
keturunan dengan kromosom autosomal resesif, terjadi gangguan transport amino,
sistin, lysin, arginin dan ornithine. Diet mungkin menyebabkan pembentukan
batu, pengenceran air kemih yang rendah dan asupan protein hewani yang tinggi

77
menaikkan ekskresi sistin dalam air kemih. Penting apabila produksi air kemih
melebihi 3 liter/hari. Alkalinisasi air kemih dengan meningkatkan pH 7,5-8 akan
sangat bermanfaat untuk menurunkan ekskresi sistin dengan tiopron dan asam
askorbat.

D. Manifestasi Klinis Batu Saluran Kemih


Banyak gejala serta tanda yang dapat menyertai penyakit batu saluran kemih.
Walaupun begitu, ada juga beberapa batu yang tidak menunjukkan gejala atau tanda
khusus tetapi ditemukan pada hasil pemeriksaan radiologi. Gejala-gejala yang sering
timbul pada pasien dapat berupa nyeri, hematuria, mual, muntah, demam, dan
gangguan buang air kecil seperti frekuensi, urgensi dan disuria.
Nyeri kolik pada ginjal biasanya terjadi diakibatkan meregangnya ureter atau
collecting duct, diakibatkan adanya obstruksi saluran kemih. Obstruksi juga
menyebabkan meningkatnya tekanan intraluminal, meregangnya ujung-ujung saraf,
dan mekanisme lokal pada lokasi obstruksi seperti inflamasi, edema, hiperperistaltik
dan iritasi mukosa yang berpengaruh pada nyeri yang dialami oleh pasien.
Pada obstruksi di renal calyx, nyeri yang terjadi berupa rasa nyeri yang dalam
pada daerah flank atau punggung dengan intensitas bervariasi. Nyeri dapat muncul
pada konsumsi cairan yang berlebihan. Pada obstruksi renal pelvic dengan diameter
batu diatas 1 cm, nyeri akan muncul pada sudut costovertebra. Nyeri yang timbul
dapat berupa nyeri yang redup sampai nyeri yang tajam yang konstan dan tidak
tertahankan, dan dapat merambat ke flank dan daerah kuadran abdomen ipsilateral.

78
Gambar 17. Pola nyeri somatic dari saluran kemih bagian atas

Obstruksi di proximal ureter menimbulkan nyeri pada sudut


kostovertebra yang intens dan dapat merambat sepanjang dermatom dari saraf
spinal yang terpengaruh. Pada obstruksi ureter bagian atas, nyeri merambat ke
daerah lumbal, sementara pada obstruksi midureter nyeri merambat ke daerah
lower abdomen. Obstruksi di ureter bagian distal cenderung menyebabkan nyeri
yang merambat ke daerah lipat paha dan testis pada pria atau labia mayora pada
wanita. Rambatan nyeri tersebut dihantarkan melalui nervus ilioinguinal atau
cabang genital dari nervus genitofemora.

79
Gambar 18. Penjalaran nyeri berdasarkan letak anatomis. Kiri atas: batu
ureteropelvic, nyeri costovertebrae angel akibat peregangan kapsul dan pelvis
ginjal. Hiperperisltaltik juga menimbulkan nyeri pada testis. Kanan atas: batu
midureter, nyeri pada perut bagian bawah. Bawah: batu vesicoureteral, nyeri
menjalar ke kandung kemih, vagina atau skrotum. Pada saat batu berada di
orifisium uretra menuju kandung kemih, timbul urgensi dan frekuensi akibat
reaksi inflamasi dari dinding kandung kemih.

80
Insiden hematuria pada pasien batu saluran kemih diperkirakan mencapai 90%
berdasarkan teori yang ada. Akan tetapi, tidak adanya hematuria tidak menjadi
jaminan bahwa batu saluran kemih tidak terjadi. Diperkirakan 10% pasien memiliki
hasil negatif pada pemeriksaan mikroskopi dan dipstick.
Pemeriksaan urinalisis lengkap diperlukan untuk memastikan diagnosa batu
saluran kemih berdasarkan hematuria dan kristaluria dan pH urin. Pasien biasanya
mengeluhkan warna urin yang seperti teh pekat. Pada 10-15% kasus, mikrohematuria
tidak terjadi akibat obstruksi komplit dari ureter. Demam yang berhubungan dengan
adanya batu saluran kemih menunjukkan suatu kondisi gawat darurat. Demam
merupakan salah satu dari gejala sepsis selain takikardi, hipotensi dan vasodilatasi.
Sementara itu, mual dan muntah terjadi akibat kolik yang dirasakan oleh pasien.

E. Diagnosis
Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan jasmani untuk menegakkan diagnosis,
penyakit batu perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologik, laboratorium dan
penunjang lain untuk menentukan kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih,
infeksi dan gangguan faal ginjal. Secara radiologik, batu dapat radioopak atau
radiolusen. Sifat radioopak ini berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat
ini dapat diduga jenis batu yang dihadapi.
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat
menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan
sebab terjadinya batu.
Pemeriksaan renogram berguna untuk menentukan faal kedua ginjal secara
terpisah pada batu ginjal bilateral atau bila kedua ureter tersumbat total. Cara ini
dipakai untuk memastikan ginjal yang masih mempunyai sisa faal yang cukup
sebagai dasar untuk melakukan tindak bedah pada ginjal yang sakit. Pemeriksaan
ultrasonografi dapat untuk melihat semua jenis batu, menentukan ruang dan lumen
saluran kemih, serta dapat digunakan untuk menentukan posisi batu selama tindakan
pembedahan untuk mencegah tertingggalnya batu.

81
F. Diagnosis Banding
Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut, misalnya
distensi usus dan pionefrosis dengan demam. Oleh karena itu, jika dicurigai terjadi
kolik ureter maupun ginjal, khususnya yang kanan, perlu dipertimbangkan
kemungkinan kolik saluran cerna, kandung empedu, atau apendisitis akut. Selain itu
pada perempuan perlu juga dipertimbangkan adneksitis.
Bila terjadi hematuria, perlu dipertimbangkan kemungkinan keganasan apalagi
bila hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu, perlu juga diingat bahwa batu saluran
kemih yang bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya tumor yang umumnya
karsinoma epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi. Pada batu ginjal dengan
hidronefrosis, perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor ginjal mulai dari jenis
ginjal polikistik hingga tumor Grawitz.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penegakkan diagnosis dan
rencana terapi antara lain:
1. Foto Polos Abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan
adanya batu radio opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat
dan kalsium fosfat bersifat radio opak dan paling sering dijumpai diantara
batu lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio lusen).
Urutan radioopasitas beberapa batu saluran kemih seperti pada tabel 1.
Jenis Batu Radioopasitas
Kalsium Opak
MAP Semiopak
Urat/Sistin Non opak
Tabel 1. Urutan Radioopasitas Beberapa Jenis Batu Saluran Kemih

82
2. Pielografi Intra Vena (PIV)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal.
Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non
opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen. Jika PIV belum
dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan
fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi
retrograd.
3. Ultrasonografi
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV,
yaitu pada keadaan-keadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal
yang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG
dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan
sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengkerutan
ginjal.
4. Pemeriksaan Mikroskopik Urin, untuk mencari hematuria dan Kristal.
5. Renogram, dapat diindikasikan pada batu staghorn untuk menilai fungsi
ginjal.
6. Analisis batu, untuk mengetahui asal terbentuknya.
7. Kultur urin, untuk mecari adanya infeksi sekunder.
8. DPL, ureum, kreatinin, elektrolit, kalsium, fosfat, urat, protein, fosfatase
alkali serum.

H. Penatalaksanaan Batu Saluran Kemih


Penatalaksanaan Konservatif
Penatalaksanaan konservatif diberikan pada pasien tanpa riwayat batu
saluran kemih. Penatalaksanaan non-farmakologis dapat mengurangi insiden
rekuren batu per 5 tahun sampai 60%. Penatalaksanaan konservatif berupa :

83
1. Konsumsi cairan minimal 8-10 gelas per hari dengan tujuan menjaga volume
urin agar berjumlah lebih dari 2 liter per hari.
2. Mengurangi konsumsi protein hewani sekitar 0,8 – 1,0 gram/kgBB/hari untuk
mengurangi insiden pembentukan batu.
3. Diet rendah natrium sekitar 2-3 g/hari atau 80-100 mEq/hari efektif untuk
mengurangi eksresi kalsium pada pasien dengan hiperkalsiuria.
4. Mencegah penggunaan obat-obat yang dapat menyebabkan pembentukan batu
seperti calcitrol, suplemen kalsium, diuretic kuat dan probenecid.
5. Mengurangi makanan yang berkadar oksalat tinggi untuk mengurangi
pembentukan batu. Makanan yang harus dikurangi seperti teh, bayam, coklat,
kacang-kacangan dan lain-lain.

Bagan 4. Algoritma penatalaksanaan non-invasive batu saluran kemih

84
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih
secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat.
Indikasi untuk melakukan tindakan atau terapi pada batu saluran kemih adalah
jika batu telah menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena suatu
indikasi sosial. Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah menimbulkan
hidroureter atau hidronefrosis dan batu yang sudah menimbulkan infeksi saluran
kemih, harus segera dikeluarkan.
Kadang kala batu saluran kemih tidak menimbulkan penyulit seperti
diatas, namun diderita oleh seorang yang karena pekerjaannya (misalkan batu
yang diderita oleh seorang pilot pesawat terbang) memiliki resiko tinggi dapat
menimbulkan sumbatan saluran kemih pada saat yang bersangkutan sedang
menjalankan profesinya dalam hal ini batu harus dikeluarkan dari saluran
kemih. Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter <5 mm. Seperti
disebutkan sebelumnya, batu ureter <5 mm bisa keluar spontan. Terapi
bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan pemberian
diuretikum, berupa :
b. Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari
c. α - blocker
d. NSAID
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran
batu syarat lain untuk observasi adalah berat ringannya keluhan pasien, ada
tidaknya infeksi dan obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan
observasi bukan merupakan pilihan. Begitu juga dengan adanya obstruksi,
apalagi pada pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal trasplan
dan penurunan fungsi ginjal ) tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien
seperti ini harus segera dilakukan intervensi.

85
86
I. Penatalaksanaan Spesifik
1. Batu Kalsium
Untuk Absorptive hypercalciuria tipe I dapat diberikan diuretik tiazid 25-50
mg untuk menurunkan kadar kalsium dalam urin sampai 150 mg/hari. Hal ini
terjadi melalui turunnya volume urin yang mengakibatkan kompensasi
meningkatnya reabsorpsi natrium dan kalsium di tubulus proksimal. Alternatif
lain yang dapat diberikan yaitu chlorthalidone 25-50 mg/hari, indapamide 1,25-
1,5 mg/hari.
Pada AH tipe II dilakukan restriksi diet kalsium 600 mg/hari. Restriksi diet
natrium juga penting untuk menurunkan hiperkalsiuria. Tiazid dan suplemen
kalium sitrat juga dapat diberikan apabila penatalaksanaan konservatif tidak
efektif. Pada AH tipe III, diberikan orthophospate yang akan menurunkan kadar
1,25(OH)2D3 dan meningkatkan kadar inhibitor dalam urin.
Tiazid juga diberikan pada renal hiperkalsiuria untuk meningkatkan
reabsorpsi kalsium di tubulus. Hal ini akan menormalkan kadar kalsium dalam
serum dan menurunkan kadar hormon paratiroid. Diet natrium juga dikurangi
menjadi 2 g/hari dan menjaga natrium urin dibawah 100 mEq/hari.
Pasien dengan hipositraturia diberikan kalium sitrat untuk meningkatkan pH
intraselular dan produksi sitrat. Selain kalium sitrat, konsumsi jus lemon setiap
hari yang dilarutkan dalam 2 liter air akan meningkatkan kadar sitrat dalam urin.

2. Batu asam urat


Untuk pasien dengan batu asam urat, penatalaksanaan harus dilakukan adalah
penatalaksanaan konservatif dibantu dengan pemberian obat-obatan. Pemberian
acetazolamide 250-500 mg pada malam hari akan berguna untuk mengontrol pH
urin. Allupurinol diberikan apabila kadar asam urat dalam darah diatas 800
mg/hari dan pH urin diatas 6,5. Suplementasi kalium sitrat berguna untuk
menjaga pH urin tetap bersifat alkali sekitar 6,5. Kadar pH dalam urin harus tetap

87
dijaga agar tidak naik sampai keatas 7, untuk mengurangi resiko terbentuknya
batu kalsium fosfat.

3. Batu sistin
Pasien dengan batu sistin harus meningkatkan konsumsi cairan agar
mendapatkan urin sekitar 3,5 liter setiap harinya untuk disolusi maksimal dari
batu sistin. Alkalinisasi urin menggunakan kalium sitrat atau sodium bikarbonat
digunakan untuk menjaga pH urin 7,5-8,5. Urin yang alkali akan meningkatkan
larutnya sistin dalam urin.

II. Modalitas Terapi


Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL)
Tehnik PCNL dilakukan melalui akses pada lower calyx, selanjutnya dilakukan
dilatasi menggunakan balloon dilator atau Amplatz dilator dengan bantuan
fluoroscopy dan batu dihancurkan menggunakan elektrohidrolik, ultrasonic atau
litotripsi laser.
Indikasi melakukan PCNL adalah batu staghorn, batu ginjal dengan ukuran
diatas 3 cm, batu sistin, adanya abnormalitas ginjal dan saluran kemih bagian atas,
kegagalan pada ESWL dan uretroscpy, dan batu pada ginjal hasil transplantasi. PCNL
tidak dapat dilakukan pada kondisi perdarahan, infeksi saluran kemih yang tidak
terkontrol, dan faktor-faktor yang mengakibatkan PCNL tidak optimal seperti
obesitas dan splenomegaly.

Uretroscopy (URS)
URS merupakan baku emas untuk penatalaksanaan batu ureter tengah dan
distal. Penggunaan uretroskop dengan kaliber yang kecil dan balloon dilatation
meningkatkan stone-free rate secara dramatis. Terdapat variasi pada lithotries yang
dapat ditempatkan pada uretroscope termasuk elektrohidrolik, probe ultrasonic, laser
dan system pneumatic seperti Swiss lithoclast. Lithotrites elektrohidrolik memiliki

88
tenaga 120 volt yang dapat menghasilkan gelombang kejut. Lithotrites ultrasonik
memiliki sumber energi piezoceramic yang dapat mengubah energi listrik menjadi
gelombang ultrasonik 25.000 Hz, sehingga dapat efektik mengakibatkan fragmentasi
pada batu tersebut.
URS efektif digunakan pada batu ureter dengan tingkat keberhasilan 98-99%
pada batu ureter distal, 51-97% pada batu mid ureter dan 58-88% pada batu ureter
atas. URS memiliki komplikasi seperti abrasi mukosa, perforasi ureter, dan striktur
ureter.

Extreacorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)


Prinsip kerja alat ESWL adalah menggunakan gelombang kejut. Gelombang
kejut adalah gelombang tekanan yang berenergi tinggi yang dapat dialirkan melalui
udara maupun air. Ketika berjalan melewati dua medium yang berbeda, energi
tersebut dilepaskan, menyebabkan batu terfragmentasi. Gelombang kejut tidak
menyebabkan kerusakan bila melewati substansi dengan kepadatan yang sama. Oleh
karena air dan jaringan tubuh memiliki kepadatan yang sama, gelombang kejut tidak
merusak kulit dan jaringan dalam tubuh. Batu saluran kemih memiliki kepadatan
akustik yang berbeda, dan bila dikenai gelombang kejut, batu tersebut akan pecah,
Setelah batu terfragmentasi, batu akan keluar dari saluran kemih.
Terdapat beberapa mekanisme dalam pemecahan batu melalui ESWL
bergantung pada energi yang digunakan, yaitu :
1. Generator Elektrohidrolik.
Pada generator elektrohidrolik, gelombang kejut yang berbentuk bulat
dihasilkan oleh percikan air. Voltase yang tinggi diberikan pada dua elektroda
yang berhadapan dengan jarak 1 mm. Voltase yang tinggi tersebut
menyebabkan air menguap pada ujung elektroda. Selanjutnya gelombang
kejut yang terbentuk difokuskan pada batu, dengan meletakkan elektroda pada
suatu fokus dan elektroda lain pada target fokus. Dengan ini, mayoritas
gelombang kejut yang dihasilkan oleh elektroda akan mengenai batu.

89
Kekurangan generator elektrohidrolik ini adalah tekanannya yang berfluktuasi
dan daya hidup elektroda yang singkat.
2. Generator Elektromagnetik.
Generator elektromagnetik menggunakan gelombang kejut yang
berbentuk silinder atau datar. Gelombang yang datar akan difokuskan oleh
sebuah lensa akustik sementara gelombang silinder akan direfleksikan oleh
sebuah reflector parabolik. Prinsip kerja generator ini cukup sederhana, yaitu
sebuah shock tube yang diisi air mengandung 2 plat silinder yang dipisahkan
oleh lembaran pelindung. Ketika arus listrik dikirimkan satu atau kedua
konduktor, gerakan plat terhadap air dan sekitarnya menghasilkan suatu
gelombang tekanan. Tenaga elektromagnetik terbentuk yang disebut dengan
tekanan magnetik menyebabkan gelombang kejut di air. Energi dari
gelombang kejut yang dihasilkan dikonsentrasikan pada target melalui lensa
akustik. Selanjutnya, tenaga akan difokuskan pada satu titik fokal dan
diposisikan terhadap target.

Gambar 19. Cara kerja generator elektromagnetik menggunakan lensa


akustik

90
Gambar 20. Cara kerja generator elektromagnetik menggunakan reflektor
parabolik

Generator elektromagnetik lebih mudah dikontrol dan mudah diproduksi.


Keuntungan lainnya adalah pajanan terhadap tubuh pada daerah yang luas
menyebabkan nyeri yang kurang. Titik fokal yang kecil dengan energi yang
besar meningkatkan efektifitas dari pemecahan batu. Akan tetapi, hal ini juga
meningkatkan resiko hematoma subkapsular sekitar 3,1-3,7%. Hematoma
perinefrik juga terjadi pada 12% pasien.

3. Generator Piezoelektrik
Litotripter piezoelektrik menghasilkan gelombang kejut yang datar
dan konvergen. Generator ini dibuat dari elemen barium titanate yang kecil
dan terpolarisasi yang dapat dengan cepat menghantarkan arus gelombang.
Oleh karena ukurannya yang kecil, diperlukan 300-3000 kristal piezoelektrik
untuk menghasilkan gelombang kejut yang besar. Elemen piezoelektri
diletakkan pada suatu tempat berbentuk seperti mangkok untuk menghasilkan
konvergensi gelombang. Fokusnya adalah pusat geometrik dari bentuk
mangkok tersebut.

91
Gambar 21. Cara kerja generator piezoelektrik

Keuntungan dari generator ini adalah fokus yang akurat, dan kemungkinannya
untuk dilakukan tindakan tanpa anastesi karena kekuatan energi yang rendah
pada kulit saat gelombang kejut memasuki tubuh. Oleh karena itu, litotripter
piezoelektrik ini menjadi pilihan karena merupakan pilihan yang paling
nyaman dibandingkan sumber energi lain. Kekurangannya adalah tenaga yang
dihasilkan kurang efisien, sehingga memperlambat pemecahan batu secara
efektif. Piezoelektrik menghasilkan tekanan puncak yang paling besar
dibandingkan dengan litotripter lain, akan tetapi dikarenakan volume dari
piezoelektrik yang kecil, maka energi yang dihantarkan menjadi berkurang.

Tindakan ESWL hanya dapat dilakukan pada batu dengan lokasi ginjal
dan ureter. Lebih dari 90% batu pada orang dewasa dapat ditatalaksana dengan
ESWL. ESWL merupakan pilihan utama terapi pada batu proksimal ureter
dengan ukuran dibawah 10 mm dan 10-20 mm, baik pada ureter proksimal
maupun distal. Tingkat kesuksesan tindakan ESWL untuk batu dengan ukuran

92
kurang dari 20 mm adalah 80-90%. Batu yang terletak di lower calyx dan ureter
memiliki tingkat fragmentasi 60-70%. Akan tetapi, tingkat kesuksesan juga
ditentukan oleh komposisi batu dan pelaksanaan ESWL.

III. Bedah Terbuka


Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk
tindakan-tindakan endourologi, laparoskopi, maupun ESWL, pengambilan batu masih
dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain adalah:
pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan
ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan
nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi
nanah (pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis, atau mengalami pengkerutan
akibat batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi atau infeksi yang menahun.

Pemasangan Stent
Meskipun bukan pilihan terapi utama, pemasangan stent ureter terkadang
memegang peranan penting sebagai tindakan tambahan dalam penanganan batu
ureter. Misalnya pada penderita sepsis yang disertai tanda-tanda obstruksi, pemakaian
stent sangat perlu. Juga pada batu ureter yang melekat (impacted).

93
J. Pencegahan
Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang tidak
kalah pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan. Angka
kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7% per tahun atau kurang lebih 50% dalam
10 tahun. Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur yang
menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Pada umumnya
pencegahan itu berupa :
1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi
urin 2-3 liter per hari.
2. Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu.
3. Aktivitas harian yang cukup.
4. Pemberian medikamentosa.
Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah:
1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan
menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.
2. Rendah oksalat.
3. Rendah garam, karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri.
4. Rendah purin.
Diet rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada pasien yang menderita
hiperkalsiuri tipe II.

K. Komplikasi
Dibedakan komplikasi akut dan komplikasi jangka panjang. Komplikasi akut
yang sangat diperhatikan oleh penderita adalah kematian, kehilangan ginjal,
kebutuhan transfusi dan tambahan intervensi sekunder yang tidak direncanakan. Data
kematian, kehilangan ginjal dan kebutuhan transfusi pada tindakan batu ureter
memiliki risiko sangat rendah. Komplikasi akut dapat dibagi menjadi yang signifikan
dan kurang signifikan. Yang termasuk komplikasi signifikan adalah avulsi ureter,
trauma organ pencernaan, sepsis, trauma vaskuler, hidro atau pneumotorak, emboli

94
paru dan urinoma. Sedang yang termasuk kurang signifikan perforasi ureter,
hematom perirenal, ileus, stein strasse, infeksi luka operasi, ISK dan migrasi stent.
Komplikasi jangka panjang adalah striktur ureter. Striktur tidak hanya disebabkan
oleh intervensi, tetapi juga dipicu oleh reaksi inflamasi dari batu, terutama yang
melekat. Angka kejadian striktur kemungkinan lebih besar dari yang ditemukan
karena secara klinis tidak tampak dan sebagian besar penderita tidak dilakukan
evaluasi radiografi (IVP) pasca operasi.
Obstruksi adalah komplikasi dari batu ginjal yang dapat menyebabkan terjadinya
hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir
dengan kegagalan faal ginjal yang terkena. Komplikasi lainnya dapat terjadi saat
penanganan batu dilakukan. Infeksi, termasuk didalamnya adalah pielonefritis dan
sepsis yang dapat terjadi melalui pembedahan terbuka maupun noninvasif seperti
ESWL. Biasanya infeksi terjadi sesaat setelah dilakukannya PNL, atau pada beberapa
saat setelah dilakukannya ESWL saat pecahan batu lewat dan obstruksi terjadi.
Cidera pada organ-organ terdekat seperti lien, hepar, kolon dan paru serta perforasi
pelvis renalis juga dapat terjadi saat dilakukan PNL, visualisasi yang adekuat,
penanganan yang hati-hati, irigasi serta drainase yang cukup dapat menurunkan
resiko terjadinya komplikasi ini.
Pada batu ginjal nonstaghorn, komplikasi berupa kehilangan darah, demam, dan
terapi nyeri yang diperlukan selama dan sesudah prosedur lebih sedikit dan berbeda
secara bermakna pada ESWL dibandingkan dengan PNL. Demikian pula ESWL
dapat dilakukan dengan rawat jalan atau perawatan yang lebih singkat dibandingkan
PNL.
Komplikasi akut meliputi transfusi, kematian, dan komplikasi keseluruhan. Dari
meta-analisis, kebutuhan transfusi pada PNL dan kombinasi terapi sama (< 20%).
Kebutuhan transfusi pada ESWL sangat rendah kecuali pada hematom perirenal yang
besar. Kebutuhan transfusi pada operasi terbuka mencapai 25-50%. Mortalitas akibat
tindakan jarang, namun dapat dijumpai, khususnya pada pasien dengan komorbiditas

95
atau mengalami sepsis dan komplikasi akut lainnya. Dari data yang ada di pusat
urologi di Indonesia, risiko kematian pada operasi terbuka kurang dari 1%.
Komplikasi ESWL meliputi kolik renal (10,1%), demam (8,5%), urosepsis
(1,1%) dan steinstrasse (1,1%). Hematom ginjal terjadi akibat trauma parietal dan
viseral. Dalam evaluasi jangka pendek pada anak pasca ESWL, dijumpai adanya
perubahan fungsi tubular yang bersifat sementara yang kembali normal setelah 15
hari. Belum ada data mengenai efek jangka panjang pasca ESWL pada anak.
Komplikasi pasca PNL meliputi demam (46,8%) dan hematuria yang memerlukan
transfusi (21%). Konversi ke operasi terbuka pada 4,8% kasus akibat perdarahan
intraoperatif, dan 6,4% mengalami ekstravasasi urin. Pada satu kasus dilaporkan
terjadi hidrothoraks pasca PNL. Komplikasi operasi terbuka meliputi leakage urin
(9%), infeksi luka (6,1%), demam (24,1%), dan perdarahan pascaoperasi (1,2%).
Pedoman penatalaksanaan batu ginjal pada anak adalah dengan ESWL monoterapi,
PNL, atau operasi terbuka.

L. Prognosis
Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu, dan
adanya infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin buruk
prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat mempermudah
terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor
obstruksi akan dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal
Pada pasien dengan batu yang ditangani dengan ESWL, 60% dinyatakan bebas
dari batu, sisanya masih memerlukan perawatan ulang karena masih ada sisa fragmen
batu dalam saluran kemihnya. Pada pasien yang ditangani dengan PNL, 80%
dinyatakan bebas dari batu, namun hasil yang baik ditentukan pula oleh pengalaman
operator

96
M. Batu Kandung Kemih
Batu kandung kemih biasanya merupakan manifestasi dari keadaan patologis
seperti gangguan berkemih akibat striktur uretra, hiperplasia kelenjar prostat,
kontraktur leher kandung kemih yang menyebabkan stasis urin. Jika sudah terjadi
bendungan dan statis urin, kalsium akan mengendap menjadi besar sehingga
membentuk batu. Kebanyakan batu kandung kemih diderita oleh laki-laki. Jenis batu
yang sering ditemukan adalah batu amonium urat, batu asam urat atau batu kalsium
oksalat. Batu biasanya tunggal atau soliter dan sering terjadi iritasi pada kandung
kemih. Pasien mengeluhkan pancaran urin yang terputus-putus, infeksi saluran
kemih, hematuria atau nyeri panggul. Nyeri pada saat miksi seringkali dirasakan pada
ujung penis, skrotum, perineum, pinggang, sampai kaki.

Gambar 22. Pembentukan dan gejala batu kandung kemih


Batu kandung kemih dapat dipecahkan dengan Extracorporeal Shock Wave
Lithotripsy (ESWL). Pemecahan batu dengan gelombang kejut hanya dalam batas
ukuran 2,5-3 cm. Bila ukuran batu lebih besar maka memerlukan pembedahan
terbuka seperti Vesikolitotomi.

97
Kesimpulan
Batu saluran kemih adalah suatu keadaan timbulnya batu di dalam saluran
kemih baik didalam ginjal, ureter, kandung kemih maupun di uretra. Diperkirakan
1%-15% orang di dunia mengalami penyakit batu ginjal, angka ini bervariasi menurut
jenis kelamin, ras, usia dan letak geografis. Penyebab terbentuknya batu saluran
kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, infeksi saluran kemih,
dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap
Patogenesis dari batu saluran kemih di mulai dari keadaan hipersaturasi,
nukleasi dan agregasi. Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur
kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP),
xanthyn dan sistin. Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut
bagian bawah. Batu yang menyumbat tubulus renalis, pelvis ginjal maupun ureter dan
kandung kemih bisa menyebabkan nyeri kolik. Pengetahuan tentang komposisi batu
yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan timbulnya batu
residif. Pengambilan batu tanpa operasi dengan litotripsi (Extra Corporeal
Shockwave Lithotripsy) atau penghancuran batu dengan gelombang kejut, telah
banyak dilakukan pada beberapa pasien litotripsi.

98
DAFTAR PUSTAKA

1. Patton KT, Anatomy and physiology 9th ed. Elsevier. Missouri:2013.p.967-


72.
2. Hall JE, Guyton AC. Urine Concentration and Dilution: Regulation of
Extracellular Fluid Osmolarity and Sodium Concentration. Gruliow R,
ed. Guyton and Hall Textbook Of Medical Physiology. 12th ed. Philadelphia,
Pa: Saunders/Elsevier; 2011. 348-52.
3. Shaaban AA. Basic urology history taking and physical examination.
Mansoura, Egypt. 2011. P3-4
4. Purnomo BB, Dasar-dasar Urologi, Edisi Kedua. CV Sagung Seto, Jakarta,
2007, hal 153-156.
5. Hanno PM, Guzzo TJ, Bruce S, Wein AJ. Penn Clinical manual of urology.
New York. McGraw-Hill. 2001.p.15-32.
6. Siroky M.B, Oates R.D, Babayan R.K, hand book of Urology 3rd ed,
Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia 2004, 404-405.
7. Tanagho E.A., Mc Annich J.W., Smith’s General Urology 17th ed., Mc Graw
Hill 2004, hal. 77, 613, 620-623
8. Walsh P.C., Retik A.B., Vaughan E.D., Wein A.J., Campbell ’s
Urology 8th ed., WB Saunders, Philadephia 2002, hal. 3915 -
3930

99

Anda mungkin juga menyukai