Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR ABSES RENAL

A. PENGERTIAN
Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati)
yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh
bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau
jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah
penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan
subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah. (Siregar, 2004)
Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi yang
melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu campuran dari jaringan nekrotik,
bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik.
(Morison, 2003)
Abses (misalnya bisul) biasanya merupakan titik mata, yang kemudian pecah;
rongga abses kolaps dan terjadi obliterasi karena fibrosis, meninggalkan jaringan parut
yang kecil. (Underwood, 2000)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa abses adalah suatu infeksi kulit
yang disebabkan oleh bakteri / parasit atau karena adanya benda asing (misalnya luka
peluru maupun jarum suntik) dan mengandung nanah yang merupakan campuran dari
jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim
autolitik.
Abses ginjal yaitu peradangan ginjal akibat infeksi. Ditandai dengan pembentukan
sejumlah bercak kecil bernanah atau abses yang lebih besar yang disebabkan oleh infeksi
yang menjalar ke jaringan ginjal melalui aliran darah.
Abses renal adalah infeksi lokal dikorteks ginjal. Biasanya hal ini berkaitan dengan
Pielonefritis atau UTI akibat enterobactactiaceaeu, atau berasal dari infeksi hematogen
(biasanya stafilokokus). Pasien mungkin memiliki riwayat bisul atau karbunkel
sebelumnya. (Brunner & Suddarth, 2002: 1438)
Abses ginjal adalah abses yang terdapat pada parenkim ginjal. Biasanya ia terjadi
pada korteks ginjal ataupun di medula. (http://id.wikipedia.org/wiki/Abses_Ginjal)
B. Anatomi Fisiologi
Anatomi ginjal dan saluran kemih
Ginjal merupakan organ pada tubuh manusia yang menjalankan banyak fungsi
untuk homeostasis, yang terutama adalah sebagai organ ekskresi dan pengatur
kesetimbangan cairan dan asam basa dalam tubuh. Terdapat sepasang ginjal pada manusia,
masing-masing di sisi kiri dan kanan (lateral) tulang vertebra dan terletak retroperitoneal
(di belakang peritoneum). Selain itu sepasang ginjal tersebut dilengkapi juga dengan
sepasang ureter, sebuah vesika urinaria (buli-buli/kandung kemih) dan uretra yang
membawa urine ke lingkungan luar tubuh.

a. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang
(masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal.
Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1cm) dibanding ginjal kiri, hal
ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri
adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi
bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus
vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan
adalah pertengahan vertebra L3. Dari batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal
kanan posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal kiri.

Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:


a. Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari korpus
renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal
dan tubulus kontortus distalis.
b. Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus,
lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).
c. Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
d. Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah korteks
e. Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf atau
duktus memasuki/meninggalkan ginjal.
f. Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan
calix minor.
g. Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.
h. Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis.
i. Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan antara
calix major dan ureter.
j. Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.

Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpus renalis/Malpighi
(yaitu glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal, lengkung
Henle, tubulus kontortus distal yang bermuara pada tubulus pengumpul. Di
sekeliling tubulus ginjal tersebut terdapat pembuluh kapiler, yaitu arteriol (yang
membawa darah dari dan menuju glomerulus) serta kapiler peritubulus (yang
memperdarahi jaringan ginjal). Berdasarkan letakya nefron dapat dibagi menjadi 2
yakni:

1. Nefron kortikal, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di korteks yang
relatif jauh dari medula serta hanya sedikit saja bagian lengkung Henle yang
terbenam pada medula, dan
2. Nefron juxta medula, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di tepi
medula, memiliki lengkung Henle yang terbenam jauh ke dalam medula dan
pembuluh-pembuluh darah panjang dan lurus yang disebut sebagai vasa rekta.

Ginjal diperdarahi oleh a/v renalis. A. renalis merupakan percabangan dari


aorta abdominal, sedangkan v.renalis akan bermuara pada vena cava inferior.
Setelah memasuki ginjal melalui hilus, a.renalis akan bercabang menjadi arteri
sublobaris yang akan memperdarahi segmen-segmen tertentu pada ginjal, yaitu
segmen superior, anterior-superior, anterior-inferior, inferior serta posterior.
Ginjal memiliki persarafan simpatis dan parasimpatis. Untuk persarafan
simpatis ginjal melalui segmen T10-L1 atau L2, melalui n.splanchnicus major,
n.splanchnicus imus dan n.lumbalis. Saraf ini berperan untuk vasomotorik dan
aferen viseral. Sedangkan persarafan simpatis melalui n.vagus.

b. Ureter

Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil


penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica
urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu
untuk setiap ginjal.
Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas
major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan
secara postero-inferior di dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial
untuk mencapai vesica urinaria. Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik
urine setelah memasuki kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter
mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta
muara ureter ke dalam vesica urinaria. Tempat-tempat seperti ini sering terbentuk
batu/kalkulus.
Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca
communis, a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior. Sedangkan persarafan ureter
melalui segmen T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus aorticus, serta
pleksus hipogastricus superior dan inferior.

c. Vesica urinaria

Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan
tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk
selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme
relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-
sama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi, bagian usus halus, serta
pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf.
Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas
tiga bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan
(superior dan inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior, dan
lateral dextra dan sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot
spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior
dan collum vesicae. Trigonum vesicae merupakan suatu bagian berbentuk mirip-
segitiga yang terdiri dari orifisium kedua ureter dan collum vesicae, bagian ini
berwarna lebih pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong.
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada
perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis. Sedangkan persarafan
pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis. Persarafan
simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus, dan n.splanchnicus
lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus pelvicus S2-
S4, yang berperan sebagai sensorik dan motorik.

d. Uretra

Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria
menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita.
Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ
seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita
panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu
m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan
m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada
wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan
bersifat volunter).
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars
membranosa dan pars spongiosa.
a. Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek
superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae
internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh
persarafan simpatis.
b. Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar
prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.
c. Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit.
Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma
urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal
yang berada di bawah kendali volunter (somatis).
d. Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang
dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi
oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.
Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding
uretra pada pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada
orifisiumnya di antara klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m. spchinter
urethrae yang bersifat volunter di bawah kendali somatis, namun tidak seperti uretra
pria, uretra pada wanita tidak memiliki fungsi reproduktif.
C. Etiologi
Abses ginjal bisa disebabkan oleh bakteri yang berasal dari suatu infeksi yang
terbawa ke ginjal melalui aliran darah atau akibat suatu infeksi saluran kemih yang
terbawa ke ginjal dan menyebar ke dalam jaringan ginjal. Abses dipermukaan gnjal (abses
perinefrik) hampir selalu disebabkan oleh pecahnya suau abses didalam ginjal, yang
menyebarkan infeksi kepermukaan dan jaringan disekitarnya.

D. Klasifikasi
Menurut Basuki B Purnomo, abses ginjal dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Abses Korteks Ginjal/Karbunken ginjal
Umumnya disebabkan oleh penyebaran infeksi kuman stafilokokus aureus yang
menjalar secara hematogen dari fokus infeksi diluar sistem saluran kemih (antara lain
kulit).
2. Abses Kortiko-medular
Merupakan penjalaran infeksi secara ascending oleh bakteri E.coli, proteus, atau
Klebsiella spp

E. Patofisiologi
Jika bakteri masuk kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi suatu infeksi.
Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang
terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi,
bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati,
sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah yang mengisi rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong. Jaringan
pada akhirnya tumbuh disekeliling abses dan menjadi dinding pembatas. Abses dalam hal
ini merupakan mekanisme tubuh mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut.

Pathway
Bakteri gram positif
(staphylococcus aureus Streptococcus mutans)

Mengelurakan enzim hyaluronidase dan enzim koagulase

Metusak jembatan antar sel

Transpor nutrisi antar sel terganggu

Jaringan rusak/mati/nekrosis

Media bakteri yang baik reaksi peradangan Nyeri

Jaringan terinfeksi peradangan demam hipertermi

Sel darah putih mati

Jaringan menjadi abses dan berisi pus pembedahan

Pecah luka insisi

Resiko infeksi nyeri


F. Tanda dan Gejala

a. Demam, menggigil.
b. Nyeri di punggung sebelah bawah
c. Nyeri ketika berkemih, air kemih mengandung darah (kadang-kadang).

G. Pemeriksaan Dagnostik
a. Gambaran Radiologi
Jika terjadi satu atau lebih abses kecil dalam parenkim, maka biasanya tidak ditemukan
gambaran Rontgen yang khas. Tapi jika abses kecil ini bersatu membentuk suatu abses
besar atau karbunkel, maka pada foto polos akan tampak pembesaran ginjal, dengan
gambaran lemak perirenal di daerah tersebut suram.
Pada keadaan ini jangan dikerjakan pielografi retrograde. Sedangkan pemeriksaan
pielografi intravena pada keadaan ini baru berarti jika fungsi ginjal cukup untuk
memperlihatkan sistem kalik.
Ditemukan kompresi perpindahan letak atau obliterasi kalik-kalik yang disebabkan
oleh abses

Gambar abses di ginjal kiri : terlihat air pockets di ginjal kiri.


Gambar menunjukkan mass yang besar di ginjal kiri dengan kantung udara
multiple dan tidak adanya fungsi parenkim ginjal.

b. CT Scan abses ginjal


Bercak-bercak daerah segitiga pada fungsi ginjal yang menurun memancar ke dalam
zona (daerah) fungsi ginjal yang normal. Beberapa dari daerah parenkim ginjal yang
hipofungsi tersebut muncul sebagai daerah-daerah seperti garis yang memancar. Abses
ginjal yang fokal, besar, dan terlihat berupa massa berdensitas rendah. Abses-abses
kecil akan menambah (enhanced ) kontras.
c. Pemeriksaan urinalisis
Menunjukkan adanya piuria dan hematuri, kultur urine menunjukkan kuman penyebab
infeksi, sedangkan pada pemeriksaan darah terdapat leukositossi dan laju endap darah
yang meningkat.
d. Pemeriksaan ultrasonografi
Menunjukkan adanya cairan abses, tetapi pemeriksaan ini sangat tergantung pada
kemampuan pemeriksa.
e. Pemeriksaan CT scan
Dapat menunjukkan adanya cairan nanah.

H. Penatalaksanaan
Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi penyebabnya,
terutama apabila disebabkan oleh benda asing, karena benda asing tersebut harus diambil.
Apabila tidak disebabkan oleh benda asing, biasanya hanya perlu dipotong dan diambil
absesnya, bersamaan dengan pemberian obat analgetik dan antibiotik.
Drainase abses dengan menggunakan pembedahan diindikasikan apabila abses
telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah yang lebih
lunak. Drain dibuat dengan tujuan mengeluarkan cairan abses yang senantiasa diproduksi
bakteri.
Apabila menimbulkan resiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis, tindakan
pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang perlu dilakukan.
Apabila disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus, antibiotik antistafilokokus
seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan. Dengan adanya kemunculan
Staphylococcus aureus resisten Methicillin (MRSA) yang didapat melalui komunitas,
digunakan antibiotik lain : clindamycin, trimethoprim-sulfaethoxazole, dan doxycycline.
Adapun hal yang perlu diperhatikan bahwa penanganan hanya dengan
menggunakan antibiotik tanpa drainase pembedahan jarang merupakan tindakan yang
efektif. Hal tersebut terjadi karena antibiotik sering tidak mampu masuk kedalam abses,
selain itu antibiotik tersebut seringkali tidak dapat bekerja dalam Ph yang rendah.
I. Komplikasi
Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses ke jaringan sekitar atau
jaringan yang jauh dan kematian jaringan setempat yang ekstensif. Pada sebagian besar
bagian tubuh, abses jarang dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tindakan medis
secepatnya diindikasikan ketika terdapat kecurigaan akan adanya abses. Suatu abses dapat
menimbulkan konsekuensi yang fatal.

J. Epidemiologi
Amerika Serikat insiden abses ginjal berkisar 1-10 kasus per 10.000 penerimaan
rumah sakit. Dengan tingkat kematian 1,5% sampai 15%. 75% kasus terjadi pada laki-laki.
Meskipun pada perempuan memiliki tingkat resiko yang sama tergantung faktor
predisposisi.

K. Etik Legal
1. Semua tindakan membuat klien untuk menjadi lebih baik dan tidak membahayakan diri
klien.
2. Melakukan tindakan terbaik untuk klien dan keluarga
3. Menatalaksanakan keadilan
4. Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien

L. Peran advokasi Perawat


Peran perawat adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang yang memenuhi kualifikasi sehingga dibenarkan mempunyai kedudukan dalam
suatu system pelayanan kesehatan (Pusdiknakes,1989), menurut Doheney (1992) peran
perawat terdiri dari:
1. Care giver/pemberi pelayanan
a. Memperhatikan individu dalam konteks sesuatu kebutuhan klien.
b. Perawat menggunakan nursing proses untuk mengidentifikasi diagnosa
keperawatan, mulai dari masalah fisik (fisiologis) sampai masalah psikologis.
c. Peran utama adalah memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat sesuai diagnose keperawatan yang terjadi mulai dari
masalah yang bersifat sederhana sampai dengan komplek.
2. Clien advocate/pembela pasien
Perawat bertanggung jawab untuk membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasi informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan memberikan
informasi lain yang diperlukan untuk mengambil prsetujuan (inform consent) atas
tidakan keperawatan yang diberikan.
3. Consellor/konseling
a. Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien
terhadap keadaan sehat sakitnya.
b. Adanya pola interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk
meningkatkan kemampuan adaptasinya.
c. Konseling diberikan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa lalu.
d. Pemecahan masalah difokuskan pada masalah mengubah perilaku hidup sehat
(perubahan pola interaksi)
4. Educator /pendidik
a. Peran ini dilakukan pada klien, keluarga, tim kesehatan lain baik secara spontan
(saat interaksi) maupun secara disiapkan.
b. Tugas perawat adalah membantu mempertinggi k. pengetahuan dalam upaya
meningkatkan kesehatan, gejala penyakit sesuai kondisi dan tindakan yang
spesifik.
c. Dasar pelaksanaan peran adalah intervensi dalam Nursing care Planning.
5. Coordinator/koordinator
Peran perawat adalah mengarahkan , merencanakan, mengorganisasikan pelayanan
dari semua tim kesehatan. Karena klien menerima banyak pelayanan dari banyak
profesional misalnya nutrisi maka aspek yang harus diperhatikan adalah jenis, jumlah,
komposisi, persiapan, pengelolaan, cara memberikan, monitoring, motivasi edukasi
dan sebagainya.
6. Collaborator/kolaboras
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga dan tim kesehatan lainnya berupaya
mengidentifikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat
terhadap pelayanan yang diperlukan klien, memberi dukungan, paduan keahlian dan
ketrampilan dari berbagai profesional pemberi pelayanan kesehatan.
7. Consultan/konsultan
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien dan informasi
tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat dikatakan
keperawatan adalah sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik klien.
8. Change agent/perubah
Elemen ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dalam
hubungan dengan klien dan cara pemberian keperawatan kepada klien.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian primer
a. Airway
Batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot pernafasan,
oksigen, dan lain-lain.
b. Breathing
Dyspnea saat beraktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal
c. Circulation
Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, bunyi nafas ronchi,
kuku pucat atau sianosis, edema.
2. Pengkajian sekunder
a. Aktivitas/istirahat
Keletihan, insomnia, nyeri, gelisah
b. Eliminasi
Gejala penurunan berkemih, urine berwarna pekat
c. Integritas ego
Ansietas, stres, marah, takut, mudah tersinggung
d. Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB secara signifikan
e. Hygiene
Keletihan selama aktivitas perawatan diri, penampilan kurang
f. Neurosensori
Kelemahan, pusing, letargi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung
g. Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut kronik, nyeri abdomen, gelisah
h. Interaksi sosial
Penurunan aktivitas yang biasa dilakukan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen injuri
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang atau
hilang.
Kriteria hasil : pasien mengungkapkan secara verbal rasa nyeri berkurang, pasien
rileks, TTV dalam batas normal.
Intervensi :
a. Observasi TTV, lokasi dan intensitas nyeri
b. Berikan lingkungan yang nyaman
c. Dorong pasien menggunakan teknik manajemen relaksasi
d. Berikan obat analgetik

2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan hipertermi dapat
teratasi
Kriteria hasil : suhu tubuh pasien dalam batas normal
Intervensi :
a. Observasi TTV terutama suhu tubuh pasien
b. Lakukan kompres hangat
c. Anjurkan klien banyak minum, minimal 8 gelas/hari
d. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik

3. Resiko infekai berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak timbul adanya tanda dan
gejala infeksi
Kriteria hasil : tidak ada rubor, kalor, dolor, tumor, dan fungsiolaesa serta terjadi
perubahan gaya hidup untuk mencegah infeksi
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda infeksidan peradangan
b. Tingkatkan upaya pencegahan dengan cuci tangan yang baik
c. Pertahankan teknik aseptik
d. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik

Anda mungkin juga menyukai