Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK GERONTIK DI

PSTW ( PANTI SOCIAL TRESNA WERDA ) KASIH IBU DI


BATUSANGKAR

1. Ade Feronika, S. Kep


2. Ari Diana, S. Kep
3. Indah Sari, S. Kep
4. Najmal Hadi Zain, S. Kep
5. Novlita, S. Kep
6. Witari Rahmadani, S. Kep
7. Yevi Desmaiyeti, S. Kep

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES


FORT DE KOCK BUKITTINGGI
2017
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Angka harapan hidup di Indonesia setiap tahunnya semakin meningkat. Hal itu

berdampak pada meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dibanding jumlah

penduduk secara keseluruhan. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat

(KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah

lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan

UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia di Indonesia

akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian

atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 %

dengan UHH sekitar 71,1 tahun.


Penurunan fungsi tubuh akan menurun seiring bertambahnya umur seseorang. Hal itu

membuat lansia sangat identik dengan menurunnya daya tahan tubuh dan mengalami

berbagai macam penyakit.Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cerna atas akibat

proses penuaan, terutama pada ketahanan mukosa lambung. Kadar asam lambung lansia

biasanya mengalami penuruna hingga 85%. Penurunan tersebut akan membuat lansia rentan

menderita penyakit.
Dampak penurunan fungsi tubuh, lansia akan memerlukan obat yang jumlah atau

macamnya tergantung dari penyakit yang diderita. Semakin banyak penyakit pada lansia,

semakin banyak jenis obat yang diperlukan. Banyaknya jenis obat akan menimbulkan

masalah antara lain kemungkinan memerlukan ketaatan atau menimbulkan kebingungan

dalam menggunakan atau cara minum obat. Disamping itu dapat meningkatkan resiko efek

samping obat atau interaksi obat.

Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri

atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau cepat
kenyang, dan sering bersendawa. Kondisi tersebut dapat menurunkan kualitas hidup lansia.

Jika tidak diantisipasi dengan deteksi dini dan tindakan yang tepat, maka dapat berakibat fatal

bagi lansia. Oleh karena itu, peningkatan jumlah penduduk lansia harus diimbangi dengan

peningkatan pelayanan kesehatan. Harapannya agar terjadi peningkatan kualitas hidup lansia

dan memperkecil resiko lansia yang menderita penyakit, salah satunya adalah dispepsia.
Dispepsia merupakan masalah kesehatan yang sering dijumpai di Rumah Sakit

maupun di masyarakat. Berdasarkan penelitian pada populasi umum didapatkan bahwa

515.30% yang mencari pertolongan medis. Insident dyspepsia. Di Inggris dan Skandivia

dilaporkan angka prevalensinya berkisar 7-4%. Tetapi hanya 10-20% yang mencari

pertolongan medis. Insident dyspepsia pertahun diperkirakan antara 1-8%.


Kelurahan yang dirasakan pada pasien dengan dispepsia umumnya mengalami nyeri

atau rasa tidak nyaman di perut atas, terutama di bawah tulang rusuk di atas pusar, yang

disertai kembung, sendawa berlebihan, rasa panas di dada, mual, muntah, dan napas berbau

seringkali dianggap enteng. Biasanya penderita hanya minum obat bebas semisal antasida

(penawar asam lambung) yang banyak diiklankan. Gejala lain yang bisa dirasakan selain rasa

tidak nyaman, juga mual, muntah, nyeri ulu hati, bloating (lambung merasa penuh),

kembung, bersendawa, cepat kenyang, perut keroncongan (borborgygmi) hingga kentut-

kentut. Gejala itu bisa akut, berulang, dan bisa juga menjadi kronis. Disebut kronis jika gejala

itu berlangsung lebih dari satu bulan terus-menerus. Meski jarang, kumpulan gejala yang

dikenal sebagai dispepsia itu bisa jadi merupakan penyakit serius seperti kanker lambung,

maupun radang lambung dalam yang bisa menyebabkan kebocoran saluran cerna. Dispepsia

tidak memilih usia dan jenis kelamin. Semua bisa terkena. Boleh dibilang satu dari empat

orang pernah mengalami dyspepsia.


Berdasarkan survey awal Di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar ditemukan 5 dari

65 lansia menderita dispepsia yang merupakan penyakit terbanyak urutan ke empat setelah

RA, Hipertensi dan Asma. Keluhan yang dirasakan oleh lansia adalah lansia lebih sering
merasakan nyeri pada ulu hati, kembung, mual bahkan disertai dengan muntah bahkan lansia

mengalami gangguan dalam pemenuhan nutrisi.


Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengangkat kasus

tentang manajemen asuhan keperawatan dengan dyspepsia.

B. Tujuan
1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan gerontik di PSTW Kasih

Sayang
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan gerontik di PSTW Kasih Sayang Ibu di

Batusangkar .
b. Menganalisa data kesehatan yang didapatkan di lingkungan PSTW Kasih Sayang

Ibu di Batusangkar .
c. Merumuskan Diagnosa Keperawatan / Masalah Kesehatan di PSTW Kasih Sayang

Ibu di Batusangkar .
d. Menentukan intervensi keperawatan gerontik di PSTW Kasih Sayang Ibu di

Batusangkar
e. Melakukan Implementasi keperawatan gerontik di PSTW Kasih Sayang Ibu di

Batusangkar.
f. Melakukan evaluasi keperawatan gerontik di PSTW Kasih Sayang Ibu di

Batusangkar .

C. Manfaat
1. Bagi Lansia
Memberikan informasi bagi lansia mengenai kesehatan lansia serta memberikan

pendidikan kesehatan pada lansia sehingga lansia mampu menjaga kesehatan serta

mencegah agar penyakit khususnya dispepsia tidak kambuh lagi .


2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman yang

lebih mendalam dalam memberikan Asuhan Keperawatan gerontik pada lansia

khususnya dengan kasus dyspepsia


3. Bagi Petugas di Instansi (PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar)
Memberikan informasi mengenai penyakit Dispepsia, agar dapat dilakukan upaya

perawatan serta pencegahan penyakit Dispepsia pada lansia di PSTW Kasih Sayang

Ibu Batusangkar.
4. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai masukan dalam mata ajar keperawatan gerontik khususnya dalam pemberian

asuhan keperawatan pada lansia dengan dyspepsia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dyspepsia
Dyspepsia merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual,
kembung, muntah, rasa penuh atau keyang. Dyspepsia merupakan masalah yang sering
ditemukan dalam praktik sehari-hari. Keluhan ini sangat bervariasi baik dalam bentuk gejala
yang ada maupun gejala dari waktu kewaktu.
Dyspepsia merupakan rasa tidak enak pada daerah epigastrium yang sering
berhubungan dengan makanan, gejalanya seperti ulkus tapi pada pemeriksaan tidak
ditemukan ulkus.
Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks
gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung
kini tidak lagi termasuk dyspepsia. Batasan dyspepsia terbagi atas dua yaitu:
a. Dyspepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya.
b. Dyspepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dyspepsia non ulkus (DNU),
bila tidak jelas penyebabnya.

B. Anatomi dan Fisiologi Lambung


Lambung dalam bahasa medisnya yaitu gaster, lambung merupakan salah satu organ
pencernaan yang terdapat dalam tubuh manusia. Anatomi dan fisiologi lambung yang dibahas
di sini meliputi: lapisan lambung, persarafan dan aliran darah pada lambung, fungsi motorik
dari lambung, fungsi pencernaan dari lambung, fungsi sekresi dari lambung, Proses
pencernaan makanan di lambung, serta enzim dan hormon yang berperan dalam pencernaan
di lambung.

a) Anatomi Lambung (Gaster)

Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari permukaan bawah


arcus costalis sinistra sampai regio epigastrica an umbilicalis. Sebagian besar gaster
terletak di bawah costae bagian bawah. Secara kasar gaster berbentuk huruf J dan
mempunyai dua lubang, ostium cardiacum dan ostium pyloricum; dua curvatura,
curvatura major dan curvatura minor; dan dua dinding, paries anterior dan paries
posterior.

Secara umum lambung di bagi menjadi 3 bagian:


1. Kardia/kelenjar jantung ditemukan di regia mulut jantung. Ini hanya mensekresi
mukus
2. Fundus/gastric terletak hampir di seluruh corpus, yang mana kelenjar ini
memiliki tiga tipe utama sel, yaitu :
a. Sel zigmogenik/chief cell, mesekresi pepsinogen. Pepsinogen ini diubah
menjadi pepsin dalam suasana asam. Kelenjar ini mensekresi lipase dan renin
lambung yang kurang penting.
b. Sel parietal, mensekresi asam hidroklorida dan factor intrinsic. Faktor
intrinsic diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 dalam usus halus.
c. Sel leher mukosa ditemukan pada bagian leher semua kelenjar lambung. Sel
ini mensekresi barier mukus setebal 1 mm dan melindungi lapisan lambung
terhadap kerusakan oleh HCL atau autodigesti.
3. Pilorus terletak pada regia antrum pilorus. Kelenajr ini mensekresi gastrin dan
mukus, suatu hormon peptida yang berpengaruh besar dalam proses sekresi
lambung.

1) Lapisan Lapisan Lambung


Lambung terdiri atas empat lapisan :
a) Lapisan peritoneal luar atau lapisan serosa yang merupakan bagian dari
peritoneum viseralis.
Dua lapisan peritoneum visceral menyatu pada kurvatura minor lambung dan
duodenum, memanjang kearah hati membentuk omentum minus. Lipatan
peritoneum yang kelaur dari organ satu menuju organ lain disebut ligamentum.
Pada kurvatura mayor peritoneum terus kebawah membentuk omentum mayus.
b) Lapisan berotot yang terdiri atas tiga lapis:
a. serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot esofagus,
b. serabut sirkuler yang paling tebal dan terletak di pilorus serta membentuk otot
sfingter; dan berada di bawah lapisan pertama, dan
c. serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambung dan berjalan dari
orifisium kardiak, kemudian membelok ke bawah melalui kurvatura minor
(lengkung kecil).
c) Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh darah dan
saluran limfe.
Lapisan mukosa yang terletak di sebelah dalam, tebal, dan terdiri atas banyak
kerutan atau rugue, yang hilang bila organ itu mengembang karena berisi
makanan.
d) Membran mukosa dilapisi epitelium silindris dan berisi banyak saluran limfe.
Semua sel-sel itu mengeluarkan sekret mukus. Permukaan mukosa ini dilintasi
saluran-saluran kecil dari kelenjar-kelenjar lambung. Semua ini berjalan dari
kelenjar lambung tubuler yang bercabang-cabang dan lubang-lubang salurannya
dilapisi oleh epithelium silinder. Epithelium ini bersambung dengan permukaan
mukosa dari lambung. Epithelium dari bagian kelejar yang mengeluarkan sekret
berubah-ubah dan berbeda-beda di beberapa daerah lambung.

2) Persarafan dan Aliran Darah Pada Lambung


Persarafan pada lambung umumnya bersifat otonom. Suplay saraf parasimpatis
untuk lambung di hantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf vagus. Trunkus vagus
mencabangkan ramus gastric, pilorik, hepatic dan seliaka.
Persarafan simpatis melalui saraf splangnikus mayor dan ganglia seliakum.
Serabut-serabut afferent simpatis menghambat pergerakan dan sekresi lambung.
Pleksus auerbach dan submukosa ( meissner ) membentuk persarafan intrinsic dinding
lambung dan mengkoordinasi aktivitas motorik dan sekresi mukosa lambung.
Suplai darah dilambung berasal dari arteri seliaka. Dua cabang arteri yang
penting dalam klinis adalah arteri duodenalis dan pankreas tikoduodenalis
(retroduodenalis) yang berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum. Tukak dinding
posterior duodenum dapat mengerosi arteri itu menyebabkan perdarahan. Darah vena
dari lambung dan duodenum serta berasal dari pankreas, limpa dan bagian lain saluran
cerna berjalan ke hati melalui vena porta.

b) Fisiologi Lambung
Secara umum gaster memiliki fungsi motorik dan fungsi pencernaan &
sekresi, berikut fungsi Lambung:
a. Fungsi motorik
1. Fungsi reservoir
Menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit
dicernakan dan bergerak ke saluran pencernaan. Menyesuaikan peningkatan
volume tanpa menambah tekanan dengan relaksasi reseptif otot polos yang
diperantarai oleh saraf vagus dan dirangsang oelh gastrin.
2. Fungsi mencampur
Memecahkan makanan menjadi partikel-partikel kecil dan mencampurnya
dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung.
3. Fungsi pengosongan lambung
Diatur oleh pembukaan sfingter pylorus yang dipengaruhi oleh viskositas,
volume, keasaman, aktivitas osmotis, keadaan fisisk, emosi, obat-obatan dan
kerja. Pengosongan lambung di atur oleh saraf dan hormonal
b. Fungsi pencernaan dan sekresi
1. Pencernaan protein oleh pepsin dan HCL
2. Sintesis dan pelepasan gastrin.
Dipengaruhi oleh protein yang di makan, peregangan antrum, rangsangan
vagus
3. Sekresi factor intrinsik.
Memungkinkan absorpsi vitamin B12 dari usus halus bagian distal.
4. Sekresi mucus.
Membentuk selubung yang melindungi lambung serta berfungsi sebagai
pelumas sehingga makanan lebih mudah untuk diangkut.

c) Proses Pencernaan Makanan Di Lambung


1. Mekanik
Beberapa menit setelah makanan memasuki perut, gerakan peristaltik
yang lembut dan berriak yang disebut gelombang pencampuran (mixing wave)
terjadi di perut setiap 15-25 detik. Gelombang ini merendam makanan dan
mencampurnya dengan hasil sekresi kelenjar lambung dan menguranginya
menjadi cairan yang encer yang disebut chyme. Beberapa mixing wave terjadi di
fundus, yang merupakan tempat penyimpanan utama. Makanan berada di fundus
selama satu jam atau lebih tanpa tercampur dengan getah lambung. Selama ini
berlangsung, pencernaan dengan air liur tetap berlanjut.
Selama pencernaan berlangsung di perut, lebih banyak mixing wave yang
hebat dimulai dari tubuh dan makin intensif saat mencapai pilorus. Pyloric
spinchter hampir selalu ada tetapi tidak seluruhnya tertutup. Saat makanan
mencapai pilorus, setiap mixing wave menekan sejumlah kecil kandungan
lambung ke duodenum melalui pyloric spinchter. Hampir semua makanan ditekan
kembali ke perut. Gelombang berikutnya mendorong terus dan menekan sedikit
lagi menuju duodenum. Pergerakan ke depan atau belakang (maju/mundur) dari
kandungan lambung bertanggung jawab pada hampir semua pencampuran yang
terjadi di perut.
2. Kimiawi
Prinsip dari aktivitas di perut adalah memulai pencernaan protein. Bagi
orang dewasa, pencernaan terutama dilakukan melalui enzim pepsin. Pepsin
memecah ikatan peptide antara asam amino yang membentuk protein. Rantai
protein yang terdiri dari asam amino dipecah menjadi fragmen yang lebih kecil
yang disebut peptide. Pepsin paling efektif di lingkungan yang sangat asam di
perut (pH=2) dan menjadi inaktif di lingkungan yang basa. Pepsin disekresikan
menjadi bentuk inaktif yang disebut pepsinogen, sehingga tidak dapat mencerna
protein di sel-sel zymogenic yang memproduksinya. Pepsinogen tidak akan
diubah menjadi pepsin aktif sampai ia melakukan kontak dengan asam hidroklorik
yang disekresikan oleh sel parietal. Kedua, sel-sel lambung dilindungi oleh mukus
basa, khususnya setelah pepsin diaktivasi. Mukus menutupi mukosa untuk
membentuk hambatan antara mukus dengan getah lambung.
Enzim lain dari lambung adalah lipase lambung. Lipase lambung
memecah trigliserida rantai pendek menjadi molekul lemak yang ditemukan
dalam susu. Enzim ini beroperasi dengan baik pada pH 5-6 dan memiliki peranan
terbatas pada lambung orang dewasa. Orang dewasa sangat bergantung pada
enzim yang disekresikan oleh pankreas (lipase pankreas) ke dalam usus halus
untuk mencerna lemak. Lambung juga mensekresikan renin yang penting dalam
mencerna susu. Renin dan Ca bereaksi pada susu untuk memproduksi curd.
Penggumpalan mencegah terlalu seringnya lewatnya susu dari lambung menuju ke
duodenum (bagian pertama dari usus halus). Rennin tidak terdapat pada sekresi
lambung pada orang dewasa.

C. Etiologi
Penyebab dispepsia, yaitu :
a. Dalam lumen saluran cerna
Tukak peptic
Gastritis
Keganasan
b. Gastroparesis
c. Obat-obatan
AINS
Teofilin
Digitalis
Antibiotik
d. Hepato Biller
Hepatitis
Kolesistitis
Kolelitiatis
Keganasan
Disfungsi spincter odi
e. Pancreas
Pankreatitis
Keganasan
f. Keadaan Sistematik
DM
Penyakit tiroid
Gagal ginjal
Kehamilan
g. Gangguan Fungsional
Dispepsia fungsional
Sindrom kolon iritatif

D. Patofisiologi
DISPEPSIA
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat obatan yang tidak jelas, zat zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stress, pemasukan makanan
menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan
Dispepsia Organik Dispepsia Fungsional
erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding dinding lambung, kondisi demikian
dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi
asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah
Stress Kopi & alkohol
sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
E. Pathway

Respon mukosa lambung


Perangsangan saraf
simpatis NV
(Nervus Vagus)

vasodilatasi mukosa gaster Eksfeliasi


(Pengelupasan)

Produksi HCL di
lambung
HCL kontak dengan
mukosa gaster Ansietas

Mual
Nyeri Perubahan pada
Ketidakseimba kesehatan
ngan nutrisi
kurang dari Muntah
kebutuhan Nyeri epigastrium b/d iritasi
Defisit pengetahuan
pd mukosa lambung

Kekurangan volume
cairan
F. Manifestasi klinis
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi
dyspepsia menjadi tiga tipe:
a. Dyspepsia dengan keluhan seperti ulkus (Ulkus-like dyspepsia) dengan gejala:
Nyeri epigastrium terlokalisasi
Nyeri hilang setelah makan atau peberian antacid
Nyeri saat lapar
Nyeri episodic
b. Dyspepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dismotility-like dyspepsia), dengan
gejala:
Mudah kenyang
Perut cepat terasa penuh saat makan
Mual
Muntah
Upper abdominal bloating
Rasa tak nyaman bertambah saat makan.
d. Dyspepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas)
e. Pemeriksaan penunjang
SGOT/SGPT, fosfatase alkali, bilirubin
USG
OMD bila ada tanda striktur
Endoscopi
ECG bila ada kecurigaan
CLO (rapid urea test)
Kultur mikroorganisme (MO) jaringan
PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian.
f. Terapi
Makanan lunak dan tidak merangsang dalam fase akut
Pemberian antasida, prokinetik, antagonis H2 reseptor
g. Penyulit
Malnutrisi
Dehidrasi
Syok bila perdarahan massif

G. Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya
komplikasi yang tidak ringan. Salah satunya komplikasi dispepsia yaitu luka di dinding
lambung yang dalam atau melebar tergantung berapa lama lambung terpapar oleh asam
lambung. Bila keadaan dispepsia ini terus terjadi luka akan semakin dalam dan dapat
menimbulkan komplikasi pendarahan saluran cerna yang ditandai dengan terjadinya muntah
darah, di mana merupakan pertanda yang timbul belakangan. Awalnya penderita pasti akan
mengalami buang air besar berwarna hitam terlebih dulu yang artinya sudah ada perdarahan
awal. Tapi komplikasi yang paling dikuatirkan adalah terjadinya kanker lambung yang
mengharuskan penderitanya melakukan operasi.

H. Penatalaksanaan
Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu :
a. Antasid 20-150 ml/hari
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir sekresi
asam lambung. Campuran yang biasanya terdapat dalam antasid antara lain Na
bikarbonat, AL (OH)3, Mg (OH)2 dan Mg trisilikat. Pemakaian obat ini sebaiknya
jangan diberikan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa
nyeri. Mg trisilikat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai
adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan
diare karena terbentuk senyawa MgCl2.
b. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif
yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan sekresi
asam lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.
c. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau
esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis reseptor H2
antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin dan famotidin.
d. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)
Sesuai dengan namanya, golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung
pada stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk
golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol dan pantoprazol.

e. Sitoprotektif
Prostaglandin sintetik seperti misoprostol (PGE) dan enprestil (PGE2). Selain
bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat
berfungsi meningkatkan sekresi prostaglandin endogen, yang selanjutnya
memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan
sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (sebagai site
protective), yang senyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian
atas (SCBA).
f. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan prokinetik, yaitu sisaprid, dom peridon dan
metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan
refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung
(acid clearance).

BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELOMPOK

1. Pengkajian keperawtan kelompok

A. Wawancara informan

Wawancara dengan petugas panti (Ibu asuh dan bapak asuh di wisma panti kasih ibu
Batusangkar.

VARIABEL HASIL
Masalah kesehatan umum Masalah kesehatan umumnya di wisma panti
asuhan kasih ibu pada umumnya lansia
mengeluhkan sakit perut, mual dan makanan
yang disediakan dipanti porsinya tidak habis
sama lansia.

Kebiasaan umum sehari-hari lansia Merokok


Jarang mencuci tangan pakai sabun
Ada beberapa kebiasaan lansia yang
susah untuk di ajak mandi.
Tidak menghabiskan makanan yang
disediakan oleh pihak panti

Persepsi terhadap kesehatan / program Petugas dan lansia mengatakan dalam
kesehatan seminggu ada dokter yang datang ke panti
asuhan untuk memeriksa kesehatan lasia 1x
dalam seminggu.

Dukungan terhadap kegiatan kesehatan Dukungan petugas panti terhadapa kesehatan


pada lansia para lansia baik.

Partisipasi terhadap program kesehatan Partisipasi lansia terhadap program kesehatan


sangat baik.

Jumlah lansia di panti suhan kasih ibu Sebanyak 70 orang lansia.

B. Observasi partisipan untuk mendapatkan data terkait.

1. Kepercayaan dan keyakinan kelompok.


Berdasarkan hasil observasi kelompok, sebagian besar lansia di panti asuh kasih ibu
memiliki kepercayaan yang baik dengan kepercayaan yang mereka anut, hal ini dapat
dilihat dari setiap waktu shalat mereka bersama pergi ke mesjid untuk shalat
berjamaah.
2. Norma dan nilai
Lansia memiliki sikap dan perilaku yang baik saat bersosialisasi selama di panti
asuhan kasih ibu.

C.Windshield Survey

OBJEK OBSERVASI HASIL


Karakteristik lansia Karakteristik dari lansia berbeda beda
setiap individu, dimana ada sebagian lansia
suka menolong temannya dan ada juga
lansia yang tidak mau menjaga kebersihan
dirinya.
Tempat berkumpul Tempat untuk berkumpul lansia di mesjid
dan di aula.
Ritme hidup masyarakat Tidak monoton

Adanya ikatan bekelompok Adanya rasa untuk tolong menolong pada


lansia,hal ini dapt dilihat pada lansia yang
menolong teman nya untuk mengambil
makanan. Maka ikatan yang terjalin pada
lansia kuat.

Data sekunder Jumlah lansia ada 70 orang dan jumlah


wisma ada 8 wisma, 1 kantor, 1 aula, 1
dapur,1 mushala yang sedang di renovasi

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik secara umum dapat di


gambarkan, pada umumnya lansia memiliki
pendengaran yang mulai berkurang,
penglihatan yang berkurang dan cara
berjalan yang sudah mulai susah.

D. Data pengkajian

1. Data dasar

2. Pengkajian terkait
a) Fasilitas kesehatan yang tersedia untuk kelompok
Fasilitas kesehatan yang di sediakan pada lansia adalah mendatangkan dokter
dan petugas kesehatan ke panti 1 kali seminggu untuk memeriksa kesehatan lansia.
b) Fasilitas pendidikan yang tersedia.
Di Panti Social Tresna werda (PSTW) ada sebuah aula yang di gunakan untuk
membina dan membimbing para lansia, seperti kegiatan keagamaan.
c) Status ekonomi dan lingkungan sekitar kelompok
Para lansia tiap bulannya mendapat uang saku, dan ada lansia yang yang
mendapat uang saku dari anaknya perbulan. Didalam PSTW ada menjual kebutuhan
sehari hari seperti makanan, minuman, keperluan mandi, dsb. Dan di luar PSTW ada
menjual makanan dan menjual kebutuhan sehari hari.
d) Komunikasi yang digunakan dalam kelompok
Para lansia berkomunikasi dengan menggunakan bahasa minang, sehingga
membuat komunikasi menjadi efektif pada lansia.
e) Fasilitas rekreasi yang tersedia
Sarana rekreasi yang tersedia di dalam PSTW antara lain ada alat musik yang
tersedia di aula PSTW ,lansia boleh menggunakan alat musik di sana dan juga di
sediakan kerajinan tangan bagi lansia yang mau mengembangkan
kreatifitasnya,Waktu luang lansia kebanyakan digunakan untuk menonton televisi dan
duduk di pelantaran PSTW sambil mendengarkan musik.
f) Kebiasaan perilaku dalam kelompok
Kebiasaan lansia dalam menjaga kebersihan lingkungan adalah melakuna
kegiatan gotong royong bersama untuk membersihakan lingkungan sekitar wisma.
Dan tiap tiap dinding wisma ada daftar piket lansia untuk menyapu ruang tamu dan
ruang makan mereka.
Dan lansia juga membantu teman nya mengambil makanan ke dapur jika
mereka mampu untuk mebawa rantang makanan berlebih.

2. Diagnosa keperawatan kelompok


ANALISA DATA

No. Data Masalah Keperawatan


1 Data Primer :

Dari hasil observasi didapatkan penyakit Ketidak efektifan pemeliharaan


dispepsia berada pada urutan 3 kesehatan

Data Sekunder :
Dari hasil wawancara yang didapat dari
wawancara dengan lansia mengatakan nyeri
ulu hati disertai mual akan kambuh jika
mereka lupa atau terlambat makan. Hampir
sebagian lansia akan merasa nyeri bahkan
disertai mual jika makan tidak tepat pada
waktunya. Dan penyebab lainnya lansia
yang lupa untuk meminum obat maagnya.

2. Data primer : Sindrom kelemahan lansia


Dari observasi didaptkan lansia memiliki
penglihatan yang kabur dan pendengaran
yang kurang optimal atau mulai terganggu
kondisi fisik yang sudah renta.
Data Sekunder :
Dari hasil wawancara dapat di simpulkan
lansia banyak memiliki penglihatan yang
sudah mulai kabur pendengaran yang kurang
optimal dan penurunan kekuatan otot
disebabkan kondisi fisik lansia yang sudah
mulai renta. Lansia mencari pegangan saat
berjalan.

3. Data Primer : Perilaku kesehatan cenderung


beresiko
Susah untuk diajak menjaga kebersihan
diri dan lingkungan.
Adanya lansia yang sulit diajak untuk
mandi
Ada sebagian lansia yang tidak
menyiram kembali setelah BAB dan
BAK karena kelemahannya.
Ada sebagian lansia yang tidak mau
mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan

Data Sekunder :
Dari hasil wawancara yang diperoleh dari
lansia serta observasi dilapangan, sebagian
lansia mengatakan malas untuk mandi dan
ada beberapa lansia mengatakan telah
mandi padahal lansia tersebut belum mandi.
Ada juga sebagian lansia jika habis buang
air tidak menyiramnya atau
membersihkannya kembali.
PRIORITAS MASALAH

Masalah Kesadaran Motivasi Kemampuan Ketersedian Beratnya Mempercepat Jumlah


masyarakat masyarakat untuk perawat dalam ahli/pihak konsekwensi penyelesaian
akan maslah menyelesaikan mempengaruhui terkait terhadap jika masalah masalah dengan
masalah penyelesaian penyelesaian tidak resolusi yang
masalah masalah terselesaikan dapat dicapai

Ketidak 4 3 4 5 4 3 23
efektifan
pemeliharaan
kesehatan

Sindrom 3 3 3 4 4 3 20
kelemahan
lansia

Perilaku 3 3 4 4 4 3 21
kesehatan
cenderung
beresiko
Diagnosa keperawatan:

1. Ketidak efektifan pemeliharaan kesehatan


2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
3. Sindrom kelemahan lansia
3. Perencanaan (Intervensi)

TGL/No Diagnosa keperawatan NOC NIC


Kode Hasil Kode Hasil
27 Ketidak efektifan Primer: Primer:
Oktober
pemeliharaan kesehatan
2017 1602 Perilaku Promosi Kesehatan 5510 Pendidikan Kesehatan
(1)
1805 Pengetahuan Perilaku Kesehatan 5604 Pengajaran Kelompok

Sekunder: Sekunder:

1300 Penerimaan Status Kesehatan 5604 Pengajaran Kelompok

1602 Perilaku Promosi Kesehatan 8500 Pengembangan Kesehatan


Komunitas

Tersier : Tersier:

1701 Kepercayaan Mengenai Kesehatan: 5340 Dukungan Kelompok


Merasakan Kemampuan
Melakukannya

27 Perilaku kesehatan Primer: Primer:


Oktober cenderung beresiko
2017 1855 Pengetahuan: Gaya Hidup Sehat 5510 Pendidikan Kesehatan
(2) Sekunder: Sekunder:

1902 Kontrol Resiko 4310 Terapi Aktivitas

Tersier: Tersier:

2807 Keefektifan Skiring Kesehatan 6520 Skrining Kesehatan


Komunitas

27 Sindrom kelemahan Primer: Primer:


Oktober lansia
2017 1805 Pengetahuan: Perilaku Kesehatan 5510 Pendidikan Kesehatan
(3)
Sekunder: Sekunder:

3010 Kepuasan Klien: Keamanan 6410 Pencegahan Jatuh

0305 Perawatan Diri: Kebersihan 1801 Bantuan Diri: Mandi/Kebersihan

Tersier: Tersier:

2010 Kenyamanan Fisik 6482 Manajemen Lingkungan:


Kenyamanan

Tgl/ Diagnosa Ttd


Implementasi Evaluasi
No Keperawatan Perawat

1 Ketidakefektifan Primer:
Memberikan penyuluhan tentang dispepsia
Pemeliharaan Kesehatan
Sekunder:

Anda mungkin juga menyukai