Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

TUTORIAL LBM 3 “GINJAL DAN TEKANAN DARAH”


BLOK UROGENITAL I

Disusun Oleh :

Nama : Zainul Hamdi


NIM : 020.06.0089
Blok SP : Urogenital I
Kelas/SGD : B/11
Tutor : dr. Ida Ayu Made Mahayani, S.Ked.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2020/2021
BAB I
Skenario
LBM 3
GINJAL DAN TEKANAN DARAH
Dinda seorang mahasiswa kedokteran datang ke dokter bersama ayahnya
untuk memeriksa tekanan darah. Dokter kemudian mendapatkan tekanan darah
bapak 150/90 mmHg dan meminta bapak untuk mengurangi minum, terutama
minuma berwarna. Apakah hubungan mengurangi minum dengan tekanan darah
bapak? Apa saja komponen yang terlibat dalam pengaturan tekanan darah
manusia?

Dalam skenario ini didapatkan beberapa topik permasalahan yang perlu


dibahas diantaranya:
Permasalahan pertama apakah hubungan antara mengurangi minum dengan
tekanan darah? Pada umumnya, pembatasan konsumsi cairan atau air minum pada
penderita hipertensi tidak diterapkan secara luas. Akan tetapi, hal ini dikecualikan
pada penderita hipertensi pulmonal, adanya gangguan ginjal kronis, atau adanya
gejala edema (bengkak) pada kaki.
Permasalahan kedua apa saja komponen yang terlibat dalam pengaturan
tekanan darah? Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung (cardiac output, CO)
dan resistensi pembuluh darah terhadap darah. Curah jantung adalah volume darah
yang dipompa melalui jantung per menit, yaitu isi sekuncup (stroke volume, SV)
x laju denyut jantung (heart rate, HR). Resistensi diproduksi terutama di arteriol
dan dikenal sebagai resistensi vaskular sistemik.
Peningkatan curah jantung dan tahanan perifer dapat terjadi akibat dari
berbagai faktor seperti genetik, aktivitas saraf simpatis, asupan garam, dan
metabolisme natrium dalam ginjal dan faktor endotel mempunyai peran dalam
peningkatan tekanan darah pada hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap
terjadinya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung
dan tekanan darah.
Hormon sebagai salah satu komponen penting yaitu chemical massangger
juga berperan dalam pengaturan tekanan darah. Banyak hormon yang terlibat
dalam regulasi tekanan darah baik hormon yang meningkatkan tekanan darah
maupun menurunkan tekanan darah.
Permasalahan ketiga Apa factor yang dapat mempengaruhi tekanan darah?
factor yang mempengaruhi tekanan darah diantaranya: Jenis Kelamin, Usia, Ras,
Riwayat Keluarga, Makanan beragam, Berat badan, Olahraga dan Obat-obatan
Permasalahan yang terakhir di angka berapa saja tekanan darah di anggap
normal? Orang dewasa dengan kondisi tubuh sehat umumnya memiliki tekanan
darah normal sekitar 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Bagaimana peran ginjal mengatur homeostasis tekanan darah?
Ginjal mengontrol tekanan darah melalui pengaturan volume
cairan ekstraseluler dan sekresi renin. Sistem renin-angiotensin aldosteron
(RAAS) merupakan sistem endokrin penting dalam pengontrolan tekanan
darah. Renin disekresi oleh juxtaglomerulus aparantus ginjal sebagai
respon glomerulus underperfusion, penurunan asupan garam, ataupun
respon dari sistem saraf simpatik. Mekanisme terjadi peningkatan darah
melebihi normal atau hipertensi melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin converting enzyme (ACE). ACE memegang
peranan fisiologis penting dalam pengaturan tekanan darah. Darah
mengandung angiotensinogen yang diproduksi hati, kemudian oleh
hormone renin yang diproduksi ginjal akan diubah menjadi angiotensin I.
Angiotensin I diubah menjadi angiotensin II oleh ACE yang terdapat di
paru-paru. Angiotensin II merupakan suatu vasokonstriktor kuat yang
utama menyebabkan vasokontriksi arteri menyebabkan peningkatan
resistensi pada aliran darah dan peningkatan tekanan darah (Corwin,
2009).
Angiotensin II bersikulasi menuju kelenjar adrenal dan
menyebabkan sel korteks adrenal membentuk hormone lain yaitu
aldosteron. Aldosteron merupakan hormone steroid yang berperan penting
pada ginjal untuk mengatur volume cairan ekstraseluler. Aldosteron
mengurangi ekskresi NaCl dengan cara reabsorpsi dari tubulus ginjal.
Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada akhirnya
meningkatkan volume dan tekanan darah (Corwin, 2009).

2. Jelaskan fisiologi dari Renin Angiostensin Aldosteron di ginjal?


Peranan renin-angiotensin sangat penting pada hipertensi renal atau
yang disebabkan karena gangguan pada ginjal. Apabila bila terjadi
gangguan pada ginjal, maka ginjal akan banyak mensekresikan sejumlah
besar renin. Nama “renin “ pertama kali diberikan oleh Tigerstredt dan
Bergman (1898). Baru pada tahun 1991 Rosivsll dan kawan-kawan
mengemukakan bahwa bahwa renin dihimpun dan disekresi oleh sel
juxtaglomelurar yang terdapat pada dinding arteriol afferen ginjal, sebagai
kesatuan dari bagian macula densa satu unit nefron (Laragh 1992).
Menurut Guyton dan Hall (1997), renin adalah enzim dengan protein kecil
yang dilepaskan oleh ginjal bila tekanan arteri turun sangat rendah.
Menurut Klabunde (2007) pengeluaran renin dapat disebabkan aktivasi
saraf simpatis (pengaktifannya melalui β1-adrenoceptor), penurunan
tekanan arteri ginjal (disebabkan oleh penurunan tekanan sistemik atau
stenosis arteri ginjal), dan penurunan asupan garam ke tubulus distal.

Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan pada uraian berikut.


Renin bekerja secara enzimatik pada protein plasma lain, yaitu suatu
globulin yang disebut bahan renin (atau angiotensinogen), untuk
melepaskan peptida asam amino-10, yaitu angiotensin I. Angiotensin I
memiliki sifat vasokonstriktor yang ringan tetapi tidak cukup untuk
menyebabkan perubahan fungsional yang bermakna dalam fungsi
sirkulasi. Renin menetap dalam darah selama 30 menit sampai 1 jam dan
terus menyebabkan pembentukan angiotensin I selama sepanjang waktu
tersebut (Guyton dan Hall, 1997).
Dalam beberapa detik setelah pembentukan angiotensin I, terdapat
dua asam amino tambahan yang memecah dari angiotensin untuk
membentuk angiotensin II peptida asam amino-8. Perubahan ini hampir
seluruhnya terjadi selama beberapa detik sementara darah mengalir
melalui pembuluh kecil pada paru-paru, yang dikatalisis oleh suatu enzim,
yaitu enzim pengubah, yang terdapat di endotelium pembuluh paru yang
disebut Angiotensin Converting Enzyme (ACE). Angiotensin II adalah
vasokonstriktor yang sangat kuat, dan memiliki efek-efek lain yang juga
mempengaruhi sirkulasi. Angiotensin II menetap dalam darah hanya
selama 1 atau 2 menit karena angiotensin II secara cepat akan diinaktivasi
oleh berbagai enzim darah dan jaringan yang secara bersama-sama disebut
angiotensinase (Guyton dan Hall, 1997).
Selama angiotensin II ada dalam darah, maka angiotensin II
mempunyai dua pengaruh utama yang dapat meningkatkan tekanan arteri.
Pengaruh yang pertama, yaitu vasokontriksi, timbul dengan cepat.
Vasokonstriksi terjadi terutama pada arteriol dan sedikit lebih lemah pada
vena. Konstriksi pada arteriol akan meningkatkan tahanan perifer,
akibatnya akan meningkatkan tekanan arteri. Konstriksi ringan pada vena-
vena juga akan meningkatkan aliran balik darah vena ke jantung, sehingga
membantu pompa jantung untuk melawan kenaikan tekanan (Guyton dan
Hall, 1997).
Ketika tekanan darah di dalam tubuh menurun, sel-sel khusus di
ginjal akan mendeteksi kondisi tersebut kemudian merespons dengan
mengeluarkan enzim renin ke aliran darah.
Enzim renin yang dilepaskan ginjal tersebut akan mengubah
hormon angiotensin menjadi angiotensin I dan angiotensin II yang
bertugas untuk meningkatkan aliran darah. Tujuannya adalah adalah untuk
memperbaiki sirkulasi darah agar oksigen dan nutrisi dapat tersalurkan ke
seluruh tubuh.
Saat renin merangsang pembentukan angiotensin II, kelenjar
adrenal di dekat ginjal akan ikut terstimulasi untuk menghasilkan hormon
aldosteron. Aldosteron ini nantinya akan membuat ginjal lebih banyak
menyaring air, elektrolit, serta garam di dalam darah. Hal ini kemudian
membuat jumlah cairan dan elektrolit di dalam tubuh bertambah, sehingga
tekanan darah pun meningkat.

3. Pengertian & Klasifikasi tekanan darah?


Tekanan darah adalah jumlah gaya yang diberikan oleh darah di
bagian dalam arteri saat darah dipompakan ke seluruh sistem peredaran
darah. Tekanan darah dapat berubah secara drastis dalam hitungan detik.
Menurut American Heart Association, dan Joint National Comitte VIII
(AHA & JNC VIII, 2014) , klasifikasi hipertensi yaitu :
Tekanan Darah Tekanan Darah
Klasifikasi Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Pre hipertensi 120- 80-
139 89
Stage 1 140- 90-
159 99
Stage 2 ≥ 160 ≥
100
Hipertensi > 180 >
Krisis 110

Berikut kategori tekanan darah menurut Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia (2016) :
Tekanan Darah Tekanan Darah
Kategori Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal 120- 80-
129 89
Normal tinggi 130- 89
139
Hipertensi 140- 90-
derajat 1 159 99
Hipertensi ≥ 160 ≥
derajat 2 100
Hipertensi > 180 >
derajat 3 110

4. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah?


Dua faktor yang mempengaruhi tekanan darah (Mader, 2014):
a) Curah jantung (denyut jantung x volume sekuncup)
Denyut jantung merupakan intrinsik tetapi dibawah kontrol ekstrinsik
(saraf). Oleh karena itu, semakin cepat denyut jantung, semakin besar
tekanan darah (mengasumsikan tahanan perifer). Mirip dengan mekanisme
sebelumnya, semakin besar volume sekuncup, semakin tinggi tekanan
darah. Volume sekuncup dan denyut jantung meningkatkan tekanan darah
hanya jika venous return adequat.
b) Tahanan perifer (diameter arteri dan panjangnya)
Regulasi neural untuk tahanan perifer. Pusat vasomotor berada di medula
oblongata mengontrol vasokonstriksi. Pusat ini berada di bawah kontrol
pusat kardioregulasi. Jika tekanan darah turun, baroreseptor dalam
pembuluh darah memberikan sinyal kepada pusat kardioregulasi. Impuls
berkonduksi dengan saraf simpatis menyebabkan tekanan darah meningkat
dan arteriol berkonstriksi melalui pusat vasomotor. Hasilnya terjadilah
peningkatan tekanan darah. Faktor apa yang mendasari penurunan tekanan
darah? Jika tekanan darah meningkat di atas rata-rata, baroreseptor
memberikan sinyal pada pusat kardioregulasi dalam medula oblongata.
Konsekuensinya, denyut jantung menurun dan arteriol berdilatasi
(Sembuligam, 2012).
Selain itu ada juga factor yang mempengaruhi tekanan darah diantaranya:
1) Jenis Kelamin
Tekanan darah pada laki-lakilebih tinggi pada usia 55 tahun.
2) Usia
Orang tua mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan orang
muda. Tekanan diastolik meningkat sampai sekita umur 50 tahun
kemudian stabil, sedangkan tekanan sistolik cenderung meningkat pada
bagian akhir tahap kehidupan.
3) Ras
Tekanan darah tinggi lebih sering terjadi pada kulit hitam dibandingkan
ras yang lain.
4) Riwayat Keluarga
Pada genetic mempengaruhi baik yang rendah maupun yang tinggi
5) Makanan beragam
Makanan yang kita konsumsi juga dapat menyebabkan meningkatnya
kemungkinan terjadinya t ekanan darah meningkat.
6) Berat badan
Peningkatan tekanan darah sesuai umur lebih tinggi pada orang yang
gemuk dibandingkan orang normal
7) Olahraga
Aktivitas Fisik juga dapat meningkatkan tekanan darah
8) Obat-obatan
Banyak obat-obatan yang dapat meningkatkan tekanan darah.

5. Bagaimana kerja enzim pengubah angiostensin?


Enzim yang mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II disebut
dengan Angiotensin Converting Enzyme (ACE) (Sargowo, 1999).
Perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II tidak saja terjadi di paru-
paru, namun ACE ditemukan pula di sepanjang jaringan epitel pembuluh
darah (Oates, 2001). Rangkaian dari seluruh sistem renin sampai menjadi
angiotensin II dikenal dengan Renin Angiotensin Aldosteron System
(RAAS). Sistem tersebut memegang peranan penting dalam patogenesis
hipertensi baik sebagai salah satu penyebab timbulnya hipertensi, maupun
dalam perjalanan penyakitnya (Ismahun, 2001). RAAS merupakan sistem
hormonal yang kompleks berperan dalam mengontrol sism kardiovaskular,
ginjal, kelenjar andrenal, dan regulasi tekanan darah. Sistem RAAS tidak
berperan sebagai sistem hormonal, tetapi dapat berperan sebagai
(Kramkoowski, et al. 2006).

ACE inhibitor bekerja dengan cara menghambat enzim dalam tubuh untuk
memproduksi hormon angiotensin II, yaitu zat yang dapat menyempitkan
pembuluh darah dan meningkatkan kerja jantung.

6. Bagaimana kerja reseptor Renin Angiostensin Aldosteron?


Renin bekerja secara enzimatik pada protein plasma lain, yaitu
suatu globulin yang disebut bahan renin (atau angiotensinogen), untuk
melepaskan peptida asam amino-10, yaitu angiotensin I. Angiotensin I
memiliki sifat vasokonstriktor yang ringan tetapi tidak cukup untuk
menyebabkan perubahan fungsional yang bermakna dalam fungsi
sirkulasi. Renin menetap dalam darah selama 30 menit sampai 1 jam dan
terus menyebabkan pembentukan angiotensin I selama sepanjang waktu
tersebut (Guyton dan Hall, 1997).
Dalam beberapa detik setelah pembentukan angiotensin I, terdapat
dua asam amino tambahan yang memecah dari angiotensin untuk
membentuk angiotensin II peptida asam amino-8. Perubahan ini hampir
seluruhnya terjadi selama beberapa detik sementara darah mengalir
melalui pembuluh kecil pada paru-paru, yang dikatalisis oleh suatu enzim,
yaitu enzim pengubah, yang terdapat di endotelium pembuluh paru yang
disebut Angiotensin Converting Enzyme (ACE). Angiotensin II adalah
vasokonstriktor yang sangat kuat, dan memiliki efek-efek lain yang juga
mempengaruhi sirkulasi. Angiotensin II menetap dalam darah hanya
selama 1 atau 2 menit karena angiotensin II secara cepat akan diinaktivasi
oleh berbagai enzim darah dan jaringan yang secara bersama-sama disebut
angiotensinase (Guyton dan Hall, 1997).

7. Hormon yang mempengaruhi tekanan darah pada ginjal?


Hormon sebagai salah satu komponen penting yaitu chemical
massangger juga berperan dalam pengaturan tekanan darah. Banyak
hormon yang terlibat dalam regulasi tekanan darah baik hormon yang
meningkatkan tekanan darah maupun menurunkan tekanan darah seperti
yang ditunjukkan pada tabel.
BAB III
KESIMPULAN
Tekanan darah adalah jumlah gaya yang diberikan oleh darah di bagian
dalam arteri saat darah dipompakan ke seluruh sistem peredaran darah. Tekanan
darah dapat berubah secara drastis dalam hitungan detik.Terdapat beberapa factor
yang mempengaruhi tekanan darah diantaranya: Jenis Kelamin, Usia, Ras,
Riwayat Keluarga, Makanan beragam, Berat badan, Olahraga dan Obat-obatan.
Tanggung jawab terhadap pengaturan tekanan darah arteri jangka panjang
hanpir seluruhnya dipegang oleh ginjal. Ginjal mengontrol tekanan darah melalui
pengaturan volume cairan ekstraseluler dan sekresi renin. Sistem renin-
angiotensin aldosteron (RAAS) merupakan sistem endokrin penting dalam
pengontrolan tekanan darah. Renin disekresi oleh juxtaglomerulus aparantus
ginjal sebagai respon glomerulus underperfusion, penurunan asupan garam,
ataupun respon dari sistem saraf simpatik. Mekanisme terjadi peningkatan darah
melebihi normal atau hipertensi melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin converting enzyme (ACE). ACE inhibitor bekerja
dengan cara menghambat enzim dalam tubuh untuk memproduksi hormon
angiotensin II, yaitu zat yang dapat menyempitkan pembuluh darah dan
meningkatkan kerja jantung.
DAFTAR PUSTAKA

Chalik, Raimundus 2016, Anatomi Fisiologi Manusia, Kementerian Kesehatan RI,


Jakarta.
Guyton & Hall. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi revisi berwarna ke-
12. Elsevier : Singapore.
Priade NE. 2017. Buku Bahan Ajar Urine. Universitas Muhammadiyah Semarang.
Sasmalinda, Lusi. "Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tekanan Darah
Pasien di Puskesmas Malalo Batipuh Selatan dengan Menggunakan
Regresi Linier Berganda." UNP Journal of Mathematics 2.1 (2013).
Sherwood, Lauralee. 2018. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem edisi 9 ; alih
bahasa, Lydia I. Mandera, H.H. Pendit ; editor edisi bahasa Indonesia,
Miranti Iskandar. Jakarta: EGC
Tortora, GJ., Derrickson, B. 2017. Principles of Anatomy and Physiology 12th Ed.
Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.
W.F. Ganong, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22, San Fransiscco Maret
2005, Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai