Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ELIMINASI URINE

Kelompok 1
Anggota :

1. Fitri Destiani
2. Azilla Marta Kurnia
3. Riskiana Afriliani
4. Yesi Juliana

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP ABORSI
ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada MK Kebutuhan Dasar Manusia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentatang Eliminasi Urin. Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak ibu yang telah membetikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang study yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalh ini. Kami menyadari makalah yang kami
susun ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram,21 Desember

Penulis
DAFTAR ISI

BAB 1

PENDAHULUAN

A. latar belakang……………………………………………………………………………..4
B. Rumusan masalah…………………………………………………………………………4

BAB II

A. Pengertian eliminasi urine…………………………………………………………………5


B. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Eliminasi Urine…………………………….5
C. Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine………………………………………7
D. Proses pembentukan urine………………………………………………………….8
E. Masalah Eliminasi Urin…………………………………………………………….9
BAB III

PENUTUP

A. kesimpulan
……………………………………………………………………………….12
B. saran………………………………………………………………………………………
12

DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………………..13
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eliminasi produk pencernaan yang teratur merupakan aspek yang penting untuk fungsi normal
tubuh. Perubahan eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan sistem tubuh
lainnya, karena fungsi usus bergantung pada keseimbangan beberapa faktor pola dan kebiasaan
eliminasi berfariasi diantara individu namun telah terbukti bahwa pengeluaran feses yang sering
dalam jumlah besar dan karakteristiknya normal biasanya berbanding lurus dengan rendahnya
insiden kanker kolesterol (Robinson dan Weigley ,1989).
Untuk menangani masalah eliminasi perawat harus memahami eliminasi normal dan faktor-
faktor yang meningkatkan atau menghambat eliminasi. Asuhan kaperawatan yang mendukung
akan menghormati privasi dan kebutuhan emosional klien. Tindakan yang dirancang untuk
meningkatkan eliminasi normal juga harus meminimalkan rasa ketidak nyamanan.
ELIMINASI URINE
Eliminasi urin adalah salah dari proses metabolik tubuh. Zat yang tidak dibutuhkan, dikeluarkan
melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara primer mengeluarkan
karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme pada jaringan. Hampir
semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh sistem vena dan diekskresikan melalui
pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium / keringat. Ginjal merupakan bagian tubuh
primer yang utama untuk mengekskresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hidrogen,
dan asam.
Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan sirkulasi volume
darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin juga
berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan
kandungan produk sampah didalam urin.
Usus mengeluarkan feses dan beberapa cairan dari tubuh. Pengeluaran feses melalui evakuasi
usus besar biasanya menjadi sebuah pola pada usia 30 sampai 36 bulan.
B. Rumusan Masalah
Apa pengertian dari eliminasi urin?
Apa Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Eliminasi Urine
Faktor apa saja yang mempengaruhi eliminasi urin?
Bagaimana Proses pembentukan urine?
Apa Masalah Eliminasi Urin?
BAB II

ELIMINASI URINE
A. Pengertian Eliminasi Urin
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine atau alvi (buang
air besar). Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan buang air
kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar).
Eleminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat bergantung
pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra.Ginjal
memindahkan air dari darah dalam bentuk urine.Ureter mengalirkan urine ke bladder.Dalam
bladder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu yang kemudian dikeluarkan melalui
uretra.
B. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Eliminasi Urine
- Ginjal
Ginjal suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang dari kavum abdominalis di belakang
peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang
abdomen.
Bentuknya seperti biji kacang , panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm (kurang lebih
sebesar kepalan tangan),jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan. Setiap ginjal memiliki berat
antara 125 – 175 gram pada laki-laki dan 115 – 155 gram pada perempuan. Ginjal kiri lebih
besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal wanita.
Setiap ginjal diselubungi oleh tiga lapisan jaringan ikat yaitu :
Fasia renal adalah pembungkus terluar. Pembungkus ini melabuhkan ginjal pada struktur di
sekitarnya dan mempertahankan posisi organ.
Lemak perirenal adalah jaringan adipose yang terbungkus fasia ginjal. Jaringan ini membantali
ginjal dan membantu organ tetap pada posisinya.
Kapsul fibrosa adalah membran halus transparan yang lansung membungkus ginjal dan dapat
dengan mudah lepas.
Struktur Internal Ginjal
Struktur Internal Ginjal
Struktur Internal Ginjal
Hilus adalah tingkat kecekungan tepi medial ginjal.
Sinus Ginjal adalah rongga berisi lemak yang membuka pada hilus. Sinus ini membentuk
perlengketan untuk jalan masuk dan keluar ureter , vena dan arteri renalis, saraf dan limfatik.
Pelvis Ginjal adalah perluasan ujung proksimal ureter. Ujung ini berlanjut menjadi dua sampai
tiga kaliks mayor, yaitu rongga yang mencapai glandular, bagian penghasil urine pada ginjal.
Setiap kaliks mayor bercabang mejadi beberapa (8-18) kaliks minor.
Parenkim Ginjal adalah jaringan ginjal yang menyelubungi struktur sinus ginjal.
- Ureter
Terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih.
Panjangnya 25-30 cm, dengan penampang ± 0,5 cm. ureter sebagian terletak dalam rongga
abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
Lapisan tengah lapisan otot polos
Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic setiap 5 menit sekali yang akan
mendorong air kemih masuk ke dalam vesika urinaria.Ureter berjalan hampir vertical ke bawah
sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh peritoneum.
- Vesika Urinaria
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang
simpisis pubis di dalam rongga panggul. Bentuknya seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot
yang kuat, berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis medius.
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
Fundus yaitu bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah, bagian terpisah dari rectum
oleh spatium rectovesicle yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan
prostat.
Korpus yaitu bagian antara verteks dan fundus.
Verteks, bagian yang runcing ke arah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika
umbilikalis.
Dinding vesika urinaria terdiri dari :
Lapisan luar (peritoneum)
Tunika muskularis (lapisan otot)
Tunika sub mukosa
Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
- Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-
tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa, yang menembus tulang pubis ke bagian
penis panjangnya ± 20 cm.
Uretra pada laki-laki terdiri dari :
Uretra prostatika
Uretra membranosa
Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki-laki terdiri dari : lapisan mukosa, dan lapisan sub mukosa.
Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring sedikit ke arah atas ,
panjangnya kurang lebih 3-4 cm.
Lapisan uretra wanita terdiri dari : tunika muskularis, lapisan spongiosa, dan lapisan mukosa.
Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra
disini hanya berfungsi sebagai saluran ekskresi.
C. Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine
1. Diet dan Asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output urine (jumlah
urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga dapat
meningkatkan pembentukan urine.
2. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak
tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.
3. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam kaitannya
terhadap tersedianva fasilitas toilet.
4. Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini
karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
5. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter.
Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun
dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
6. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. Hal tersebut
dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang
air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang air kecil.
7. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.
8. Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada
masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.
9. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk berkemih dengan
melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
10. Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah otot kandung
kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontirolan
pengeluaran urine.
11. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau penurunan
-proses perkemihan. Misalnya pemberian diure;tik dapat meningkatkan jumlah urine, se;dangkan
pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
12. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya
prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti IVY
(intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi
urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat
mengganggu pengeluaran urine.
D. Proses pembentukan urine
Ada tiga proses dasar yang berperan dalam pembentukan urine: filtrasi glomelurus, reabsorpsi
tubulus, dan sekresi tubulus.
Filtrat Glomerulus. Proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen
sehingga terjadi penyerapan darah. Saat darah melalui glomerulus, terjadi filtrasi plasma bebas-
protein menembus membran kapiler glomerulus ke dalam kapsula Bowman. Filtrat yang lolos
tersebut terdiri atas air, glukosa, natrium, klorida, sulfat, dan bikarbonat yang kemudian
diteruskan ke tubulus ginjal.
Reabsorpsi Tubulus. Pada tubulus bagian atas, terjadi penyerapan kembali sebagian besar zat-zat
penting, seperti glukosa, natrium, klorida, sulfat, dan ion bikarbonat. Proses tersebut berlangsung
secara pasif yang dikenal dengan istilah reabsorpsi obligator. Apabila diperlukan, tubulus bawah
akan menyerap kembali natrium dan ion bikarbonat melalui proses aktif yang dikenal dengan
istilah reabsorpsi fakultatif. Zat-zat yang direabsorpsi tersebut diangkut oleh kapiler peritubulus
ke vena dan kemudian ke jantung untuk kembali diedarkan.
Sekresi Tubulus. Mekanisme ini merupakan cara kedua bagi darah untuk masuk ke dalam
tubulus di samping melalui filtrat glomerulus. Melalui sekresi tubulus, zat-zat tertentu pada
plasma yang tidak berhasil disaring di kapiler tubulus dapat lebih dieliminasi.
E. Masalah Eliminasi Urin
Penyakit ginjal utamanya akan berdampak pada sistem tubuh secara umum. Salah satu yang
tersering ialah gangguan urine.
Beberapa masalah eliminasi urine yang sering muncul, antara lain :
a. Retensi
Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan kandung kemih dan ketidaksanggupan kandung
kemih untuk mengosongkan sendiri.
Kemungkinan penyebabnya :
Operasi pada daerah abdomen bawah.
Kerusakan ateren
Penyumbatan spinkter.
Tanda-tanda retensi urine :
Ketidak nyamanan daerah pubis.
Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
Meningkatnya keinginan berkemih.
Enuresis
b. Eniorisis
Ialah keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak umumnya malam hari. Kemungkinan
peyebabnya :
Kapasitas kandung kemih lebih kecil dari normal.
Kandung kemih yang irritable
Suasana emosiaonal yang tidak menyenangkan
ISK atau perubahan fisik atau revolusi.
c. Inkontinensia
Inkontinesia Urine ialah bak yang tidak terkontrol.
Jenis inkotinensia
Inkontinensia Fungsional/urgensi
Inkotinensia Fungsional ialah keadaan dimana individu mengalami inkontine karena kesulitan
dalam mencapai atau ketidak mampuan untuk mencapai toilet sebelum berkemih.
Faktor Penyebab:
Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung kemih.
Penurunan tonur kandung kemih
Kerusakan moviliasi, depresi, anietas
Lingkungan
Lanjut usia.
Inkontinensia Stress
Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami pengeluaran urine segera pada
peningkatan dalam tekanan intra abdomen.
Faktor Penyebab:
Inkomplet outlet kandung kemih
Tingginya tekanan infra abdomen
Kelemahan atas peluis dan struktur pengangga
Lanjut usia.
Inkontinensia Total
Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami kehilangan urine terus menerus
yang tidak dapat diperkirakan.
Faktor Penyebab:
Penurunan Kapasitas kandung kemih.
Penurunan isyarat kandung kemih
Efek pembedahan spinkter kandung kemih
Penurunan tonus kandung kemih
Kelemahan otot dasar panggul.
Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih
Perubahan pola
Frekuensi
Meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya cairan.
Urgency
Perasaan seseorang harus berkemih.
F. Perubahan Pola Eliminasi Urine
1. Frekuensi
Jumlah berkemih dalam sehari. Frekwensi yang tinggi dijumpai pada keadaan stress atau hamil
2. Urgensi
Perasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami inkontenensia jika tidak berkemih
3. Disuria
Rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih. (ISK, trauma, striktur uretra)
4. Poliuria
Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal tanpa adanya peningkatan asupan
cairan.
5. Urinaria Supresi
Berhentinya produksi urine secara mendadak, secara normal urine diproduksi oleh ginjal secara
terus menerus pada kecepatan 60-120ml/jam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Eliminasi urin adalah salah satu dari proses metabolik tubuh. Urin dikeluarkan melalui paru-
paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Eliminasi merupakan salah satu aktivitas pokok yang harus
dilakukan oleh setiap manusia. Karena apabila eliminasi tidak dilakukan setiap manusia akan
menimbulkan berbagai macam gangguan seperti retensi urine, inkontinensia urine, enuresis,
perubahan pola eliminasi urine.
Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine yaitu diet dan asupan (intake), respons keinginan
awal untuk berkemih, gaya hidup, stres psikologis, tingkat , aktivitas, tingkat
perkembangankondisi penyakit, sosiokultural, kebiasaan seseorang, tonus otot, pengobatan, dan
pemeriksaan diagnostik
B. Saran
Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi uri dalam kehidupan kita sehari-hari.
Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urine.
Dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan penulis tentang eliminasi urin khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan makalah
ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Penerbit Salemba Mediak.
Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan . Jakarta : EGC.
Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta : EGC
Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi 3. Salemba Medika.
Jakarta.
Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan. Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai