Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

ELIMINASI URINE

DISUSUN OLEH :

1. LUCY ANGGUN GINANTY (1814401023)


2. SUTRI SARIF HIDAYATULLAH (1814401024)
3. HESTY ASMA SAFITRI (1814401025)
4. NI WAYAN AYUDYA SARASWATI (1814401026)
5. NI KADEK GALIH WIDIANTARI (1814401027)
6. INTAN FALAHA (1814401028)
7. KARTIKA AVILIANA (1814401029)

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN D III KEPERAWATAN

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan YME, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyusun laporan
dan askep ini sampai selesai tepat pada waktunya. Dimana laporan dan askep ini
merupakan salah satu dari tugas mata kuliah Praktik Klinik yaitu makalah
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN ELIMINASI URINE
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing, ci
ruangan,kakak-kakak ruangan ,keluarga pasien dan tak lupa kepada teman-teman
yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan laporan dan askep ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan,
oleh sebab itu kami sangat mengharapkan saran yang membangun demi perbaikan
dan penyempurnaan laporan dan askep ini. Dan semoga dengan selesainya laporan
dan askep ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman yang
membutuhkan.

Bandar Lampung, 07 April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3


2.1 Pengertian Sistem Perkemihan ........................................................................ 3
2.2 Susunan sistem Perkemihan ............................................................................ 3
2.3 Apa itu Ureter ................................................................................................. 4
2.4 Apa itu Vesika Urinaria .................................................................................. 5
2.5 Apa itu Uretra .................................................................................................. 6
2.6 Asuhan Keperawatan Terhadap Eliminasi Urine ............................................ 6
2.7 Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine .................................................... 7

BAB III KASUS ................................................................................................... 11

BAB VI PENUTUP ............................................................................................ 23


3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24

iii
BAB I

PEMBAHASAN

1.1 Latar belakang

Eliminasi merupakan suatu proses pengeluaran zat-zat sisa yang


tidak
diperlukan oleh tubuh. Eliminasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : eliminasi
urine dan eliminasi fekal.

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme


tubuh.Pembuangan dapat melalui urine dan bowel (tarwoto, wartonah, 2006).

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa


urine atau alvi (buang air besar). Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni
eliminasi urine (kebutuhan buang air kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang
air besar).

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme


tubuh.Pembuangan tersebut dapat melalui urin ataupun bowel.

Eliminasi materi sampah merupakan salah satu dari proses metabolic


tubuh.Produk sampah dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan.

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh


baik yang berupa urin maupun fekal.

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa


urin atau bowel (feses)

1.2 Rumusan masalah


1. Apa Pengertian sistem perkemihan?
2. Apa Susunan sistem perkemihan?
3. Apaitu Ureter?
4. Apa itu Vesika Urinaria ?
5. Apa itu Uretra?
6. Faktor yang mempengeruhi eliminasi urine?
7. Asuhan keperawatan terhadap pemenuhan kebutuhan eliminasi urine

1
1.3 Tujuan
1. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan eliminasi urine
2. Untuk mengetahui sistem perkemihan
3. Untuk mengetahui factor penyebab maslah eliminasi urine
4. Untuk mengetahui Definisi urine

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Perkemihan


Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem
dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-
zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih
di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

2.2 Susunan Sistem Perkemihan


a) Ginjal
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum
abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III,
dan melekat langsung pada dinding abdomen.Bentuknya seperti biji buah
kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal
kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang dewasa berat ginjal ±
200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada
ginjal wanita.

Bagian – Bagian Ginjal


 Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan
penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyaringan darah ini
banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal –
gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai
bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman
disebut badan malphigi.
Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara
glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan
masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan
menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang
terdapat di dalam sumsum ginjal.

 Sumsum Ginjal (Medula)


Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang
disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan
puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam
ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus
ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena
terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara
pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal.
Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan

3
lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut
urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi,
setelah mengalami berbagai proses.

 Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)


Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal,
berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis
renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing –
masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung
menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine
yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks
mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih
(vesikula urinaria).
Fungsi Ginjal:
a. Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung
nitrogennitrogen, misalnya amonia.
b. Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula
dan vitamin) dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat
warna).
c. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
d. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan
asam atau basa.

Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal


 Peredaran Darah
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai
percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan
bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata,
arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler
membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh
alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan
pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian
menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
 Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf
ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal,
saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.
Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan
senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu
hormone adrenalin dan hormn kortison.

2.3 Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal
ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan
penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan
sebagian terletak dalam rongga pelvis.

4
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap


5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung
kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh
ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis
masuk ke dalam kandung kemih.

2.4 Vesikula Urinaria ( Kandung Kemih )

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon


karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot
yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.

Bagian vesika urinaria terdiri dari :


a. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah,
bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi
oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
b. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
c. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan
ligamentum vesika umbilikalis.

Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium


(lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan
mukosa (lapisan bagian dalam).

Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).

Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres


reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250
cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya
akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang
sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter
eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan
relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para
simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk
mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat

5
terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula
spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi
inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan
retensi urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako
lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar
berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan
ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk
lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh
darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal,
vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe
berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.

2.5 Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah
prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis
kebagia penis panjangnya ± 20 cm.

Uretra pada laki – laki terdiri dari :


a. Uretra Prostaria
b. Uretra membranosa
c. Uretra kavernosa

Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling
dalam), dan lapisan submukosa.Uretra pada wanita terletak dibelakang
simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm.
Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar),
lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan
mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di
sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya
sebagai saluran ekskresi.

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine


a. Diet dan Asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang
memengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan
jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga dapat meningkatkan
pembentukan urine.

b. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih


Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat

6
menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga
memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.

c. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan
eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.

d. Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi
keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk
keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.

e. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik
untuk fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan
kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot
didapatkan dengan beraktivitas.

f. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi
pola berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih
memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun
dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang air kecil.

g. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes
melitus.
h. Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine,
seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk
buang air kecil di tempat tertentu.

i. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di
mengalamikesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila
dalam keadaan sakit.

j. Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses
berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya
sangat berperan dalam kontraksi pengontirolan pengeluaran urine.
k. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya
peningkatan atau penurunan -proses perkemihan. Misalnya pemberian
diure;tik dapat meningkatkan jumlah urine, se;dangkan pemberian obat
antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.

7
l. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan
eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan
tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram),
yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi
urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada
uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.

2.7 Asuhan Keperawatan terhadap Pemenuhan kebutuhan Eliminasi


Pengkajian pada kebutuhan elimiasi urine meliputi :
a. Kebiasaan berkemih
Pengkajian ini meliputi bagaimana kebisaan berkemih serta
hambatannya. Frekuensi berkemih tergatung pada kebiasaan dan
kesempatan. Banyak orang berkemih setiap hari pada waktu bangun tidur
dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada waktu malam hari.

b. Pola berkemih
 frekuensi berkemih
frekuesi berkemih menentuka berapa kali individu berkemih dalam
waktu 24 jam
 Urgensi
Perasaan seseorang untuk berkemih seperti seseorang ke toilet
karena takut megalami inkotinensia jika tidak berkemih
 Disuria
Keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih. Keadaan ini
ditemukan pada striktur uretra, infeksi saluran kemih, trauma pada
vesika urinaria.
 Poliuria
Keadaan produksi urine yang abnormal yang jumlahnya lebih besar
tanpa adanya peingkata asupa caira. Keadaan ini dapat terjadi pada
penyekit diabetes, defisiensi ADH, da pen yakit kronis ginjal.
 Urinaria supresi
Keadaan produksi urine yang berhenti secara medadak. Bila
produksi urine kurag dari 100 ml/hari dapat dikataka anuria, tetapi
bila produksiya atara 100 – 500 ml/hari dapat dikataka sebagai
oliguria.

c. Volume urine
volume urine menentukan berapa jumlah urine yang dikeluarka dalam
waktu 24 jam.

d. faktor yang mempengaruhi kebiasaan berkemih


 diet dan asupan (diet tinngi protei dan natirum) dapat
mempengaruhi jumlah urine yang dibentuk, sedangka kopi
dapat meningkatkan jumlah urine

8
 gaya hidup
 stress psikologi dapat meingkatka frekuensi keinginan
berkemih.
 Tingkat aktivitas

e. Keadaan urine
Keadaan urie meliputi : warna, bau, berat jenis, kejerihan, pH,
protein, darah, glukosa.Tanda klinis gangguan elimiasi urine
seperti retensi urine, inkontinensia urine.

2.8 Diagnosa
Diagosa keperawatan yang terjadi pada masalah kebutuhan eliminasi
urine adalah sebagai berikut :
a. Perubahan pola eliminasi urine b/d
• Ketidakmampuan salura kemih akibat anomali saluran urinaria
• Penurunan kapsitas atau iritasi kandung kemih akibat penyakit
• Kerusakan pada saluran kemih
• Efek pembedahan pada saluran kemih

b. Inkontinensia fungsional b/d


• penurunan isyarat kandung kemih dan kerusakan kemampuan untuk
mengenal isyarat akibat cedera atau kerusakan k. Kemih
• kerusakan mobilitas
• kehilangan kemampuan motoris dan sensoris

c. Inkontinensia refleks b/d


• Gagalnya fungsi rangsang di atas tingkatan arkus refleks akibat
cedera pada m.Spinalis

d. Inkontinensia stress b/d


• Tingginya tek. Intraabdimibal dan lemahnya otor peviks akibat
kehamilan
• Penurunan tonus otot

e. Inkontinensia total b/d


• Defisit komnikasi atau persepsi

f. Inkontinensia dorongan b/d


• Penurunan kapasitas k. Kemih akibat penyakit infeksi, trauma,
tindakan pembedahan, faktor penuaan

g. Retesi urine b/d


• adanya hambatan pada sfingter akibat pebyakit striktur, BHP

9
h. Perubahan body image b/d
• inkontinensia dan enuresis

i. Resiko terjadinya infeksi salura kemih b/d


• pemasangan kateter
• kebersihan perineum yang kurang

j. Resiko perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d


• gangguan drainase ureterostomi.

2.9 Perencanaan Keperawatan


Tujuan :
 memahami arti eliminasi urine
 membantu mengosongkan kandung kemih secara penuh
 mencegah infeksi
 mempertahankan integritas kulit
 memberikan rasa nyaman
 mengembalikan fungsi kandung kemih
 memberikan asupan secara tepat
 mencegah kerusakan kulit
 memulihkan self esteem atau mencegah tekanan emosional

2.10 Rencanakan Tindakan


 monitor/obervasi perubahan faktor, tanda dan gejala terhadap masalah
perubahan eliminasi urine.
 kurangi faktor yang mempengaruhi/penyebab masalah
 monitor terus perubahan retensi urine
 lakukan kateterisasi urine

2.11 Evaluasi Keperawatan


 Klien mampu berkemih secara normal tanpa mengalami gejala-gejala
gangguan perkemihan
 Karakteristik urin : kekuningan, jernih, tidak mengandung unsur yg
abnormal
 Mampu mengidentifikasi faktor-faktor yg mempengaruhi eliminasi
 Tidak terjadi komplikasi akibat perubahan pola eliminasi

10
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


NYERI

Tgl. pengkajian :19 Maret 2019 No Register :1-9087-621


Jam pengkajian :17.05 WIB Tgl MRS :16 Maret 2019
Ruang/kelas :BUGENVIL/II A

IDENTITAS

1. Identitas Pasien
Nama : Tn.U
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan : Swasta
Gol. Darah :-
Alamat : Jln. Dahlia No.78 RT047/008 Metro Pusat Kota Metro

2. Identitas penanggung jawab


Nama : Ny.S
Umur :-
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Alamat : Jln Dahlia No.78 RT047/008 Metro Pusat Kota Metro
Hub. dengan klien : Ibu Kandung

11
KELUHAN UTAMA
1. Keluhan utama MRS
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada daerah perut bagian bawah
tembus hingga belakang serta menyebar ke bagian genitalia. Nyeri dirasakan
terutama saat buang air kecil.

2. Keluhan utama saat pengkajian.

 Klien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah tembus

hingga belakang

 P (Propokatif) : Klien mengatakan nyeri bertambah parah

ketika buang air kecil

 Q (Quality) : Klien mengatakan nyerinya seperti tertusuk-

tusuk.

 R (Radiation) : Klien mengatakan nyeri pada perut bagian

bawah tembus belakang, menyebar kebagian genitalia

 S (Severity) : Skala nyeri yang dirasakan 6 (sedang)

 T (Time) : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang

timbul

DIAGNOSA MEDIS
BSK

12
RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat kesehatan sekarang

klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut bagian bawah

tembus hingga belakang serta menyebar kebagian genitalia. Nyeri

dirasakan 1 hari sebelum masuk rumah sakit terutama saat buang air

kecil. Saat dilakukan pengkajian tanggal 25 Juli pukul 09.15 WITA

klien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah tembus hinga

belakang. Klien juga mengatakan setiap kali BAK kencingnya keluar

sedikit- sedikit dan berwarna kuning keruh tetapi tuntas meskipun

terasa sakit.

2. Riwayat kesehatan yang lalu

Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit

Konawe Utara dengan keluhan yang sama sekitar 1 tahun yang lalu.

Klien juga mengatakan pernah berobat 6 bulan sebanyak 4 kali karena

penyakit TBC . Pengobatan yang terakhir sampai tuntas.

3. Riwayat kesehatan keluarga.


Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan dari
keluarga.

13
RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN

1. Pola Aktivitas sehari-hari(ADL)


ADL DI RUMAH DIRUMAH SAKIT
Pola pemenuhan Pasien mengatakan Pasien dipasang selang
kebutuhan nutrisi biasanya makan 3x1 terbuka.
dan cairan (makan hari dan pasien tidak
dan minum) memiliki alergi
terhadap makanan, lal
pasien mengatakan
tidak sering minum air
putih ±6 gelas /hari.
Pola eliminasi BAK BAK: BAK:
BAB pasien mengatakan pasien mengatakan
urinenya berwarna urinenya berwarna
kuning, tidak kuning agak
berbau,jumlahnya tidak keruh,tidak berbau,
banyak dan jumlahnya
BAB: banyak.pasien juga
pasien mengatakan mengatakan sering
tinjanya berwarna buang air kecil setiap 1
kuning, tidak keras. jam
BAB:
pasien mengatakan
tidak bisa BAB
Pola istirahat tidur Pasien mengatakna Pasien mengatakan
siang hari tidur ± 2 jam tidurnya tidak menentu
dan malam ±6 jam Karen merasa nyeri
dengan kualitas tidur perut bagian bawah
cukup nyenyak. kiri sehingga tidurnya
terganggu,

14
Pola kebersihan Pasien mengatakan Pasien mengatakan
diri(pH) selalu mandi 2x sehari, hanya dilap 2xsehari
gosok gigi 2x sehari, dengan air hangat
keramas 2 hari sekali membersihkan mulut
dan mengganti baju dengan berkumur
setelah mandi dibantu oleh keluarga
Aktivitas lainnya Pasien mengatakan Pasien
biasanya bisa mengatakantidak bisa
melakukan aktivitasnya beraktivitas misal
seperti bejalan kekamar makan dibantu oleh
mandi untuk mandi, keluarga, mandi hanya
BAB/BAK bisa di lap saja dan BAK
mengambil makan melalui urinal
dimeja makan

2. Riwayat Psikologis
Keluarga pasien mengatakan merasa cemas akan sakitnya, karena
merasa nyeri saat buang air kecil, pasien merasa seperti diberikan sebuah
ujian dari Tuhan dan juga ingin cepat sembuh.
3. Riwayat sosial
Keluarga pasien mangatakan bisa bersosialisai dengan keluarga,
lingkungan sekitar dan bahkan dengan dokter serta perawat dirumah sakit
tersebut.
4. Riwayat spiritual
pasien mengatakan beragama Islam, pasien selalu berdoa dan
menyebut nama tuhan di atas tempat tidur berharap diberi kesembuhan.

15
PEMERIKSAAN FISIK.

A.Keadaan Umum

Saat pengkajian dilakukan keadaan pasien tampak lemah dan menyeringai


kesakitan akibat nyeri pada perut dan pinggang.

Tanda-tanda vital pasien

 TD: 130/80 mmHg, normalnya 90/60 mmHg- 120/80mmHg


 Nadi: 96kali/menit, normalnya 80-90 kali/menit.
 suhu: 37ºC, normalnya 36,6ºC -37,2ºC
 RR: 20kali/menit, normalnya 12-20kali/menit

B. Pemeriksaan Wajah
 Mata

inspeksi : simetris, skelera normal, kedua pupil ukurannya normal, respon


mata baik, konjugtiva tidak anemis.

 Hidung

inspeksi : simetris, tidak ada cuping hidung

 Mulut

inspeksi : gigi agak kotor, mulut bau.

C. Pemeriksaan Kepala dan Leher

 Kepala

inspeksi : simetris dengan ukuran kepala normal, tidak ada pembengkakan

 Leher

16
inspeksi : simetris, tidak ada pembesaran di vena jugularis.

D. Pemeriksaan Dada/ thoraks.

 Dada

inspeksi : simetris, tidak ada benjolan

palpasi : tidak ada nyeri tekan

auskultasi : tidak ada wheezing dan ronchi, pernapasan normal 20kali/menit

perkusi : terdapat bunyi sonor

E. Pemeriksaan Abdomen

inspeksi : simetris, tidak ada benjolan, tidak ada luka


palpasi : ada nyeri tekan perut bagian bawah,terasa keras
perkusi : Tympani

F. Pemeriksaan Genetalia

inspeksi : tidak terpasang kateter

G. Pemeriksaan penunjang /Diagnostik Medik

 USG Abdomen

Gamaran hydronephrosis ringan rend extra dengan susp. nephrolithiasis tipis-tipis,


dan multiple cortical cystren bilateral (bosniak type 1 dan 2). Heper, V. feka,
lien,pancreas,vesica urinaria,prostat tampak dalam batas normal.

17
TINDAKAN DAN TERAPI

a. Infus RL 20 tpm (Makro drip)

b. CiprofIoxacin 500 mg 2x1 tablet

c. Ranitidin 150 mg 2x1 tablet

d. Natrium Diklofenax 25 mg 2x1 tablet

e. Alprazolam 0,5 mg 1x1 tablet

ANALISIS DATA

Data Masalah Keperawatan Etiologi


Data subjektif : Gangguan Eliminasi Penurunan kapasitas
 Pasien mengeluh Urine kandung kemih
nyeri pada perut
bagian bawah tembus
hingga belakang dan
menjalar ke bagian
genitalia.

Data objektif :
 pasien tampak lemah
 pasien tampak
kesakitan
 pasien terpasang SL
terbuka
 skala nyeri pasien 6
 TD 150/90 mmHg
 Suhu 36,7*c
 Nadi 89 x/menit
 pernapasan
20x/menit

18
DIAGNOSA KEPERAWATAN.

 Gangguan Eliminasi Urine yang berhubungan dengan Penurunan kapasitas


kandung kemih

INTERVENSI

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN
Setelah dilakukan tindakanO Oservasi: 1. mengetahui
keperawatan 3X24 jam  Periksa kondisi keadaan pasien
diharapkan kebutuhan rasa pasien (mis 2. mengetahui
aman nyaman nyeri pasien kesadaran,tanda- sejauh mana
terpenuhi dengan criteria tanda nyeri dirasakan
hasil: vital,distensi oleh pasien
 pasien menunjukan kandung 3. kontrol
rasa nyeri dari kemih,inkontinesi lingkungan
skala 10 menjadi 0 a berkemih) untuk
 pasien dapat Terapeutik: mengurangi
melakukan  Siapkan rasa nyeri
aktivitas kembali peralatan,bahan- pasien
seperti sebelum bahan dan ruangan 4. untuk mebantu
sakit tindakan mengurangi
 Siapkan pasien ; rasa nyeri yang
bebaskan pakaian dirasakan
bawah dan posisi pasein
dorsal recumbent
atau supine
 Pasang sarung
tangan
 Bersihkan daerah
perineal atau
preposium dengan
cairan NaCl
 Lakukan insersi
kateterisasi urine
dengan

19
menetaapkan
prinsip aseptik
 Sambungkan
kateter urin
dengan urine bag
 Isi balon dengan
NaCl 0,9% sesuai
anjuran pabrik
 Fiksasi selang
katetar diatas
simpisis atau di
paha
 Pastikan kantung
urine ditempatkan
lebih rendah dari
kandung kemih

Edukasi:
 jelaskan tujuan
dan prosedur
pemasangan
kateter urine
 njurkan menarik
napas saat insrsi
selang kateter

20
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama pasien : Tn.U Ruangan : Bougevil

Umur : 30 Thn Dx. Medis : Ileus Vomitus

Jenis kelamin : Laki-laki No.Register : 1-9037-631

Tgl∕jam IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


19-03-2019/ 1. Mengkaji TTV S : Klien mengatakan masih
cemas dengan kondisinya,
16.15wib 2. Menganjurkan untuk melakukan
masih sulit untuk memulai
teknik non farmakologi (teknik tidur karna memikirkan
penyakitnya dan masih ada
nafas dalam dan distraksi)
perasaan kawatir bila kondisi
3. Mengontrol lingkungan yang kembali memburuk
dapat mempengaruhi nyeri O : Klien masih sering
seperti suhu ruangan, bertanya mengenai
kondisinya
pencahayaan dan kebisingan
berulang A : masalah teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
 Identifikasi tingkat
kecemasan
 Dorong pasien
untuk
mengungkapan
perasaan ketakutan
 Instrusikan pasien
menggunakan
teknik relaksasi

21
20-03-2019/ 1. Mengkaji TTV S : Klien mengatakan
perutnya masih sakit
18.15wib 2. Menganjurkan untuk melakukan
terutama saat ia BAK,
teknik non farmakologi (teknik nyerinya seperti tertusuk-
tusuk dan menjalar hingga
nafas dalam dan distraksi)
kemaluannya
3. Mengontrol lingkungan yang
O:
dapat mempengaruhi nyeri  Tekanan darah:
seperti suhu ruangan, 160/90 mmHg
pencahayaan dan kebisingan  Skala nyeri 3
 Pasien merasa nyeri
berulang saat Bak

22
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Eliminasi merupakan suatu proses pengeluaran zat-zat sisa yang


tidak diperlukan oleh tubuh. Eliminasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
eliminasi urine dan eliminasi fekal.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Hidayat Alimul,Aziz.2006.Pengentar Kebutuhan Dasar Manusia.


Jakarta:Salemba Medika
2. Sjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Medikal Bedah. Penerbit Kedokteran
EGC: Jakarta

24

Anda mungkin juga menyukai