ELIMINASI URINE
DISUSUN OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan YME, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyusun laporan
dan askep ini sampai selesai tepat pada waktunya. Dimana laporan dan askep ini
merupakan salah satu dari tugas mata kuliah Praktik Klinik yaitu makalah
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN ELIMINASI URINE
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing, ci
ruangan,kakak-kakak ruangan ,keluarga pasien dan tak lupa kepada teman-teman
yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan laporan dan askep ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan,
oleh sebab itu kami sangat mengharapkan saran yang membangun demi perbaikan
dan penyempurnaan laporan dan askep ini. Dan semoga dengan selesainya laporan
dan askep ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman yang
membutuhkan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PEMBAHASAN
1
1.3 Tujuan
1. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan eliminasi urine
2. Untuk mengetahui sistem perkemihan
3. Untuk mengetahui factor penyebab maslah eliminasi urine
4. Untuk mengetahui Definisi urine
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut
urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi,
setelah mengalami berbagai proses.
2.3 Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal
ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan
penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan
sebagian terletak dalam rongga pelvis.
4
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
5
terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula
spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi
inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan
retensi urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako
lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar
berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan
ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk
lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh
darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal,
vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe
berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.
2.5 Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah
prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis
kebagia penis panjangnya ± 20 cm.
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling
dalam), dan lapisan submukosa.Uretra pada wanita terletak dibelakang
simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm.
Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar),
lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan
mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di
sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya
sebagai saluran ekskresi.
6
menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga
memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.
c. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan
eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.
d. Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi
keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk
keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
e. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik
untuk fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan
kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot
didapatkan dengan beraktivitas.
f. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi
pola berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih
memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun
dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang air kecil.
g. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes
melitus.
h. Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine,
seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk
buang air kecil di tempat tertentu.
i. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di
mengalamikesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila
dalam keadaan sakit.
j. Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses
berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya
sangat berperan dalam kontraksi pengontirolan pengeluaran urine.
k. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya
peningkatan atau penurunan -proses perkemihan. Misalnya pemberian
diure;tik dapat meningkatkan jumlah urine, se;dangkan pemberian obat
antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
7
l. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan
eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan
tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram),
yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi
urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada
uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.
b. Pola berkemih
frekuensi berkemih
frekuesi berkemih menentuka berapa kali individu berkemih dalam
waktu 24 jam
Urgensi
Perasaan seseorang untuk berkemih seperti seseorang ke toilet
karena takut megalami inkotinensia jika tidak berkemih
Disuria
Keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih. Keadaan ini
ditemukan pada striktur uretra, infeksi saluran kemih, trauma pada
vesika urinaria.
Poliuria
Keadaan produksi urine yang abnormal yang jumlahnya lebih besar
tanpa adanya peingkata asupa caira. Keadaan ini dapat terjadi pada
penyekit diabetes, defisiensi ADH, da pen yakit kronis ginjal.
Urinaria supresi
Keadaan produksi urine yang berhenti secara medadak. Bila
produksi urine kurag dari 100 ml/hari dapat dikataka anuria, tetapi
bila produksiya atara 100 – 500 ml/hari dapat dikataka sebagai
oliguria.
c. Volume urine
volume urine menentukan berapa jumlah urine yang dikeluarka dalam
waktu 24 jam.
8
gaya hidup
stress psikologi dapat meingkatka frekuensi keinginan
berkemih.
Tingkat aktivitas
e. Keadaan urine
Keadaan urie meliputi : warna, bau, berat jenis, kejerihan, pH,
protein, darah, glukosa.Tanda klinis gangguan elimiasi urine
seperti retensi urine, inkontinensia urine.
2.8 Diagnosa
Diagosa keperawatan yang terjadi pada masalah kebutuhan eliminasi
urine adalah sebagai berikut :
a. Perubahan pola eliminasi urine b/d
• Ketidakmampuan salura kemih akibat anomali saluran urinaria
• Penurunan kapsitas atau iritasi kandung kemih akibat penyakit
• Kerusakan pada saluran kemih
• Efek pembedahan pada saluran kemih
9
h. Perubahan body image b/d
• inkontinensia dan enuresis
10
BAB III
IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.U
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan : Swasta
Gol. Darah :-
Alamat : Jln. Dahlia No.78 RT047/008 Metro Pusat Kota Metro
11
KELUHAN UTAMA
1. Keluhan utama MRS
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada daerah perut bagian bawah
tembus hingga belakang serta menyebar ke bagian genitalia. Nyeri dirasakan
terutama saat buang air kecil.
hingga belakang
tusuk.
timbul
DIAGNOSA MEDIS
BSK
12
RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat kesehatan sekarang
klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut bagian bawah
dirasakan 1 hari sebelum masuk rumah sakit terutama saat buang air
terasa sakit.
Konawe Utara dengan keluhan yang sama sekitar 1 tahun yang lalu.
13
RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN
14
Pola kebersihan Pasien mengatakan Pasien mengatakan
diri(pH) selalu mandi 2x sehari, hanya dilap 2xsehari
gosok gigi 2x sehari, dengan air hangat
keramas 2 hari sekali membersihkan mulut
dan mengganti baju dengan berkumur
setelah mandi dibantu oleh keluarga
Aktivitas lainnya Pasien mengatakan Pasien
biasanya bisa mengatakantidak bisa
melakukan aktivitasnya beraktivitas misal
seperti bejalan kekamar makan dibantu oleh
mandi untuk mandi, keluarga, mandi hanya
BAB/BAK bisa di lap saja dan BAK
mengambil makan melalui urinal
dimeja makan
2. Riwayat Psikologis
Keluarga pasien mengatakan merasa cemas akan sakitnya, karena
merasa nyeri saat buang air kecil, pasien merasa seperti diberikan sebuah
ujian dari Tuhan dan juga ingin cepat sembuh.
3. Riwayat sosial
Keluarga pasien mangatakan bisa bersosialisai dengan keluarga,
lingkungan sekitar dan bahkan dengan dokter serta perawat dirumah sakit
tersebut.
4. Riwayat spiritual
pasien mengatakan beragama Islam, pasien selalu berdoa dan
menyebut nama tuhan di atas tempat tidur berharap diberi kesembuhan.
15
PEMERIKSAAN FISIK.
A.Keadaan Umum
B. Pemeriksaan Wajah
Mata
Hidung
Mulut
Kepala
Leher
16
inspeksi : simetris, tidak ada pembesaran di vena jugularis.
Dada
E. Pemeriksaan Abdomen
F. Pemeriksaan Genetalia
USG Abdomen
17
TINDAKAN DAN TERAPI
ANALISIS DATA
18
DIAGNOSA KEPERAWATAN.
INTERVENSI
19
menetaapkan
prinsip aseptik
Sambungkan
kateter urin
dengan urine bag
Isi balon dengan
NaCl 0,9% sesuai
anjuran pabrik
Fiksasi selang
katetar diatas
simpisis atau di
paha
Pastikan kantung
urine ditempatkan
lebih rendah dari
kandung kemih
Edukasi:
jelaskan tujuan
dan prosedur
pemasangan
kateter urine
njurkan menarik
napas saat insrsi
selang kateter
20
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
P : Intervensi dilanjutkan
Dengarkan dengan
penuh perhatian
Identifikasi tingkat
kecemasan
Dorong pasien
untuk
mengungkapan
perasaan ketakutan
Instrusikan pasien
menggunakan
teknik relaksasi
21
20-03-2019/ 1. Mengkaji TTV S : Klien mengatakan
perutnya masih sakit
18.15wib 2. Menganjurkan untuk melakukan
terutama saat ia BAK,
teknik non farmakologi (teknik nyerinya seperti tertusuk-
tusuk dan menjalar hingga
nafas dalam dan distraksi)
kemaluannya
3. Mengontrol lingkungan yang
O:
dapat mempengaruhi nyeri Tekanan darah:
seperti suhu ruangan, 160/90 mmHg
pencahayaan dan kebisingan Skala nyeri 3
Pasien merasa nyeri
berulang saat Bak
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
23
DAFTAR PUSTAKA
24