Disusun oleh:
2018
1
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya kepada Penyusun sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Selawat serta salam kita
junjungkan kepada Nabi kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari jaman kegelapan menuju jaman yang terang menderang seperti sekarang ini.
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan
dari berbagai pihak. Untuk itu kamimengucapkan banyak terimakasih atas segala
partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
2.1 Konsep Kebutuhan Eliminasi...................................................................................2
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Urinasi Dan Eliminasi Fekal..........................12
2.3 Perubahan Dalam Eliminasi Urine, Dan Masalah Defekasi Yang Umum...............16
BAB III............................................................................................................................19
PENUTUP.......................................................................................................................19
3.1 Simpulan................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................20
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui seperti apa konsep kebutuhan eliminasi
2. Mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi urinasi dan eliminasi
fekal
3. Mengetahui seperti apa perubahan dalam eliminasi urine, dan masalah
defekasi yang umum.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Eliminasi urine
A. Konsep dasar
Eliminasi urine normal nya adalah pengeluaran cairan sebagai hasil filtrasi
dari plasma darah di glomelurus. Dari 180 liter darah yang masuk ke ginjal untuk
difiltrasi, hanya 1-2 liter saja yang dapat berupa urine, sebagian besar hasil filtrasi
akan diserap di tubulus ginjal untuk dimanfaatkan oleh tubuh.
1. Ginjal
Pada orang dewasa panjangnya kira-kira 11 cm dan lebarnya 5-7,5 cm dan
tebalnya 2,5 cm dan beratnya sekitar 150 gram. Organ ginjal berbentuk kurva
yang terletak diarea retroperitoneal, pada bagian belakang dinding abdomen
disamping depan vetebra, setinggi torakal 12 sampai ke lumbal 3. Ginjal
disikong oleh jaringan diaposa dan jaringan penyokong yang disebut fasia
gerota serta dibungkus oleh kapsul ginjal, yang berguna untuk
mempertahankan ginjal, pembuluh darah, dan kelenjar adrenal terhadap
adanya trauma. Ginjal terdiri atas 3 area, yaitu : korteks, medulla, dan pelvis.
2. Medulla, terdiri atas saluran saluran atau duktus pengumpul yang disebut
piramida ginjal yang tersusun antara 8-18 buah.
3. Pelvis, merupakan area yang terdiri atas kaliks minor yang kemudian
bergabung menjadi kaliks mayor. Empat sampai lima kaliks minor
bergabung menjadi kaliks mayor dan dua sampai tiga kaliks mayor
bergabung menjadi pelvis ginjal yang berhubungan dengan ureter bagian
proksimal.
2. Nefron
2
Nefron merupakan unit fungsional ginjal, dimana pada masing-masing
ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron. Nefron terdiri atas komponen vaskular dan
3
3
2. ukan sel darah merah. Pada kondisi kekurangan darah, anemia, atau
hipoksia, maka akan lebih banyak diproduksi eritroprotein untuk
memperbanyak produksi sel darah merah.
a) Filtrasi glomelular
Filtrasi glomelular terjadi pada glomelurus di nefron, merupakan
langkah pertama produksi urine. Ultrafiltrasi terjadi dimana plasma
menembus barier dan membran endoliteum glomelorus kemudian
hasilnya masuk ke dalam ruang inta kapsul bowman. Normalnya
sekitar 20% atau sekitar 180 liter per hari plama masuk ke dalam
glomerolus untuk difiltrasi. Rata-rata 178,5 liter direarbsorpsi kembali
dan hanya 1-2 liter yang dieksresi menjadi urine. Filtrasi glomerular
terjadi akibat perbedaan tekanan filtrasi dengan tekanan yang melawan
filtrasi atau disebut dengan tekanan filtrasi efektif. Ada tiga tekanan
yang terjadi dalam proses filtrasi, yaitu : tekanan darah kapiler
glomerolus atau tekanan hidrostatik kapiler glomerolus, tekanan
osmotik koloid plasma, dan tekanan hidrostatik kapsula bowman.
Tekanan darah kapiler glomerolus, merupakan tekanan yang
cenderung mendorong, tekanan ini tergantung dari kontraksi atau kerja
jantung dan resistensi dari arteriola aferen dan arteriola eferen.
Besarnya tekanan ini sekitar 50 mmHg.
Tekanan osmotik koloid plasma, tekanan ini terjadi karena protein
plama yang cenderung menarik air dan garam-garam ke dalam
pembuluh darah kapiler. Tekanan ini bersifat melawan filtrasi,
besarnya sekitar 30 mmHg.
Tekanan hidrostatik kapsula bowman, yaitu tekanan yang terjadi
karena adanya cairan pada kapsula bowman yang cenderung melawan
filtrasi, besarnya sekitar 5 mmHg.
Dengan demikian kekuatan filtrasi atau tekanan filtrasi efektif
adalah kekuatan mendorong yaitu tekanan darah kapiler glomerolus
dikurangi dua kekuatan yang melawan filtrasi yaitu tekanan osmotik
koloid dan tekanan hidrostatik kapsula bowman, sehingga besarnya 50
mmaHg - (30 mmHg + 5 mmHg) = 15 mmHg.
5
C = Clearance
b) Rearbsopsi tubular
Dari 180liter per hari plasma yang dflitrasi, tidak semuanya
dikeluarkan dalam bentuk urine. Lebih banyak yang diserap kembali
atau direaarbsorpsi dalam tubulus ginjal tterutama zat-zat atau mineral
yang penting bagi tubuh dan hanya 1-2 liter yang dikeluarkan dalam
bentuk urine. Material yang direarbsorpsi masuk kembali ke darah
melalui kapiler peritubular. Persentase dari substansi yang reabsorpsi
dan di eksresi sebagai berikut.
Rarbsorbsi sebagian besar terjadi di tubulus prosimal (75%),
selebihnya terjadi di ansa henl, tubulus distal dan duktus kolingrnes.
Proses rearbsorbsi dilakukan melalui trasfer pasif dan transfer aktif.
Transfer pasif adalah pergerakan zat atau material melalui gradien
kimia dan listrik. Pergerakan pasif terjadi di area dengan konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah. Misalnya rearbsorpsi pasif adalah air
pada tubulus distal, air dan urea dengan bantuan ADH di duktus
koligen, urea, airserta klor pada tbulus proksimal. Transpor aktif terjadi
degab membutuhkh energi ATP, misalnya rearbsorsi natrium, kalsium,
klor pada tubulus kontortus distal dan duktus koligen, transfer
glukoma, asam amino, natrium, kalium, fosfat, sulfat dan vitamin C
terjadi pada tubulus kontortus proksimal.
c) Sekresi tubular
Adalah kebalikan dari rerbsorsi, merupakan proses aktif yang
mrmindahkan zat keluar kapiler peritubular melewati epitel - epitel sel
tubular masuk ke lumen nefron untuk dikeluarkan dalam urine.
Substansi penting di sekresi oleh tubulus adalah hidroge, kalium,
anion dan kation organik, serta benda-benda asing dalam tubuh.
Sekresi ion hidrogen penting dalam keseimbangan asam-basa karna
7
B. Proses Berkemih
Urine diproduksi ginjal sekitar 1 ml/menit, tetapi dapat bervariasi antara 0,5-2
ml/menit. Aliran urine masuk ke kandung kemih dikontrol oleh gelombang
peristaltic yang terjadi setiap 10-150 detik. Aktivitas saraf parasimpatis
meningkatkan frekuensi peristaltik dan stimulasi simatis menurunkan frekuensi.
Banyaknya aliran urine pada uretra dipengaruhi oleh adanya refleks
uretrorenal. Refleks ini diaktifkan oleh adanya obstruksi karena konstriksi ureter
dan juga kontriksi arterior aferen yang berakibat pada penurunan produksi urine,
demikian juga pada adanya obstruksi ureter karena batu ureter.
Kandung kemih dipersarafi oleh saraf dari pelvis, baik sensorik maupun
motorik. Pengaktifan saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi dari otot detrusor.
Normalnya, sfingter interna pada leher kandung kemih berkontraksi. Sedangkan
sfingter eksterna dikontrol berdasarkan keadaan (volunteer) dan dipersarafi oleh
nervus pudendal yang merupakan serat saraf somatik.
9
Refleks berkemih dimulai ketika terjadi pengisian kandung kemih. Jika ada
30-50 ml urine, maka terjadi peningkatan tekanan pada dinding kandung kemih.
Makin banyak urine yang terkumpul, makin besar pula tekanannya. Peningkatan
tekanan akan menimbulkan refleks peregangan oleh reseptor regang sensorik pada
dinding kandung kemih kemudian dihantarkan ke medulla spinalis segmen
sakralis melalui nervus pelvikus dan kemudian secara refleks kembali lagi ke
kandung kemih untuk menstimulasi otot detrusor untuk berkontraksi. Siklus ini
terus berulang sampai kandung kemih mencapai kontraksi yang kuat, kemudian
refleks akan melemah dan menghilang sehingga refleks berkemih berhenti. Hal ini
menyebabkan kandung kemih berelaksasi. Sementara itu jika terjadi kontraksi
yang kuat, maka akan menstimulasi nervus pudendal ke sfingter eksternus untuk
menghambatnya. Jika penghambatan sinyal kontriktor volunter ke sfingter
eksterna di otak kuat, maka terjadilah proses berkemih.
Proses berkemih juga dikontrol oleh saraf pusat. Ketika terjadi rangsangan
peregangan pada dinding otot detrusor akibat adanya pengisian urine dikandung
kemih, melalui serat saraf sensorik di nervus pelvis dihantarkan stimulus tersebut
ke hipotalamus. Dari hipotalamus kemudian dihantarkan ke korteks serebri,
selanjutnya korteks serebri merespon dengan mengirimkan sinyal ke sfingter
interna dan eksterna untuk relaksasi sehinga pengeluaran urine terjadi.
Proses berkemih juga difasilitasi oleh kontraksi dinding abdomen dengan
meningkatkan tekanan dalam kandung kemih sehingga mengakibatkan urine
masuk ke leher kandung kemih dan menimbulkan refleks berkemih.
Tidak semua urine dapat dikeluarkan dalam berkemih. Masih dapat tersisa
urine residu sekitar 10 ml.
10
2.3 Perubahan Dalam Eliminasi Urine, Dan Masalah Defekasi Yang Umum
A. Perubahan Pola Berkemih
1. Frekuensi: Meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan yang
meningkat, biasanya terjadi pada sistitis, stress, dan wanita hamil.
2. Urgensi: Perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak
karena kemampuan sfingter untuk mengontrol berkurang.
3. Disuria: rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada infeksi
saluran kemih, trauma, dan struktur uretra.
4. Poliuria (dieresis): produksi urine melebihi normal tanpa peningkatan intake
cairan, misalnya pada pasien diabetes mellitus.
5. Urinary suppression: keadaan dimana ginjal tidak memproduksi urine secara
tiba-tiba. Anuria (urine kurang dari 100 ml/24 jam) dan oliguria (urine
berkisar 100—500 ml/24 jam).
B. Proses Defekasi
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolism berupa
feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Dalam proses
defekasi terjadi dua macam refleks berikut.
1. Refleks defeaksi intrinsik
Refleks ini berawal dari feses yang masuk ke rektum sehingga terjadi
distensi rektum, yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus
mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltic. Setelah feses sampai di
anus, secara sistematis sfingter interna relaksasi, maka terjadilah defekasi.
17
3.1 Simpulan
Eliminasi materi sampah merupakan salah satu dari proses metabolic tubuh.
Produk sampah dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan.
Paru-paru secara primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang
dibentuk selama metabolisme pada jaringan. Hamper semua karbondioksida dibawa
keparu-paru oleh system vena dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit
mengeluarkan air dan natrium / keringat.
Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan
kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hydrogen, dan asam.
Usus mengeluarkan produk sampah yang padat dan beberapa cairan dari tubuh.
Pengeluaran sampah yang padat melalui evakuasi usus besar biasanya menjadi sebuah
pola pada usia 30 sampai 36 bulan.
19
DAFTAR PUSTAKA
20