DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
DOSEN PEMBIMBING :
Imelda Derang., S.Kep.,Ns.,M.Kep
Puji dan syukur para penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya, para penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dan terima kasih juga, kami
sampaikan kepada dosen pengampu matakuliah ini, yang telah dengan rela hati membekali,
membimbing dan membantu dalam penyusunan makalah ini hingga selesai.
Dalam penyusunan makalah ini, kami para penulis sangat menyadari bahwa masih
banyaknya kekurangan dalam makalah ini, dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan,
pengalaman serta kehilafan yang kami miliki. Maka dari itu, dengan rendah hati mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat mendidik dan membangun dari semua pihak demi kesempurnaan
penyusunan makalah ini dimasa yang akan datang.
Penyusunan makalah ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan, bimbingan serta
saran dari berbagai pihak. Untuk itulah pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih yang tak terhingga. Semoga Tuhan membalas dan selalu melimpahkan rahmat serta berkat-
Nya atas bantuan yang telah para diberikan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembangunan ilmu
pendidikan dan ilmu keperawatan serta bagi kita semua.
Kelompok III
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem kemih manusia terdiri dari organ pembentuk urin yaitu ginjal, serta
struktur yang menyalurkan urin ke luar tubuh yaitu ureter, vesika urinaria, dan
uretra. Ginjal manusia adalah sepasang organ berbentuk seperti kacang yang
terletak pada dinding posterior abdomen, di luar rongga peritoneum. Pada orang
dewasa masing – masing beratnya sekitar 150 gram dan seukuran kepalan tangan.
Arteri dan vena renalis, cairan limfatik, suplai saraf, dan ureter masing – masing
masuk dan keluar ginjal di lekukan medial setiap ginjal, disebut sebagai hilus
renalis. Ginjal dikelilingi oleh kapsul fibrosa yang keras untuk melindunginya. 16,17
Bila ginjal dibagi dua dari atas ke bawah dapat terlihat dua daerah utama,
yaitu korteks di bagian tepi dan medula di bagian tengah. Medula ginjal terbagi
menjadi beberapa massa jaringan berbentuk kerucut yang disebut sebagai
piramida ginjal. Dasar dari setiap piramida dimulai dari perbatasan antara korteks
dengan medula dan apeksnya pada papilla yang menonjol ke dalam ruang pelvis
ginjal. Batas luar pelvis terbagi menjadi kantong – kantong dengan ujung terbuka
yang disebut kalises mayor, yang meluas ke bawah dan terbagi menjadi kalises
minor, yang mengumpulkan urin dari tubulus setiap papilla. Dinding kalises,
pelvis, dan ureter terdiri dari elemen kontraktil yang mendorong urin menuju
vesika urinariaSistem kemih manusia terdiri dari organ pembentuk urin yaitu ginjal, serta
struktur yang menyalurkan urin ke luar tubuh yaitu ureter, vesika urinaria, dan
uretra. Ginjal manusia adalah sepasang organ berbentuk seperti kacang yang
terletak pada dinding posterior abdomen, di luar rongga peritoneum. Pada orang
dewasa masing – masing beratnya sekitar 150 gram dan seukuran kepalan tangan.
Arteri dan vena renalis, cairan limfatik, suplai saraf, dan ureter masing – masing
masuk dan keluar ginjal di lekukan medial setiap ginjal, disebut sebagai hilus
renalis. Ginjal dikelilingi oleh kapsul fibrosa yang keras untuk melindunginya. 16,17
Bila ginjal dibagi dua dari atas ke bawah dapat terlihat dua daerah utama,
yaitu korteks di bagian tepi dan medula di bagian tengah. Medula ginjal terbagi
menjadi beberapa massa jaringan berbentuk kerucut yang disebut sebagai
piramida ginjal. Dasar dari setiap piramida dimulai dari perbatasan antara korteks
dengan medula dan apeksnya pada papilla yang menonjol ke dalam ruang pelvis
ginjal. Batas luar pelvis terbagi menjadi kantong – kantong dengan ujung terbuka
yang disebut kalises mayor, yang meluas ke bawah dan terbagi menjadi kalises
minor, yang mengumpulkan urin dari tubulus setiap papilla. Dinding kalises,
pelvis, dan ureter terdiri dari elemen kontraktil yang mendorong urin menuju
vesika urinaria
2.FISIOLOGI
1.Korteks
Korteks adalah bagian terluar ginjal. Bagian ginjal satu ini adalah tempat di mana ginjal
memproduksi urine.Bagian luar korteks dilapisi oleh jaringan lemak atau sering juga disebut
kapsul ginjal. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi bagian dalam ginjal.Di bagian korteks ini
juga terdapat pembuluh-pembuluh darah ginjal.Korteks juga berfungsi untuk menghasilkan
sebuah hormon bernama erythropoietin yang berperan dalam pembentukan sel darah merah baru
2. Medula
Medula merupakan jaringan ginjal yang halus. Bagian ini terdiri dari lengkung Henle serta
piramida ginjal, yaitu struktur kecil yang berisi nefron dan tubulus.Tubulus inilah yang berfungsi
untuk mengangkut cairan yang masuk dan mengeluarkan urine dari ginjal
3. Pelvis Ginjal
Pelvis ini berguna sebagai sebagai tempat penampungan sementara urin yang sudah di filter atau
di saring di dalam ginjal. Nantinya jika tempat penampungan ini penuh, urin akan turun melalui
ureter menuju kandung kemih. Jika kandung kemihnya penuh, maka syaraf dan otot akan
berkontraksi untuk mengirimkan sinyal sinyal kuat ke bagian bagian otak manusia bahwa diri
ingin segera ‘pipis’
4.Ureter
Ureter memiliki fungsi yang penting yaitu menghantarkan urin dari ginjal menuju kandung
kemih. Lapisan dinding ureter yang terdiri dari otot - otot polos sirkuler dan longitudinal
menimbulkan gerakan - gerakan peristaltik (berkontraksi) setiap 5 menit sekali guna mendorong
air kemih kemudian disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke
dalam kandung kemih
5.Calyces
Ini adalah bagian dari pelvis ginjal yang menyerupai kelopak. Ini adalah ruang kecil berbentuk
cangkir, yang berfungsi mengumpulkan cairan sebelum dipindahkan ke kandung kemih. Di
sinilah cairan ekstra dan limbah diproses menjadi urin
6. Piramida ginjal
Bagian ginjal ini mengandung untaian nefron dan tubulus yang berfungsi mengangkut cairan ke
dalam ginjal untuk kemudian dikumpulkan dan diangkut agar keluar dari ginjal
7. Arteri ginjal
Merupakan pembuluh nadi yang berguna untuk membawa darah ke dalam ginjal. Setelah sampai
di dalam ginjal, maka darah tersebut masuk ke dalam glomerulus untuk di filter atau saring.
Darah yang masih terdapat zat zat berguna seperti protein dan asam amino akan kembali di serap
dan di gunakan tubuh. Jika darah tersebut hanya mengandung urea dan zat tidak berguna lainnya,
akan berlanjut sampai kandung kemih
8. Vena ginjal
Vena ginjal merupakan bagian utama dari ginjal. Vena ginjal adalah pembuluh balik yang
berguna untuk membawa darah keluar dari dalam ginjal menuju vena cava inferior. Urutan
pemprosesan vena ginjal adalah setelah melewati Darah tersebut kemudian akan di alirkan
kembali ke dalam jantung untuk di olah menjadi darah bersih atau yang mengandung oksigen
2.2.3 Patofisiologi
Berbagai kondisi yang menyebabkan terjadinya penurunan fungsi
nefron
Volume cairan
Hipermatremia Aktivasi SRAA Sindrom uremik
pH
Hiperpospatemia dan
Hipokalsemia
PTH
Osteodistrofi ginjal
Deposit kalsium tulang
Secara ringkas patofisiologi gagal ginjal kronis dimulai pada fase awal
gangguan, keseimbangan cairan, penanganan garam, serta penimbunan zat-zat
sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi
ginjal turun kurang dari 25% normal, manifestasi klinis gagal ginjal kronik
mungkin minimal karena nefron- nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi
nefron yang rusak. Nefron yang tersisa
Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang
tersisa menghadapi tugas yang semakin berat sehingga nefron-nefron tersebut ikut
rusak dan akhirnya mati. Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan
dengan tuntutan pada nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi
protein. Pada saat penyusutan progresif nefron-nefron, terjadi pembentukan
jaringan parut dan aliran darah ginjal akan berkurang, Pelepasan renin akan
meningkat bersama dengan kelebihan beban cairan sehingga dapat menyebabkan
hipertensi. Hipertensi akan memperburuk kondisi gagal ginjal, dengan tujuan agar
terjadi peningkatan filtrasi protein-protein plasma.
Kondisi akan bertambah buruk dengan semakin banyak terbentuk jaringan
parut sebagai respons dari kerusakan nefron dan secara progresif fungsi ginjal
menurun drastis dengan manifestasi penumpukan metabolit-metabolit yang
seharusnya dikeluarkan dari sirkulasi sehingga akan terjadi sindrom uremia berat
yang memberikan banyak manifestasi pada setiap organ tubuh.
Terapi obat-obatan
Penanganan Dengan terapi obat Penanganan gagal ginjal kronis meliputi:
1) Diet rendah-protein untuk membatasi produk akhir metabolisme protein
yang tidak dapat diekskresi oleh ginjal
2) Diet tinggi-protein bagi pasien yang menjalani dialisis peritoneal secara
kontinu
3) Diet tinggi-kalori untuk mencegah ketoasidosis dan atrofi jaringan
4) Pembatasan asupan natrium dan kalium untuk men cegah kenaikan kadar
kedua mineral ini
5) Pembatasan cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan
6) Obat-obat golongan loop diuretics, seperti furosemid (Lasix), untuk
mempertahankan keseimbangan cairan obat-obat golongan glikosid
kardiak, seperti digoksin untuk memobilisasi cairan yang menyebabkan
edema
7) Kalsium karbonat (Caltrate) atau kalsium asetat (Phos-Lo) untuk
mengatasi osteodistrofi renal dengan peng- ikatan fosfat dan suplementasi
kalsium
8) Obat-obat antihipertensi untuk mengontrol tekanan darah dan edema
9) Obat-obat antiemetik untuk mengendalikan mual dan muntah
10) Famotidin (Pepcid) atau ranitidin (Zantac) untuk me- ngurangi
iritasi lambung
11) Metilselulosa atau dokusat untuk mencegah konstipasi
12) Suplemen besi dan folat atau transfusi sel darah merah untuk
mengatasi anemia
13) Pemberian eritropoietin sintetis untuk menstimulasi sumsum tulang
agar memproduksi sel darah merah; suplemen zat besi, preparat estrogen,
dan desmopresin untuk mengatasi efek hematologi
14) Obat-obat antipruritus, seperti trimeprazin (Temaril) atau
(Benadryl), untuk meredakan rasa gatal
15) Gel aluminum hidroksida untuk mengurangi kadar fos- fat serum
dan D serta
16) Suplemen vitamin, khususnya vitamin B asam-asam amino
esensial dialisis untuk mengatasi hiperkalemia dan seimbangan cairan
17) Pemberian per oral atau rektal preparat resin penukar kation,
seperti sodium polistiren sulfonat (Kayexalate) dan penyuntikan IV
kalsium glukonat, natrium bikarbonat
18) Perikardiosintesis darurat atau pembedahan darurat untuk
penanganan kor tamponade
19) Dialisis intensif dan torakosintesis untuk mengurangi edema paru
dan efusi pleura
20) Transplantasi ginjal (yang biasanya merupakan terapi pilihan bila
donor tersedia)
Pemeriksaan Diagnostic
1. Laju Endap Darah: meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang
rendah.
2. Ureum dan kreatinin: meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan
kreatinin kurang lebih 20:1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena
perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan
obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang: ureum lebih kecil dari
kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes Klirens Kreatinin yang menurun.
3. Hiponatremi: umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia: biasanya
terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya diuresis.
4. Hipokalsemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis
vitamin D3 pada GGK.
5. Phosphate alkaline meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama
Isoenzim fosfatase lindi tulang.
6. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia: umumnya disebabkan gangguan
metabolisme dan diet rendah protein.
7. Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal
ginjal (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer).
8. Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan
peninggian hiormon insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
9. Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang
menurun, BE yang menurun, HCO, yang menurun, PCO, yang menurun,
semuanya disebabkan
retensi asam-asam organik pada gagal ginjal.
2.2.2 Etiologi
Sampai saat ini para praktisi klinik masih membagi etiologi gagal ginjal
akut dengan tiga kategoru meliputi :
Prarenal
Kondisi prarenal adalah masalah aliran darah dan akibat hipoperfusi dan
turunnya laju filtrasi glomerulus. Kondisi klinis meliputi hal-hal sebagai
berikut :
1. Hipovolemik (perdarahan postpartum, luka bakar, kehilangan cairan dari
gastrointestinal, pankreatitis, pemakaian diuretic berlebih)
2. Vasodilatasi (sepsis atau anafilaksis)
3. Penurunan curah jantung (disritmia, infark miokardium, gagal jantung
kongestif, syok kardiogenik, emboli paru)
4. Obstruksi pembuluh darah ginjal bilateral (emboli, thrombosis)
Renal
Kondisi renal ginjal akut akibat dari kerusakan struktur glomerulus atau
tubulus ginjal. Kondisi klinis yang umum adalah sebagai berikut :
1. Trauma langsung pada ginjal dan cedera akibat terbakar
2. Iskemia (pemakaian NSAID, kondisi syok pascabedah)
3. Reaksi transfusi (DIC akibat transfusi tidak cocok)
4. Penyakit glumerovaskular ginjal; glumerulonefritis, hipertensi maligna
5. Nefritis interstitial akut; infeksi berat, induksi obat-obat nefrotoksin
Pascarenal
Etiologi pascarenal terutama obstruksi aliran urine pada bagian distal ginjal,
seperti pada kondisi berikut ini :
1. Obstruksi muara vesika urinaria : hipertrofi prostat, karsinoma
2. Obstruksi ureter bilateral oleh obstruksi batu saluran kemih, bekuan darahn
atau sumbatan dari tumor
3. Obstruksi uretra
2.2.3 Patofisiologi
Menurut price, (1995) ada beberapa kondisi yang menjadi factor
predisposisi yang dapat menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan
gangguan fungsi ginjal, yaitu sebagai berikut :
1. Obstruksi tubulus
2. Kebocoran cairan tubulus
3. Penurunan permeabilitasn glomerulus
4. Disfungsi vasomotor
5. Glomerulus feedback
Teori obstruksi glomerulus menyatakan bahwa NTA (necrosis tubular
acute) mengakibatkan deskuamasi sel-sel tubulus yang nekrotik dan materi
protein lainnya, ya kemudian membentuk silinder-silinder dan menyumbat lumen
tubulus. Pembengkakkan selular akibat iskemia awal, juga ikut menyokong
terjadinya obstruksi dan memperberat iskemia. Tekanan tubulus meningkat
sehingga tekanan filtrasi glomerulus menurun.
Hipotesis kebocoran tubulus menyatakan bahwa filtrasi glomerulus teras
berlangsung normal, tetapi cairan tubulus bocor keluar melalui sel-sel tubulus
yang rusak dan masuk dalam sirkulasi peritubular. Kerusakan membran basalis
dapat terlihat pada NTA yang berat.
Pada ginjal normal, 90% aliran darah didistribusi ke korteks (tempat di
mana terdapat glomerulus) dan 10% pada medula. Dengan demikian, ginjal dapat
memekatkan urine dan menjalankan fungsinya. Sebaliknya pada GGA.
perbandingan antara distribusi korteks dan medula menjadi terbalik sehingga
terjadi iskemia relatif pada korteks ginjal. Konstriksi dari arteriol aferen
merupakan dasar penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR). Iskemia ginjal akan
mengaktivasi sistem renin-angiotensin dan memperberat iskemia korteks luar
ginjal setelah hilangnya rangsangan awal.
Pada disfungsi vasomotor, prostaglandin dianggap bertanggung jawab
terjadinya GGA, di mana dalam keadaan normal, hipoksia merangsang ginjal
untuk melakukan vasodilator sehingga aliran darah ginjal diredistribusi ke korteks
yang mengakibatkan diuresis. Ada kemungkinan iskemia akut yang berat atau
berkepanjangan dapat menghambat ginjal untuk menyintesis prostaglandin.
Penghambatan prostaglandin seperti aspirin diketahui dapat menurunkan aliran
darah renal pada orang normal dan menyebabkan NTA.
Teori glomerulus menganggap bahwa kerusakan primer terjadi pada
tubulus proksimal. Tubulus proksimal yang menjadi rusak akibat nefrotoksin atau
iskemia gagal untuk menyerap jumlah normal natrium yang terfiltrasi dan air.
Akibatnya makula densa mendeteksi adanya peningkatan natrium pada
cairan tubulus distal dan merangsang peningkatan produksi renin dari sel
jukstaglomerulus. Terjadi aktivasi angiotensin II yang menyebabkan
vasokontriksi ateriol aferen sehingga mengakibatkan penurunan aliran darah
ginjal dan laju aliran glomerulus.
Menurut Smeltzer (2002) terdapat empat tahapan klinik dari gagal ginjal
akut, yaitu periode awal, periode oliguria, periode diuresis, dan periode perbaikan.
1. Periode awal dengan awitan awal dan diakhiri dengan terjadinya oliguria.
2. Periode oliguria (volume urine kurang dari 400 ml/24 jam)
Disertai dengan peningkatan konsentrasi serum dari substansi yang
biasanya diekskresikan oleh ginjal (urea, kreatinin, asam urat, serta kation
intraseluler-kalium dan magnesium) Jumlah urine minimal yang diperlukan
untuk membersihkan produk sampah normal tubuh adalah 400 ml. Pada tahap
ini gejala uremik untuk pertama kalinya muncul dan kondisi yang
mengancam jiwa seperti hiperkalemia terjadi.
3. Periode diuresis, pasien menunjukkan peningkatan jumlah urine secara
bertahap, disertai tanda perbaikan filtrasi glomerulus. Meskipun urine output
mencapai kadar
Pemeriksaan diagnostic
A. Pengkajian Anamnesis
Pengkajian pada jenis kelamin, pria mungkin disebabkan oleh
hipertrofi prostat. Pada wanita, infeksi saluran kemih yang berulang dapat
menyebabkan GGA, serta pada wanita yang mengalami perdarahan pasca-
melahirkan. Keluhan utama yang sering adalah terjadi penurunan produksi
miksi. Keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah nyeri. demam, reaksi
syok, atau gejala dari penyakit yang ada sebelumnya (prerenal).
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian ditujukan sesuai dengan predisposisi etiologi penyakit
terutama pada prerenal dan renal. Secara ringkas perawat menanyakan
berapa lama keluhan penurunan jumlah urine output dan apakah
penurunan jumlah urine output tersebut ada hubungannya dengan
predisposisi penyebab, seperti pasca-perdarahan setelah melahirkan, diare,
muntah berat, luka bakar luas, cedera luka bakar, setelah mengalami
episode serangan infark, adanya riwayat minum obat NSAID atau
pemakaian antibiotik, adanya riwayat pemasangan tranfusi darah, serta
adanya riwayat trauma langsung pada ginjal.
C. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem
perkemihan yang berulang, penyakit diabetes melitus dan penyakit
hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab
pasca-renal. Penting untuk dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan
masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat dan
dokumentasikan.
D. Psikososiokultural
Adanya kelemahan fisik, penurunan urine output dan prognosis
penyakit yang berat akan memberikan dampak rasa cemas dan koping
yang maladaptif pada klien.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum dan TTV Keadaan umum klien lemah, terlihat sakit
berat, dan letargi. Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan, yaitu
pada fase oliguri sering didapatkan suhu tubuh meningkat, frekuensi
denyut nadi mengalami peningkatan di mana frekuensi meningkat
sesuai dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi. Tekanan darah
terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai berat.
Pengkajian Diagnostik
Laboratorium Urinalisis didapatkan warna kotor, sedimen kecoklatan
menunjukkan adanya darah Hb, dan myoglobin. Berat jenis <1,020
menunjukkan penyakit ginjal, pH urine 7,0 menunjukkan ISK, NTA, dan
GGK. Osmolalitas kurang dari 350 mOsm/kg me kerusakan ginjal dan
rasio urine:serum sering 1: 1.
Pemeriksaan BUN dan kadar kreatinin. Terdapat peningkatan yang dan
laju peningkatannya bergantung pada tingkat katabolisme (p perfusi renal,
dan masukan protein. Serum kreatinin mening glomerulus. Kadar kreatinin
serum bermanfaat dalam perkembangan penyakit.
Pemeriksaan elektrolit. Pasien yang mengalami pe tidak mampu
mengeksresikan kalium. Katabolisme kalium seluler ke dalam cairan
tubuh, menyebabkan menyebabkan disritmia dan henti jantung.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian Keperawatan
a. Anamnesa
1) Biodata
Tidak ada spesifik khusus untuk kejadian gagal ginjal, namun laki-laki
sering memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan pola hidup
sehat.
2) Keluhan utama
menyertai. Keluhan bisa berupa urin output yang menurun dari oliguria
3) Riwayat kesehatan
output urin, perubahan pola napas, perubahan fisiologis kulit dan bau urea
saluran kemih.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular dan menurun, sehingga silsilah
6) Riwayat psikososial
Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jka klien memiliki koping adaptif
yang baik. Pada klien gagal ginjal kronis, biasanya perubahan psikososial
terjadi pada waktu klien mengalami perubahan struktur fungsi tubuh dan
kondisi.
8) Sistem pernafasan
Adanya bau urea pada bau napas. Jika terjadi komplikasi asidosis/alkalosis
Pola napas akan semakin cepat dan dalam sebagai bentuk kompensasi tubuh
mempertahankan ventilasi (Kusmaul)
9) Sistem hematologi
Ditemukan adanya friction rub pada kondisi uremia berat. Selain itu, biasanya terjadi TD
meningkat, akral dingin, CRT >3 detik, palpitasi jantung, chest pain, dyspnue, gangguan irama
jantung dan gangguan sirkulasi lainnya. Kondisi ini akan semakin parah jika zat sisa
metabolisme semakin tinggi dalam tubuh karena tidak efektif dalam eksresinya. Selain itu, pada
fisiologi darah sendiri sering ada gangguan anemia karena penurunan eritropoetin.
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kejadian gagal ginjal kronis salah satunya
adalah hipertensi. Tekanan darah yang tinggi diatas ambang kewajaran akan mempengaruhi
volume vaskuler. Stagnansi ini akan memicu retensi natrium dan air sehingga akan
meningkatkan beban jantung.
reproduksi. Selain itu, jika kondisi gagal ginjal kronis berhubungan dengan
penyakit diabetes militus, makan akan ada gangguan dalam sekresi insulin
adalah penurunan urin output < 400 ml/hr bahkan sampai pada anuria
tinggi.
b. Pemeriksaan fisik
1) Tanda vital :
tekanan darah meningkat, suhu meningkat, nadi lemah, disritmia, pernapasan kusmaul,
tidak teratur.
2) Kepala
Mata: konjungtiva anemis, mata merah, berair, penglihatan kabur, edema periorbital.
4) Dada dab toraks : penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan dangkal dan kusmaul serta
krekels, nafas dangkal, pneumonitis, edema pulmoner, friction rub pericardial.
7) Ekstremitas : capirally refill time > 3 detik,kuku rapuh dan kusam serta tipis,kelemahan pada
tungkai, rasa panas pada telapak kaki, foot drop, kekuatan otot.
8) Kulit : ecimosis, kulit kering, bersisik, warnakulit abu-abu, mengkilat atau hiperpigmentasi,
gatal (pruritas), kuku tipis dan rapuh, memar (purpura), edema.
Derajat edema:
5. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan
makanan
abnormal intercostal
paradoksis)
8) Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles
napas utama
mengetahui hasilnya
PCWP
edema
9) Monitor masukan
interuksi
dyspnoe/sesak
nafas, orthopnoe
suara nafas
abnormal (Rales
atau crakles),
kongestikemace
effusion
Hb dan
hematokrit
menurun
perubahan
elektrolit,
khususnya
perubahan berat
jenis
Suara jantung
S3
Reflek
hepatojugular
positif
Oliguria,
azotemia
Perubahan
status mental,
kegelisahan,
kecemasan
Faktor-faktor
yang
berhubungan :
Mekanisme
pengaturan
melemah
Asupan cairan
berlebihan
Asupan natrium
berlebihan
panas/dingin/tajam/tumpul 1. Berkomunikasi
Perubahan 4. Membuat
karakteristik keputusan
elastisitas,
rambut,
kelembapan,
kuku, sensasi,
suhu)
Perubahan
tekanan darah
diektremitas
Klaudikasi
Warna tidak
kembali
ketungkai saat
tungkai
diturunkan
Kelambatan
penyembuhan
luka perifer
Penurunan nadi
Edema
Nyeri
ektremitas
Bruit femoral
Pemendekan
ditempuh dalam
uji berjalan
enam menit
Pemendekan
jarak bebas
nyeri yang
ditempuh dalam
uji berjalan
enam menit
Perestesia
Warna kulit
pucat saat
elevasi
Faktor yang
berhubungan :
Kurang
pengetahuan
tentang faktor
pemberat (mis.
Merokok, gaya
hidup monoton,
trauma,
obesitas, asupan
garam,
imobilitas)
Kurang
pengetahuan
tentang proses
penyakit (mis.
Diabetes
melitus,
hiperlipidemia)
Diabetes
melitus
Hipertensi
melindungi personal)
berhati-hati nyeri
Muka topeng untuk menentukan
intervensi
non farmakologi
mengurangi nyeri
kontrol nyeri
berhasil
Analgesic Administration
1) Tentukan lokasi,
pemberian obat
dan frekuensi
5) Tentukan pilihan
6) Tentukan analgesik
teraturPerubahan
autonomic dalam
tonus otot
(mungkin dalam
rentang dari
lemah ke kaku)
Tingkah laku
ekspresif (contoh
: gelisah,
merintih,
menangis,
waspada, iritabel,
nafas
panjang/berkeluh
kesah)
Perubahan dalam
minum
Faktor yang
berhubungan :
Agen cedera
(mis. Biologi,
kimiawi,
psikologis, fisik)
oral
magenta, scarlet
Kondisi terjadinya
Penurunan melindungi
mempertahanka
n kelembaban
kulit dan
perawatan alami
kekurangan dalam
beraktivitas
9) Sediakan penguatan
beraktivitas
10) Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
Baradero, Mary.dkk. 2009. Klien Gangguan Ginjal. Penerbit Buku Kedokteran EGC
Bayhakki, 2013. Klien Gagal Ginjal Kronik. Penerbit Buku Kedokteran EGC
Mutaqqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan sistem Perkemihan. Penerbit Salemba
Medika
Kowalak, Jennifer. dkk. 2014. Buku Ajar Patofisiologi. Penerbit Buku Kefokteran EGC