Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN SMALL GROUP DISCUSSION

LBM 1
BLOK UROGENITAL 1
“Warna Urine”

Di susun oleh :
Nama : Berlian dwi arini oktafianingsih
NIM : 020.06.0011
Kelas : A
Tutor : dr. Ronanarasafa, S.Ked.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2020/2021
DAFTAR ISI

COVER

DAFTARISI 2

BAB I SKENARIO LBM 3

BABII PEMBAHASAN 4

BABIII KESIMPULAN 16

DAFTARPUSTAKA 17

2
BAB I
SKENARIO LBM

WARNA URINE
Skenario
Rino seorang mahasiswa beberapa minggu yang lalu Rino banyak duduk
dan sering menahan kencing. Ia merasa kaget karena warna urinenya lebih kuning
dan pekat dari biasa. Rino merasa bingung dan berusaha mengingat kembali
semalam makan atau minum apa yang sekiranya membuat urinnya agak berbeda
hari ini. Hal tersebut mengingatkan ia tentang kejadian beberapa hari yang lalu.
Hari itu urinenya tampak merah dan dikira darah karena sebelumnya
mengkonsumsi buah naga.
Saat menceritakan pengalamannya tersebut ke salah satu sahabatnya di
kampus, ia mendapatkan penjelasan bahwa urine itu merupakan hasil penyaringan
darah oleh ginjal. Bagaimana rincian dari proses tersebut?

3
BAB II

PEMBAHASAN

EMBRIOLOGI SISTEM KEMIH

Sejak Minggu ke-3 perkembangan janin, sebagian dari Mesoderm di sepanjang


aspek posterior mudigah, mesoderm intermediate, berdiferensiasi menjadi ginjal.
Mesoderm intermediate terletak di peninggian berpasangan yang dinamai rigi
urogenital. Di dalam mesoderm intermediate terbentuk 3 pasang ginjal secara
berurutan: pronefros, mesonefros, dan metanefros . Hanya pasangan terakhir
yang menetap sebagai ginjal fungsional neonatus.
Ginjal pertama yang terbentuk, pronefros ( Pro= sebelum; nefron=
ginjal), adalah yang paling Superior di antara ketiganya dan berhubungan dengan
duktus pronefrikus. Duktus ini bermuara ke kloaka, bagian ujung usus belakang
yang melebar yang berfungsi sebagai tempat keluar bersama untuk saluran kemih,
pencernaan, reproduksi mulai mengalami degenerasi selama minggu ke-4 dan
menghilang pada minggu ke 6.
Ginjal kedua, mesonefros (meso= tengah), menggantikan pronefros.
Bagian tersisa dari duktus pronefrikus, yang berhubung dengan mesonefros,
berkembang menjadi duktus mesonefrikus. Mesonefros mulai berdegenerasi pada
minggu ke-6 dan hampir menghilang pada minggu ke 8.

4
Pada sekitar Minggu ke-5, suatu pertumbuhan mesoderm, yang disebut
tunas ureter, terbentuk dari bagian distal duktus mesonefrikus dekat kloaka.
Metanefros ( Meta = setelah), atau ginjal terakhir, berkembang dari tunas ureter
dan mesoderm metanefrikus. Tunas ureter membentuk duktus koligentes,
kaliks, pelvis ginjal, dan ureter. Mesoderm metanefrikus membentuk nefron
ginjal. Pada bulan ketiga, ginjal janin mulai mengekskresikan urine kecairan
amnion di sekitarnya; memang, sebagian besar cairan amnion dibentuk oleh urine
janin.
Sebagian perkembangan, kloaka terbagi menjadi suatu sinus urogenitalis,
dibagian dalamnya saluran kemih dan kelamin bermuara, dan rektum yang
mengalirkan isinya ke dalam kanalis analis. Kandung kemih terbentuk dari sinus
urogenitalis. Pada wanita, uretra terbentuk akibat pemanjangan duktus pendek
yang terbentang dari kandung kemih ke sinus urogenitalis. Pada pria, uretra jauh
lebih panjang dan lebih rumit, tetapi organ ini juga berasal dari sinus urogenitalis.
Meskipun terbentuk di pelvis, ginjal metanefros naik hingga akhirnya
berada di abdomen. Setelah itu, metanefros mendapat darah dari pembuluh darah
ginjal. Meskipun biasanya mengalami degenerasi sewaktu yang Superior muncul,
terkadang pembuluh darah inferior menetap. karena itu, sebagian orang (30%)
memiliki pembuluh darah ginjal multipel.
Pada keadaan yang dinamai agenesis ginjal unilateral (a= tanpa; genesis=
pembentukan; unilateral= satu sisi) hanya satu ginjal terbentuk (biasanya kanan)
karena tidak adanya tunas ureter. Kondisi ini terjadi sekali dalam setiap 1000
neonatus dan biasanya lebih mengenai laki-laki daripada perempuan. Kelainan
ginjal lain yang terjadi selama perkembangan adalah malrotasi ginjal (hilum
menghadap anterior, posterior, atau lateral bukan medial); ginjal ektopik (satu
atau kedua ginjal mungkin mungkin berada di posisi abnormal, biasanya inferior);
dan ginjal tapal Kuda (penyatuan 2 ginjal, biasanya di bagian inferior,
menghasilkan ginjal tunggal berbentuk huruf-U). (embrilogi langman. Edisi
ke:12)

5
ANATOMI SISTEM KEMIH
Sistem kemih terdiri dari dua ginjal, dua ureter yang mengarah ke vesica
urinaria atau kandung kemih, dan satu uretra yang berjalan dari kandung kemih ke
luar tubuh.

1. Ginjal

Ginjal merupakan suatu organ kemerahan berbentuk kacang mede yang


terletak tepat di atas pinggang antara peritoneum dan dinding posterior abdomen.
Ginjal yang terletak di posterior dari peritoneum rongga abdomen sehingga organ
ini juga bisa disebut retroperitoneal. Ginjal terletak antara vertebra torakalis
terakhir (T12) hingga lumbal ketiga(L3). Ginjal kanan terletak lebih rendah dari
yang kiri karena pada ginjal kanan terdapat hepar yang berada diatasnya. (Gerard
J. Tortora. 2017. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13.)

6
Ginjal orang dewasa umumnya memiliki panjang 10-12 cm (4-5 in), lebar 5-7
cm (2-3 in), tebal 3cm (1 in) dan memiliki massa 135-150 g(4,5-5 oz). pada dekat bagian
tengah batas konkaf terdapat cenkungan yang dinamai hilus atau hilum ginjal. Hilus
ginjal ini mengandung tiga struktur besar yaitu arteri renalis, vena renalis dan pelvis
ginjal. Struktur-struktur tersebut dikelilingi dengan jaringan ikat longgar dan ruang berisi
lemak yang disebut sinus renalis. Ginjal dibungkus oleh tiga lapis jaringan. Jaringan yang
terdalam adalah kapsula renalis, jaringan pada lapisan kedua adalah adiposa dan jaringan
terluar adalah fascia renal. Ketiga lapisan jaringan ini berfungsi sebagai pelindung dari
trauma dan memfiksasi ginjal. (Gerard J. Tortora. 2017. Dasar Anatomi dan
Fisiologi. Edisi 13.)
Setiap ginjal dilapisi dengan suatu kapul jaringan ikat padat dan ireguler.
Potongan sagittal melalui ginjal memperlihatkan kortes yang lebih gelap disebelah
luar dan medulla yang lebih terang didalam, yang terdiri dari banyak pyramid
ginjal berbentuk corong. Dasar massing-masing pyramid menghadap ke korteks
dan membentuk batas kortikomedula. Apeks pyramid yang membulat meluas ke
bawah menuju pelvis ginjal untuk membentuk papilla ginjal yang berbentuk
kubah. Sebagian korteks juga meluas di kediua sisi pyramid ginjal untuk
membentuk kolumna ginjal. (Gerard J. Tortora. 2017. Dasar Anatomi dan
Fisiologi. Edisi 13.)
Korteks ginjal adalah daerah bertekstur halus yang terbentang dari kapsula

7
ginjal ke bagian basal pyramid dan ke dalam ruang diantara pyramid. Bagian ini
dibagi menjadi zona korteks sebelah luar dan zona jukstamedula dibagian dalam.
Bagian-bagian korteks ginjal yang menjulur di antara pyramid ginjal disebut
kolumna renalis. Lobus ginjal terdiri dari dari pramid ginjal,korteks ginjal
diatasnya, dan separuh dari kolumna renalis disampingnya. (Gerard J. Tortora.
2017. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13.)
Korteks ginjal dan pyramid ginjal pada medulla ginjal membentuk
parenkim atau bagian fungsional ginjal. Di dalam parenkinm terdapat unit-unit
fungsional ginjal sekitar 1 juta struktur mikroskopik yang dinamai nefron.
Terdapat dua jenis nefron yaitu nefron kortikal (nephronum corticale) yang
terletak di korteks ginjal, sedangkan nefron jukstamedularis (nephronum
juxtamedullare) terdapat di dekat perbatasan korteks dan medulla ginjal.
Meskipun semua nefron berperan dalam pembentukan urin, nefron
jukstamedularis membuat kondisi hipertonik di interstisium medulla ginjal yang
menyebabkan produksi urin yang pekat.

Bangunan-bangunan yang terdapat pada korteks dan medula ginjal adalah


a) Korteks ginjal terdiri atas beberapa bangunan, yaitu
 Korpus Malphigi (Korpus renalis) terdiri atas kapsula Bowman dan
glomerulus. Kapsula Bowman adalah struktur kantong yang terletak pada
permulaan dari komponen tubulus dari sebuah nefron pada ginjal.

8
Sebuah glomerulus dibungkus kantung tersebut. Cairan dari darah pada
glomerulus dikumpulkan di kapsula Bowman. Cairan ini nantinya akan
diproses menjadi urin. Sedangkan glomerulus adalah sebuah kapiler yang
berfungsi untuk menyaring plasma untuk menghasilkan filtrat glomerulus,
yang melewati panjang tubulus nefron untuk membentuk urin. Laju di
mana glomerulus menghasilkan filtrat dari plasma ( laju filtrasi
glomerulus ) jauh lebih tinggi daripada di kapiler sistemik karena
karakteristik anatomis tertentu dari glomerulus.
 Bagian sistim tubulus yaitu tubulus kontortus proksimalis dan tubulus
kontortus distal. Tubulus kontortus proksimal berjalan berkelok-kelok
dan berakhir sebagai saluran yang lurus di medula ginjal (pars desendens
Ansa Henle). Fungsi tubulus kontortus proksimal adalah mengurangi isi
filtrat glomerulus 80- 85 persen dengan cara reabsorpsi via transport dan
pompa natrium. Glukosa, asam amino dan protein seperti bikarbonat, akan
direabsorpsi. Sedngkan tubulus kontortus distal adalah saluran berliku-liku
yang berada di paling akhir dari saluran nefron. Fungsi tubulus kontortus
distal adalah untuk melakukan proses augmentasi atau penambahan zat
yang tidak berguna atau berlebihan sehingga urine menjadi pekat dan siap
untuk dikeluarkan dari tubuh

Medula ginjal terdiri atas beberapa bangunan yang merupakan bagian


sistem tubulus, yaitu pars ascendens dan descendens ansa Henle, bagian tipis ansa
Henle, duktus koligens, dan duktus papilaris Bellini. Ansa henle atau Lengkung
Henle adalah saluran berbentuk U yang merupakan perpanjangan dari tubulus
kontortus proksimal. Lengkung Henle terdiri dari bagian menurun dan bagian
naik. Bermula dari bagian korteks, lengkung Henle menerima filtrat dari tubulus
kontortus proksimal, kemudian menurun hingga ke medulla lewat bagian
menurun, kemudian kembali ke korteks melalui bagian naik untuk selanjutnya
dibawa ke tubulus kontortus distal. Fungsi utama lengkung Henle adalah untuk
mengendapkan garam di interstitium, jaringan yang mengelilingi lengkung Henle
dan memisahkan urine yang berada di kedua tubulus tersebut. Sedangkan duktus

9
koligens adalah saluran yang berfungsi untuk mengumpulkan urine dari berbagai
nefron untuk dibawa ke pelvis dan disimpan dalam kantung kemih untuk beberapa
saat sebelum dikeluarkan. (Gerard J. Tortora. 2017. Dasar Anatomi dan
Fisiologi. Edisi 13.)

2. Ureter

Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder atau pipa yang
menghubungkan ginjal dengan kandung kemih. Ureter merupakan lanjutan dari
pelvis renalis yang berjalan dari hillus ginjal menuju distal dan kemudian
bermuara pada kandung kemih. Ureter terdiri dari 2 saluran pipa di sebelah
dekstra dan sinistra yang menghubungkan ginjal dekstra dan sinistra dengan
kandung kemih atau vesica urinaria. Ureter memiliki panjang sekitar 20 - 30 cm
dengan diameter rata - rata sekitar 0,5 cm dan diameter maksimal sekitar 1,7 cm
yang berada di dekat kandung kemih.
Berdasarakan letak anatomisnya ureter ini dibagi menjadi ureter pars
abdominalis yang berada di dalam rongga abdomen dan ureter pars pelvis yang
berada di dalam rongga pelvis. Ureter memiliki tiga lapisan dinding yang terdiri
dari Jaringan ikat (jaringan fibrosa) pada lapisan luar, otot polos sirkuler dan
longitudinal pada lapisan tengah, sel - sel transisional pada lapisan mukosa
sebelah dalam.
Pada pria ureter terdapat di dalam visura seminalis atas yang disilangi oleh
duktus deferens dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis. kemudian ureter berjalan
oblique sepanjang 2 cm di dalam dinding kandung kemih pada sudut lateral dari
trigonum vesika. Pada wanita ureter terdapat di belakang fossa ovarika yang
berjalan ke bagian medial dan ke depan ke bagian lateral serviks uteri di bagian
atas vagina untuk mencapai fundus vesika urinaria. Dalam perjalanannya, ureter
ini didampingi oleh arteri uterina sepanjang 2,5 cm dan selanjutnya arteri ini
menyilang ureter dan menuju ke atas di antara lapisan ligamentum. (Gerard J.
Tortora. 2017. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13.)

10
3. Vesica urinaria

Vesica urinaria atau kandung kemih adalah sebuah organ berongga yang
mengumpulkan urine yang dibentuk olah ginjal dan pada waktunya, akan
menyalurkan urine keluar tubuh melalui urethra.kandung kemih dapat bibagi
enjadi beberapa bagian yaitu, corpus vasciae atau badan kemih, fundus vasciae
atau kandung kemih caudal, dan apex vasciae atau puncak kandung kemih yang
terletak di depan atas, yang beralih menjadi plica umbilicalis mediana pada sisi
sebelah dalam dinding tubuh depan. (atlas anatomi prometheus: anatomi organ
dalam. edisi ke:3)

Kedua masing masing ureter bermuara ke sebelah dorsolateral ke dalam fundus,


urethra dimulai pada leher kandung kemih, atau cervix vasciae yang terletak
ventrokaudal. (atlas anatomi prometheus: anatomi organ dalam. edisi ke:3)
4. Urethra

Urethra laki-laki dan wanita memiliki struktur yang berbeda. Pada pria,
urethra memiliki panjang 18-20cm, dibagi menjadi: urethra pars preprostatica,
urethra pars prostatica, urethra pars membranasea (intermediate), dan urethra pars
cavernosa (spongy). (atlas anatomi prometheus: anatomi organ dalam. edisi ke:3)

11
Pada wanita, urethra lebih pendek dan ditutupi oleh transitional epithelium dan
stratified squamous epithelium. Urethra wanita mempunyai panjang sekitar 2,5-4
cm sehingga tidak dibagi.

HISTOLOGI SISTEM KEMIH


Sistem kemih terdiri dari dua ginjal, dua ureter yang mengarah ke vesica
urinaria atau kandung kemih, dan satu uretra yang berjalan dari kandung kemih ke
luar tubuh. (atlas hitologi dengan korelasi fungsional oleh victor ereschenko edisi
ke:9)

a) Ginjal

12
Pada potongan sagital ini, ginjal dibagi menjadi korteks disebelah luar
yang berwarna lebih gelap dan medulla disebelah dalam yang berwarna terang.
Disebelah luar, korteks dilapisi oleh jaringan ikat irreguler padat, kapsul ginjal.
Korteks mrngandung tubulus kontortus proksimal dan distal, glomelurus, dan
medulla rays. Dikorteks juga terdapat arteri interlobularis dan vena interlobularis.
Medulla terdiri dari pyramid pyramid ginjal. Bagian basal masing-masing
piramid terletak dekat dengan korteks dan apeksnya membentuk papilla ginjal
yang menonjol kedalam struktur berbentuk corong, kaliks minor yang merupakan
bagian ureter yang melebar. Di sinus renalis terdapat cabang-cabang arteri dan
vena renalis yang disebut arteri interlobaris, dan vena interlobaris. Pembuluh
darah antarlobaris ini masuk kedalam ginjal dan melengkung dibagian dasar
piramid di taut kortikomedulla sebagai arteri dan vena arkuata. Pembuluh darah
arkuata membentuk arteri-arteri interlobularis dan vena vena interlobularis
yang lebih kecil yang berjalan secara radial ke dalam korteks ginjal untuk
membentuk arteri aferen glomelururs untuk selanjutnya membentuk kapiler
glomerulus. ( atlas hitologi dengan korelasi fungsional oleh victor ereschenko
edisi ke:9)

13
b) Ureter

Ureter adalah suatu saluran berotot yang menyalurkan urin dari ginjal ke
kandung kemih melalui kontraksi lapisan-lapisan otot polos tebal di dindingnya.
Gambar ini memperlihatkan ureter dalam potongan transversl. Mukosa ureter
berlipat-lipat dan dilapisi oleh epitel transisional tebal. Dibawah epitel
transisional terdapat jaringan ikat lamina propria. Muskularis ureter
mengandung dua lapisan otot polos: lapisan longitudinal dalam dan lapisan otot
sirkular tengah. Jaringan ikat adventisia, dengan pembuluh darah dan jaringan
adiposa, mengelilingi ureter. (atlas hitologi dengan korelasi fungsional oleh victor
ereschenko edisi ke:9)
c) Kandung kemih

14
Kandung kemih memiliki dinding yang berotot tebal. Dinding ini serupa
dengan dinding sepertiga bawah ureter, kecuali ketebalannya. Di dinding kemih
ditemukan tiga lapisan otot polos yang tersusun longgar, lapisan longitudinal
dalam, sirkular tengah, dan lapisan otot tersusun dalam berkas berkas otot polos
yang saling beranastomosis dengan jaringan ikat intersitium yang terdapat
diantaranya. Jaringan ikat intersitium menyatu dengan jaringan ikat serosa.
Mukosa kandung kemih dalam keadaan kosong memperlihatkan banyak lipatan
mukosa yang lenyap jika kandung kemih teregang. Epitel transisional lebih
tebal daripada epitel diureter dan terdiri dari sekitar enam lapisan sel. banyak
pembuluh darah dengan berbagai ukuran terlihat di serosa, diantara berkas otot
polos, dan dilamina propria. (atlas hitologi dengan korelasi fungsional oleh victor
ereschenko edisi ke:9)

PROSES PEMBENTUKAN URINE


Proses penyaringan darah hingga menjadi urine yaitu terjadi melalui
serangkaian proses filtrasi glomelurus (penyaringan) zat-zat sisa yang beracun,
reabsorpsi tubulus(penyaringan kembali) zat-zat yang masih dibutuhkan oleh
tubuh, dan augmentasi atau sekrasi tubulus (pengeluaran zat sisa yang tidak

15
diperlukan lagi oleh tubuh dan tidak mungkin disimpan lagi).

1. Proses Filtrasi glomerulus

Pembentukan urine diawali dengan proses filtrasi darah di glomerulus.


Filtrasi merupakan perpindahan cairan dari glomerulus menuju ke ruang kapsula
bowman dengan menembus membran filtrasi. Di dalam glomerulus, sel-sel darah,
trombosit, dan sebagian besar protein plasma disaring dan diikat agar tidak ikut
dikeluarkan. Hasil penyaringan tersebut berupa urine primer. Kapiler yang
berpori-pori dan sel-sel kapsula yang terspesialisasi bersifat permeabel terhadap
air dan zat-zat terlarut yang kecil, namun tidak terhadap sel darah atau molekul
besar seperti protein plasma, dengan demikian filtrat dalam kapsula bowmen
mengandung garam, glukosa, asam amino, vitamin, zat buangan bernitrogen, dan
molekul-molekul kecil lainnya. (Campbell, 2008).
Proses filtasi terjadi ketika darah memasuki glomerulus sampai ke kapsula
bowman dengan menembus membran-membran filtrasi. Membran filtrasi
terdiri dari lapisan sel endotelium glomerulus, membrane basiler, dan epitel
kapsula bowman. Sel-sel kapiler glomerulus memiliki struktur yang berpori,
bertekanan dan permeabilitas yang tinggi sehingga akan mempermudah proses
filtrasi. Darah dari arteriol akan memasuki glomerulus melewati membrane filtrasi
hingga akhirnya sampai kekapsula bowman. Proses filtrasi tersebut menyebabkan
keeping darah dan protein plasma akan tertahan dan tidak dapat melewati
membrane filtrasi. Namun, komponen-komponen dengan ukuran lebih kecil yang

16
terlarut di dalam plasma darah seperti glukosa, asam amiono, natrium, kalium,
klorida, bikarbonat dan urea dapat melewati membrane filtrasi tersebut Hasil dari
filtrasi di glomerulus di sebut urine primer atau filtrate glomerulus. Urine primer
atau filtrat glomerulus mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan
garam-garam lainnya. (Guyton Dan Hall. 2016)
2. Proses Reabsorpsi tubulus

Urine yang dihasilkan setelah proses reabsorpsi disebut urine sekunder


(filtrat tubulus). Reabsorpsi adalah proses penyerapan kembali filtrat glomerulus
yang masih bisa digunakan oleh tubuh. Diserapnya kembali zat-zat yang masih
dibutuhkan pada tubulus ini melalui dua cara; gula dan asam amino akan diserap
kembali melalui proses difusi, sedangkan air akan diserap kembali melalui proses
osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
Sehingga dengan itu dapat diketahui, zat-zat yang masih berguna pada urine
primer dan akan diserap kembali pada tahap reabsorsi adalah glukosa, asam
amino, dan air. Glukosa dan asam amino akan dikembalikan ke darah. Setelah
dilakukan penyerapan kembali zat-zat yang masih berguna, maka akan
menghasilkan urine skunder atau filtrate tubulus. (Guyton Dan Hall. 2016)
Bagian yang berperan dalam proses reabsorpsi ini meliputi sel-sel epitalium
pada tubulus kontrotus proksimal, lengkung henle dan tubulus distal. Reabsorpsi
terjadi di tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal, pada tubulus
kontortus proksimal lebih diutamakan reabsorpsi glukosa, asam amino dan air
yang dilakukan dengan proses osmosis. Sedangkan reabsorpsiyang terjadi di
tubulus kontortus distal yaitu reabsorpsi ion natrium dan air, air yang di reabsorpsi
tergantung dari kebutuhan. Reabsorpsi zat-zat tertentu dapat terjadi secara transfor
aktif dan difusi. Zat-zat penting bagi tubuh yang secara aktif di reabsorpsi adalah
garam-garam tertentu, asam amino, glukosa, asam asetoasetat, hormon dan
vitamin. Zat-zat tersebut di reabsorpsi secara aktif di tubulus proksimal sehingga
tidak ada lagi di lengkung henle. (Campbell, 2008).
3. Proses Augmentasi

Proses terakhir yaitu Augmentasi (penambahan), berlangsung di tubulus

17
distal. Pada proses ini terjadi penyerapan air dan penambahan zat-zat seperti H+,
K+, keratin dan urea dalam urin sehingga urine hanya berisi zat-zat yang benar-
benar sudah tidak berguna lagi. Dari tubulus distal, urine dikumpulkan melalui
pembuluh pengumpul dan selanjutnya masuk ke pelvis (rongga ginjal), kemudian
dialirkan ke kandung kemih atau vesica urinaria melalui saluran ureter. Kandung
kemih memiliki fungsi sebagai tempat penampungan urine sementra. Pada proses
ini zat- zat yang sudah tidak berguna bagi tubuh akan dibuang ke tubulus-tubulus
nefron ginjal. Zat-zat yang sudah tidak diperlukan tubuh atau konsentrasinya
terlalu banyak di dalam aliran darah, akan dikeluarkan bersama urine tersier atau
urine sesungguhnya. Urine keluar dari tubuh melalui lubang urine yang
sebelumnya melewati uretra terlebih dahulu. Proses pembentukan urine
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal yang menyangkut hormon
antidiuretik dan insulin, serta faktor eksternal yaitu menyangkut jumlah air yang
diminum. Melalui proses augmentasi inilah akan terbentuk urine sesungguhnya
yang mengandung urea, asam urat, sisa-sisa pembongkaran dan zat-zat yang
berlebihan dalam darah seperti : vitamin C, obat-obatan, hormon, dan garam-
garam lainnya (Campbell, 2008).

PROSES PEMBENTUKAN WARNA URINE


Pembentukan urin encer
Pembentukan urin encer terjadi pada:
 Ansa henle [ sistem countercurrent multiplier]
 Vasa recta [ sistem counter current exchanger ]

vountercurrent multiplier sistem terdapat di lengkung henle, suatu bagian


nefron yang panjang dan melengkung dan terelat di antara tubulus proximal dan
distal. Sistem tersebut juga bergantung pada impermeabilitas relatif bagian
lenngkung ini terhadap air yang menjaga agar air tidak mengikuti natrium keluar,
akhirnya sistem ini mengandalkan permeabilitas duktus-duktus pengumpul
terhadap air. Lengkung Henle, Disini 6% cairan dari hasil filtrasi diabsorbsi dan
disini tekanannya hipoosmotik. Lengkung Henle mereabsorbsi Na+ dan Cl. Pada

18
lengkung Henle terdapat bagian descending dan ascending.
 Descending : bersifat permeable terhadap H2O dan tidak aktif mengeluarkan
Na+
 Ascending : bersifat impermeable terhadap H2O dan aktif mengeluarkan Na+

lengkung henle asending aktif memompa garam dari urin sekunder ke cairan
ekstraseluler sebab dindingnya bersifat impermeable terhadap air (tidak bisa
dilalui air) sehingga air tidak dapat ikut keluar yang menyebabkan konsentrasi
garam di luar tubulus meningkat, sehingga urin menjadi encer. (Gerard J.
Tortora. 2017. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13.)

Pembentukan urine pekat


Kemampuan ADH untuk menyebabkan ekskresi urin pekat tergantung
pada adanya gradient osmotic zat larutan di cairan interstitial. Ginjal mengunakan
gradient osmotic ini untuk mengekskresikan urine pekat. Pembentukan urine
pekat oleh ginjal terjadi secara berikut.
a) Simporter di sel- sel bagian tebal pars asendens ansa henle menyebabkan
penimbunan Na+dan Cl- di medulla ginjal. Di dalam bagian tebal pars
asendens ansa Henle, simporter Na+, K+, 2Cl-mereabsorbsi Na+dan Cl- dari
tubulus. Namun air tidak direaborbsi di segmen ini dikarenakan sel-sel non
permeabel terhadap air. Akibatnya, terjadi penumpukan ion Na+ dan Cl- di
cairan interstitial.
b) Aliran couter current melalui pars desendens dan asendens ansa Henle
membentuk gradien osmotik di medulla ginjal. Karena cairan tubulus secara
terus menerus berpindah dari pars desendens ke pars asendens ansa Henle,
bagian tebal pars asendens secara terus-menerus mereabsorbsi menjadi
Na+dan Cl- .Karenanya, Na+ dan Cl- yang diareabsorbsi menjadi semakin
pekat di cairan interstisial medula.
c) Sel-sel duktus koligentes mereabsorbsi lebih banyak air dan urea. Ketika ADH
meningkat permeabelita sprincipal cell terhadap air , air cepat berpindah
melalui osmosis keluar dari cairan tubulus duktus koligentes interstisial

19
medulla bagian dalam, laluke vasa rekta. Dengan keluarnya air, urea yang
tertinggal dicairan tubulus duktus koligentes menjadi semakin pekat. Karena
sel-sel duktus terletak jauh di dalam medula permeable terhadap urea, urea
bedifusi keluar dari cairan duktus menuju cairan interstisial medula.
d) Daur ulang urea menyebabkan penimbunan urea di medulla ginjal. Karena
menumpuk di cairan interstisial, sebagian urea berdifusik edalam cairan
tubulus pars desendens dan asendens bagian tipis ansa Henle panjang. Namun
semetara cairan mengalir melalui bagian tebal pars asendens, tubulus
kontortus distalis, dan bagian kortek duktus koligentes, urea tetap dilumen
karena segmen-segmen tersebut tidak permeable terhadapnya. Sewaktu cairan
mengalir di sepanjang duktus koligentes ,reabsorbsi air ini semakin meningkat
konsentrasi urea di cairan tubulus , lebih banyak urea berdifusi kedalam cairan
interstisial medula ginjal bagian dalam, dan siklus berulang. Pemindahan urea
secara terus-menerus antara segmen-segmen tubulus ginjal dan cairan
interstisial medual disebut daur ulang medula urea. Dengan cara ini,
reabsorbsi dari lumen duktus mendorong penimbunan urea di caira interstisial
medula ginjal, yang pada akhirnya memdorong reabsorbsi air. Karenanya, zat-
zat terlarut yang tertinggal di lumen menjadi lebih pekat, dan urine yang
diekskresikan menjadi pekat dan sedikit. (Gerard J. Tortora. 2017. Dasar
Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13.)

PROSES PENGELUARAN URINE (MIKSI)


Pengeluaran urine dari kandung kemih yang di sebut dengan miksi atau
urination atau oiding. Berkemih terjadi melalui kombinasi kontraksi otot
involunter dan volunter. Jika volume urine dalam kandung kemih melebihi 200-
400 ml, tekanan meningkat cukup besar, dan reseptor-reseptor regang di
dindingnya mengirim impuls medulla spinalis. Impuls ini merambat ke pusat
berkemih di medulla spinalis sakralis segmen S2 dan S3 serta memicu reflex
spinal yang disebut reflex berkemih. Dalam lengkung reflex ini, impuls
parasimpatis dari pusat berkemih merambat ke dinding kandung kemih dan
sfingter uretra internus. Impuls saraf menyebabkan kontraksi otot detrusor dan

20
relaksasi otot sfingter uretra internus. Secara bersamaan, pusat berkemih
menghambat neuron motoric soatik yang menyarafi otot rangka di sfingter uretra
eksternus. (Gerard J. Tortora. 2017. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13.)
Kontraksi dinding kandung kemih dan relaksasi sfingter menyebabkan
terjadinya berkemih. Pengisisan kandung kemih menimbulkan sensasi penuh yang
memicu keinginan sadar untuk berkemihsebelum reflex berkemih benar-benar
terjadi. Meskipun pengosongan kandung kemih merupakan suatu reflex, pada
masa kanak-kanak kita belajar memulainya dan menghentikannya secara sengaja.
Melalui latihan untuk mengontrol otot sfingter uretra eksternus dan otot tertentu
dasar panggul, korteks serebrum dapat memulai atau menunda berkemih untuk
waktu terbatas. (Gerard J. Tortora. 2017. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13.)

SIRKULASI GINJAL
Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya merupakan 25% dari curah
jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Masing masing ginjal mandapatkan darah dari
satu arteri renalis besar yang bercabang di hillus menjadi beberapa cabang
segmental yang kemudian bercabang lagi menjadi beberapa arteri interlobaris.
Arteri interlobaris akan terus berjalan diginjal di antara pyramid menuju korteks.
Di taut kortikomedula arteri interlobaris bercabang menjadi arteri arkuata, yang
melengkung diatas basis piramid dan membentuk arteri interlobularis. Arteri ini
bercabang lebih lanjut menjadi arteriol aferen yang membentuk kapiler di
glomelururs korpuskulum ginjal. Arteriol eferen meninggalkan korpuskulum
ginjal dan membentuk jejaring kapiler peritubulus yang kompleks disekitar
saluran dikorteks dan pembuluh kapiler yang lurus dan panjang atau vasa rekta.
Vasa rekta membentuk lengkung yang sejajar dengan lengkung panjang ansa
henle yang berisi filtrat urin. Darah dari intersitium disekitar tubulus dan
pembuluh darah ini dialirkan ke vena interlobularis yang berlanjut ke arah vena
arkuata, dan menuju ke vena renalis. (atlas anatomi prometheus: anatomi organ
dalam. edisi ke:3)

21
BIOKIMIA URINE
Urine adalah produk sampingan cair dari tubuh yang disekresikan oleh
ginjal melalui proses yang disebut buang air kecil dan dikeluarkan melalui uretra.
Komposisi kimiawi normal urin sebagian besar adalah kandungan air, tetapi juga
termasuk molekul nitrogen, seperti urea, serta kreatinin dan komponen limbah
metabolik lainnya.
Komposisi urine normal sekitar 91-96% urin terdiri dari air. Urine juga
mengandung bermacam-macam garam anorganik dan senyawa organik, termasuk
protein, hormon, dan berbagai macam metabolit, yang bervariasi berdasarkan apa
yang dimasukkan atau dikonsumsi ke dalam tubuh. Bahan organik membentuk
antara 65% dan 85% dari padatan kering urin, dengan padatan yang mudah
menguap terdiri dari 75-85% dari total padatan. Urea adalah konstituen terbesar
dari padatan, yang jumlahnya lebih dari 50% dari total. Pada tingkat unsur, urin
manusia mengandung 6,87 g / L karbon, 8,12 g / L nitrogen, 8,25 g / L oksigen,
dan 1,51 g / L hidrogen. Proporsi yang tepat bervariasi pada setiap individu dan
dengan faktor-faktor seperti diet dan kesehatan. (Guyton Dan Hall. 2014.
Fisiologi Kedokteran. Edisi 12)

22
pH urine normal berada di angka 4,5- 8,0 dengan nilai rata-rata 6,0.
Sedangkan nilai pH urine netral adalah 7,0. pH urine dinyatakan asam saat berada
di bawah angka 5,0, dan dinyatakan basa saat berada di atas angka 8,0. Pola
makan yang tinggi protein dari daging dan susu, serta konsumsi alkohol dapat
menurunkan pH urin, sedangkan kalium dan asam organik, seperti dari makanan
tinggi buah dan sayuran, dapat meningkatkan pH dan membuatnya lebih basa.
Beberapa obat juga dapat meningkatkan pH urin, termasuk acetazolamide,
potassium citrate, dan sodium bicarbonate. Kadar pH tubuh harus selalu berada di
rentang yang ideal. Jika kondisi cairan tubuh terlalu asam atau terlalu basa, hal ini
akan berdampak pada fungsi organ tubuh dan kerja metabolisme tubuh. karena,
organ-organ tubuh hanya bisa berfungsi pada kondisi pH tertentu.
Pemeriksaan pH urin perlu dilakukan guna melihat tingkat asam dan basa
dalam cairan urine. Tes pH urine juga dilakukan guna mendeteksi adanya
penyakit yang berhubungan dengan kelainan kadar asam dalam tubuh. Jika pH-
nya di bawah normal, seseorang akan memiliki risiko tinggi mengidap batu ginjal.
Jika pH urine berada di angka yang tidak normal, hal tersebut menunjukkan
adanya penyakit seperti, Asidosis, yaitu yaitu kondisi yang terjadi saat kadar asam
dalam tubuh sangat tinggi, Dehidrasi, yaitu kondisi yang terjadi saat tubuh
kekurangan cairan di dalamnya. Diabetes ketoasidosis, yaitu komplikasi diabetes
yang disebabkan oleh tingginya produksi asam darah tubuh, diare, gagal ginjal,
dan infeksi saluran kemih. (Jurnal ilmu kedokteran dan kesehatan, vol 5, no 2,
april 2018 oleh Dita Fitriani)

23
DAFTAR PUSTAKA
Gerard J. Tortora. 2017. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 13. ECG Penerbit
Buku Kedokteran

Guyton Dan Hall. 2014. Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Elsevier. Jakarta.

Lauralee Sherwood. 2014. Fisiologi Kedokteran Dari Sel Ke Sistem. Edisi 9. ECG
Penerbit Buku Kedokteran.

Victor P. Ereschenko. 2014. Atlas Histologi diFiore. Edisi 12. ECG Penerbit Buku
Kedokteran.

Michael Schunke. 2016. Atlas Anatomi Prometheus. Jilid II : anatomi organ


dalam. Edisi 3. ECG Penerbit Buku Kedokteran.

Sadler TW. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 12. Jakarta: EGC; 2014.

24

Anda mungkin juga menyukai