PENDAHULUAN
[Date]
1
8. Hormon apa saja yang berperan di dalam ginjal ?
9. Apa saja fungsi ginjal pada tubuh ?
10. Bagaimana cara melakukan test uji fungsi ginjal ?
11. Bagaiman sistem peredaran darah dan pesyarafan yang ada di dalam ginjal ?
C. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana susunan umum ginjal
2. Untuk menganalisis setiap bagian- bagian pada ginjal
3. Untuk menjelaskan tahapan dari pembentukan urin
4. Untuk mengetahui definisi dari mikturisi
5. Untuk mengetahui komposisi apa saja yang terkandung di dalam urin
6. Untuk mengetahui definisi dan fisiologi dari ureter
7. Untuk mengetahui proses pemekatan pada urin
8. Untuk mmengetahui hormon apa saja yang terdapat di dalam ginjal serta peranan dari
hormon tersebut
9. Untuk mengetahui apa saja fungsi ginjal dalam tubuh
10. Untuk mengetahui secara spesifik cara test uji fungsi ginjal
11. Untuk mengetahui system peredaran darah dan syaraf yang terdapat di dalam ginjal
D. MANFAAT
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu memahami tentang
susunan umum ginjal, traktus urinarius, filtrasi, reasobrsi, sekresi, autoregulasi, serta sistem renin
angiostenin di ginjal sehingga mahasiswa mampu meningkatkan kemampuan dalam
mengkonstrusikan ilmu tentang anatomi ginjal. Tidak hanya mampu memahami tetapi juga
mampu menguraikan dan menerapkan konsep anatomi sistem urinari dan fisiologi ginjal saat
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien/klien.
[Date]
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANATOMI GINJAL
Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis
viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak
juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara
teratur sehingga celah-celah antara pedikel itu sangat teratur. Kapsula bowman bersama
glomerolus disebut korpuskel renal,bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal
disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok-
belok,kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis
[Date]
3
disebut ansa Henle atau loop of Henle,karena membuat lengkungan tajam berbalik
kembali ke korpuskel renal asal,kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.
[Date]
4
bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor,yang masing-masing bercabang
membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari
piramid.Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila.Dari
Kaliks minor,urine masuk ke kaliks mayor,ke pelvis renis ke ureter,hingga di
tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).
[Date]
5
a. Glomerulus:
Glomerulus merupakan struktur awal nefron berbentuk gulungan kapiler yang
tersusun dari jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah dari vasa aferen dan
mengalirkan darah balik lewat vasa eferen. Glomerulus dikelilingi oleh kapsul
Bowman yaitu kapsul epitel yang berdinding ganda. Dinding kapiler glomerulus
tersusun dari lapisan sel-sel endotel dan membran basalis. Sel-sel epitel berada
pada salah satu sisi membran basalis, dan sel-sel endotel pada sisi lainnya.
Glomelurus dan kapsul bowman bersama-sama membentuk sebuah korpuskel
ginjal. Kapiler glomerulus secara relatif bersifat impermeable terhadap protein
plasma yang lebih besar, dan permeable dengan air atau larutan elektrolit yang
lebih kecil, glomerulus mengalami kenaikan tekanan darah 90 mmHg, kenaikan
ini terjadi karena arteriole aferen yang mengarah ke glomerulus mempunyai
diameter yang lebih besar dan memberikann sedikit tahanan kepada kapiler yang
lain.
Komposisi filtrat glomerulus:
1) Filtrat dalam kapsul Bowman identik dengan filtrate plasma dalam hal air dan
zat terlarut dengan berat molekul rendah, seperti glukosa, klorida, natrium,
kalium, fosfat, urea, asam urat, dan kreatinin.
2) Sejumlah kecil albumin plasma dapat terfiltrasi, tetapi sebagian besar
diabsorpsi kembali dan secara normal tidak tampak pada urine.
3) Sel darah merah dan protein tidak difiltasi. Penampakannya dalam urine
menandakan suatu abnormalitas. Penampakan sel darah putih biasanya
menandakan adanya infeksi bakteri pada traktus urinaria bagian bawahnya.
b. Lapisan visceral kapsul bowman
Merupakan lapisan internal epithelium. Sel-sel lapisan liseral di modifikasi
menjadi podosit (“sel seperti kaki”), yaitu sel-sel epitel khusus di sekitar kapilar
glomurular.
c. Tubulus konturtus proksimal panjangnya mencapai 15 mm dan sangat berliku.
Pada permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel epitel kuboit
[Date]
6
yang kaya akan mikro vilus (Brush Border) dan memperluas area permukaan
lumen.
B. STRUKTUR GINJAL
1. Di lingkupi kapsul tipis dan fibrous.
2. Warnanya ungu tua.
3. Terdiri atas bagian kortex di sebelah luar, dan bagian medulla di sebelah dalam.
4. Pada bagian medulla tersusun atas 15- 16 piramida ginjal, yang puncak nya langsung
mengarah ke hilum dan berakhir di kaliks.
5. Kaliks ini berhubungan dengan pelvis ginjal.
[Date]
7
C. TAHAPAN PEMBENTUKAN URIN
1. Filtrasi glomerular
Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus, seperti
kapiler tubuh lainnya, kapiler glumerulus secara relatif bersifat impermiabel terhadap
protein plasma yang besar dan cukup permabel terhadap air dan larutan yang lebih
kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen. Aliran darah ginjal
(RBF = Renal Blood Flow) adalah sekitar 25% dari curah jantung atau sekitar 1200
ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui
glomerulus ke kapsula bowman. Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR =
Glomerular Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula bowman’s disebut filtrat.
Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler
glomerulus dan kapsula bowman’s, tekanan hidrostatik darah dalam kapiler
glomerulus mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan hidrostatik
filtrat dalam kapsula bowman’s serta tekanan osmotik koloid darah. Filtrasi
glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan- tekanan koloid diatas namun juga
oleh permeabilitas dinding kapiler.
2. Reabsorpsi
[Date]
8
Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non elektrolit,
elektrolit dan air. Setelah filtrasi langkah kedua adalah reabsorpsi selektif zat-zat
tersebut kembali lagi zat-zat yang sudah difiltrasi.
3. Sekresi
Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari aliran darah
melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi secara
alamiah dalam tubuh (misalnya penisilin). Substansi yang secara alamiah terjadi
dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion hidrogen.
Pada tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier yang juga telibat dalam
sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam hubungan ini, tiap kali carier
membawa natrium keluar dari cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium
kedalam cairan tubular “perjalanannya kembali” jadi, untuk setiap ion natrium yang
diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus disekresi dan sebaliknya. Pilihan kation yang
akan disekresi tergantung pada konsentrasi cairan ekstratubular (CES) dari ion-ion ini
(hidrogen dan kalium).
Pengetahuan tentang pertukaran kation dalam tubulus distalis ini membantu kita
memahami beberapa hubungan yang dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai
contoh, kita dapat mengerti mengapa bloker aldosteron dapat menyebabkan
hiperkalemia atau mengapa pada awalnya dapat terjadi penurunan kalium plasma
ketika asidosis berat dikoreksi secara theurapeutik.
4. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di
tubulus kontortus distal. Urine yg telah terbentuk (urine sekunder), dari tubulus
kontortus distal akan turun menuju saluran pengumpul (duktus kolektivus),
selanjutnya urine dibawa ke pelvis renalis. Dari pelvis renalis, urine mengalir melalui
ureter menuju vesika urinaria (kantong kemih) yang merupakan tempat penyimpanan
sementara bagi urine. Jika kantong kemih telah penuh terisi urin, dinding kantong
kemih akan tertekan sehingga timbul rasa ingin buang air kecil. Urin akan keluar
melalui uretra. Komposisi urine yang dikeluarkan meliputi air, garam, urea, dan sisa
[Date]
9
substansi lainnya seperti pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau
pada urine. Warna urine setiap orang berbeda dan biasanya dipengaruhi oleh jenis
makanan yang dikonsumsi, aktivitas yang dilakukan, ataupun penyakit. Warna
normal urine adalah bening hingga kuning pucat.
D. AUTOREGULASI GINJAL
Mekanisme autoregulasi intrinsik ginjal mencegah aliran darah ginjal dan GFR
akibat variasi fisiologis pada rentang tekanan darah arteri. Autoregulasi seperti ini
berlangsung pada rentang tekanan darah yang lebar (antara 80 mmHg dan 180 mmHg).
1. Jika rentang tekanan darah arteri (normalnya 100 mmHg) meningkat, arteriol aferen
berkontriksi untuk menurunkan aliran darah ginjal dan menguragi GFR. Jikar rerata
tekanan darah arteri menurun terjadi vasolidasi arteriol eferen untuk meningkatkan
GFR. Dengan demikian perubahan-perubahan mayor dapat dicegah.
2. Autoregulasi melibatkan mekanisme umpan balik dari reseptor-reseptor peregang
dalam dinding arteriol dan dari apparatus jukstaglomerular.
3. Di samping mekanisme autoregulasi ini peningkatan tekanan arteri dapat sedikit
meningkatkan GFR. Karena begitu banyak filtrate glomerular yang dihasilkan sehari,
perubahan yang terkecil pun dapat meningkatkan haluaran urine.
[Date]
10
Untunglah tiap nefron tidak dilengkapi satu tetapi mekanisme umpan balik yang
bersama-sama menyelenggarakan autolegulasi filtrasi glomerulus dalam deraajat yang
diperlukan. Kedua mekanisme ini adalah:
1. Mekanisme umpan balik vasodilator arteriol aferen
2. Mekanisme umpan balik vasokonstriktor arteriol eferen.
Kombinasi kedua mekanisme umpan balik ini dinamai umpan balik
tubuloglomerulus. Dan proses umpan balik mungkin timbul seluruhnya atau hampir
seluruhnya pada kompleks jukstaglomerulus yang mempunyai sifat-sifat berikut ini:
Kompleks jukstaglomerulus mengilustrasikan kompleks jukstaglomerulus, yang
memperlihatkan bahwa tubulus distalis melintasi sudut antara arterior aferen dan eferen,
benar-benar berbatasan dengan salah satu dari kedua arteriol ini. Lebih lanjut, sel-sel
epitel tubulus distalis yang berkontak dengan arteriol lebih padat dari pada sel-sel tubulus
lain dan secara bersama-sama dinamai makuladensa. Di dalam tubulus distalis makula
densa terletak kira-kira pertengahan di dalam segmen pengenceran tubulus distalis, pada
ujung atas bagian tebal cabang asendenansa Henle. Sel-sel otot polos kedua arteriol
aferen dan eferen membengkak dan mengandung granula gelap tempat ia berkontak
dengan makula densa. Sel-sel ini dinamai sel-sel jukstaglomerulus (sel-sel JG) dan
granula ini terutama mengandung renin yang tak aktif.
Mekanisme umpan balik vasodilator arteriol fisiologidan mekanisme penyakit
Aferen laju filtrasi glomerulus yang rendah memungkinkan reabsorpasi klorida yang
berlebihan di dalam tubulus sehingga menurunkan konsentrasi ion klorida pada mukula
densa. Sebaliknya penurunan ion-ion klorida ini memulai isyarat dari makula densa untuk
mendilatasi arteriol aferen. Letakkan kedua kenyataan ini bersama-sama, yang berikut ini
adalah mekanisme umpan balik vasodilator arteriol aferen untuk mengatur laju filtrasi
glomerulus :
1. Terlalu sedikitnya aliran filtrasi glomerulus kedalam tubulus menyebabkan penurunan
konsentrasi klorida pada makula densa.
2. Penurunan konsentrasi klorida menyeabkan dilatasi arteriol aferen.
3. Sebaliknya ini meningkatkan kecepatan pengaliran darah kedalam glomerulus dan
meningkatkan tekanan glomerulus.
[Date]
11
4. Peningkatan tekanan glomerulus meningkatkan laju filtrasi glomerulus kembali
kearah tingkat yang di perlukan.
Mekanisme umpan balik vasokonstriktor arteriol eferen. Ion-ion klorida yang terlalu
sedikit pada makula densa di anggap juga menyebabkan sel-sel jukstaglomerulus
melepaskan renin dan sebaliknya ini menyebabkan pembentukan angiontensi. Kemudian
angiontensi tertama mengkontriksikan arteriol eferen karena ia lebih sensitive terhadap
angiontensi II dari pada arteriol aferen.
Dengan kenyataan ini dalam pikiran, sekarang kita dapat mendeskripsikan
mekanisme vasokonstriktor arteriol eferen yang membantu mempertahankan laju filtrasi
glomerulus yang konstan :
1. Laju filtrasi glomerulus yang terlalu rendah menyebakan reabsopsi ion-ion klorida
yang berlebihan dalam filtrat, mengurangi konstrentasi klorida pada makula densa.
2. Kemudian konsentasi ion-ion klorida yang rendah menyebabkan sel-sel JG bebaskan
renin dan granula-granulanya.
3. Renin menyebabkan pembentukan angiontensi II.
4. Angiontensi II mengkonstriksikan arterioal eferen, yang menyebabkan menigkatnya
tekanan di dalam glomelurus.
5. Kemudian peningkatan tekanan meningkatkan laju filtrasi glomerulis kembali kearah
yang normal.
Jadi ini masih mgerupakan mekanisme umpan balik negatif lainnya yang membantu
mempertahankan laju filtrasi glomerulus yang saat konstan ia melakukan itu dengan
mengkonstriksikan arteriol eferen pada waktu yang sama sehingga mekanisme
vasodilator aferen yang dilukiskan diatas mendilatasi ateriol aferen. Bila kedua
mekanisme ini berfungsi bersama-sama maka laju filtrasi glomerulus hanya meningkat
beerapa persen walaupun tekanan arteri berubah antara batas 75 mm.Hgdan 160 mm.Hg.
Autoregulasi aliran darah ginjal. Bila tekanan arteri berubah hanya beberapa menit
pada suatu waktu, maka aliran darah ginjal dan laju filtasi glomerulus diautorigulasi pada
waktu yang sama. Ini dilukiskan pada gambar ia memperlihatkan aliran darah ginjal yang
relatif konstan antara batas 70 dan 160 mm.Hg tekanan arteri.
[Date]
12
Mekanise umpan balik vasodilator arteriol aferen yang dilukiskan di gambar yang
menyebabkan autoregulasi aliran darah ginjal ini. Ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
bila aliran darah ginjal menjadi terlalu sedikit, maka tekanan glomerulus turun dan laju
filtrasi glomerulus juga menjadi terlalu sedikit. Sebagai akibatnya, mekanisme umpan
balik menyebabkan arteriol aferen berdilatasi untuk menembalikan laju filtrasi
glomerulus kembali ke arah normal. pada waktu yang sama, dilatasi juga meningkatkan
aliran darah kembali kearah nomal walaupun tekanan arteri rendah.
E. SISTEM RENIN ANGIOTENSIN DI GINJAL
Renin adalah hormon lain yang diproduksi oleh ginjal. Fungsi utama hormon ini
adalah untuk mengatur aliran darah pada waktu terjadinya iskeemia ginjal (penurunan
suplai darah). Renin disintesis dan dilepaskan dari sel jukstaglomerulus, yang berada di
apparatus jukstaglomerulus ginjal. Peranan Sistem Renin – Angiotensin dan Mekanisme
Vasokonstriktor Eferen Dalam memelihara Air dan Garam Tetapi Membuang Urea
Selama Hipotensi Arteri
Mekanisme vasokonstriktor arteriol eferen tak hanya membantu memelihara
filtrasi glomerulus yang normal sewaktu tekanan arteri turun terlalu rendah tetapi juga
memberikan cara untuk mengatur ekskresi urea secara terpisah dari ekskresi air dan
garam. Pada hipotensi arteri, sangat penting melindungi sebanyak mungkin air dan
garam. Di pihak lain,sama pentingnya untuk meneruskan mengekskresi produk-produk
sisa tubuh, yang paling banyak adalah urea. Di bagian lebih awal dalam bab ini telah di
tunjukan bahwa kecepatan ekskresi urea hampir langsung sebanding dengan laju filtrasi
glomerulus. Sehingga sejauh mekanisme vasokonstriktor arteriol eferen dapat
mempertahankan filtrasi glomerulus yang tinggi, juga pada tekanan arteri yang rendah,
urea yang akan diekskresikan ke dalam urina hampir mendekati jumlah yang normal.
Sehingga hipotensi yang menurunkan tekanan arteri hingga serendah 65 sampai
70mm.Hg tak menyebabkan retensi urea yang bermakna.
Di pihak lain, karena angiotensi II di bentuk dalam ginjal dan juga di dalam darah
yang bersirkulasi selama hipotensi arteri, maka ini menyebabkan retensi air dan berbagai
ion-ion – natrium, klorida, kalium dan lain-lainnya secara nyata oleh ginjal. Jadi ini
memberikan suatu cara untuk memelihara air dan ion-ion walaupun kenyataanya bahwa
urea terus menerus diekskresikan.
[Date]
13
Mungkin angiontensin menyebabkan konservasi air dan ion dengan mekanisme
berikut. Ia meningkatkan tahanan arteriol, yang mengurangi aliran darah ginjal sehingga
juga mengurangi tekanan kapiler peritubulus. Sebaliknya ini meningkatkan kecepatan
reabsorpsi air dan elektrolit-elektrolit dari sistem tubulus.
F. MIKTURISI
Mikturisi merupakkan peristiwa pembuangan urin, keinginan untuk membuang air kecil
di sebabkan oleh penambahan tekanan oleh isi urine di dalam nya, kandung kencing di
kendalikan oleh syaraf pelvis, dan serabut saraf simpatis dari plexus giposgrastik.
Berikut adalah ciri- ciri urine yang normal:
1. Rata –rata di keluarkan oleh tubuh sekitar 1-2 liter perhari.
2. Warna nya bening orange pucat tanpa endapan.
3. Bau nya tajam.
4. Ph rata- rata 6 sedikit asam terhadap kertas lakmus.
5. Beraat jenis nya 1010 sampai 1025.
G. KOMPOSISI URIN:
1. Terdiri dari kira- kira 95 % air.
2. Zat- zat nitrogen dari hasil metabolisme protein
Asam urea, amoniak dan kreatinin, elektrolit (natrium, kalsium, NH3, bikarbonat,
sulfat, dan fosfat.
3. Pigmen ( bilirubin, urolubin)
4. Toksin
5. Hormone
H. FISIOLOGI URETER
Ureter adalah saluran untuk urine yang berasal dadi ginjal (melalui pelvis renalis) ke
vesika urinaria (buli-buli). Saluran ureter dibagi atas dua bagian, yaitu : pars abdominalis
(pada dinding dorsal abdomen ) dan pars pelvica (pada dinding pelvis).
[Date]
14
1. Secara anatomi , pars abdominalis panjangnya kurang lebih 25-35 cm. Terletak turun
ke bawah ventral dari tepi medial muskulus spoas mayor yang memisahkan dari
ujung prosesus transvesus vertebra lumbalis 2-5 dan merupakan lanjutan dari pelvis
renalis yang terletak dorsal dari vasa renalis. Ureter dextra berjalan dorsal dari pars
desenden duodeni, arteri spermatika interna, arteri kolika dextra, dan arteri iliokolika
serta berada di sebelah kanan vena kava inferior. Ureter sinistra berjalan dorsal dari
arteri spermatika interna, arteri kolika sinistera, dan kolon sigmoid.
2. Pars Pelvica
Setelah masuk ke dalam kavum pelvis, ureter berjalan ke kaudal pada dinding lateral
pelvis yang tertutup oleh peritoneum. Mula-mula terletak ventro – kaudal dari arteri
venous iliaka interna kemudian menyilang medial dari (korda) arteri umbinikalis dan
arterivananervus obturatoria. Pada tempt yang setinggi spina iskiadika ia membelok
ke arah ventro medial, kemudian mencapai bagian dorsal vesika urinaria kurang lebih
setinggi 4 cm kranial dari tuberkulum pubikum.
3. Fisiologi Vesica Urinaria
a. Mukosa
Mukosa merupakan jaringan ikat kedur sehingga dalam keadaan kosong mukosa
vesika urinaria membentuk lipatan-lipatan yang disebut sebagai Rugae vesikae.
Rugae ini menghilang bila vesika urinaria terisi penuh sehingga mukosanya
tampak licin.
b. Submukosa
Submukosa terdiri atas jaringan ikat kendur dengan serabut-serabut elastis kecuali
pada trigonum lieutodidi mana mukosanya melekat erat pada jaringan otot di
bawahnya.
c. Muskularis
Lapisan muskularis terdiri atas jaringan otot polos dengan jaringan ikat fibrous di
antaranya. Tebalnya tergantung dari vesika urinaria. Otot-otot ini semua
dinamakan muskuli detrussor. Pada trigonum lieutodi jaringan ototnya adalah
lanjutan dari stratum longitudinalis ureter, sedangkan tonus interureterikus
dibentuk di stratum sirkularis yang mengelilingi ureter. Muskularis vesika urinaria
tersusundari tiga lapisan. Lapisan paling luar berjalan longitudinal menebal pada
[Date]
15
daerah kollum melanjutkan diri ke prostat (pada pria) dan ke uretra plika
rektovesikalis, plika pubovesikalis (pada wanita). Lapisan tengah berjalan sirkular
dan paling tipis di antara dua lapisan sebelumnya.
4. Fisiologi Uretra
a. Uretra Pria
Uretra pada pria merupakan saluran fibromuskular untuk jalan urine dari vesika
urinaria keluar dan juga untuk jalan keluar sekret dari vesikula seminalis, glandula
prostata, dan glandula bulbo uretralis serta spermatozoa. Uretra pria lebih panjang
dari pada uretra wanita. Panjangnya kurang lebih 20 cm di mulai dari kallum
vesikae menembus kelenjar prostat difragma urogenital, kemudian melalui korpus
spongiosum penis berakhir di glans penis.
[Date]
16
2) Pars membranasea uretra
Pars membranasea uretrae dimuali dari apeks prostat sampai setinggi bulbus
penis. Bagian ini adalah bagian uretra waktu menembus diafragma U.G., dan
merupakan bagian yang pendek (panjang 2cm). Letak pars membranacea
uretrae 2 cm dorsal dari simfisis pubis. Pada bagisn ini terdapat muskulu
sfingter uretra eksternum. Kaudal dari difragma urogenitalis dinding posterior
uretra berhubungan dengan bulbus penis.
3) Pars kavernosa uretra
Letaknya didalam korpus spongiosum penis berjalan melalui bulbus korpus
dan glans penis (pars navikularis) lumen uretra melebar pada bulbus (fossa
intrabulbar) dan pada glandula (fossa navikularis). Pada dinding ventralnya
bermuara duktuli dari glandula bulbouretralis kaudal dari difragma
urogenitalis.
b. Uretra Wanita
Uretra wanita lebih pendek dari pada uretra pria, memiliki panjang 4 cm berjalan
ke ventrokaudal mulai dari ofisium uretrae internum (pada kolum vesicae) sampai
pada vesicae uretrae eksternum pada vestibulum vaginae (antara intoitus vaginae
dan klitoris).
[Date]
17
Bagian tengah erdiri atas jaringan otot plos yang bergaris yang berasal dari
muskulus pubovaginalis. Bagian distal tidak ada jaringan ototnya.
Aliran limfa. Aliran limfa uretra pada wanita mengikuti arteri pudendalis interna
ke nodus limfa iliaka interna dan eksterna.
I. PEMEKATAN URIN
Apabila permeabilitas terhadap air tinggi, maka sewaktu bergerak ke bawah
melalui interstisium yang pekat, air akan berdifusi keluar duktus pengumpul dan kembali
ke dalam kapiler peritubulus. Hasilnya adalah penurunan ekskresi air dan pemekatan
urin. Sebaliknya apabila permeabilizas terhadap air rendah, maka air tidak akan berdifusi
keluar duktus pengumpul melainkan akan diekskresikan melalui urin, urin akan encer.
Permeabilizas duktus pengumpul terhadap air ditentukan oleh kadar hormone hipofisis
Posterior, hormon antidiuretik (ADH), yang terdapat di dalam darah. Pelepasan ADH dari
hipofisis posterior meningkat sebagai respons terhadap penurunan tekanan darah atau
peningkatan osmolalitas ekstrasel (penurunan konsentrasi air). ADH bekerja pada tubulus
pengumpul untuk meningkatkan permeabilizas air. Apabila tekanan darah rendah, atau
osmolalitas plasma tinggi, maka pengeluaran ADH akan terangsang dan air akan
direasorbsi ke dalam kapiler peritubulus sehingga volume dan tekanan darah naik dan
osmolalitas ekstrasel berkurang. Sebaliknya, apabila tekanan darah terlalu tinggi atau
cairan ekstrasel terlalu encer, maka pengeluaran ADH akan dihambat dan akan lebih
banyak air yang diekskresikan melalui urin sehingga volume dan tekanan darah menurun
dan osmolalitas ekstrasel meningkat.
[Date]
18
a. Hormon antidiuretik ( ADH atau vasopressin )
Merupakan peptida yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior, hormon ini
menngkatkan reabsorbsi air pada duktus kolektifus.
b. Aldosteron
Merupakan hormon steroid yang diproduksi oleh korteks adrenal, hormon ini
meningkatkan reabsorbsi natrium pada duktus kolektivus.
c. Peptida Natriuretik ( NP )
Diproduksi oleh sel jantung dan meningatkan ekskresi natrium pada duktus
kolektivus.
d. Hormon paratiroid
Merupakan protein yang diproduksi oleh kelenjar paratiroid, hormon ini
meningkatkan ekskresi fosfat, reabsorbsi kalsium dan produksi vitamin D pada
ginjal.
2. Hormon yang dihasilkan Ginjal:
a. Renin
Merupakan protein yang dihasilkan oleh apparatus jukstaglomerular, hormon ini
menyebabkan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II berfungsi langsung
pada tubulus proximal dan bekerja melalui aldosteron ada tubulus distal. Hormon
ini juga merupakan vasokonstriktor kuat.
b. Vitamin D
Merupakan hormon steroid yang dimetabolisme di ginjal, berperan meningkatkan
absorbsi kalsium dan fosfat dari usus.
c. Eritropoeitein
Merupakan protein yang diproduksi di ginjal, hormon ini meningkatkan
pembentukan sel darah merah di sumsum tulang.
d. Prostaglandin
Diproduksi di ginjal, memiliki berbagai efek terutama pada tonus pembuluh darah
ginjal.
K. FUNGSI GINJAL
1. Mengatur volume cairan dalam tubuh
[Date]
19
Kelebihan cairan dalam tubuh dikeluarkan sebagai urine encer dalam jumlah besar.
Kekurangan air atau kelebihan keringat menyebabkan urine diekskresikan lebih pekat
sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan relative normal.
2. Mengatur Keseimbangan osmotic dan keseimbangan ion
Ini terjadi jika plasma terdapat pemasukan atau pengeluaran abnormal dari ion ion.
Akibat pemasukan garam atau penyakit ginjal akan meningkatkan eksresi ion ion
penting urine : Na, K, Cl, Ca dan Fosfat.
3. Mengatur keseimbangan Asam basa dalam tubuh
Hal ini terjadi karena banyak nya konsumsi makanan. Apabila banyak makan sayur
urine akan menjadi basa. Jika asam terjadi karena campuran makanan.
4. Ekskresi sisa sisa hasil metabolisme
Bahan bahan yang diekskresikan oleh ginjal antara lain zat toksik, obat, hasil
metabolisme hemoglobin dan bahan kimia.
5. Fungsi hormonal dan metabolism
Ginjal akan mengeksresikan hormone rennin yang berfungsi dalam mengatur tekanan
darah. Serta hormone dihidroksi kolekalsifenol atau vitamin D aktif untuk absorbs ion
kalsium dalam usus.
6. Pengatur tekanan darah
Memproduksi enzim rennin, angiotensin dan aldosteron berfungsi untuk mengatur
tekanan darah.
7. Pengeluaran zat beracun
Ginjal mengeluarkan polutan dan bahan kimia asing dari tubuh.
[Date]
20
M. PEREDARAN DARAH DAN PERSYARAFAN GINJAL
1. Peredaran Darah
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan
arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria
interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi
ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan
glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya
terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman
kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
2. Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi
untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal,saraf ini barjalan
bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.Anak ginjal (kelenjar
suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan sebuah kelenjar buntu yang
menghasilkan 2 (dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormon kortison.
[Date]
21
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Manusia memiliki sepasang ginjal yaitu ginjal kanan dan ginjal kiri. Posisi ginjal kanan
sedikit lebih rendah dari posisi ginjal kiri, bentuknya seperti kacang buncis berwarna coklat agak
kemerahan. Struktur internal ginjal terdiri dari Hilus (hilum), sinus, pelvis ginjal, dan parenkim
ginjal yang terdiri lagi dari medulla dan korteks, Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12
hingga L3. Ginjal juga tersusun atas nefron Nefron merupakan unit fungsional ginjal. Satu ginjal
mengandung 1-4 juta nefron yang merupakan unit pembentuk urine. Nefron tersusun atas
glomerulus, kapsul Bowman, tubulus kontortus proksimal, ansa Henle, tubulus distal, dan duktus
pengumpul. Di ginjal juga terjadi proses filtrasi, reabsorpsi dan sekresi.
Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga
darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubuh. Fungsi ginjal memegang peranan yang sangat penting. Zat-zat yang
tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih). Vesika
urinaria (kandung kemih) dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.
Autoregulasi ginjal merupakan suatu perubahan pada laju filtrasi glomerulus yang
disebabkan oleh perubahan tekanan arteri dan menimbulkan perubahan yang jelas dalam
pengeluaran urina dimana tekanannya dapat berubah dari sekecil 75 mn.Hg sampai setinggi
160mn.Hg. Ginjal juga memproduksi hormon lain yaitu Renin. Fungsi utama hormon ini adalah
untuk mengatur aliran darah pada waktu terjadinya iskeemia ginjal (penurunan suplai darah).
[Date]
22
DAFTAR PUSTAKA
Ethel Sloane. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Drs. Kus Irianto. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung.
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses & Praktik
Volume 2. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC.
Saiffuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta. Salemba Medika
Gibson John. 2003.Fisiologi dan Anatomi Modern untuk perawat. Jakarta. EGC
Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
[Date]
23