Anda di halaman 1dari 14

Fungsi dan Mekanisme Kerja Ginjal

Frista Nathalia Hasugian


Kelompok A 1
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
2013
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021)5694-2061, fax : (021) 563-1731

Pendahuluan
Kebanyakan orang telah mengenal salah satu fungsi ginjal yang penting untuk
membersihkan tubuh dari bahan-bahan sisa hasil pencernaan atau yang diproduksi oleh
metabolisme. Fungsi kedua meupakan fungsi yang sangat penting, yaitu untuk mengontrol
volume dan komposisi cairan tubuh. Untuk air dan semua elektrolit didalam tubuh,
keseimbangan antara asupan dan keluaransebagian besar dipertahankan oleh ginjal. Fungsi
pengaturan oleh ginjal ini memelihara kestabilan lingkungan sel yang diperlukan untuk
melakukan berbagai aktivitas. Ginjal merupakan fungsi yang paling penting dengan cara
menyaring plasma dan memisahkan zta dari filtrat dengan kecepatan yang bervariasi, bergantung
pada kebutuhan tubuh. Akhirnya, ginjal membuang zat-zat yang tidak diinginkan dari filtrate
dengan cara mengeksresikannya ke dalam urin, sementara zat-zat yang dibutuhkan dikembalikan
kedalam darah.
Tinjauan pustaka ini akan membahas lebih dalam lagi tentang ginjal, struktur
mikroskopis dan makroskopisnya, fungsi ginjal, dan mekanisme kerja ginjal.

Pembahasan
Anatomi Kasar Ginjal
1. Tampilan. Ginjal adalah organ berbentuk seperti kacang berwarna merah tua,
panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm (kurang lebih sebesar kepalan tangan).
Setiap ginjal memiliki berat antara 125 sampai 175 gram pada laki-laki dan 115 sampai
155 gram pada perempuan.
2. Lokasi
a. Ginjal terletak di area yang tinggi, yaitu pada dinding abdomen posterior yang
berdekatan dengan dua pasang iga terakhir. Organ ini merupakan organ
retroperitoneal dan terletak di antara otot-otot punggung dan peritoneum rongga
abdomen atas. Tiap-tiap ginjal memiliki sebuah kelenjar adrenal di atasnya.
b. Ginjal kanan terletak agak di bawah dibandingkan ginjal kiri karena ada hati pada
sisi kanan.
3. Jaringan ikat pembungkus. Setiap ginjal diselubungi tiga lapisan jaringan ikat.
a. Fasia renal adalah pembungkus terluar. Pembungkus ini melabuhkan ginjal pada
struktur di sekitarnya dan mempertahankan posisi organ.
b. Lemak perineal adalah jaringan adipose yang terbungkus fasia ginjal. Jaringan ini
membantali ginjal dan membantu organ tetap pada posisinya.
c. Kapsul fibrosa (ginjal) adalah membrane halus transparan yang langsung
membungkus ginjal dan dapat dengan mudah dilepas.1

Struktur Internal Ginjal


1. Hilus (hilum) adalah tingkat kecekungan tepi medial ginjal.
2. Sinus ginjal adalah rongga berisi lemak yang membuka pada hilus. Sinus ini membentuk
perlekatan untuk jalan masuk dan keluar ureter, vena dan arteri renalis, saraf dan limfatik.
3. Pelvis ginjal adalah perluasan ujung proksimal ureter. Ujung ini berlanjut menjadi dua
sampai tiga kaliks mayor, yaitu rongga yang mencapai glandular, bagian penghasil urine
pada ginjal. Setiap kaliks mayor bercabang menjadi beberapa (8 sampai 18) kaliks
minor.
4. Parenkim ginjal adalah jaringan ginjal yang menyelubungi struktur sinus ginjal.
Jaringan ini terbagi menjadi medulla dalam dan korteks luar.
a. Medulla terdiri dari massa-massa triangular yang disebut piramida ginjal. Ujung
yang sempit dari setiap piramida, papilla, masuk dengan pas dalam kaliks minor dan
ditembus mulut duktus pengumpul urine.
b. Korteks tersusun dari tubulus dan pembuluh darah nefron yang merupakan unit
structural dan fungsional ginjal. Korteks terletak di dalam di antara piramida-
piramida medulla yang bersebelahan untuk membentuk kolumna ginjal yang terdiri
dari tubulus-tubulus pengumpul yang mengalir ke dalam duktus pengumpul.
5. Ginjal terbagi-bagi lagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus terdiri dari satu piramida
ginjal, kolumna yang saling berdekatan, dan jaringan korteks yang melapisinya.1

Mikroskopis Ginjal
Bila permukaan irisan ginjal yang dibelah dua, diamati dengan mata telanjang, maka
dapat dibedakan bagian korteks yang coklat-kemerahan gelap, dan medulla yang berwarna lebih
muda. Yang terakhir ini dibentuk oleh 6 sampai 10 bangunan mirip kerucut, disebut pyramid
renal, masing-masing dengan dasarnya yang lebar mengarah korteks, dan apeksnya, disebut
papilla renis, terjulur ke dalam lumen kaliks minor. Batas lateral setiap pyramid dibatasi oleh
juluran ke dalam dari korteks yang lebih gelap, yaitu kolom renal. Satu pyramid renal dan kolom
renal yang membatasinya membentuk sebuah lobules renal. Setiap lobules berkembang, dalam
embrio, sehubungan dengan sebuah kalils minor tersendiri, dan lobules jelas ditandai oleh alur
pada permukaan ginjal fetal, namun mereka melebur total dalam perkembangannya dan tidak
dapat dibedakan lagi pada sinjal pasca-natal, yang memiliki permukaan licin. Pada ginjal
manusia yang multilobular, setiap lobul sesuai dengan satu ginjal unilobar dan rodentia
percobaan.
Parenkim ginjal disusun oleh myriad, yaitu tubulus uriniferus, yang merupakan unit
fungsionalnya. Sepanjang tubulus ini berturut-turut terdapat segmen-segmen yang dikhususkan
untuk peran berbeda dalam pembentukan urin. Segmen-segmen yang sesuai dari banyak tubulus
parallel ini berdampingan pada tingkat yang sama dari medulla renal, berakibat terlihatnya pita
atau zona transversal yang berbeda warna atau teksturnya. Jadi, medulla luar dapat dibedakan
dari medulla dalam, dan medulla luar ini dapat dibagi lagi dalam pita luar tipis yang pucat dan
pita dalam yang lebih tebal dan gelap. Garis-garis radial halus, pada setiap pyramid, disebabkan
berkonvergensinya bagian lurus dari tubuli uriniferi, pada papilla. Pada yang disebut area
cribrosa pada ujung papilla terdapat sekitar 25 pori, yang merupakan muara dari segmen terminal
tubuli uriniferi ke dalam kaliks minor. Dari dasar pyramid medulla, berkas-berkas segmen lurus
dari tubuli terjulur sebagian ke dalam korteks, membentuk garis-garis vertical pucat yang disebut
sebagai berkas medulla.2
Struktur Nefron
Satu ginjal mengandung 1 sampai 4 juta nefron yang merupakan unit pembentukan urine.
Setiap nefron memiliki satu komponen vascular (kapilar) dan satu komponen tubular.
1. Glomerulus adalah gulungan kapilar yang dikelilingi kapsul epitel berdinding ganda
disebut kapsul Bowman. Glomerulus dan kapsul Bowman bersama-sama membentuk
sebuah kopuskel ginjal.
a. Lapisan visceral kapsul Bowman adalah lapisan internal epithelium. Sel-sel lapisan
visceral dimodifikasi menjadi podosit (sel seperti kaki), yaitu sel-sel epitel khusus
di sekitar kapilar glomerular.
(1) Setiap sel podosit melekat pada permukaan luar kapilar glomerular melalui
beberapa prosecus primer panjang yang mengandung prosecus sekunder yang
disebut prosecus kaki atau pedikel (kaki kecil).
(2) Pedikel berinterdigitasi (saling mengunci) dengan prosecus yang sama dari
podosit tetangga. Ruang sempit antar pedikel-pedikel yang berinterdigitasi disebut
filtration slits (pori-pori dari celah) yang lebarnya sekitar 25 nm. Setiap pori
dilapisi selapis membrane tipis yang memungkinkan aliran beberapa molekul dan
menahan aliran molekul lainnya.
(3) Barier filtrasi glomerular adalah barier jaringan yang memisahkan darah dalam
kapilar glomerular dari ruang dalam kapsul Bowman. Barier ini terdiri dari
endothelium kapilar, membrane dasar (lamina basalis) kapilar, dan filtration
slit.
b. Lapisan parietal kapsul bowman membentuk tepi terluar korpuskel ginjal.
(1) Pada kutub vascular korpuskel ginjal, arteriola aferen masuk ke glomerulus dan
aerteriol eferen keluar dari glomerulus.
(2) Pada kutub urinarius korpuskel ginjal, glomerulus memfiltrasi aliran yang
masuk ke tubulus kontortus proksimal.
2. Tubulus kontortus proksimal, panjangnya mencapai 15 mm dan sangat berliku. Pada
permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel epithelial kuboid yang
kaya akam mikrovilus (brush border) dan memperluas area permukaan lumen.
3. Ansa henle. Tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai desenden ansa henle
yang masuk ke dalam medulla, membentuk lingkungan jepit yang tajam (lekukan), dan
membalik ke atas membentuk tungkai asenden ansa henle.
a. Nefron korteks terletak di bagian terluar korteks. Nefron ini memiliki lekukan pendek
yang memanjang ke sepertiga bagian atas medulla.
b. Nefron jukstamedular terletak di dekat medulla. Nefron ini memiliki lekukan panjang
yang menjulur ke dalam piramida medulla.
4. Tubulus kontortus distal juga sangat berliku, panjangnya sekitar 5 mm dan membentuk
segmen terakhir nefron.
a. Di sepanjang jalurnya, tubulus ini bersentuhan dengan dinding arteriol aferen. Bagian
tubulus yang bersentuhan dengan arteriol mengandung sel-sel termodifikasi yang
disebut macula densa. Macula densa berfungsi sebagai suatu kemoreseptor dan
distimulasi oleh penurunan ion natrium.
b. Dinding arteriol aferen yang bersebelahan dengan macula densa mengandung sel-sel
otot polos termodifikasi yang disebut sel jukstaglomerular yang penting dalam
pengaturan tekanan darah.
c. Macula densa, sel jukstaglomerular, dan sel mesangium saling bekerja sama untuk
membentuk apparatus jukstaglomerular yang penting dalam pengaturan tekanan
darah.
5. Tubulus dan duktus pengumpul. Karena setiap tubulus pengumpul berdesenden di
korteks, maka tubulus tersebut akan mengalir ke sejumlah tubulus kontortus distal.
Tubulus pengumpul membentuk duktus pengumpul besar yang lurus. Duktus
pengumpul membentuk tuba yang lebih besar yang mengalirkan urine ke dalam kaliks
minor. Kaliks minor bermuara ke dalam pelvis ginjal melalui kaliks mayor. Dari pelvis
ginjal, urine dialirkan ke ureter yang mengarah ke kandung kemih.1

Mikroskopis Nefron
Kini dibedakan empat subdivisi utama pada tubulus uriniferus: tubulus proksimal,
tubulus intermediat, tubulus distal, dan system koligen. Masing-masing dibagi lagi dalam dua
atau lebih segmen. Pada ujung proksimal setiap nefron terdapat pelebaran berdinding tipis yang
melekuk ke dalam membentuk struktur berongga berbentuk mangkok yang disebut kapsula
Bowman. Bagian cekung ujung buntu nefron ini diisi oleh berkas-berkas globular kapiler yang
sangat berkelok, glomerulus. Massa kapiler serta kapsula epithelial berbentuk piala yang
mengelilinginya bersama-sama membentuk korpuskel renal.2

Korpuskel Renal
Simpai Bowman di sekitar glomerulus adalah mangkok berdinding ganda terdiri atas sel-
sel epitel gepeng. Dalam perkembangan korpuskel renal, glomerulus didesak masuk dan
menempati lekukan dalam pelebaran terminal buntu dari tubulus seminiferus. Karena terdapat
lapis visceral dari epitel (epitel glomerulus) merapat pada kapiler dan lapis parietal (epitel
kapsula), keduanya dipisahkan oleh rongga sempit, yaitu runag kapsular (ruang Bowman). Pada
kutub vascular dari korpuskel renal, lapis visceral melipat balik dari pembuluh aferen dan eferen
dan menjadi lapis parietal. Pada kutub urinaria, epitel gepeng dari lapis parietal menyatu dengan
epitel pelapis kuboid dari leher tubulus kontortus proksimal.2

Tubulus Proksimal
Epitel dari tubulus proksimal memiliki brush border mencolok. Pada sediaan histologik,
lumen segmen ini sering tampak tertutup oleh brush border selnya. Dulu diduga bahwa inilah
kondisi normalnya dan filtrate glomeruli harus menyusup di antara celah-celah antar mikrovili
brush border ini. Penutupan lumen ini kini8 diketahui merupakan artefak fiksasi. Jika ginjal
difikisasi melalui perfusi dan penurunan tekanan intravascular dicegah, maka semua tubuli
proksimal memiliki lumen terbuka. Sel-sel memiliki satu inti bulat di dalam sitoplasma
eosinofilik. Kompleks golgi membentuk mahkota sekitar kutub atas inti, dan banyak mitokondria
panjang, dalam belahan basal sel, cenderung terorientasi parallel terhadap sumbu sel. Orientasi
mitokondria ini berakibat tampilan bergaris vertikat dari sitoplasma basal pada sediaan
histologik.2

Kompleks Jukstaglomerular
Pada sisi tubulus paling dekat pada arteriol aferen, sel-sel epitelnya langsing dan lebih
padat daripada di tempat lain. Bagian dinding tubulus ini menarik perhatian karena inti-intinya
berhimpitan dan terpulas gelap, dan karenanya disebut macula densa. Tunika media arteriol
aferen dekat macula densa mengandung sel-sel jukstaglomerular, yaitu sel-sel otot polos yang
telah dimodifikasi, dengan inti bulat dan sitoplasma berisikan granul-granul sekresi. Ruang
berbentuk segitiga antara glomerulus dan arteriol aferen dan eferen diisi oleh sel-sel berbentuk
tidak teratur dengan inti pucat yang disebut sel mesengial ekstraglomerular (sel Lacis atau sel
Goormaghtigh). Macula densa, sel-sel jukstaglomerular, dan sel mesengial ekstraglomerular
bersama-sama membentuk kompleks jukstaglomerular.2

Suplai Darah
1. Arteri renalis adalah percabangan aorta abdomen yang mensuplai masing-masing ginjal
dan masuk ke hilus melalui cabang anterior dan posterior.
2. Cabang anterior dan posterior arteri renalis membentuk arteri-arteri interlobaris yang
mengalir di antara piramida-piramida ginjal.
3. Arteri arkuata berasal dari arteri interlobaris pada area pertemuan antara korteks dan
medulla.
4. Arteri interlobularis merupakan percabangan arteri arkuata di sudut kanan dan melewati
korteks.
5. Arteriol aferen berasal dari arteri interlobularis. Satu arteriol aferen membentuk sekitar
50 kapilar yang membentuk glomerulus.
6. Arteriol eferen meninggalkan setiap glomerulus dan membentuk jaring-jaring kapilar
lain, kapilar peritubular yang mengelilingi tubulus proksimal dan distal untuk memberi
nutrient pada tubulus tersebut dan mengeluarkan zat-zat yang direabsorbsi.
a. Arteriol eferen dari glomerulus nefron korteks memasuki jaring-jaring kapilar
peritubular yang mengelilingi tubulus kontortus distal dan proksimal pada nefron
tersebut.
b. Arteriol eferen dari glomerulus pada nefron jukstaglomerular memiliki perpanjangan
pembuluh kapilar panjang yang lurus disebut vasa recta yang berdesenden ke dalam
piramida medulla. Lekukan vasa recta membentuk lekungan jepit yang melewati ansa
henle. Lekungan ini memungkinkan terjadinya pertukaran zat antara ansa henle dan
kapilar serta memegang peranan dalam konsentrasi urine.
7. Kapilar peritubular mengalir ke dalam vena korteks yang kemudian menyatu dan
membentuk vena interlobularis.
8. Vena arkuata menerima darah dari vena interlobularis. Vena arkuata bermuara ke dalam
vena interlobaris yang bergabung untuk bermuara ke dalam vena renalis. Vena ini
meninggalkan ginjal untuk bersatu dengan vena cava inferior.1

Fungsi Ginjal
1. Pengeluaran zat sisa organic. Ginjal mensekresi urea, asam urat, kreatinin, dan produk
penguraian hemoglobin dan hormone.
2. Pengaturan konsentrasi ion-ion penting. Ginjal mengekskresi ion natrium, kalium,
kalsium, magnesium, sulfat, dan fosfat. Ekskresi ion-ion ini seimbang dengan asupan dan
ekskresinya melalui rute lain, seperti pada saluran gastrointestinal atau kulit.
3. Pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh. Ginjal mengendalikan ekskresi ion
hydrogen (H+), bikarbonat (HCO3-), dan ammonium (NH4+) serta memproduksi urine
asam atau basa, bergantung pada kebutuhan tubuh.
4. Pengaturan produksi sel darah merah. Ginjal melepas eritropoetin, yang mengatur
produksi sel darah merah dalam sumsum tulang.
5. Pengaturan tekanan darah. Ginjal mengatur volume cairan yang esensial bagi
pengaturan tekanan darah, dan juga memproduksi enzim rennin. Rennin adalah
komponen penting dalam mekanisme rennin-angiotensin-aldosteron, yang meningkatkan
tekanan darah dan retensi air.
6. Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino darah.
Ginjal, melalui ekskresi glukosa dan asam amino berlebih, bertanggung jawab atas
konsentrasi nutrient dalam darah.
7. Pengeluaran zat beracun. Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan, obat-
obatan, atau zat kimia asing lain dari tubuh.3

Filtrasi Glomerulus
Filtrat glomerulus terbentuk sewaktu sebagian plasma yang mengalir melalui tiap-tiap
glomerulus terdorong secara pasif oleh tekanan menembus membrane glomerulus untuk masuk
ke dalam lumen kapsul Bowman di bawahnya. Tekanan filtrasi netto yang memicu filtrasi
ditimbulkan oleh ketidakseimbangan dalam gaya-gaya fisik yang bekerja pada membrane
glomerulus. Tekanan darah kapiler glomerulus yang tinggi dan mendorong filtrasi mengalahkan
kombinasi dan tekanan osmotic koloid plasma dan tekanan hidrostatik kapsul Bowman yang
bekerja berlawanan.
Biasanya, 20% sampai 25% curah jantung disalurkan ke ginjal untuk mengalami proses
regulatorik dan ekskretorik ginjal. Dari plasma yang mengalir melalui ginjal, dalam keadaan
normal 20% difiltrasi melalui glomerulus, menghasilkan laju filtrasi glomerulus (GFR) 125
ml/menit. Komposisi filtrate tersebut identik dengan plasma, kecuali protein plasma yang
tertahan oleh membrane glomerulus.
GFR dapat secara sengaja diubah dengan mengubah tekanan darah kapiler glomerulus
sebagai hasil dari pengaruh simpatis pada erteriol aferen. Vasokonstriksi arteriol aferen
menurunkan aliran darah ke glomerulus, sehingga tekanan darah glomerulus menurun dan GFR
juga menurun. Sebaliknya, vasodilatasi aretriol aferen meningkatkan aliran darah glomerulus dan
GFR. Control simpatis atas GFR merupakan bagian dari respons reflex baroreseptor untuk
mengkompensasi perubahan tekanan darah arteri. Jika GFR berubah, jumlah cairan yang keluar
melalui urin juga berubah, sehingga volume plasma dapat diatur sesuai kebutuhan untuk
membantu memulihkan tekanan darah ke normal dalam jangka-panjang.4

Reabsorpsi Tubulus
Setelah plasma bebas-protein difiltrasi melalui glomerulus, setiap zat ditangani secara
tersendiri oleh tubulus, sehingga walaupun konsentrasi semua konstituen dalam filtrate
glomerulus awal identik dengan konsentrasinya dalam plasma (dengan kekecualian protein
plasma), konsentrasi berbagai konstituen mengalami perubahan-perubahan saat cairan filtrasi
mengalir melalui system tubulus. Kapasitas reabsorptif system tubulus sangat besar. Lebih dari
99% plasma yang difiltrasi dikembalikan ke darah melalui reabsorpsi. Zat-zat utama yang secara
aktif direabsorpsi adalah Na+ (kation utama CES), sebagian besar elektrolit lain, dan nutrient
organic, misalnya glukosa dan asam amino. Zat terpenting yang direabsorpsi secara pasif adalah
Cl-, H2O, dan urea.
Hal utama yang berkaitan dengan sebagian besar proses reabsorpsi adalah reabsorpsi
aktif Na+. Suatu pembawa Na+-K+ ATPase bergantung-energi yang terletak di membrane
basolateral setiap sel tubulus proksimal mengangkut Na+ ke luar dari sel ke dalam ruang lateral
dia antara sel-sel yang berdekatan. Perpindahan Na+ ini memicu reabsorpsi netto Na+ dari lumen
tubulus ke plasma kapiler peritubulus, yang sebagian besar terjadi di tubulus proksimal. Energy
yang digunakan untuk memasok pembawa Na+-K+ ATPase akhirnya bertanggung jawab untuk
mereabsorpsi Na+, glukosa, asam amino, Cl-, H2O, dan urea dari tubulus proksimal. Pembawa
kotransportasi spesifik yang terletak di batas luminal sel tubulus proksimal terdorong oleh
gradient konsentrasi Na+ untuk secara selektif mengangkut glukosa atau asam amino dari cairan
luminal ke dalam sel tubulus. Dari sel tubulus, zat-zat tersebut akhirnya masuk ke plasma.
Klorida direabsorpsi secara pasif mengikuti penurunan gradient listrik yang diciptakan oleh
reabsorpsi aktif Na+. Air secara pasif direabsorpsi akibat gradient osmotic yang diciptakan oleh
reabsorpsi aktif Na+. enam puluh lima persen H2O yang difiltrasi akan direabsorpsi dari tubulus
proksimal melalui cara ini. Reabsorpsi ekstenif H2O meningkatkan konsentrasi zat-zat lain yang
tertinggal di dalam cairan tubulus, yang sebagian besar adalah zat-zat sisa. Molekul urea yang
kecil merupakan satu-satunya zat sisa yang dapat secara pasif menembus membrane tubulus.
Dengan demikian, urea adalah satu-satunya zat sisa yang direabsorpsi secara parsial akibat efek
pemekatan ini; sekitar 50% urea yang difiltrasi akan direabsorpsi. Zat-zat sisa lain, yang tidak
dapat direabsorbsi, akan tetap berada di urin dalam konsentrasi yang tinggi.
Di awal nefron, reabsorpsi Na+ terjadi secara konstan dan tidak dikontrol, tetapi di
tubulus distal dan pengumpul, reabsorpsi sebagian kecil Na+ yang difiltrasi berubah-ubah dan
dapat di control. Tingkat reabsorpsi Na+ yang dapat dikontrol ini terutama bergantung pada
system rennin-angiotensin-aldosteron yang kompleks. Karena Na+ dan anion penyertanya Cl-,
merupakan ion-ion yang paling aktif secara osmotis di CES, volume CES ditentukan oleh beban
Na+ dalam tubuh. Pada gilirannya, volume plasma, yang mencerminkan volume CES total,
penting untuk penentuan jangka-panjang tekanan darah. Apabila beban Na+/volume CES/volume
plasma/tekanan darah arteri di bawah normal, ginjal mensekresikan rennin, suatu hormone
enzimatik yang memicu serangkaian proses yang berakhir pada peningkatan sekresi aldosteron
dari korteks adrenal. Aldosteron meningkatkan reabsorpsi Na+ dari bagian distal tubulus,
sehingga memperbaiki beban Na+/volume CES/tekanan darah yang semula menurun.
Elektrolit-elektrolit lain yang secara aktif direabsorpsi oleh tubulus, misalnya PO4- dan
Ca++, memiliki system pembawa masing-masing yang independen. Karena pembawa-pembawa
tersebut, seperti pembawa kotransportasi nutrient organic, dapat mengalami kejenuhan, mereka
memperlihatkan kapasitas transportasi maksimum, atau Tm. Apabila filtrasi suatu zat yang
direabsorpsi secara aktif melebihi Tm, reabsorpsi akan berlangsung pada kecepatan maksimum
yang konstan, dengan jumlah zat tambahan yang difiltrasi dieksresikan dalam urin.
Penanganan glukosa oleh ginjal sebagai fungsi dari konsentrasi glukosa plasma.
Pada GFR yang konstan, jumlah glukosa yang difiltrasi per menit berbanding lurus dengan
konsentrasi glukosa di dalam plasma. Semua glukosa yang difiltrasi dapat direabsorpsi sampai
mencapai maksimum tubulus (Tm), jumlah maksimum glukosa yang dapat dipindahkan secara
aktif oleh sel-sel tubulus per menit. Ekskresi glukosa dalam urin belum terjadi sampai jumlah
glukosa yang difiltrasi/menit melebihi Tm. Pada titik tersebut, jumlah glukosa yang direabsorpsi
menjadi maksimum (senilai dengan Tm), sedangkan sisanya tertinggal di filtrate untuk
diekskresikan dalam urin. Ambang ginjal adalah konsentrasi plasma pada saat Tm tercapai dan
glukosa mulai muncul di urin.4
Mekanisme Otoregulasi. Karena tekanan darah arteri adalah gaya yang mendorong
darah ke dalam glomerulus, maka tekanan darah kapiler glomerulus dan dengan demikian GFR
(Glomerulus Filtrate Rate) akan meningkat setara dengan peningkatan tekanan arteri jika hal-hal
lain konstan. Demikian juga penurunan tekanan darah arteri akan disertai dengan penurunan
GFR. Peruahan GFR secara spontan ini sebagian besar dicegah oleh mekanisme pengaturan
intrinsik yang dicetuskan oleh ginjal itu sendiri, suatu proses yang dinamakan mekanisme
otoregulasi.5

Sekresi Tubulus
Sekresi tubulus melibatkan transpotasi transepitel seperti yang dilakukan reabsorpsi
tubulus, tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah. Seperti reabsorpsi, sekresi tubulus dapat
aktif atau pasif. Bahan yang paling penting yang disekresikan oleh tubulus adalah ion hydrogen
(H+), ion kalium (K+), serta anion dan kation organic, yang banyak diantaranya adalah senyawa-
senyawa yang asing bagi tubuh.
Sekresi ion hydrogen. Sekresi H+ ginjal sangatlah penting dalam pengaturan
keseimbangan asam-basa tubuh. Ion hydrogen dapat ditambahkan ke cairan filtrasi melalui
proses sekresi di tubulus proksimal, distal, dan pengumpul. Tingkat sekresi H+ bergantung pada
keasaman cairan tubuh. Sebaliknya, sekresi H+ berkurang apabila konsentrasi H+ di dalam cairan
tubuh terlalu rendah.
Sekresi ion kalium. Sekresi ion kalium adalah contoh zat yang secara selektif berpindah
dengan arah berlawanan di berbagai bagian tubulus; zat ini secara aktif direabsorpsi di tubulus
proksimal dan secara aktif disekresi di tubulus distal dan pengumpul. Reabsorpsi ion kalium di
awal tubulus bersifat konstan dan tidak diatur, sedangkan sekresi K+ di bagian akhir tubulus
bervariasi dan berada di bawah control. Dalam keadaan normal, jumlah K+ yang diekskresikan
dalam urin adalah 10% sampai 15% dari jumlahnya yang difiltrasi. Namun, K+ yang difiltrasi
hamper seluruhnya dereabsorpsi, sehingga sebagian besar K+ yang muncul di urin berasal dari
sekresi K+ yang dikontrol dan bukan dari filtrasi.
Sekresi anion dan kation organic. Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa
sekretorik yang terpisah, satu untuk sekresi anion organic dan suatu system terpisah untuk
sekresi kation organic. System-sistem ini memiliki beberapa fungsi penting.
Pertama, dengan menambahkan lebih banyak ion organic tertentu ke cairan tubulus yang
sudah mengandung bahan yang bersangkutan melalui proses filtrasi, jalur sekretorik organic ini
mempermudah ekskresi bahan-bahan tersebut.
Kedua, pada beberapa keadaan yang penting, ion organic secara ekstensif tetapi tidak
ireversibel terikat ke protein plasma.
Ketiga, paling penting adalah kemampuan system sekresi ion organic mengeliminasi
banyak senyawa asing dari tubuh.
Kecepatan ekskresi senyawa organic asing tidak berada di bawah control. Walaupun
system sekretorik ion organicyang secara relative nonselektif ini meningkatkan pengeluaran
bahan-bahan tersebut dari tubuh, mekanisme ini tidak berada di bawah control fisiologis.
Banyak obat, misalnya penisilin, dieliminasi dari tubuh melalui system sekretorik ion-
organik di tubulus proksimal. Agar konsentrasi obat ini dalam plasma tetap berada pada tingkat
yang efektif, dosis obat harus diulang secara teratur dan sering untuk mengimbangi kecepatan
pengeluaran obat ini dalam urin.4

Faktor Pembentukan Urin


a. Jumlah air yang diminum
Semakin banyak air yang diminum, sekresi ADH akan terhambat. Hal ini menyebabkan
permeabilitas tubulus kontortus menurun dan reabsorpsi terhambat sehingga jumlah urin
meningkat.
b. Hormon antidiuretik (ADH)
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian belakang. Jika darah sedikit
mengandung air, maka ADH akan banyak disekresikan ke dalam ginjal, akibatnya penyerapan
air meningkat sehingga urin yang terjadi pekat dan jumlahnya sedikit. Sebaliknya, apabila darah
banyak mengandung air, maka ADH yang disekresikan ke dalam ginjal berkurang, akibatnya
penyerapan air berkurang pula, sehingga urin yang terjadi akan encer dan jumlahnya banyak.
c. Saraf
Stimulus pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus aferen. Hal ini
menyebabkan aliran darah keglomerulus menurun dan tekanan darah menurun sehingga filtrasi
kurang efektif. Hasilnya urin yang diproduksi meningkat.
d. Zat-zat diuretik
Misalnya teh, kopi, atau alkohol dapat menghambat reabsorpsi ion Na+. Akibatnya ADH
berkurang sehinggar reabsorpsi air terhambat dan volume urin meningkat.
e. Hormon insulin
Hormon insulin adalah hormon yang dikeluarkan oleh pulau Langerhans. Hormone
insulin berfungsi mengatur gula dalam darah. Penderita kencing manis (diabetes mellitus)
memiliki konsentrasi hormone insulin yang rendah, sehingga kadar gula dalam darah akan tinggi.
Akibatnya dari keadaan ini terjadi gangguan reabsorbpsi didalam tubulus distal, sehingga dalam
urin masih terdapat glukosa.
f. Suhu Lingkungan
Ketika suhu sekitar dingin, maka tubuh akan berusaha untuk menjaga suhunya dengan
mengurangi jumlah darah yang mengalir ke kulit sehingga darah akan lebih banyak yang menuju
organ tubuh, di antaranya ginjal. Apabila darah yang menuju ginjal jumlahnya samakin banyak,
maka pengeluaran air kencing pun banyak.
g. Gejolak emosi dan stress
Jika seseorang mengalami stress, biasanya tekanan darahnya akan meningkat sehingga
banyak darah yang menuju ginjal. Selain itu, pada saat orang berada dalam kondisi emosi, maka
kandung kemih akan berkontraksi. Dengan demikian, maka timbullah hasrat ingin buang air
kecil.
Kesimpulan
Ginjal adalah organ vital yang berperan sangat penting dalam mempertahankan
kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit, dan
asam-basa dengan cara filtrasi, reabsorpsi, serta sekresi. Ginjal juga mengeluarkan produk sisa
metabolisme dan zat kimia asing. Akhirnya, selain fungsi regulasi dan ekskresi, ginjal juga
mensekresi rennin, bentuk aktif vitamin D3 serta eritropoetin yang penting dalam sintesis
eritrosit.

Daftar Pustaka

1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2003 (h)318-21.
2. Bloom, Fawcett DW. Buku ajar histologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2002 (h)650-2, 656, 664-5, 677.
3. Ganong W F. Fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2002. (h) 205
4. Sherwood L. Fisiologi manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001
(h)463, 481, 484-5, 502-3.
5. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2007 (h)307.
6. Diunduh dari :http://biologiituseru.com/2012/01/proses-pembentukan-urin.html tanggal
15 September 2013

Anda mungkin juga menyukai