Anda di halaman 1dari 90

Yuni Hendrati Sulfia

115070100111099

1
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

2
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

3
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

4
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

5
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

6
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

MULUT KANDIDIASIS MULUT (4A)

7
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

8
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

ULKUS MULUT (4A)

9
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

GLOSITIS (3A)

10
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

ANGINA LUDWIG (3A)

11
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

PAROTITIS (4A)

12
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

KARIES GIGI (3A)

13
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

ESOVAGITIS REFLUKS (3A)

14
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

LESI KOROSIF PADA ESOFAGUS (3B)

15
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

Dispepsia Fungsional
Dalam konsensus Roma III (tahun 2006) yatg khusus membicarakan tentang kelainan
gastrointestinal fungsional, dispepsia fungsional didefinisikan sebagai
1. Adanya satu atau lebih keluhan rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, nyeri ulu
hatilepigaskik, rasa terbakar di epi gastrium.
2. Tidak ada bukti kelainan struktural (termasuk didalamnya pemeriksaan endoskopi
saluran cerna bagian atas) yang dapat menerangkan penyebab
keluhan tersebut.
3. Keluhan ini te{adi selama 3 bulan dalam wakhr 6 bulan terakhir sebelum diagnosis
ditegakkan.

16
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

Tx:

17
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

18
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

PENDARAHAN GASTROINTESTINAL (3B)

Perdarahan saluran cerna bagian atas

19
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

20
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah

21
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

22
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

Tx
1. Resusitasi
2. Medika mentosa
Hemoroid firsura ani dan ulkus rektum soliter dapat diobati dengan bulk-forming agent, sitz
baths, danmenghindari mengedan. Salep yang mengandung steroid dan obat supositoria
sering digunakan namun manfaatnya masih dipertanyakan.
Kombinasi estrogen dan progesteron dapat mengurangi perdarahan yang timbul pada
pasien yang menderita angiodisplasia. IBD biasanya memberi respons terhadap obat-obatan
anti inflamasi. Pemberian formalin intrarektal dapat memperbaiki perdarahan yang timbul
pada proktitis radiasi. Respon serupajuga terjadi pada pemberian oksigen hiperbarik.
3. Terapi endoskopi.
Colonoscopic bipolar cautery, monopolar cautery, heater probe application, argon
Kolonoskopijuga dapat digunakan untuk melakukan ablasi dan reseksi polip yang berdarah
atau mengendalikan perdarahan yang timbul pada kanker kolon. Sigmoidoskopi dapat
mengatasi perdarahan hemoroid internal dengan ligasi maupun teknik termal.
4. Angiografi terapeutik
5. Terapi Bedah
23
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

24
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

HERNIA (3B)

25
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

PERITONITIS (3B)

26
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

INFEKSI PADA UMBILIKUS (4A)

27
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

GASTRITIS (4A)
Secara sederhana definisi gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung.
Gastritis merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik, karena diagnosisnya
sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan histopatologi.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksan endoskopi dan histopatologi. Sebaiknya biopsi
dilakukan dengan sistematis sesuai dengan update Sydney System yang mengharuskan
mencantumkan topografi . Gambaran endoskopi yang dapat dijumpai adalah eritema, eksudatif, flaterosion, raised erosion, perdarahan, edematous rugae.
H. Pylori
Tx

Gastropati OAINS

Tx

28
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099
TUKAK LAMBUNG
Tukak gaster jinak adalah suatu gambaran bulat atau semi bulat/oval, ukuran > 5 mm kedalaman sub
mukosal pada mukosa lambung akibat terputusnya kontinuitas/ integritas mukosa lambung. Tukak
gaster merupakan luka terbuka dengan pinggir edema disertai indurasi dengan dasar tukak ditutup
debris.

29
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

30
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

TUKAK DUODENUM

31
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

32
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

GASTROENTERITIS (KOLERA GIARDIASIS) (4A)

33
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

REFLUKS GASTROESOFAGUS (4A)


Penyakit refl uks gastroesofag eal (gastroseofagial reflux diseasel GERD) adalah suatu keadaan
patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam esofagus, dengan berbagai gejala yang
timbul akibat keterlibatan esofagus, fartng, laring dan saluran nafas. Telah diketahui bahwa refluks
kandungan lambung ke esofagus dapat menimbulkan berbagai gejala di esofagus maupun ekstraesofagus, dapat menyebabkan komplikasi yang berat seperti striktur, Barrett b esophagus bahkan
adenokarsinoma di kardia dan esofagus.
Refluks gastroesofageal pada pasien GERD terjadi melalui 3 mekanisme:
1. Refluks spontan pada saat relaksasi ZESyang tidak adekuat
2. aliran retrograd yang mendahului kembalinya tonus LES setelah menelan
3. meningkatnya tekanan intra abdomen

Tx:
1. Medikamentosa

34
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

Metoklopramid: Dosis: 3x10mg


Domperidon: Dosis: 3 x l0-20 mg sehari
35
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099
Cisapride: Dosis 3 x l0 mg sehari
Sukralfat (Aluminium hidroksida + sukrosa oktasulfat) dosis 4xl gram
Antasida : 4x1 sendok makan

36
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

37
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

APENDISITIS AKUT (3B)

38
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

39
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

ABSES APENDIKS (3B)

40
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

DEMAM TIFOID (4A)

TYPHOID FEVER (4A)


SUBJECTIVE
A severe nonspecific febrile illness in a patient who has been exposed to typhoidal salmonella,

41
y.h.s.

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

Objective (S)
PE : Lemah, Demam, Malaise, TTV (demam), Pemeriksaan Put it all together.
Pemeriksaan Penunjang :
1. Cultur

2.
3.

Nested PCR (using two primers with different sequences within the H1-d flagellin gene of S typhi)
Specific serologic tests
measure agglutinating antibodies against O (Somatic Antigen) (1 : 160) and H (Flagella Antigen) (1
: 320) antigens of S typhi (WIDAL : fourfold increase in the titer)
Indirect hemagglutination, indirect fluorescent Vi (envelope) antibody, and indirect enzymelinked immunosorbent assay (ELISA) for immunoglobulin M (IgM 3 days can be measured) and
IgG antibodies to S typhi polysaccharide,
4. Other nonspecific laboratory studies
Most patients with typhoid fever are moderately anemic, have an elevated erythrocyte sedimentation
rate (ESR), thrombocytopenia, and relative lymphopenia.
Most also have a slightly elevated prothrombin time (PT) and activated partial thromboplastin time
(aPTT) and decreased fibrinogen levels.
Circulating fibrin degradation products commonly rise to levels seen in subclinical disseminated
intravascular coagulation (DIC).
Liver transaminase and serum bilirubin values usually rise to twice the reference range.
Mild hyponatremia and hypokalemia are common.
A serum alanine amino transferase (ALT)tolactate dehydrogenase (LDH) ratio of more than 9:1
appears to be helpful in distinguishing typhoid from viral hepatitis. A ratio of greater than 9:1
1
supports a diagnosis of acute viral hepatitis, while ratio of less than 9:1 supports typhoid hepatitis.
Assesment (A)

42
y.h.s.

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

1.

Typhoid Fever
DDx
Abdominal Abscess
Amebic Hepatic Abscesses
Appendicitis
Brucellosis
Dengue
Influenza
Leishmaniasis
Malaria
1
Rickettsial diseases
Complication :
Perforasi USUS karena kerusakan dari patch peyer
Planning
a. PDx (Culture, nested PCR, Serologic, Laboratory)
b. Ptx
1. Pemberian antibiotik
a. Kloramfenikol
Hari 1 : 4 x 250 mg
Hari 2 : 4 x 500 mg, dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam
Hari sesudah demam 4 x 250 mg selama 5 hari kemudian
b. Amoksilin : 50-150 mg/kgBB, diberikan selama 2 minggu
c. Kotrimoksazol : 2x2 tablet (1 tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol + 80 trimetoprim)
, diberikan selama 2 minggu
d. Sefalosporin Gol II dan III
Seftriakson 4g/hari selama 3 hari
Norfloksasin 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
e. Antibiotik khusus ibu hamil
Golongan penisilin (ampisilin atau amoksisilin)
Sefalosporin golongan 3 (Sefoperazon,sefotaksim, seftizoksim, seftriaxon, sefotiam,
sefiksim, sefpodoksim, dan sefprozil)
2. Istirahat dan perawatan profesional
3. Diet dan terapi penunjang
Pertama diberi bubur saring, bubur kasar dan akhirnya nasi
Nutrisi yang tercukupi
Vitamin dan mineral
Antipiretik (paracetamol ) untuk demam
(Kapita Selekta Kedokteran)
Preventive
1. Avoid risky foods and drinks, washing hand
2
2. Get vaccinated against typhoid fever (Ty21a (Vivotif Berna) and (Typhim Vi))

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

MALABSORBSI (3A)
Malabsorpsi adalah suatu keadaan terdapatnya gangguan pada proses absorpsi dan digesti secara
normal pada satu atau leblhzat gizi.Padatmunya pasien datang dengan diare sehingga kadang kala
sulit membedakan apakah diare disebabkan oleh malabsorpsi atau sebab lain. Selain itu kadang kala
penyebab dari diare tersebut tumpang tindih antara satu sebab dengan sebab lain termasuk yang
disebabkan oleh mal absorpsi

Kriteria Dx

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

Kriteria Tx

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

INTOLERANSI MAKANAN (4A)

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

ALERGI MAKANAN (4A)

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

KERACUNAN MAKANAN (4A)

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

BOTULISME (3B)

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

INFEKSI CACING (4A)

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

HEPATITIS A (4A)
Subjective
Anamnesis :
Demam dulu
Jundice pada badan mata
Kencing teh (pekat)
BAB pucat
Mual muntah
HAV memiliki masa inkubasi 10 sampai 40 hari. Ini adalah waktu dari paparan virus sampai timbulnya penyakit
ini. Hepatitis A dapat dibagi menjadi 3 stadium:
1. Pendahuluan (prodromal) dengan gejala demam tiba-tiba (sifat demam terus-menerus),
letih, lesu, demam, kehilangan selera makan, mual, muntah, diare, sakit otot dan sendi;
2. Stadium dengan gejala kuning (stadium ikterik) ditandai dengan kulit dan mata menjadi
kuning, air kencing berwarna tua, tinja pucat.; Gejala kuning tidak selalu ditemukan
3. stadium kesembuhan (konvalesensi).
Lamanya penyakit ini biasanya dua sampai tiga minggu, tetapi setiap orang dapat tetap bergejala untuk
beberapa bulan.
Objective
Pemeriksaan Fisik
1. Sclera icteric (bisa bilirubin indirek atau direk , > 3)
2. Mungkin Hepatomegali
3. Spleenomegali (Traube space +)
Pemeriksaan penunjang :
1. Limfositosis (khas virus)
Leukositosis dan neutrofilia (khas bakteri)
2. SGOT SGPT (rata rata diatas 500, dominan PT)
SGOT (AST) : inflamasi otot (jantung, post trauma)
SGPT (ALT) : inflamasi pada liver
3. Bilirubin
Bermasalah di direk karena terjadi inflamasi di intrahepatal
Direk : intrahepatal, posthepatal (Bilier)
ALP dan Gamma GT permasalahan di sistem bililer
Indirek : prehepatal , ex : sbelum masuk liver sudah mengalami
4. Diagnosa pasti : IgM anti Hep A
Serologic test
a.
Anti-hepatitis A virus immunoglobulin M
Test results for anti-HAV IgM are positive at the time of onset of symptoms and usually
accompany the first rise in the alanine aminotransferase (ALT) level. the results remain
positive for 3-6 months after the primary infection and for as long as 12 months in 25% of
patients. In patients with relapsing hepatitis, IgM persists for the duration of this pattern of
disease.
b.
Anti-hepatitis A virus immunoglobulin G
Anti-HAV immunoglobulin G (IgG) appears soon after IgM and generally persists for many
years. The presence of anti-HAV IgG in the absence of IgM indicates past infection or
vaccination rather than acute infection. IgG provides protective immunity.
Assesment
Hepatitis A
DD :

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

4.
5.

Leptosperosis (ada riwayat berkontak dengan lingkungan yang kotor, karena penularan melalui tikus)
Malaria (dari daerah endemis, ex dimalang selatan) : demam, menggigil, berkeringat , tapi diberi
antipiretik tetap menggigil berkeringat
6. Colelitiasis : ada nyeri upper quadran pain
Etiologi :
Fecal oral (dari makanan yang terkontaminasi virus)
Planning
PDx : Darah Lengkap, SGOT SGPT, Bilirubin dan Serologic Test (Sesuai indikasi)

PTx :
1.
2.
3.
4.
5.

Istirahat yang Cukup


Self limiting
Makan tinggi kalori dan protein, rendah lemak untuk memulihkan kesehatan livernya (hati)
Suplemen : diberikan lebih baik
supportive treatment :
antipiretik : paracetamol (hindari dosis toksis > 3000 mg)
Nausea and vomiting are treated with antiemetics
hepatoprotektor
6. rawat inap :
jika SGOT SGPT > 700 , karena bisa menjadi Hepatitis Fulminan
Bila pasien tidak dapat makan dan minum serta terjadi dehidrasi berat dapat diberikan
cairan infus untuk mengatasi kekurangan cairan
Pmo : S (apakah keluhan masih ada ), VS, Lab SGOT SGPT
Penularan : bisa menularkan saat 2 minggu sebelum gejala muncul , melalui tinja.

10

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

11

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

Hepatitis B (3A)
Bisa bergejala atau tidak, dan biasanya terdiagnosis melalui screening Hbs Ag.

Subjective
Acute phase
Chronic phase
The incubation period is 1-6 months in the acute Patients with chronic hepatitis B disease can be
phase of hepatitis B infection. Patients with immune tolerant or have an inactive chronic infection
symptomatology have the same symptoms as without any evidence of active disease; they are also
asymptomatic.
patients who develop icteric hepatitis.
Icteric hepatitis is associated with a prodromal Patients with chronic active hepatitis, especially
period, during which a serum sickness like during the replicative state, may complain of
syndrome can occur. The symptomatology is more symptomatology such as the following:
- Symptoms similar to those of acute hepatitis
constitutional and includes the following:
Anorexia
- Fatigue
Nausea
- Anorexia
Vomiting
- Nausea
Low-grade fever
- Mild upper quadrant pain or discomfort
Myalgia
Fatigability
Disordered gustatory acuity and smell
sensations (aversion to food and cigarettes)
Right upper quadrant and epigastric pain
(intermittent, mild to moderate)
Objective
PE
Acute Phase
Chronic Phase
- Icteric
- Low-grade fever
- Hepatomegaly
- Jaundice (10 days after appearance of
- Splenomegaly
constitutional symptomatology, lasting for 1-3
- Muscle wasting
mo)
- Palmar erythema
- Hepatomegaly (mildly enlarged, soft liver)
- Spider angioma
- Splenomegaly (5-15%)
- Vasculitis (rarely)
- Palmar erythema (rarely)
- Spider nevi (rarely)
Assesment
Hepatitis B
Planning
PDX dan PTx
1. Cek Hbs Ag
2. Kalau Hbs Ag + , cek SGOT/SGPT
3. Jika nilai SGOT/SGPT normal : tidak usah diterapi antiviral, akan mungkin menjadi sero konversi (bisa
karena sembuh atau kesalahan Lab. Tidak perlu diterapiKarena jika diteapi akan mengaktifkan virus
yang sedang dorman dan memperparah penyakitnya. Tapi tetap menular melaui tranfusi darah,
cairan dari dalam tubuh , jarum suntik, dan hubungan seksual. Tetap berikan terapi supportif.
Hep B tidak perlu diterapi dengan antiviral jika
1. Pada tahap infeksi akut
2. SGOT/SGPT normal

12

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

3.

Sudah sirosis dekompensata (ciri nya muncul tanda sirosis : varises esofagus, hipertensi vena
porta, ascites, edema dan ikterus)
Tapi ada literatur , pada sirosis dekompensata diberikan terapi agar tidak menjadi HCC
(Hepatoma Cell Carcinoma)

Pmo : cek HbsAg , cek SGOT/SGPT 3 6 bulan lagi


Jika SGOT/SGPT , lanjutkan test Hbe Ag (untuk menentukan planning terapi) dan Hpv DNA ,
kemudian rujuk
Yang perlu diterapi dengan antiviral adalah Hepatitis B kronik > 6 bulan .
Kriteria :
1. HbsAg sero + > 6 bulan
2. HpV DNA > 20.000
3. ALT persisten
Terapi yang diberikan dirumahsakit rujukan adalah :
1. interferon alfa-2b
2. lamivudin
3. adefovir dipivoxil
4. entecavir dan
5. peginterferon alfa-2a
Pmo : Hpv DNA (untuk mengetahui apakah virus masih ada atau tidak) setiap 6 bulan
Terapi yang diberikan tidak bisa menyembuhkan atau menghilangkan virus , tapi bisa terjadi
serokonversi sesudah terapi (12 bulan) , selain itu risiko terjadinya sirosis dan kanker hati dapat
dihambat
Terapi dihentikan jika
1. Hpv DNA : 2x negatif
2. Anti Hbs Ag : postif
Kalo sudah diteapi, monitor setiap 6 bulan, cek Hpv DNA.

13

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

Hepatitis C
Tidak memberikan gejala khusus
Hep C akut 6 mingggu atau 6 bulan pertama setelah terpajan
Cek : Hcv ag , OT/PT dan HCV RNA
HCV RNA + : lakukan terapi

14

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

DIARE AKUT
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah
padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram ata;.r 200 mU24 janr.
Defrnisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kati per hari. Buang
air besar encer tersebut dapat/tanpa disertaI lendir dan darah. Diare akut yaitu diare yang
berlangsung kurang dari l5 hari.

15

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

16

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi atas 3 tingkatan:


1. Dehidrasi Ringan (hilang cairan 2-5%'BB)z gambaran klinisnya turgor kurang, suara serak(vox
cholerica) ,pasien belum jatuh dalam presyok.
2. Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8oZ BB): turgorburuk, suara serak, pasien jatuh dalam
presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam.
3. Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% BB): tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran
menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, sianosis.

Tx
1. Resusitasi Cairan

17

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

2. Oralit
Pemberian per oral diberikan larutan oralit yang hipotonik dengan komposisi 29 g glukosa,
3,5 g NaCl, 2,5 g Natrium Bikarbonat dan 1,5 g KCI setiap liter.

3. Diet
Pasien dianjurkan justru minum minuman sari buah, teh, minuman tidak bergas, makanan
mudah dicerna seperti pisang, nasi, keripik dan sup. Susu sapi harus dihindarkan karena
adanya defisiensi laktase transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Minuman
berkafein dan alkohol harus dihindari karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.

4. Obat anti diare


Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala.
a. Yang paling efektif yaitu derivat opioid misal loperamide, difenoksilat-atropin dan tinktur
opium. Loperamide paling disukai karena tidak adiktif dan memiliki efek samping paling
kecil. Bismuth subsalisilat merupakan obat lain yang dapat digunakan tetapi
kontraindikasi pada pasien HIV karena dapat menimbulkan ensefalopati bismuth. Obat
antimotilitas penggunaatnya harus hati- hati pada pasien disentri yang panas (termasuk
infeksi Shigella) bila tanpa disertai anti mikroba, karena dapat memperlama
penyembuhan penyakit.
b. Obat yang mengeraskan tinj a: atapulg ite 4 x 2 tab lhari,smectite 3 x 1 saset diberikan
tiap diare/BAB encer sampai diare berhenti.
c. Obat anti sekretorik atau anti enkephalinase: Hidrasec 3 x l tablhari.

18

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

5. Antimikroba

19

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

20

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

DIARE KRONIK
Diare yaitu buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atalu setengah cair (setengah
padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atat200 mll24 jam.
Definisi ini tidak menunjuk pada berapa frekuensi diarenya, tetapi definisi lain tetap memakai
kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer atau air
in
dapatltanpa disertai lendir dan darah. Diare kronikyaihr diare yang berlangsung lebih dari 15
hari.

21

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

22

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

23

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

24

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

25

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

26

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

ABSES HEPAR AMOEBA (3A)

27

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

PERLEMAKAN HEPAR (4A)

28

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

29

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

KOLESISTITIS (3B)

30

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

DIVERTIKULOSIS (3A)

31

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

KOLITIS (3A)

32

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

DISENTRI BASILER / DISENTRI AMOEBA (4A)

33

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

IRITABLE BOWEL SYNDROME (3A)


Irritable Bowel Syndrome (IBS) adalah salah satupenyakit gastrointestinal fungsional. Pengertian
lrritable Bowel Syndrome (IBS) sendiri adalah adanya nyeri perut, distensi dan gangguan pola
defekasi tanpa gangguan organik. Gejala yang dapat muncul pada pasien dengan IBS cukup
bervariasi. Disisi lain pemeriksaan fisik dan laboratorium yang spesifik pada pasien IBS tidak ada,
oleh karena itu penegakkan diagnosis IBS kadang kala tidak mudah.

34

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

TX
1. Psikoterapi
Pasien-pasien dengan IBS harus selalu diingatkan untuk dapat mengendalikan stresnya.
Pasien diminta unhrk tidak bekerja berlebihan dan mengenyampingkan waktu istirahatnya,
menyediakan waktu yang cukup untuk dapat melakukan buang airbesar secara teratur diluar
waktu sibuk bekerja dan juga yang terpenting selama makan disediakan waktu yang cukup
agar makan yang dilakukan dapat dilakukan dalam ketengangan dan tidak terbtru-buru. Olah
ragayangteraltr merupakan kunci penting yang juga harus diperhatikan agar pasien dengan
IBS dapat menyesuaikan diri dengan keluhan-keluhan yang ada
2. Diet
Modif,ftasi diet terutama untuk peningkatan konsumsi serat ditujukan pada IBS dengan
konstipasi. Disisi lain pada pasien dengan IBS tipe diare konsumsi serat dikurangi. Pada IBS
tipe konstipasi peningkatan konsumsi serat juga dsertai konsumsi air yang meningkat
disertai aktivitas olah raga rutin.
Beberapa makanan atau minuman tertentu juga dapat mencetuskan tet'adinya IBS pada
beberapa pasien oleh karena itu harus dihindarkan. Beberapa makanan dan minuman yang
sering mencetuskan IBS antara lain gandum, susu, kafein, bawang, coklat danbeberapa
sayur- sayuran. Biasanya jika keluhan menghilang setelah menghindari makanan dan
minuman yang dicurigai sebagai pencetus bisa dicoba untuk dikonsumsi lagi setelah 3 bulan
dengan jumlah diberikan secara bertahap.
3. Obat-obatan
Untuk mengatasi nyeri abdomen sering digunakan antispasmodik yang mempunyai efek
antikolinergik dan lebih bermanfaat pada nyeri perut setelah makan, tetapi umunya kurang
bermanfaat pada nyeri kronik disertai gejala konstipasi. Obat-obatan yang sering dan sudah
beredar di Indonesia antara lain mebeverine 3x135 mg, hiosinN- butilbromida 3x10 mg,
Chlordiazepoksid 5 mg/klidinium 2,5 mg 3x1 tab, alverine 3x30 mg dan obat antispasmodik
terbaru dan juga sudah digunakan di Indonesia otolium bromida.
Untuk IBS konstipasi, laksatifosmotik seperti lakhrlosa, magnesium hidroksida terutama
pada kasus-kasus dimana konsumsi tinggi serat tidak membantu mengatasi konstipasi. Obatobatan laksatif stimulan biasanya tidak dipergunakan karena akan memperburuk rasa nyeri
abdo- men pasien. Tegaserod suatu 5-HT4 reseptor agonis, obat IBS tipe konstipasi yang
relatif baru dan sudah beredar di Indonesia bekerja untuk meningkatkan akselerasi usus
halus dan meningkatkan waktu transit feses di kolon dan juga disebutkan dapat
35

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

meningkatkan sekresi cairan usus. B eberapa penelitian menunjukkan bahwa te gaserod


memperbaiki gejala pasien secara global dan meningkatkan frekuensi defekasi dan
konsistensi feses. Tegaserod biasanya diberikan dengan dosis 2x 6 mg selama 10-12
minggu. Tetapi saat ini tegaserod sudah ditarik dari perederan karena efek samping pada
jantung walau sebenarnya obat ini cukup efektifdalam penangani kasus-kasu IBS tipe
konstipasi khususnya pada wanita.
Untuk IBS tipe diare beberapa obat juga dapat digunakan antara lain loperamid dengan dosis
2-16 mg perhari.
Dalam pengobatan pasien dengan IBS kadang-kadang dipergunakan obat-obatan yang
sebenarnya tidak dibutuhkan oleh pasien dan ini sebaiknya menjadi perhatian dokter. IBS
bukan disebabkan oleh jamur dan infeksi sehingga antibiotika dan antijamur tidak
dibutuhkan. Begitu juga enzim, malabsorbsi bukan penyebab IBS sehingga suplementasi
ensim pada pasien dengan IBS kurang tepat.

36

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

INSUSEPSI / INVAGINASI (3B)

37

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

PROKTITIS (3A)

38

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

ABSES PERIANAL (3A)

39

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

HEMOROID (4A)
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal
dari plexus hemorrhoidalis. Di bawah atau di luar linea dentate pelebaran vena yang berada di
bawah kulit (subkutan) disebut hemoroid eksterna. Sedangkan di atas atau di dalam linea dentate,
pelebaran vena yang berada di bawah mukosa (submukosa) disebut hemoroid interna. Biasanya
struktur anatomis anal canal masih normal.

1. Penatalaksanaan medis non farmakologis.


Penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan minum,
perbaiki polalcara defekasi. Memperbaiki defekasi merupakan pengobatan yang selalu harus
ada dalam setiap bentuk dan derajat hemoroid. Perbaikan defekasi disebut bowel
management program (BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat tambahan, pelincin feses,
dan perubahan perilaku buang air 2. Untuk memperbaiki defikasi dianjurkan menggunakan
posisi jongkok (squatting) sewaktu defrkasi.
bersamaan dengan program BMPvdi atas, biasanyajuga dilakukan tindakan kebersihan lokal
dengan cara merendam anus dalam air selama 10- I5 menit, 2-4 kali sehari. Dengan
perendaman ini maka eksudat dan sisa tinja yang lengket dapat dibersihkan. Eksudat atau
sisa tinja yang lengket dapat menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan.
Pasien diusahakan tidak banyak duduk atau tidur, banyak bergerak, dan banyak
jalan.Dengan banyak bergerakpola defekasi menjadi membaik. Pasien diharuskan banyak
minum 30-40 mVkgBBlhari untuk melembekkan tinja. Pasien harus banyak makan serat
antara lain buah-buahan, sayur-sayuran, cereal. dan suplementasi serat komersial bila
kurang serat dalam makanannya.
2. Penatalaksanaan medis farmakologis

40

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

3. Penatalaksanaan minimal invasive

41

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

PROLAPS REKTUM, ANUS (3A)

42

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

Penyakit tropmed

43

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

44

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

Geriatric Giant adalah problem-problem raksasa/ luar biasa besar pada pasien geriatri
yaitu :
1. Imobilisasi
2. Instabilitas dan jatuh .
3. Inkontinensia urin dan alvi
4. Gangguan Intelektual (demensia)
5. Infeksi
6. Gangguan penglihatan & pendengaran
7. Impaksi (konstipasi)
8. Isolasi (depresi)
9. Inanisi (malnutrisi)
10. Impecunity (kemiskinan)
11. Latrogenesis (sering karena terlalu banyak obat)
12. Insomnia
13. Defisiensi imunitas
14. Impotensi

45

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

46

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

47

y.h.s

SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Yuni Hendrati Sulfia


115070100111099

48

y.h.s

Anda mungkin juga menyukai