Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM I

OSMOSIS

Disusun Oleh
Nama : Nur Rahmah Awaliyah
NIM : 14222123

Dosen Pembimbing :
Dini Afriansyah, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Membuka keran air atau mengguyur jamban merupakan pengalaman
sehari-hari. Jadi pergerakan air sebagai fenomena aliran massa sudah sangat
dikenal, misalnya pada sistem pipa air minum. Tapi di lingkungan sekitar
kita, sejumlah besar air bergerak dengan cara difusi yang tidak bisa kita
lihat. Untuk menggambarkan aspek yang tak begitu dikenal dalam dunia
nyata tersebut, dibutuhkan suatu usaha mental. Dengan mata hati kita
(Sebab tak ada cara lain), kita harus melihat sejumlah molekul air yang
melayang dan melenting beribu-juta kali setiap detiknya dalam bentuk uap;
dalam bentuk cair; molekul tersebut saling mengait dengan ikatan hidrogen.
Sisi positif molekul yang satu berikatan dengan sisi negatif molekul yang
lain, sedangkan gerak kinetic mereka sendiri cenderung saling memisahkan
mereka. Kita pun dihatapkan mampu merasakan adanya entropi, energy
bebas, dan potensial kimia, serta bagaimana ketiga daya ini dapat membawa
molekul berdifusi menuruni gradient. Perlu disadari pula bahwa tekanan
meningkatkan energy-bebas dan potensial kimia, sedangkan unsure terlarut
dan permukaan matriks menurunkannya. Dengan sejumlah model ini
didalam fikiran, agak mudah bagi kita untuk memperluas konsep ke arah sel
tumbuhan. Kita akan membahas mengenai osmosis (Salisbury, 1995).
Seperti zat lainnya, molekul ait cenderung berdifusi akibat gradient
konsentrasi. Osmosis ialah istilah pergerakan ini air menembus membran sel
dengan sendirinya juga melalui protein transport (Starr, cecie 2012).
Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif
dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran
semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat
terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis
merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan
meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi
melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas
yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran
permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih
pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat
koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat
terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri. Osmosis adalah suatu
topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan
mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel. Oleh karena
itu dilakukanlah praktikum mengenai Osmosis agar dapat mengetahui
adanya proses osmosis pada tumbuhan.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui adanya proses
osmosis pada tumbuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Osmosis
Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif
dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran
semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut,
yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis
merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan
meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi
melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang
dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel
selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding
dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang
berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan
pada sifat zat terlarut itu sendiri. Osmosis adalah suatu topik yang penting
dalam biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air dapat
ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel (Campbel, 2009).
Dua ruang A dan B dipisahkan ole membran yang semipermiabel.
Permiabel terhadap zat a (air dan zat yang larut dalamair), impermiabel
terhadap zat b (protein). Kalau konsentrasi zat a lebih tinggi di A daripada di
B atau tak ada di B maka a merembes ke B; sedangkan zat b tidak bisa
merembes ke A meski di A tak ada b (Campbel, 2009).
Dengan demikian isi B akan naik, A akan turun. Proses perembesan ini
disebut osmosa atau osmosis. Osmosis terus berlangsung sampai konsentrasi
a di A dan B sama. Naiknya permukaan B dapat diukur dengan manometer.
Nilainya disebut nilai osmotis atau besar tekanan osmosa B. Tekanan osmosa
itu diberi ukuran mmHGg (Campbel, 2009).
Ruang A disebut hipotonis (hypo = rendah, dibawah; tonus = tekanan),
ruang B disebut hipertonis (hiper = tinggi, diatas) osmosa terjadi dari ruang
hipotonis ke yang hipertonis. Jika tekanan osmosa sama anatara A dan B
berarti tak ada perembesan zat a lagi disebut isotoni (iso= sama) (Campbel,
2009).
Transpor cara osmosis terjadi pada banyak perembembesan dalam sel
tubuh. Seperti perembesan plasma darah dari sel jaringan untuk kembali ke
lumen (rongga) kapile, karena plasma dalam lumen itu hipertonis terhadap
cairan intersel. Membran yang semipermiabel disini adalah plasmalemma :
permeabel bagi cairan tubuh/plasma dara, impermiabel bagi protein dalam
plasma itu (Yatim, Wildam, 1996).
B. Gangguan tekanan osmosis
Dalam keadaan biasa sel menjaga suasana yang isotonis dengan cairan
medium. Sel hidup selalu berupaya untuk menjaga tekananosmosanya sesuai
dengan cairan medium. Jika da gangguan pada tekanan osmosa itu sel pun
akan rusak. Upaya menjaga tekanan osmosa ini tergolong pada sifat
homostatis. Kalau eritrosit orang dimasukkan kedalam larutan garam yang
hipertonis terhadap sitoplasma eritrosit itu, maka air akan merembes keluar,
sehingga terjadi pengerutan. Berkerutnya sel oleh keluarnya air disebut
krenasi. Kalau eritrosit dimasukkan kedalam larutan yang hipotonis terhadapa
sitoplasma eritrosit, air merember masuk sehingga sel jadi gembung, akhirnya
pecah (mengalami lisis). Peristiwa ini disebut haemolysis (haem = darah,
lisis= pecah, hancur). Kalau bukan eritrosit yang pecah oleh larutan hipotonis,
secara umum disebut cytolysis (cyto= sel) pada sel tumbuhan dikenal
plasmolisa atau plasmolysis. Ini terjadi kalau sel dimasukkan kedalam
lalarutan yang hipertonis terhadap sitoplasma, menyebabkan air merembes
keluar. Dinding sel tak berkerut, karena kuatnya, hanya isi sel. Isi sel
(sitoplasma bersama plasmalemma dan inti) akan terlepas dari dinding
dengan isi sel yang mengkerut. Kejadian inilah yang disebut plasmolisis,
karena plasa sel saja yang pecah (Yatim, Wildam, 1996).
C. Transpor Pasif dan Aktif
Banyak zat terlarut menembus membran melalui ikatan dengan protein
transpor. Tiap jenis transpor dapat memindahkan ion spesifik untuk
menembus membran. Transporter glukosa mentransper glukosa, pompa
kalium hanya memompa ion kalsium, yang menembus membran bergantung
pada protein didalamnya (Starr, Cecie 2009).
a. Transpor Pasif
Pada transpor pasif, gradien konsentrasi mendorong terjadinya difusi
zat terlarut menembus membran sel dengan bantuan protein transpor.
Protein ini tidak memerlukan energi dalam membantu pergerakan zat
terlarut. Jaddi, transpor pasif juga disebut difusi terfasilitasi.
Beberapa transporter pasif berupa jembatan terbuka, sedangkan yang
lainnya berupa pintu. Pintu transporter berubah bentuk ketika molekul
berikatan dengannya atau sebagai respons perubahan muatan listrik.
Perubaan bentuk protein memindahkan zat terlarut dilepaskan. Pergerkan
zat tertentu dengan transpor pasif cenderung menuju sisi membran yang
memiliki kadar zat yang lebih rendah. Hal ini disebabkan karena molekul
atau ion bertumbukan dengan transporter lebih sering disisi membran yang
memiliki kadar zat terlarut yang lebih tinggi (Starr, Cecie 2009).
b. Transpor aktif
Kadar zat terlarut beruba secara konstan dalam sitoplasma dan cairan
ekstraseluler. Memelihara zat terlarut pada kadar tertentu sering berarti
memindahkan zat terlarut melawan gradien konsentrasi, kesisi membran
yang memiliki kadar lebih tinggi. Pemompaan ini tidak terjadi tanpa
asupan energi, biasanya dalam bentuk ATP.
Pada transpor aktif, protein transpor menggunakan energi untuk
memompa zat terlarut melawan gradien konsentrasi menembus membran
sel. Energi, sering dalam bentuk gugus fosfat yang ditransfer ATP,
mengubah bentuk transporter. Perubahan ini menyebabkan transporter
melepaskan zat terlarut ke sisi lain membran (Starr, Cecie 2009).
D. Nilai Osmosis Berbagai Tumbuhan
Sel-sel akar yang ada di periferi (berbataskan larutan tanah) mempunyai
nilai osmotis yang lebih rendah daripada sel-sel yang ada didalam akar.
Makin jauh dari tanah. Sel-sel itu makin tinggi nilai osmosisnya, sehingga
sel-sel daunlah yang paling tinggi nilai osmosisnya. Sesuai dengan keadaan
tersebut, maka pada umumnya bolehlah kita katakana, bahwa hidrofit,
hignifit, mesofit, halofit, serofit itu nilai osmosisnya urut-urutan naik. Suatu
halofit mempunyai nilai osmosis yang lebih tinggi daripada suatu serofit.
Kedua golongan tanaman ini dapat mempunyai nilai osmosis sampai 50
atmosfer, sedang yang lain-lain hanya kira-kira 1 sampai 30 atmosfer saja.
Nilai osmosis yang tertinggi yang telah diketahui ialah 202,5 atm; nilai
osmosis setinggi ini dimiliki oleh suatu tanaman yang tumbuh didalam tanah
dan mengandung banyak garam (halofit) (Benyamin, S 2010).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum Fisiologi Tumbuhan yang berjudul Osmosis dilaksanakan
pada hari Selasa, 09 Mei 2017 pukul 13.20-15.00 WIB di Laboratorium
Biologi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.
B. Alat dan Bahan
1. Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah petridish,
gelas kimia, pisau, pengaduk dan tusuk gigi, label tampel dan tisssu.
2. Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan adalah air atau akuades, garam halus,
kentang (Solanum tuberosum) dan timun (Cucumis sativum).
C. Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah
sebagai berikut :
1. Iris kentang dan timun yang berukuran sedang dengan ketebalan 0,5 cm
sebanyak 4 potong. Usahakan ketebalan irisan sama.
2. Buat larutan garam dengan cara menambahkan 1 sendok makan garam
dalam 200 ml air. Aduk dengan baik hingga garam larut.
3. Isi pertidish pertama dengan larutan garam 34 tinggi petri dan petridish
kedua isi dengan air atau akuades. Beri lebel pada petri yang berisi larutan
garam dengan air garam dan label air pada petri yang berisi air atau
akuades.
4. Masukkan masing-masing 2 iris kentang dan 2 iris timun ke dalam petri
air garam dan petri air atau akuades.
5. Biarkan selama 30 menit, kemudian amati tingkat kekerasannya setiap 15
menit. Tuliskan hasil pengamatan Anda pada tabel.
Tabel 1. Pengamatan Osmosis pads Kentang (Solanum tuberosum) dan timun
(Cucumis sativum)
N Indikator Air Garam Air Biasa
o 0 15 30 45 0 15 30 45
1 Warna
2 Tekstur
3 Ketebalan
4 Turgiditas
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Adapun hasil dari praktikum fisiologi tumbuhan tentang osmosis adalah
sebagai berikut:
Tabel 1. Pengamatan Osmosis pada kentang (Solanum tuberosum)
Air Garam Air Biasa
No Indikator
0 15 30 0 15 30
Kuning
1 Warna Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning
pucat
Lebih
2 Tekstur Keras Kenyal Keras Keras Keras
Kenyal
3 Ketebalan 1 cm 0.9 cm 0.8 cm 1 cm 1.1 cm 1.2 cm
4 Turgiditas Normal - - Normal + +

Tabel 2. Pengamatan Osmosis pada Timun (Cucumis sativum)


Air Garam Air Biasa
No Indikator
0 15 30 0 15 30
Putih Putih Putih Putih
1 Warna Hijau Hijau
kehijauan kehijauan kehijauan kehijauan
Lebih
2 Tekstur Keras Kenyal Keras Keras Keras
Kenyal
3 Ketebalan 1 cm 0.9 cm 0.8 cm 1 cm 1.1 cm 1.2 cm
4 Turgiditas Normal - - Normal + +

B. Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat diamati peristiwa osmosis
yang terjadi pada kentang yaitu pada air garam dan air biasa terdapat perbedaan
pada tiap-tiap indikator yang diamati yaitu, pada indikator warna sebelum
kentang dicelupkan didalam larutan air garam memiliki warna kuning, pada
menit ke 15 dan 30 tidak terjadi perubahan warna pada kentang, yaitu berwana
kuning. Untuk tekstur dari kentang sendiri pada air garam terjadi perubahan
dari sebelum dicelupkan kedalam air garam memiliki tekstur yang keras,
setelah menit ke 15 teksturnya berubah menjadi kenyal, dan di menit ke 30
tekstur dari kentang berubah menjadi lebih kenyal. Untuk ketebalan dari
kentang pada air garam terjadi penyusutan sebanyak 0,1cm, dimana sebelum
dicelupkan ketebalan dari kentang adalah 1 cm, di menit ke 15 menjadi 0,9 cm,
lalu pada menit ke 30 menjadi 0,8 cm, penyusutan ketebalan ini menyebabkan
turgiditas dari kentang tadi dari normal menjadi minus (-). Pada air biasa
terjadi perubahan warna kentang pada menit ke 30 saja yaitu dari warna kuning
ke kuning pucat, tekstur kentang tetap dari sebelum dicelupkan sampai menit
ke 30 yaitu keras, ketebalannya bertambah dari sebelum dicelupkan, menit ke
15 hingga menit ke 30, yaitu bertambah sebanyak 0.1 cm dari 1 cm, 1.1 cm,
dan 1.2 cm. Pertambahan ketebalan kentang ini menyebabkan turgiditasnya
dari normal menjadi positif (+).
Peristiwa osmosis yang terjadi pada Timun yaitu pada air garam dan air
biasa terdapat perbedaan pada tiap-tiap indikator yang diamati yaitu, pada
indikator warna sebelum kentang dicelupkan didalam larutan air garam
memiliki warna putih kehijauan, pada menit ke 15 dan 30 terjadi perubahan
warna pada timun, yaitu berwana hijau. Untuk tekstur dari timun sendiri pada
air garam terjadi perubahan dari sebelum dicelupkan kedalam air garam
memiliki tekstur yang keras, setelah menit ke 15 teksturnya berubah menjadi
kenyal, dan di menit ke 30 tekstur dari timun berubah menjadi lebih kenyal.
Untuk ketebalan dari timun pada air garam terjadi penyusutan sebanyak 0,1cm,
dimana sebelum dicelupkan ketebalan dari timun adalah 1 cm, di menit ke 15
menjadi 0,9 cm, lalu pada menit ke 30 menjadi 0,8 cm, penyusutan ketebalan
ini menyebabkan turgiditas dari timun tadi dari normal menjadi minus (-). Pada
air biasa tidak terjadi perubahan warna timun yaitu tetap berwarna putih
kehijauan dari sebelum dicelupkan hingga menit ke 30, tekstur timun tetap dari
sebelum dicelupkan sampai menit ke 30 yaitu keras, ketebalannya bertambah
dari sebelum dicelupkan, menit ke 15 hingga menit ke 30, yaitu bertambah
sebanyak 0.1 cm dari 1 cm, 1.1 cm, dan 1.2 cm. Pertambahan ketebalan timun
ini menyebabkan turgiditasnya dari normal menjadi positif (+).
Osmosis adalah proses perpindahan air dari daerah yang berkonsentrasi
rendah (hipotonik) ke daerah yang berkonsentrasi tinggi (hipertonik) melalui
membran semipermiabel. Membran semipermiabel adalah selaput pemisah
yang hanya bisa ditembus oleh air dan zat tertentu yang larut di dalamnya.
Keadaan tegang yang timbul antara dinding sel dengan dinding isi sel karena
menyerap air disebut turgor, sedang tekanan yang ditimbulkan disebut tekanan
turgor. Untuk sel tumbuhan bersifat selektif semipermiabel. Setiap sel hidup
merupakan sistem osmotik. Jika sel ditempatkan dalam larutan yang lebih
pekat (hipertonik) terhadap cairan sel, air dalam sel akan terhisap keluar
sehingga menyebabkan sel mengkerut (Campbell, 1999).
Efek osmosis terhadap keseimbangan air, air berdifusi keluar dari sel jika
larutan diluar mempunyai konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi (hipertonik)
dari pada sitosol dan memasuki sel jika larutan dibagian luar sel mempunyai
konsentrasi zat terlarut yang lebih rendah (hipotonik). Jika kedua konsentrasi
setara (isotonik), tidak ada osmosis netto yang terjadi (Campbell, 2013).
Turgiditas merupakan proses masuknya air kedalam sel tumbuhan,
sehingga menyebabkan tekanan pada sel tumbuhan dan akhirnya sel tumbuhan
akan bertambah besar serta mengembang/menegangnya dinding sel tumbuhan
karena berada pada larutan hipotonis ( Dewi, Santika 2017).
Pada praktikum diketahui pada saat kentang ataupun timun dimasukkan
kedalam air biasa menyebabkan tekstur dan ketebalan dari kentang dan timun
tersebut menjadi lebih keras dan padat, karena terjadinya proses turgiditas pada
sel-sel kentang ataupun timun tersebut dan juga dikarenakan air biasa sendiri
memiliki sifat hipotonis. Sedangkan pada saat kentang dan timun dimasukkan
kedalam air garam yang terjadi adalah tekstur menjadi lembek dan
ketebalannya berkurang, ini terjadi karena cairan didalam sel kentang atau
timun keluar, sehingga terjadi pengkerutan atau krenasi yang akhirnya
membran sel kentang dan timun lepas dari dinding sel ( Dewi, Santika 2017).
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Osmosis adalah proses perpindahan air dari daerah yang berkonsentrasi
rendah (hipotonik) ke daerah yang berkonsentrasi tinggi (hipertonik) melalui
membran semipermiabel. Turgiditas merupakan proses masuknya air kedalam
sel tumbuhan, sehingga menyebabkan tekanan pada sel tumbuhan dan akhirnya
sel tumbuhan akan bertambah besar serta mengembang/menegangnya dinding
sel tumbuhan karena berada pada larutan hipotonis.
DAFTAR PUSTAKA

Benyamin, S. 2010. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : Universitas Gadjah Mada


Campbell, Neil A. 2009. Biologi Edisi ke lima. Jakarta : Erlangga
Dewi, Santika. 2017. Fisiologi tumbuhan (Turgiditas pada sel tumbuhan).
Diakses pada tanggal 14-05-2017 pukul 22:59. www.ipb.ac.id.
Salisbury. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : Penerbit ITB
Starr, Cecie. 2009. Biologi : Kesatuan dan Kergaman Makhluk Hidup. Jakarta :
Penerbit Salemba Teknika
Yatim, Wildan. 1996. Biologi Modern : Biologi Sel. Bandung : PT Tarsito
Bandung
LAMPIRAN FOTO

Air biasa Air garam


Doc. Pribadi 2017 Doc. Pribadi 2017

Cutter Gunting
Doc. Pribadi 2017 Doc. Pribadi 2017

Kentang (Solanum tuberlosum)


Timun (Cucumis sativum). Doc. Pribadi 2017
Doc. Pribadi 2017

Anda mungkin juga menyukai