Anda di halaman 1dari 22

(JUDUL) Debby Mariane Lumban Tobing (102011050) Kelompok A6 Email : debbymariane@rocketmail.

com Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. (021) 56942061

Pendahuluan Sistem ekskresi pada manusia merupakan bagian yang penting untuk mengeluarkan zat sisa metabolisme baik berupa zat cair maupun gas. Zat-zat sisa tersebut harus dikeluarkan dari tubuh karena jika tidak dikeluarkan akan menggangu bahkan meracuni tubuh. Ekskresi bisa melalui kulit, hati, paru-paru tapi yang penting adalah ginjal. Ginjal berfungsi untuk memproses zat sisa yang kemudian akan menghasilkan urin. Ginjal berperan penting dalan mempertahankan homoestasis cairan tubuh, oleh sebab itu kerusakan pada ginjal dapat mengganggu homoestasis cairan tubuh. Pada penderita pitting oedem dan asites, kita dapat melihat terjadi pembengkakan di tubuhnya seperti perut yang membuncit dan kaki yang membengkak. Hal tersebut dikarenakan adanya gangguan pada penjaga homeostasis cairan tubuh yaitu ginjal. Oleh sebab itulah, penulis merasa perlu untuk menjelaskan mengenai struktur ginjal secara makroskopis dan mikroskopis serta mekanisme kerja ginjal pada manusia. Ginjal Ginjal merupakan organ pada tubuh manusia yang menjalankan banyak fungsi untuk homeostasis, yang terutama adalah sebagai organ ekskresi dan pengatur kesetimbangan cairan dan asam basa dalam tubuh. Untuk membantu mempertahankan stabilitas lingkungan cairan internal, ginjal melakukan fungsi-fungsi yang spesifik, yaitu :

1. 2.

mempertahankan keseimbangan H2O di tubuh. mempertahankan osmolaritas cairan tubuh yang sesuai terutama melalui

regulasi keseimbangan H2O. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion cairan ektrasel. mempertahankan volume plasma yang tepat. membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa tubuh. mengekresikan produk-produk akhir metabolisme tubuh. mengeluarkan banyak senyawa asing. menghasilkan eritropoeitin. menghasilkan renin. mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya.

Ginjal secara makroskopis Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang (masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal. Ginjal pada orang dewasa panjangnya sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan berat kedua ginjal antara 120-150 gram. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra Thoracalis 12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra Lumbalis 2 (kira-kira 5 cm dari crista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra Lumbalis 3. Pada anterior renalis sinistra berbatasan langsung dengan dinding dorsal gaster, pancreas, limpa, vasa lienalis, usus halus dan fleksura lienalis. Sementara pada bagian anterior renalis dextra berbatasan dengan lobus dextra hepar, duodenum pars descendens dan usus halus. Pada bagian posterior renalis dextra dan sinistra berbatasan dengan diafragma, m.psoas major, m. quadratus lumborum, m. transversus abdominis(aponeurosis), n.subcostalis, n.iliohypogastricus, a.subcostalis, aa.lumbales 1-2(3), iga 12 (ginjal kanan) dan iga 11-12 (ginjal kiri). Ginjal dibungkus oleh kapsula ginjal yang terdiri atas jaringan penyambung padat yaitu kapsula fibrosa dan kapsula adiposa. Kapsula fibrosa melekat pada ginjal

dan hanya menyelubungi ginjal sementara itu, kapsula adiposa yang mengandung banyak lemak menyelubungi ginjal dan glandula suprarenalis. Selain untuk melindungi ginjal, kapsula adiposa juga berguna untuk mempertahankan ginjal pada tempatnya. Fascia renalis merupakan bagian ini terletak di luar capsula fibrosa dan terdiri dari dua lembar, depan (fascia prerenalis) dan belakang(fascia retro renalis). Kedua lembar fascia renalis ini bersatu ke kranial tetapi terpisah ke kaudal, sehingga kantong ginjal terbuka ke bawah. Hal ini yang sering menyebabkan terjadinya ascending infection. Bila dibuat irisan memanjang dari medial ke lateral tampak dua bagian cortex sebelah luar dan medula sebelah dalam. Korteks merupakan bagian terluar ginjal yang di dalamnya terdapat korpus Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distalis serta pembuluh darah. Medula merupakan lapisan dalam dari ginjal yang terdiri dari sembilan sampai empat belas pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus, lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent). Di antara pyramid renis yang terdapat pada medula terdapat columna renalis yang merupakan celah di antara kedua pyramid. Selain itu, terdapat pula papilla renalis yang merupakan ujung pyramid renalis. Pada ujung pyramid (papilla renalis) terdapat bagian yang menonjol ke dalam calyx minor. Beberapa calyx minor membentuk calyx major dan beberapa calyx major membentuk pelvis renalis yang kemudia menuju ke ureter. Pada ginjal juga terdapat hilus renalis yaitu suatu bagian di mana pembuluh darah, serabut saraf atau duktus memasuki atau meninggalkan ginjal. Ginjal diperdarahi oleh arteri atau vena renalis. A. renalis merupakan percabangan dari aorta abdominal, sedangkan v.renalis akan bermuara pada vena cava inferior. Setelah memasuki ginjal melalui hilus, a.renalis akan bercabang menjadi arteri interlobaris yang akan memperdarahi segmen-segmen tertentu pada ginjal, yaitu segmen superior, anterior-superior, anterior-inferior, inferior serta posterior. A.renalis anterior dan posterior akan bertemu di lateral pada garis Broedel. Kemudian percabangan a.renalis (a.interlobaris) tersebut kemudian masuk ke dalam pyramid renalis dan mempercabangkan a.arcuata yang kemudian akan bercabang lagi menjadi a.interlobularis yang terletak di sepanjang cortex. Arteri interlobularis ini kemudian membentuk arteriola afferen pada glomerolus. Sementara pembuluh balik ginjal

berjalan mengikuti nadinya setelah berkumpul di v.interlobularis akan masuk ke dalam v.arcuata kemudian ke dalam v.renalis dan akan bermuara pada v.cava inferior. Ginjal memiliki persarafan simpatis dan parasimpatis. Untuk persarafan simpatis ginjal melalui segmen T10-L1 atau L2, melalui n.splanchnicus major, n.splanchnicus imus dan n.lumbalis. Saraf ini berperan untuk vasomotorik dan aferen viseral. Sedangkan persarafan simpatis melalui n.vagus. Ginjal secara mikroskopis Tubulus uriniferus yang terdapat pada ginjal sebagai suatu unit fungsional ginjal terdapat dua bagian yaitu nefron yang menampung filtrat dari darah yang terbentuk dalam massa kapiler berkelok pada ujung proksimalnya dan mereabsorbsi komponen tertentu yang perlu ditahan dan bagian yang kedua adalah duktus koligens yang berfungsi menyalurkan urin ke pelvis ginjal. Setiap satu buah ginjal normal manusia dewasa dapat mengandung 1-4 juta unit nefron. Setiap 1 unit nefron terdiri atas corpus renalis, tubulus kontortus proksimal, bagian tipis dan tebal lengkung Henle serta tubulus kontortus distal. Unsur-unsur nefron tertanam pada lamina basalis yang dilanjutkan dengan sejumlah kecil jaringan penyambung organ. Nefron dapat dibedakan atas dua jenis yaitu nefron kortikalis yang

glomerulinya terletak pada bagian luar dari korteks dengan lengkungan henle yang pendek tetapi tetap berada pada korteks atau mengadakan penetrasi hanya sampai pada zona luar medulla dan nefron juxta medullaris yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada bagian dalam dari korteks dekat hubungan korteks-medulla dengan lengkungan henle yanng panjang dan turun jauh kedalam sampai zona dalam medulla sebelum berbalik dan kembali ke korteks. Pada manusia kira-kira 85 % merupakan nefron kortikalis dan 15 % merupakan nefron juxta medullaris. Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut corpus (atau badan Malphigi) dan tubulus. Bagian-bagian dari nefron, terdiri dari : 1.Kesatuan antara glomelurus dengan kapsula Bowman membentuk korpuskula renalis (disebut juga badan Malphigi). Korpuskula renalis berlanjut menjadi tubulus

kontortus proksimal. Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. 1.1 Glomerolus yang merupakan anyaman pembuluh darah kapiler dan cabang dari arteriol aferen. Setelah memasuki korpuskula renalis, arteriol aferen biasanya bercabang menjadi dua sampai lima cabang utama yang masing-masing bercabang lagi menjadi jala-jala kapiler. Glomerolus terdiri dari dua lapis epitel membran yaitu lapisan parietal dan visceral. Lapisan parietal luar membentuk dinding korpuskel luar dan parietal dalam melapisi kapiler-kapiler. Lapisan visceral terdiri dari podosit. 1.2 Kapsula Bowman merupakan epitel berdinding ganda. Lapisan luar kapsula Bowman terdiri atas epitel selapis gepeng, dan lapisan dalam tersusun atas sel-sel khusus yang disebut podosit (sel kaki) yang letaknya meliputi kapiler glomerulus. Antara kedua lapisan tersebut terbentuk rongga kapsul Bowman. Sel-sel podosit, membrana basalis, dan sel-sel endotel kapiler membentuk lapisan (membran) filtrasi yang berlubang-lubang yang memisahkan darah yang terdapat dalam kapiler dengan ruang kapsuler. Sel-sel endotel kapiler glomerulus mempunyai pori-pori sel lebih besar dan lebih banyak daripada kapiler-kapiler pada organ lain. Hasil filtrasi cairan darah pada glomerulus atau disebut cairan ultrafiltrat (urin primer) selanjutnya ditampung pada rongga kapsul. 2.Tubulus kontortus proksimal merupakan saluran panjang yang berkelok-kelok mulai pada korpuskula renalis berlanjut menjadi lengkung Henle. Tubulus kontortus proksimal (TKP) biasa ditemukan pada potongan melintang korteks. TKP dibatasi oleh epitel kubus selapis dengan apeks sel menghadap lumen tubulus memiliki banyak mikrofili membentuk brush border. Permukaan mikrovili brush border berperan membantu reabsorbsi berbagai zat yang terdapat dalam cairan ultrafiltrat. Pada reabsobsi, sitoplasma apikal sel mempunyai banyak kanakuli berasal dari dasar mikrovili. 3.ansa henle terdapat pada berkas medulla dan medulla. Ansa henle atau lengkung henle memiliki segmen tipis yang mirip dengan kapiler tetapi tidak terdapat darah di lumennya. Terdapat tiga bagian pada lengkung henle yaitu segmen tebal desenden atau biasa disebut juga dengan tubulus rektus proksimal yang mirip dengan tubulus

kontortus proksimal, segmen tipis dan segmen tebal asenden yang biasa disebut juga dengan tubulus rektus distal yang mirip dengan tubulus kontortus distal. 4. tubulus kontortus distal (TKD) merupakan epitel selapis kuboid rendah yang bersifat basofil. TKD memiliki inti sel yang berdekatan serta lumen yang jelas karena tidak terdapat brush border. Pada TKD juga terdapat macula densa yang menempel dekat glomerolus. 5. Aparatus Justagromerular terdapat di atas badan malpighi tdp aparatus atau kompleks juxtaglomerulus, terdiri dari: 5.1 Sel-sel juxtaglomerulus yang akan menghasilkan renin 5.2 Sel-sel mesangial ekstraglomerular/ sel polkisen/sel lacis yang menghasilkan eritropoetin 5.3 Makula densa yang sebagai sensor osmolaritas cairan di dlm tub distal Duktus koligens berada di berkas medulla dan medulla yang memiliki epitel kuboid yang memiliki sitoplasma pucat dan batas sel yang jelas. Pada bagian medulla yang ke tengah beberapa duktus koligens bersatu untuk membentuk duktus yang besar yang bermuara ke apeks papilla yang disebut dengan duktus papilaris. Organ lain yang berperan pada perkemihan 1.Ureter Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal. Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan secara postero-inferior di dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai vesica urinaria. Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah memasuki kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta muara ureter ke dalam vesica urinaria. Tempat-tempat seperti ini sering terbentuk batu atau kalkulus. mungkin

Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca communis, a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior. Sedangkan persarafan ureter melalui segmen T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus aorticus, serta pleksus hipogastricus superior dan inferior. 2.Vesica Urinaria Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersamasama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf. Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan (superior dan inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan collum vesicae. Trigonum vesicae merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari orifisium kedua ureter dan collum vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong. Vesica urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis. Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis. Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus, dan n.splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai sensorik dan motorik. 3. Uretra Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ

seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter). Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars membranosa dan pars spongiosa. Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis. Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya. Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter (somatis). Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya. Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding uretra pada pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada orifisiumnya di antara klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m. spchinter urethrae yang bersifat volunter di bawah kendali somatis, namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki fungsi reproduktif. Mekanisme kerja ginjal Ginjal kita adalah organ berbentuk lonjong, masing-masing berukuran serupa dengan kepalan tangan. Organ tersebut terletak dekat pertengahan punggung, tepat di bawah kerangka tulang rusuk. Ginjal adalah mesin pendaurulang yang canggih. Setiap hari, ginjal kita menguraikan kurang lebih 200 liter darah untuk menyaring sekitar dua liter zat-zat sisa dan air berlebihan. Bahan ampas dan air berlebihan menjadi urin, yang mengalir ke kandung kemih melalui pembuluh yang disebut ureter. Kandung kemih (vesica urinaria) kita menyimpan urin sampai kita miksi.

Bahan ampas dalam darah kita berasal dari penguraian jaringan aktif secara normal dan dari makanan yang kita konsumsi. Tubuh kita memakai makanan untuk tenaga dan memperbaiki diri. Setelah tubuh kita sudah mengambil apa yang dibutuhkan dari makanan, zat-zat sisa dikirim ke darah. Bila ginjal kita tidak menghilangkannya, zat sisa ini akan bertumpuk dalam darah dan merusak tubuh kita. Proses penyaringan terjadi di unsur sangat kecil di dalam ginjal kita yang disebut nefron. Setiap ginjal mengandung kurang lebih sejuta nefron. Dalam nefron, sebuah glomerulus pembuluh darah yang sangat kecil, atau kapiler berjalin dengan pembuluh pengumpulan air seni yang sangat kecil, yang disebut tubulus. Pada awal, tubulus tersebut menerima gabungan zat sisa dan bahan kimia yang masih berguna untuk tubuh kita. Ginjal kita membagikan bahan kimia misalnya zat natrium, fosforus dan kalium dan mengembalikan bahan tersebut ke tubuh. Dengan cara ini, ginjal kita mengatur tingkat bahan kimia tersebut di tubuh kita. Keseimbangan yang tepat dibutuhkan untuk kehidupan, dan apabila berlebihan dapat berdampak buruk. Selain menghilangkan bahan ampas, ginjal kita mengeluarkan tiga hormon yang penting: 1. eritropoietin, atau EPO, yang merangsang sumsum tulang untuk membuat sel darah merah 2.renin, yang mengatur tekanan darah 3. kalsitriol, bentuk aktif vitamin D, yang membantu menahan zat kalsium untuk tulang, dan untuk keseimbangan kimia yang normal Terdapat tiga proses dasar di ginjal yang terlibat dalam pembentukan urin adalah filtrasi glomerolus, reabsorbsi tubulus dan sekresi tubulus. Filtrasi Proses filtrasi berlangsung di badan Malpighi, tepatnya di glomerulus, menghasilkan urine primer, yaitu urine yang masih mengandung zat yang di butuhkan tubuh, seperti air, glukosa, ion Na+, dan Ca+.

Untuk dapat difiltrasi dari glomerolus ke kapsula bowman, cairan harus melewati tiga lapisan yang membentuk membran glomerolus.Tiga lapisan itu adalah dinding kapiler glomerolus yang terdiri dari satu lapis sel endotel dan memiliki pori yang besar yang sangat permeable terhadap H2O. Lapisan kedua adalah membran basal yang merupakan lapisan gelatinosa yang tersisip di antara glomerolus dan kapsula bowman. Lapisan terakhir adalah lapisan dalam kapsul bowman yang terdiri dari podosit. Filtrasi glomerolus dilakukan oleh gaya-gaya pasif. Terdapat tiga macam gaya yang berperan dalam filtrasi glomerolus yaitu tekanan darah kapiler glomerolus yaitu tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah di dalam kapiler glomerolus yang bergantung pada kontraksi jantung dan resistensi terhadap aliran darah yang ditimbulkan oleh arteriol aferen dan eferen. Tekanan yang kedua adalah tekanan osmotic koloid plasma yang ditimbulkan oleh distribusi tidak seimbang proteinprotein plasma di kedua sisi membran glomerolus. Gaya yang ketiga adalah tekanan hidrostatik kapsula bowman yang ditimbulkan oleh cairan di bagian awal tubulus. Tekanan onkotik dan tekanan hidrostatik kapsula bowman berjalan berlawanan arah dengan filtrasi. Tekanan darah kapiler glomerolus dapat dikontrol untuk menyesuaikan laju filtrasi glomerolus (LFG) agar memenuhi kebutuhan tubuh. Besar tekanan darah kapiler glomerolus bergantung pada laju aliran darah di dalam masing-masing glomerolus . jumlah darah yang masuk ke dalam glomerolus bergantung pada tekanan darah sistemik rata-rata dan resistensi arteriol aferen. Terdapat dua mekanisme kontrol yang mengatur LFG yaitu autoregulasi yang ditujukan untuk mencegah perubahan spontan LFG dan kontrol simpatis ekstrinsik yang ditujukan untuk regulasi jangka panjang tekanan darah arteri. Pada autoregulasi terdapat dua mekanisme intrarenal, yaitu : 1. Mekanisme miogenik adalah sifat umum otot polos vascular. Otot polos

berkontraksi bila terdapat peregangan yang menyertai peningkatan tekanan di dalam pembuluh. Karena itu, arteriol aferen secara otomatis berkontriksi ketika teregang akibat peningkatan tekanan darah arteri yang akan membantu membatasi aliran darah ke dalam glomerolus dalam jumlah normal meskipun tekanan arteri meningkat.

2.

Mekanisme umpan balik tubuloglomerolus yang melibatkan apparatus

jusktaglomerolus adalah kombinasi khusus sel tubular dan vascular di mana tubulus setelah memutar balik, berjalan melewati sudut yang dibentuk oleh arteriol aferen dan eferen sewaktu keduanya menyatu dengan glomerolus. Kelompok sel-sel tubular khusus tersebut dinamakan macula densa yang akan mendeteksi perubahan kadar garam cairan tubulus yang melewatinya. Jika LFG meningkat, macula densa mengeluarkan adenosin yang menyebabkan arteriol aferen berkonstriksi sehingga aliran darah glomerolus berkurang dan LFG kembali normal. Melalui mekanisme ini, tubulus suatu nefron mampu memantau kadar garam di cairan yang mengalir melaluinya dan mengatur laju filtrasi melalu glomerolusnya sendiri agar cairan di awal tubulus distal dan penyaluran garam konstan. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju filtrasi glomerulus sebagai berikut: 1.Tekanan glomerulus: semakin tinggi tekanan glomerulus semakin tinggi laju filtrasi, semakin tinggi tekanan osmotic koloid plasmasemakin menurun laju filtrasi, dan semakin tinggi tekanan capsula bowman semakin menurun laju filtrasi. 2. Aliran darah ginjal: semakin cepat aliran daran ke glomerulus semakin meningkat laju filtrasi. 3. Perubahan arteriol aferen: apabial terjadi vasokontriksi arteriol aferen akan menyebabakan aliran darah ke glomerulus menurun. Keadaan ini akan menyebabakan laju filtrasi glomerulus menurun begitupun sebaliknya. 4.Perubahan arteriol efferent: pada kedaan vasokontriksi arteriol eferen akan terjadi peningkatan laju filtrasi glomerulus begitupun sebaliknya. 5. Pengaruh perangsangan simpatis, rangsangan simpatis ringan dan sedang akan menyebabkan vasokontriksi arteriol aferen sehingga menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus. 6.Perubahan tekanan arteri, peningkatan tekanan arteri melalui autoregulasi akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah arteriol aferen sehinnga menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus. Reabsorbsi

Proses reabsorpsi terjadi pada saluran pengumpul yang berasal dari kapsula bowman. Pada tahap ini, zat-zat gula dan asam amino dibawa ke darah, sedangkan urea, garam, vitamin dan zat lain yang bercampuran dengan air membentuk urine. Bahan-bahan esensial yang terfiltrasi dikembalikan ke tubuh melalui reabsorbsi tubulus, transfer bahan-bahan dari lumen tubulus ke dalam kapiler peritubulus. Tubulus memiliki kapasitas reaborbsi yang besar untuk bahan-bahan yang dibutuhkan oleh tubuh. Karena itu, hanya sedikit plasma yang terfiltrasi dan bermanfaat bagi tubuh terdapat di urin karena sebagian besar telah direabsorbsi dan dikembalikan ke darah. Reabsorbsi tubulus melibatkan transpor transepitel. Terdapat beberapa tahap pada transpor transepitel, yaitu : 1. bahan harus meninggalkan cairan tubulus dengan melewati membran luminal

sel tubulus 2. 3. bahan harus melewati sitosol dari satu sisi sel tubulus ke sisi lainnya bahan harus melewati membran basolateral sel tubulus untuk masuk ke cairan

interstisium 4. 5. bahan harus berdifusi melalui cairan interstisium bahan harus menembus dinding kapiler untuk masuk ke plasma darah. Semua tahap dalam transpor transepitel merupakan reabsorbsi pasif yang tidak menggunakan energi, sementara itu reabsorbsi aktif berlangsung jika salah satu dari tahap tersebut memerlukan energi. Bahan yang secara aktif direabsorbsi penting bagi tubuh misalnya glukosa, asam amino, dan nutrien organik lainnya. Terdapat dua macam reabsorpsi, yaitu: 1. Reabsorpsi obligat. Berlangsung di tubulus kontortus proksimal hingga tubulus kontortus dista pada semua keadaaan dan jmlah volume urine sama. 2. Reabsorpsi fakultatif . Berlangsung di tubulus kontortus distal hingga tubulus kolektivus, pada kondisi tertentu di bantu hormone antidiuretika atau ADH(reabsorpsi air) dan hormone paratiroid / PTH (reabsorpsi kalsium). Di hasilkan urine sekunder atau filtrat tubulus .

Proses sentral yang sebagian besar proses reabsorbsi sedikit banyak berkaitan adalah reabsorbsi aktif Na+ yang dijalankan oleh suatu pembawa Na+ K+ATPase dependen energi di membran basolateral hampir semua sel ke sel tubulus. Reabsorbsi Na+ berlangsung di awal nefron secara konstan dan tidak diatur, tetapi di tubulus distal dan koligentes, reabsorbsi sebagian kecil Na+ yang terfiltrasi bersifat variabel dan berada di bawah kontrol, bergantung terutama pada sistem renin angiotensin. Reabsorbsi Na+ pada tubulus proksimal berperan penting dalam reabsorbsi glukosa, asam amino, H20, Cl- dan urea sedangkan pars ascendens ansa henle bersama dengan reabsorbsi Cl- bereperan sangat penting dalam kemampuan ginjal menghasilkan urin dengan konsentrasi dan volume bervariasi, bergantung pada kebutuhan tubuh untuk menghemat atau mengeluarkan H2O. Sistem hormon terpenting dan paling terkenal yang terlibat dalam regulasi Na+ adalah sistem rennin angiostensin aldosteron. Sel granular apparatus jukstaglomerolus mengeluarkan suatu hormon enzimatik yaitu rennin ke dalam darah sebagai respon terhadap penurunan NaCl. Setelah dikeluarkan ke dalam darah, rennin bekerja sebagai enzim untuk mengaktifkan angiotensinogen menjadi angiotensin I. Angiotensinogen adalah suatu protein plasma yang disintesis oleh hati. Ketika melewati paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II oleh ACE (angiotensin converting enzyme). Angiotensin II adalah perangsang utama sekresi hormon aldosteron. Aldosteron meningkatkan reabsorbsi Na+ oleh tubulus distal dan koligentes. Hasil akhirnya adalah peningkatan fluks pasif Na+ masuk ke dalam sel tubulus dari lumen dan peningkatan pemompaan Na+ keluar sel ke dalam plasma disertai Clmengikuti secara pasif. Selain menyebabkan reabsorbsi Na+ , energi yang digunakan untuk memasok pembawa Na+ K+ATPase akhirnya berperan menyebabkan reabsorbsi molekul nutrien organic dari tubulus proksimal melalui mekanisme transpor aktif sekunder. Pembawa kotranspor spesifik yang terletak di membran luminal sel tubulus proksimal dijalankan oleh gradien konsentrasi Na+ untuk secara selektif memindahkan glukosa atau asam amino dari cairan lumen ke dalam sel tubulus lalu akhirnya ke plasma. Elektrolit lain selain Na+ yang secara aktif direabsorbsi oleh tubulus, misalnya fosfat dan kalsium memliki sistem pembawa independen masing-masing di tubulus proksimal. Karena pembawa-pembawa ini, seperti pembawa kotranspor nutrien organic, dapat mengalami penjenuhan maka masing-masing memperlihatkan kapastias transpor maksimal atau Tm. Jika filtrasi suatu bahan yang direabsorbsi akan

melebihi Tm, maka reabsorbsi berlangsung dengan laju maksimal yang konstan sementara kelebihan jumlah yang difiltrasi akan diekskresikan di urin. Glukosa merupakan contoh substansi yang tereabsorpsi secara aktif tapi tidak diregulasi ginjal. Glukosa merupakan substansi yang secara bebas dapat difiltrasi pada glomerulus, melewati kapsula Bowman dengan konsentrasi sama pada plasma (karena 100 mg glukosa/100 ml plasma).Artinya jika 125 ml cairan difiltrasi per menit (GFR = 125 ml/min), 125 mgglukosa melewati kapsula Bowman dan terfiltrasi. Jumlah substansi yangterfiltrasi per menit dikenal sebagai muatan terfiltrasi (filtered load). Filtered load = Konsentrasi substansitertentu dalam plasma X GFR. Pada GFR konstan, filtered load dariglukosa sama dengan konsentrasi glukosa plasma. Ginjal memiliki Tm pada glukosa (375mg/menit). Konsentrasi plasma di mana Tm suatu substansi dicapai dan substansimuncul pada urin disebut ambang ginjal (renal threshold). Pada glukosa idealnyasekitar 300 mg/100 ml. Katakanlah glukosa plasma sebesar 300 mg/100 ml,filtrasi masih akan terus terjadi. Namun, karena Tm Glukosa telah terlewati(375 mg/menit), maka reabsorpsi tidak terjadi. Selain itu, karena konsentrasiglukosa plasma sebesar 300 mg/100 ml telah mencapai renal threshold, muncul glukosa pada urin. Karier transport dari fosfat terletak pada tubulus proksimal. Renal threshold dari ion inorganik ini samadengan kosentrasi plasma mereka secara normal. Kelebihan fosfat dalam makananakan terbuang di urin. Dikendalikan oleh hormone parathyroid yang dapatmengubah renal threshold dari fosfat (dan Ca2+). Reabsorbsi aktif Na+ juga mendorong reabsorbsi pasif Cl-, H2O dan urea. Enam puluh lima persen H2O yang difiltrasi direabsorbsi dari tubulus proksimal tanpa diatur, didorong oleh reabsorbsi aktif Na+. Reabsorbsi H2O meningkatkan konsentrasi bahan-bahan lain yang tertinggal di cairan tubulus, yang sebagian besar adalah produk sisa yang terfiltrasi. Meskipun beberapa substansi buangan terkonsentrasi pada cairan tubular, mereka tidak bisa meninggalkan lumen untuk direabsorpsi, karena mereka tidak permeable oleh dinding tubular dan tidak memilikikarier. Urea, kreatinin dan asam urat adalah substansi penting yang tidak reabsorpsi. Molekul-molekul urea yang kecil adalah satu-satunya produk sisa yang dapat

secara pasif menembus membran tubulus. Karena itu, urea adalah satu-satunya bahan sisa yang secara parsial direabsorbsi karena mengalami pemekatan. Sekitar 50% urea yang direabsorbsi di tubulus proksimal. Produk-produk sisa lainnya, yang tidak direabsorbsi tetap berada di urin dengan konsentrasi tinggi. Sekresi Sekresi tubulus juga melibatkan transpor transepitel, dalam hal ini dari plasma kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus. Dengan sekresi tubulus, tubulus ginjal dapat secara selektif menambahkan bahan-bahan tertentu ke dalam cairan tubulus. Sekresi suatu bahan mempercepat ekskresinya di urin. Sistem sekresi terpenting adalah H+ yang penting dalam regulasi keseimbangan asam-basa, K+ plasma pada kadar yang sesuai untuk mempertahankan eksitabilitas membran sel otot dan saraf dan ion organic yang melaksanakan eliminasi efisien senyawa organic asing dari tubuh. Ion hydrogen yang disekresikan ke dalam tubulus dieliminasi dari tubuh melalui urin. Ion hydrogen dapat disekresikan oleh tubulus proksimal, distal atau koligentes dengan tingkat sekresi H+ bergantung pada keasaman cairan tubuh. Ketika caira tubuh terlalu asam maka sekresi H+ meningkat. Sebaliknya, sekresi H+ berkurang jika konsentrasi H+ di cairan tubuh terlalu rendah. Ion kalium secara aktif direabsorbsi di tubulus proksimal dan secara aktif disekresikan di tubulus distal dan koligentes. Di awal tubulus ion kalium direabsorbsi secara konstan dan tanpa dikendalikan, sementara sekresi K+ di bagian distal tubulus bervariasi dan berada di bawah kontrol. Karena K+ yang difiltrasi hampir seluruhnya di reabsorbsi tubulus proksimal maka sebagian besar K+ di urin berasal dari sekresi terkontrol K+ di bagian distal nefron dan bukan dari filtrasi. Sekresi K+ di bagian distal nefron berkurang sampai minimum sehingga hanya sebagian kecil dari K+ yang terfiltrasi yang lolos reabsorbsi di tubulus proksimal akan disekresikan di urin. Dengan cara ini, K+ yang seharusnya keluar di urin ditahan di tubuh. Sekresi K+ terjadi dibawah kendali aldosteron. Sekresi H+ Sel tubulus proksimal dan distal, seperti juga sel kelenjar lambung,

menyekresi ion hidrogen. Pengasaman juga akan terjadi di duktus koligentes. Reaksi utama untuk sekresi H+ di tubulus proksimal ialah pertukaran Na+ - H+. Pemompaan ke luar Na+ dari sel ke interstisium oleh pompa Na+ - K+ ATPase akan menurunkan Na+ intrasel, dan hal ini menyebabkan Na+ di lumen tubulus masuk ke dalam sel, bersamaan dengan pemompaan H+ ke lumen tubulus. H+ ini berasal dari reaksi disosiasi H2CO3 intrasel dan HCO3- yang terbentuk akan berdifusi ke cairan interstisial. Anhidrase karbonat mengatalis pembentukan H2CO3 dan obat-obat yang menghambat anhidrase karbonat menekan sekresi asam oleh tubulus proksimal serta reaksi yang bergantung padanya. Terdapat beberapa bukti bahwa H+ disekresikan di tubulus proksimal dengan pompa jenis lain, tapi bukti untuk pompa tambahan ini masih kontroversial, dan pada setiap kasus peranannya relatif kecil dibandingkan dengan mekanisme pertukaran Na+ - H+. Hal ini berlawanan dengan yang terjadi di tubulus distal dan duktus koligentes, dimana sekresi H+ relatif tidak bergantung pada Na+ di lumen tubulus. Di bagian tubulus ini, sebagian besar H+ disekresikan melalui pompa proton yang digerakkan oleh ATP. Aldosteron bekerja pada pompa ini untuk meningkatkan sekresi H+ di bagian distal. Sel I di bagian tubulus ginjal ini mensekresikan asam, dan seperti sel parietal di lambung, sel I mengandung banyak anhidrase karbonat dan struktur tubulovesikular. Didapatkan bukti bahwa ATPase yang memindahkan H+ menyebabkan sekresi H+ terletak pada vesikel-vesikel ini ataupun dalam membrane sel luminal, dan bahwa pada asidosis, jumlah pompa H+ meningkat akibat masuknya tubulovesikel ini ke dalam membran sel luminal. Sebagian H+ juga disekresi oleh H+ - K+ ATPase. Selsel ini juga mengandung Band 3, suatu protein penukar anion, di membrane sel basolateralnya, dan protein ini dapat berfungsi sebagai penukar Cl- - HCO3- bagi pengangkutan HCO3- ke cairan interstisium. Sekresi Amonia Reaksi di sel tubulus ginjal menghasilkan H+ dan HCO3-. NH4 berada dalam keseimbangan dengan NH3 + H+ di dalam sel. Namun, NH3 bersifat larut dalam tingkat perbedaan konsentrasinya ke dalam cairan interstisium dan urin tubulus. Reaksi utama yang menghasilkan NH4 dalam sel adalah perubahan glutamine

menjadi glutamate. Reaksi ini dikatalis oleh enzim glutaminase, yang banyak terdapat di sel tubulus ginjal. Peran hormon dalam proses dasar ginjal Terdapat beberapa hormon yang turut berperan dalam proses ginjal, yaitu : 1.Hormon Aldosteron Hormon-hormon ini turut berperan dalam pengaturan reabsorpsi dan sekresi air. Fungsi fisiologis hormon aldosteron yaitu mengatur unsur-unsur mineral (mineralo kottikoid / dihasilkan oleh bagian korteks glandula suprarenalis / adrenalis ) Antara lain Na+ dan K+, yakni terutama mengatur reabsorpsi Na+ dan sekresi K+. Dalam hal ini apabila aldosteron meningkat, menyebabkan reabsorpsi Na+ bertambah dan sekresi K+ bertambah pula. Aldosteron membantu ginjal mengatur volume plasma atau cairan ekstra sel. 2. Anti Diuretic Hormon (ADH) Vasopresin. Hormon ini mempuyai fungsi fisiologi sebagai anti diuretik dengan pekerjaan utama untuk retensi cairan. Terutama untuk pengaturan volume cairan ekstra sel dan konsentrasi Na+ dan membantu ginjal mengatur tekanan osmotik plasma. Pada keadaan dehidariasi contohnya, tubuh akan mengalami kekurangan air sehingga plasma menjadi encer, kemudian hal ini akan merangsang osmoreseptor di hipotalamus terangsang dan memberikan pacuan untuk sekresi ADH, akibatnya ADH meningkat dan reabsorpsi air meningkat dan tubuh yang kekurangan air akan terkompensasi.1 a. Pada saat tubuh mengalami kelebihan air, plasma menjadi encer, kemudian

hal ini akan merangsang osmoreseptor di hipotalamus terangsang dan menghambat sekresi ADH, akibatnya ADH menurun dan reabsorpsi air menurun dan tubuh yang kelebihan air akan terkompensasi. Faktor factor lain yang mempengaruhi ADH adalah alkohol menurunkan sekresi ADH, keadaan Pasca operasi (obat

Anestesi)meningkatkan sekresi ADH. Selain itu ginjal menghasilkan Renin; yang dihasilkan oleh sel-sel aparatus juxtaglomerularis pada waktu :

1. Konstriksi arteria renalis ( iskhemia ginjal ) 2. Terdapat perdarahan ( iskhemia ginjal ) 3. Uncapsulated ren (ginjal dibungkus dengan karet atau sutra ) 4. Innervasi ginjal dihilangkan 5. Transplantasi ginjal ( iskhemia ginjal ) Sel aparatus juxtaglomerularis merupakan regangan yang apabila regangannya turun akan mengeluarkan renin. Renin mengakibatkan hipertensi ginjal, sebab renin mengakibatkan aktifnya angiotensinogen menjadi angiotensin I, yg oleh enzim lain diubah menjadi angiotensin II; dan ini efeknya menaikkan tekanan darah . Renin cepat menghilang di dalam sirkulasi, karena mempunyai half life 30 menit, dalam sirkulasi dirusak oleh angiotensinase ; sedang angiotensinogen berasal dari plasma protein yaitu dari fraksi alfa-2 globulin. Proses Biokimiawi pada Ginjal Faktor-faktor yang mempengaruhi filtrasi adalah tekanan darah, peningkatan atau penurunan tekanan GFR yang dipertahankan tetap oleh autoregulasi, obstruksi jalan arteri yang menuju ke glomerulus, peningkatan tekanan interstisial oleh proses peradangan, dan peningkatan tekanan intratubuler oleh penyumbatan dalam ductus koligentes, ureter, dan uretra. Filtrat dalam glomerulus mengandung zat-zat yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan tubuh. Zat-zat yang dibutuhkan adalah air, glukosa, asam amino, dan elektrolit; sedangkan zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh adalah urea, kreatinin, dan asam urat. Di dalam filtrat terjadi proses reabsorpsi selektif dan sekresi oleh tubulus. Pada tubuli proksimal CO2 dan H2O berdifusi ke sel tubuli proksimal oleh enzim carbonic anhidrase (anhidrase asam karbonat) yang menkatalisa pembentukan H2CO3 yang kemudian berionisasi menjadi H+ dan HCO3-. H+ berdifusi ke dalam lumen tubulus dan HCO3- berdifusi ke dalam darah. Na dari lumen tubulus (dari filtrat) masuk ke sel tubulus kemudian kek darah. Jadi yang terjadi adalah sekresi H+ dan reabsorpsi NaHCO3. H+ dalam lumen tubuli akan bereaksi dengan HCO3- (hasil filtrasi glomerulus)H2CO3CO2 dan H2Odifusi dalam sel tubuli dan dipakai

untuk sekresi H+. Sekresi H+ ini terjadi sampai 80%-85% HCO3- hasil filtrasi terpakai. Selanjutnya sekresi H+ terjadi dalam tubuli distal. Pada tubuli distal, sekresi H+ diimbangi oleh HCO3-, sampai seluruh sisa HCO3- (15%-20%) terpakai habis. Sekresi H+ yang diimbangi fosfat, H+ (hasil sekresi) + Na2HPO4 (hasil filtrasi)NaH2PO4 dan Na+ (direabsorpsi)pH filtrat turun dari 7,4 menjadi 6,0. Setelah seluruh fosfat habis terpakai maka sekresi H+ selanjutnya diimbangi oleh NH3+. NH3 berasal dari reaksi deaminasi dan deamidasi aa. Glutamin. Glutamin mengalami reaksi deamidasi menjadi glutamin dan NH3. H+ (hasil sekresi) + NH3 (dari glutamin)NH4+. Dengan ditukarnya NaCl dengan NH4Cl, maka pH urin semakin asam. Pembentukan NH4+ meningkat pada asidosis dan jika menurun pada alkalosis. Keaktifan glutaminase menigkat pada asidosis. Pembentukan NH4+ merupakan mekanisme untuk menghemat kation (Na+). 30-50 mEq/hari H+ dalam bentuk NH4+ dan 10-30 mEq/hari dalam bentuk H2PO4-. Diabetes melitus tidak terkontrol (ketoasidosis) produksi NH4+ meningkat dan urea menurun karena NH3 untuk pembentukan urea dipakai untuk pembentukan NH4+. NH3 untuk pembentukan urea dan NH4+, bila salah satu meningkat maka yang lain akan menurun. reabsorpsi HCO3- dalam tubuli ginjal dipengaruhi oleh P CO2. Bila P CO2 meningkat, maka reabsorpsi HCO3- meningkat, begitu juga sebaliknya. Keseimbangan Cairan Sekitar 60% berat tubuh total terdiri atas air. Dari jumlah ini, dua pertiganya adalah cairan intrasel dan sepertiganya adalah cairan ekstrasel. Karena berperan dalam pembentukan energi, pemeliharaan tekanan osmotik, dan transpor zat-zat di tubuh dan menembus membran sel, air sangatlah penting; jika seseorang mengalami kelebihan hidrasi, maka dapat terjadi pengenceran elektrolit dan zat-zat terlarut plasma, pembengkakan sel, dan mungkin kematian. Demikian juga, jika seseorang mengalami dehidrasi, zat-zat terlarut plasma dan elektrolit menjadi sangat kental dan terjadi penyusutan sel sehingga dapat menyebabkan disfungsi susunan saraf dan kematian. Meski jumlah cairan yang kita minum setiap harinya oleh kebiasaan makan dan pengaruh sosial, kontrol utama kecukupan jumlah cairan yang kita cerna dilakukan oleh pusat ketiga yang terletak di hipotalamus di tingkat ventrikel ketiga. Haus diterima oleh osmoreseptor hipotalamus yang meningkatkan kecepatan pembakarannya disertai peningkatan osmolaritas plasma (yaitu penurunan konsentrasi

cairan). Ketika diaktifkan, osmoreseptor-osmoreseptor ini bersama dengan sel-sel di dekatnya yang mendeteksi tekanan darah mengisyaratkan pada hipotalamus untuk meningkatkan pelepasan hormon antidiuretik (ADH) dari kelenjar hipofisis posterior. ADH memiliki dua efek utama. Pertama, meningkatkan permeabilitas duktus pengumpul terhadap air. Peningkatan permeabilitas duktus pengumpul membantu reabsorbsi urine kembali ke dalam darah, sehingga mengencerkan plasma kembali normal (dengan demikian mengurangi rangsangan untuk pelepasan ADH). Kedua, sebagai penekan, agens yang menyebabkan kenaikan tekanan darah. Pada peran ini, ADH menyebabkan konstriksi otot polos vaskular dan meningkatkan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah juga menurunkan rangsangan untuk pelepasan ADH kontinu. Hormon kedua, angiotensin II, juga memperngaruhi langsung terhadap sel-sel hipotalamus untuk meningkatkan sensasi haus. Hormon ini juga merupakan hormon dipsogenik (perangsang rasa haus) yang penting. Keseimbangan Elektrolit Natrium Sebagai ion ekstrasel utama di tubuh, natrium berperan pada sebagian besar penentuan osmolaritas plasma dan juga penting dalam memelihara potensial membran dan konduksi saraf. Ginjal adalah organ utama yang melakukan pengaturan natrium plasma, yang menyaring secara bebas dan kemudian mereabsorbsi sedikitnya 98 % natrium yang difiltrasi. Dua persen sisanya direabsorbsi natrium kembali ke darah dengan bekerja di tingkat tubulus distal ginjal. Rangsang yang ditimbulkan oleh hormon angiotensin II memicu korteks adrenal mensekresi aldosteron. Serangkaian reaksi yang dipicu oleh hormon renin dari sel-sel jukstaglomerular ginjal merangsang pembentukan angiotensin II. Akibat rendahnya natrium plasma dan tekanan darah maka dilepaskan renin. Sebagai hasil dari peningkatan kadar angiotensin II maka dirangsang pelepasan angiotensin II maka dirangsang pelepasan aldosteron dan keseimbangan natrium dan tekanan darah kembali normal.

Kalium

Kalium, ion intrasel utama di tubuh, berperan penting dalam menentukan potensial membran sel. Karena perubahan dalam konsentrasi ekstrasel dapat menimbulkan gangguan pada fungsi saraf dan jantung yang dapat menimbulkan kematian maka pengaturan kadar kalium dalam cairan ekstrasel dilakukan dengan cermat, meski konsentrasinya dalam ekstrasel rendah. Kalium dapat berpindah di antarakompartemen intrasel dan ekstrasel, bergantung pada berbagai pengaruh saraf dan hormon serta pH cairan ekstrasel. Sumber kalium di tubuh didapat dari makanan. Ekskresi kalium terutama terjadi melalui urine, dengan sejumlah kecil lewat keringat dan tinja. Faktor pengontrol utama simpanan kalium total di tubuh adalah hormon aldosteron. Ginjal memelihara keseimbangan kalium. Kalium difiltrasi secara bebas di glomerulus dan kemudian sedikitnya 80% direabsorbsi. Apabila pemasukan kalium dari makanan berlebihan maka ginjal juga dapat mensekresikan kalium melalui urine agar kembali seimbang. Apabila pemasukan kalium dari makanan rendah, maka tidak ada yang disekresi melalui urine dan semua direabsorbsi. Peningkatan sekresi terjadi sebagai respons terhadap rangsangan tubulus distal ginjal oleh hormon aldosteron. Seperti yang diuraikan sebelumnya, angiotensin II dilepaskan sebagai respons terhadap aldosteron dari korteks adrenal. Pelepasan aldosteron, pada tingkat yang lebih rendah, juga dirangsang secara langsung oleh kalium plasma yang rendah, juga dirangsang secara langsung oleh kalium plasma yang rendah dan peningkatan hormon adrenokortikotropin (ACTH) hipofisis.

Kesimpulan Ginjal merupakan organ tubuh yang sangat berperan dalam mempertahankan homeostasis cairan tubuh. Untuk menjaga homeostasis cairan tubuh tersebut, ginjal menjalankan fungsi ekskresinya yaitu menghasilkan urin. Dalam menghasilkan urin, terdapat tiga proses dasar pembentukan urin, yaitu : filtrasi, reabsorpsi dan sekresi. Filtrasi berarti glomerulus menyaring darah yang masuk ke kapiler glomerulus untuk melewati saringannya yaitu membran filtrasi glomerulus. Reabsorpsi adalah penyerapan kembali zat-zat hasil filtrasi tersebut (filtrat) yang masih dibutuhkan oleh

tubuh dari tubulus renalis ke kapiler peritubuler. Sekresi adalah pengeluaran zat-zat yang berlebihan dari tubuh (kapiler peritubuler) ke tubulus renalis. Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai