Anda di halaman 1dari 15

Abstrak:

Ginjal sebagai salah satu organ pengatur regulasi homeostatis dalam tubuh memiliki tugas
yang vital. Selain pengatur regulasi air, ginjal juga bertugas mengeluarkan zat-zat sisa ke
dalam urin, melepaskan hormon, serta melakukan metabolisme zat-zat tertentu. Urin yang
dihasilkan berasal dari filtrasi plasma darah yang dilakukan dengan bantuan sekresi dan
reabsorpsi. Dengan ini ginjal dapat memastikan cairan tubuh tetap seimbang, dan tidak ada
zat baik yang terbuang maupun zat racun yang tertinggal dalam darah. Dalam mereabsorpsi
terutama, ginjal dibantu oleh hormon-hormon yang mengatur permeabilitas dinding tubuli
ginjal. Bila terjadi ketidakseimbangan cairan, maka ginjal akan mengatur sedemikian rupa
hingga keadaan tubuh tidak akan memburuk. Salah satunya pada keadaan dehidrasi akibat
mencret, maka ginjal akan mengatur pengeluaran air dari tubuh, sehingga air yang
dikeluarkan akan dikurangi.

Kata kunci: Anuria; Muntaber

Abstract: Kidney as a regulating organ in the body has a homeostatic regulation of the vital
tasks. In addition to regulating water regulation, the kidney is also responsible for issuing
residual substances into the urine, releasing hormone, as well as to metabolize specific
substances. Urine produced from blood plasma filtration is done with the help of secretion
and reabsorbtion. With the kidneys can ensure body fluids remain balanced, and there is no
substance either wasted or toxic substance that remains in the blood. In reabsorbing
especially, kidney aided by the hormones that regulate the permeability of the walls of renal
tubules. If there is an imbalance of fluid, the kidneys will be set such that the body condition
will not deteriorate. One was in a state of dehydration from diarrhea and vomiting, the
kidneys will regulate water discharge from the body, so that the water released will be
reduced.
Keywords: Anuria; Vomitin

Pendahuluan

Sistem kemih berfungsi untuk menghasilkan filtrat yang akan dibuang keluar tubuh.
Filtrat ini harus dikeluarkan karena bersifat beracun bagi tubuh. Organ yang termasuk sistem

1
kemih diantaranya adalah ginjal, ureter, vesica urinaria, dan uretra. Pada makalah ini,
masalah yang akan dibahas adalah anak perempuan berusia 3 tahun yang hanya kencing satu
kali 6 jam sejak tadi malam akibat mencret. Penulisan makalah ini bertujuan agar pembaca
mengetahui struktur yang terkait dengan urogenital secara makroskopik (anatomi) dan
mikroskopik (histologi), mekanisme kerja sistem kemih, keseimbangan cairan tubuh dan
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cairan dalam tubuh. Penulis mengambil hipotesis
bahwa anak tersebut kencingnya satu kali 6 jam karena adanya gangguan makanisme kerja
sistem kemih dan keseimbangan pada cairan tubuh.

Struktur Makroskopis

Ren atau ginjal terletak di retroperitoneal, yaitu antara periteum parietale dan fascia tranversa
abdominalis, pada sebelah kanan dan kiri columna vetebralis. Topografi ginjal dan
hubungannya terhadap organ-organ lain adalah sebagaiberikut:1

• Superior: diafragma

• Inferior: muskulus quadratus lumborum


• Posterior: posterior ginjal dilindungi oleh otot punggung yang tebal, tulang rusuk XI dan
XII
• Anterior ginjal kanan berhubungan dengan glandula suprarenalis, liver (dipisahkan oleh
hepatorenal recess), duodenum pars desendens dan ascending colon.
• Anterior ginjal kiri berhubungan dengan organ gaster, spleen, pankreas, jejenum, dan
descending colon

2
Gambar 1. Ginjal

Ginjal terletak di belakang peritoneum (retro peritoneal) pada bagian belakang rongga
abdomen. Letak ginjal kanan lebih rendah dari pada ginjal kiri karena terdapat organ hati
diatasnya. Ginjal sebelah kiri terletak pada iga ke-11 columna vertebralis/ Lumbal 2-
3,sementara ginjal sebelah kanan di iga ke-12 columna vertebralis/ Lumbal 3-4. Saat
inspirasi, kedua ginjal tertekan ke bawah karena kontraksi diafragma. Jarak ginjal kanan dan
kiri pada jarak kutub atas ( 7 cm), jarak kutub bawah ( 11 cm), dan jarak kutub bawah ke
crista iliaca (3-5 cm).1

Ginjal memiliki tiga pembungkus, yaitu kapsula fibrosa, langsung menempel dengan
organ ginjal dan tidak membungkus anak ginjal, kapsula adiposa (jaringan lemak) untuk
mempertahankan ginjal pada tempatnya, lalu dikelilingi oleh lemak perinefrik yang berfungsi
untuk melindungi ginjal dari trauma, dan fascia renalis, membungkus ginjal dan anak ginjal.
Pada bagian distal terbuka, ini bisa menyebabkan infeksi yang menjalar ke proksimal.1

Pada bagian medial setiap ginjal, terdapat cekungan yang disebut hilum. Arteria renal
dan saraf memasuki ginjal melalui hilum, sedangkan vena renal, saluran limfa, dan ureter
keluar dari ginjal juga melalui hilum. Jika ginjal dibelah membujur, ginjal terdiri dari dua
bagian:2

 Korteks, terletak di bagian luar dari ginjal, dimana tedapat semua glomerulus.
Sebagian besar nefron (unit fungsional ginjal) terdapat pada korteks. Korteks dibagi
dua lapis lagi yakni korteks bagian luar, dimana terdapat 85% glomelurus dengan
ansa Henle pendek, hanya sampai medula bagian luar. Dan korteks bagian dalam
terdapat 15% glomelurus dengan ansa Henle yang panjang, sampai masuk ke medula
bagian dalam, sejajar dengan duktus koligens.
 Medula, terletak di bagian dalam dari ginjal, terdiri dari 8-10 piramid dan berwarna
lebih gelap daripada korteks. Tampak garis-garis radial dari dasar ke apeks ginjal.
Medula terdiri dari piramid, calyx mayor, calyx minor dan pelvis renis.

Sebelum masuk ke ginjal, ureter melebar dan membentuk pelvis ginjal. Kemudian,
pelvis ginjal bercabang dan membentuk 2-3 calyx mayor. Setiap calyx minor terdiri dari
papila ginjal, yang merupakan apeks dari piramida ginjal. Ureter keluar dari ginjal di
belakang peritoneum pada muskulus psoas dan kemudian memasuki pelvis di depan sendi

3
sakroiliaka. Ureter menyusuri dinding lateral pelvis menuju spina iliaka, lalu belok ke arah
depan dan medial memasuki kandung kemih. Ureter menembus dinding kandung kemih
sekitae 2 cm sebelum bermuara di kandung kemih. Urin melewati ureter dengan gerakan
peristaltik. Ureter memiliki tiga penyempitan di mana batu ginjal dapat terbentuk. Saraf
aferen dari ureter memasuki korda spinalis pada T11, T12, L1, dan L2. Kandung kemih
dipersarafi oleh S3, S4, dan S5.2

Ga
mbar 2. Fascies Anterior Renalis.

Gambar 3. Fascies Posterior Renalis.

Struktur Mikroskopis

4
Gambar 5. Ginjal

Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan medulla ginjal. Di dalam
korteks terdapat berjuta-juta nefron, dimana setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron.
sedangkan di dalam medulla banyak terdapat duktuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional
terkecil dari ginjal yang terdiri atas, tubulus kontortus proksimalis, korpuskulus renal,
tubulus kontortus distalis, segmen tipis dan tebal ansa Henle, dan tubulus kolegens. Darah
yang membawa sisa-sisa hasil metabolisme tubuh difiltrasi di dalam glomeruli kemudian
ditubuli ginjal, beberapa zat yang masih diperlukan tubuh mengalami reabsorbsi dan zat-zat
hasil sisa metabolisme mengalami sekresi bersama air membentuk urine. Setiap hari tidak
kurang 180 liter cairan tubuh difiltrasi di glomerulus dan menghasilkan urine 1-2 liter. Urin
yang terbentuk di dalam nefron disalurkan melalui piramida ke sistem pelvikalises ginjal
untuk kemudian disalurkan ke dalam ureter.3

Gambar 6. Glomerulus.

Glomerulus

5
Glomerulus merupakan anyaman pembuluh darah kapiler, yang merupakan cabang
dari arteriol aferen. Setelah memasuki badan ginjal (korpus ginjal) korpuskula renalis, arteriol
aferen biasanya bercabang menjadi 2-5 cabang utama yang masing-masing bercabang lagi
menjadi jala jala kapiler. Tekanan hidrostatik darah arteri yang terdapat dalam kapiler-kapiler
ini. glomelurus diatur oleh arteriol eferen.3

Gambar 7. Korteks Ginjal

Kapsula Bowman
Berkas kapiler glomelurus dikelilingi oleh kapsula Bowman. Glomerulus berfungsi
sebagai penyaring darah. Kapsula Bowman merupakan epitel berdinding ganda. Lapisan luar
kapsula Bowman terdiri atas epitel selapis gepeng, dan lapisan dalam tersusun atas sel-sel
khusus yang disebut podosit (sel kaki) yang letaknya meliputi kapiler glomerulus. Antara
kedua lapisan tersebut terbentuk rongga kapsul Bowman. Sel-sel podosit, membrana basalis,
dan sel-sel endotel kapiler membentuk lapisan (membran) filtrasi yang berlubang-lubang
yang memisahkan darah yang terdapat dalam kapiler dengan ruang kapsuler. Selsel endotel
kapiler glomerulus mempunyai pori-pori sel lebih besar dan lebih banyak daripada kapiler-
kapiler pada organ lain. Hasil filtrasi cairan darah disebut cairan ultrafiltrat (urin primer)
selanjutnya ditampung pada rongga kapsul.3

Korpuskulum renal
Korpuskulum renal adalah segmen awal setiap nefron. Di sini, darah disaring melalui
kapiler-kapiler glomerulus dan filtratnya ditampung didalam rongga kapsular yang terletak di
antara lapisan parietal dan visceral kapsul bowman. Setiap korpuskulum renal mempunyai
kutub vascular yamg merupakan tempat keluar masuknya pembuluh darah dari
glomerulus.Ukuran diameter korpuskel ginjal bervariasi dari 150 sampai 250 μm. Lapisan
parietal kapsula bowman tersusun dari epitel selapis gepeng dengan inti agak menonjol ke
rongga kapsula. Organel sitoplasma kurang berkembang.3

Aparatus jukstaglomerulus

6
Pada tunika media terdapat sel-sel otot polos. Sel ini berdekatan dengan endotel dan
berhubungan erat dengan makula densa. Makula densa tidak mempunyai lamina basal.
Berhubungan dengan sel yang bergranula terdapat sel berwarna pucat disebut sel lasic atau
sel mesangial ekstraglomerular.3

Tubulus Kontortus Prokimalis

Struktur ini merupakan segmen berkelok-kelok, yang bagian awal dari tubulus ini
panjangnya dapat mencapai 14 mm dengan diameter 57-60 m. Tubulus
konvulatus proksimalis biasanya ditemukan pada potongan melintang kortek yang
dibatasi oleh epithel selapis kubis atau silindris rendah, dengan banyak dijumpai mikrovilli
yang panjangnya bisa mencapai 1,2 m dengan jarak satu sama dengan yang lainnya 0,03 m.
Karakteristik dari tubulus ini ditemukan apa yang disebut Brush Border, dengan lumen yang
lebar dan sitoplasmanya epitel yang jernih.3

Ansa Henle

Ansa henle banyak dijumpai di daerah medula dengan diameter bisa mencapai
15 mm. Ansa henle berbentuk seperti huruf “U” yang mempunyai segmen tebal dan diikuti
oleh segmen tipis (kelanjutan dart tubulus kontorus proksimal). Pada bagian desenden
(berjalan turun)mempunyai lumen yang kecil dengan diameter 12m panjang 1-2 mm,
sedangkan bagian asenden (berjalan ke atas) mempunyai lumen yang agak besar dengan
panjang 9 mm dengan diameter 30 m.3

Epitel dari Ansa Henle merupakan peralihan dari epithel silindris rendah / kubus
sampai squomus, biasanya pergantian ini terdapat di daerah sub kortikal pada medula, tapi
bisa juga terjadi di daerah atas dari Ansa Henle.

Tubulus Kontortus Distalis

Perbedaan struktur histologi dengan tubulus kontortus proksimalis antara lain : sel
epitelnya besar, mempunyai brush border, lebih asidofil, potongan melintang pada tempat
yang sama mempunyai epitel lebih sedikit, sedangkan Tubulus Konvulatus distalis : sel epitel
lebih kecil dan rendah, tidak mempunyai brush border, kurang asidofil, lebih banyak epitel
pada potongan melintang.3

Sepanjang perjalanan pada kortek, tubulus ini mengadakan hubungan dengan katup
vaskuler badan ginjal dari nefronnya sendiri yakni dekat dengan anteriole aferent dan eferent.

7
Pada tempat hubungan ini, tubulus distalis mengadakan modifikasi bersama dengan arteriola
aferens. Segmen yang mengadakan modifikasi bersama dengan arteriola aferens. Segmen
yang mengadakan modifikasi ini pada mikroskop cahaya tampak lebih gelap ini disebabkan
dekatnya dengan inti disebut Makula densa.3

Fungsi makula dense belum begitu jelas akan tetapi beberapa ahli mengatakan,
fungsinya adalah sebagai penghantar data osmolaritas cairan dalam tubulus distal ke
glomerulus. Pada makula dense yang dekat dengan arteriola aferent mengandung sel juksta
glomerulus yaitu sel yang mempunyai bentuk epiteloid dan bukan sel otot polos dan ini
mungkin merupakan modifikasi dari otot polos. Sel ini menghasilkan enzim renin. Hormon
ini mengubah hipertensinogen menjadi hipertensin (angiotensin). Angiotensin mempengaruhi
tunika media dari arteriola untuk berkontraksi, yang mengakibatkan tekanan darah menjadi
naik.3

Tubulus kolektivus (Tubulus Koligens)

Merupakan lanjutan dari nefron bagian tubulus kontortus distalis dan mengisi
sebagian besar daerah medula. Tubulus kolektivus bagian depan mempunyai lumen yang
kecil berdiameter sekitar 40 m dengan panjang 20-22 mm. Lumennya dilapisi epitel kubis
selapis, sedangkan tubulus kolektivus bagian belakangnya sudah berubah menjadi bentuk
silindris dengan diameter 200 m, panjangnya mencapai 30-38 mm.3

Filtrasi
Darah yang masuk ke dalam nefron melalui alteriol aferen dan selanjutnya menuju
glomerulus akan mengalami filtrasi tekanan darah pada arteriol aferen relatif cukup tinggi
sedangkan pada arteriol eferen relatif lebih rendah sehingga keadaan ini menimbulkan filtrasi
pada glomerulus. Cairan filtrasi pada glomerulus akan masuk menuju tubulus, dari tubulus
masuk menuju ansa henle, tubulus distal, duktus koligentes, pelvis ginjal, ureter, vesica
urinaria, dan akhirnya keluar berupa urine. Membran glomerulus memiliki ciri khas yang
berbeda dengan lapisan pembuluh darah lain, yaitu terdiri dari lapisan endotel kapiler,
membrane basalis, lapisan epitel yang melapisi capsula bowman. Permiabilitas membran
glomerulus 100-1000 kali lebih permiabel dibandingkan permiabilitas kapiler pada jaringan
lain.
      Laju Filtrasi Gomerulus ( GFR ) Glomerulus Filtration Rate dapat diukur dengan
menggunakan zat zat yang difiltrasi glomerulus akan tetapi tidak di sekresi maupun di
reabsorpsi oleh tubulus. Kemudian jumlah zat yang terdapat pada urine diukur persatuan
waktu dan dibandingkan dengan jumlah zat yang terdapat pada cairan plasma. Pengaturan
GRF rata rata normal pada laki laki 125ml/menit, GFR pada wanita lebih rendah

8
dibandingkan pada pria.4

Faktor faktor yang mempengaruhi  besarnya GFR antara lain :


1. Ukuran anyaman kapiler
2. Permiabilitas kapiler
3. Tekanan Hidrostatik dan tekanan osmotik yang terdapat di dalam atau diluar lumen
kapiler.

Proses terjadinya filtrasi tersebut dipengaruhi oleh adanya berbagai tekanan seperti :
1. Tekanan hidrostatik kapiler pada glomerulus (+)
2. Tekanan osmotic pada capsula bowman (-)
3. Tekanan osmotik koloid plasma (-)

       Ketiga faktor diatas berperan penting dalam peningkatan laju filtrasi, semakin tinggi
tekanan kapiler pada glomerulus semakin meningkat filtrasi dan sebaliknya semakin tinggi
tekanan pada capsula bowman serta tekanan osmotik koloid plasma akan menyebabkan
semakin rendahnya filtrasi yang terjadi pada glomerulus. Komposisi filtrat pada glomerulus
dalam cairan filtrat tidak ditemukan erytrocit, sedikit mengandung protein ( 1/200 protein
plasma ). Jumlah elektrolit dan zat zat terlarut lainnya sama dengan yang terdapat  dalam
cairan interstilstil pada umumnya. Dengan demikian komposisi cairan filtrate cairan
glomerulus hampir sama dengan plasma kecuali dengan protein yang terlarut. Sekitar 99%
cairan filtrate tersebut di reabsorpsi kembali ke dalam tubulus ginjal.4

Faktor faktor yang mempengaruhi laju filtrasi glomerulus :


1. Tekanan Glomerulus, semakin tinggi tekanan glomerulus semakin tinggi laju filtrasi
semakin tinggi tekanan osmotic koloid plasma semakin menurun laju filtrasi dan
semakin tinggi tekanan capsula bowman semakin menurun laju filtrasi.
2. Aliran darah ginjal, semakin cepat tekanan darah ke glomerulus semakin meningkat
laju filtrasi.
3. Perubahan Arteriol Aferen, apabila terjadi vasokontriksi arteriol aferen akan
menyebabkan tekanan darah ke glomerulus menurun keadaan ini akan menyebabkan
laju filtrasi menurun begitu pun sebaliknya.
4. Perubahan Arteriol Aferen pada keadaan vasokontriksi arteriol aferen akan terjadi
peningkatan laju filtrasi glomerulus begitupun sebaliknya.
5. Pengaruh perangsangan simpatis rangsangan simpatis ringan dan sedang akan
menyebabkan vasokontriksi arteriol aferen sehingga menyebabkan penurunan laju
filtrasi glomerulus.
6. Perubahan tekanan arteri peningkatan tekanan arteri melalui autoregulasi akan
menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah arteriol aferen sehingga menyebabkan
penurunan laju filtrasi glomerulus.5

Komposisi Filtrat Glomerulus

9
Dalam cairan filtrat tidak ditemukan eritrosit, sedikit mengandung protein (1/200 protein
plasma). Jumlah elektrolit dan zat-zat terlarut lainya sama dengan yang terdapat dalam cairan
interstitisl pada umunya. Dengan demikian komposisi cairan filtrate glomerulus hampir sama
dengan plasma kecuali jumlah protein yang terlarut. Sekitar 99% cairan filtrate tersebut
direabsorpsi kembali ke dalam tubulus ginjal.5

Reabsorbsi

Molekul protein berukuran kecil dan beberapa hormon peptide mengalami reabsorpsi
melalui proses endositosis di tubulus proksimal. Zat-zat lain disekresi atau direbsorpsi di
tubulus melalui proses difusi pasif antara sel dan melalui sel oleh difusi fasilitasi menurut
tingkat perbedaan tersebut. Perpindahan ini melalui kanal ion, pertukaran ion, kotransport dan
pompa ion, yang sebagian besar telah diklon dan pengaturan pembentukannya dipelajari.
Fungsi normal kanal ion ini belum jelas diketahui, tetapi kedua protein ini abnormal pada
penyakit ginjal polikistik autosomal dominan, yang menyebabkan parenkim ginjal lambat
laun diganti dengan kista berisi cairan sampai akhirnya terjadi kegagalan ginjal total. Untuk
dapat direabsorpsi, suatu bahan harus melewati lima sawar terpisah, yang disebut sebagai
transportasi transepitel (dari lumen tubulus ke kapiler peritubulus):
meninggalkan cairan tubulus dengan melintasi membran luminal sel tubulus, berjalan
melewati sitosol dari satu sisi sel tubulus ke sisi lainnya, menyebrangi membran basolateral
sel tubulus untuk masuk ke cairan interstisium, berdifusi melintasi cairan interstisium,
menembus dinding kapiler untuk masuk ke plasma darah. Untuk mengetahui persentase rata-
rata jumlah bahan yang difiltrasi dan yang disekresi mari lihat table 1 berikut.

Tabel 1. Persentasi Rata-Rata Bahan Reabsorbsi dan Ekskresi.5

Bahan Persentase Rata-Rata Bahan Persentase Rata-Rata Bahan


Hasil Filtrasi yang Hasil Filtrasi yang
Direabsorpsi Diekskresi
Air 99 1
Natrium 99,5 0,5
Glukosa 100 0
Urea (zat 50 50
sisa)
Fenol (zat 0 100
sisa)

10
Terdapat 2 jenis reabsorpsi tubulus, bergantung pada penggunaan energi lokal untuk
memindahkan bahan tertentu, yaitu :

a. Reabsorpsi pasif
    Jika semua langkah dalam transportasi transepitel bersifat pasif, tidak ada penggunaan
energi untuk memindahkan secara netto bahan tersebut, yang terjadi karena mengikuti
penurunan gradien osmotik atau elektrokimia.
Bahan yang direabsorpsi pasif contohnya adalah Cl-, H2O, dan urea yang disebabkan
reabsorpsi aktif Na+.

b. Reabsorsi aktif
    Jika salah satu dari 5 langkah tersebut memerlukan energy. Perpindahan netto suatu bahan
dari lumen ke plasma berlangsung melawan gradient elektrokimia.
Bahan yang direabsorpsi secara aktif adalah bahan yang penting bagi tubuh, diantaranya
Na+ (dengan Na+-K+ ATPase bergantung energi di membran basolateral), glukosa dan asam
amino (transport aktif sekunder yang berngantung pada Na+), dan nutrien organik lain (Tabel
2,3).

Tabel 2. Reabsorbsi dan Sekresi di Tubulus Proksimal dan Ansa Henle.6

Tubulus Proksimal Ansa Henle


Reabsorbsi Sekresi Reabsobsi Sekresi
Glukosa+as amino H+, bergantung pad Air 15% di pars Kemungkinan NaCl,
100%, kotranspor keasaman cairan tubuh desendens sekresi pasif
dengan Na+
Urea obligat 50% Ion organic NaCl 25%, reabsorbsi
aktif di pars ascendens
Natrium obligat 67%,
reabsorbsi aktif

Air obligat 65%

Fosfat 85%, kotranspor


sodium/fosfat

Karboksilat 100% oleh


pengangkut karboksilat

Potasium 65%

Bikarbonat 80-90%

Tabel 3. Reabsorbsi dan Sekresi di Tubulus Distal dan Duktus Koligens.6

Tubulus Distal Duktus Koligens


Reabsorbsi Sekresi Reabsorbsi Sekresi
Na+, fakultatif, kendali K+, kendali aldosteron Air, kendali ADH H+
aldosteron
H+
Air, fakultatif, kendali

11
ADH

Fungsi lain daripada ginjal salah satunya adalah sebagai penghasil hormone-hormon
seperti rennin dan eritropoietin. Namun ginjal bukan hanya menghasilkan hormone itu saja,
ginjal mensekresi hormone-hormon seperti:
1. Eritropoeitin
Hormon ini disekresi oleh ginjal yang nantinya akan dibawa ke sumsum tulang
belakang untuk pembentukan sel darah merah. Oleh sebab itu orang yang mengalami
sakit ginjal biasanya disertai dengan anemia karena kekurangan sekresi hormone ini.
2. Renin
Hormon ini dihasilkan oleh sel-sel juxtaglomerulosa dekat arterior afferent. Hormone
ini berfungsi untuk mengubah angiotensinogen yang dihasilkan oleh hati untuk diubah
menjadi angiotensin I. Sekresi hormone ini dirangsang oleh volume arteri yang
menurun, Na menurun pada nefron bagian distal, serta hipokalemia. Hormone ini
memliki efek vasokontriksi untuk meningkatkan tekanan darah.
3. Prostaglandin
Hormone ini memiliki efek vasodilatasi yaitu untuk menurunkan tekanan darah
4. Kalsitriol
Hormone ini disebut juga vitamin D3, yang merupakan bentuk aktif dari vitamin D
yang juga memiliki fungsi mengatur tekanan darah dengan cara mengatur
keseimbangan kadar kalsium.6

Komposisi urine mengandung zat-zat tertentu. Dengan melihat komposisi urine yang
normal, kita dapat membandingkan dengan komposisi urine yang abnormal. Komposisi urine
atau kandungan air kencing yang normal, hampir sama bagi sebagian besar orang.
Komposisi, pH, dan volume urin seseorang bervariasi tergantung pada kebutuhan
tubuh (homeostatis) akan zat-zat tertentu, pengeluaran racun, dan pengeluaran asam tubuh
yang tergantung jenis makanan dan volume air yang diminum. Urin normal biasanya
berwarna jernih, atau sedikit kuning yang disebabkan oleh pigmen urokrom (bilirubin dan
biliverdin). Massa jenis urin yaitu ± 1,005-1,04. Semakin pekat urin yang ditunjukkan dengan
warna makin kuning hingga coklat berarti makin tinggi berat jenisnya. Urin yang keruh
biasanya menunjukkan adanya kristal-kristal garam atau lendir. Berat jenis lendir yang
normal yaitu antara 1,002-1,035. Bila dibiarkan beberapa lama urin akan berbau pesing
karena terbentuk amoniak (NH3) dari urin atau dari amonium. Volume urin yang normal pada
manusia dewasa adalah 900-2100 cc per hari dengan pH normal antara 4,50-8,00.7

Fungsi ginjal sebagai homeostatis

12
Ginjal berperan dalam homeostatis secara lebih ekstensif dibandingkan dengan organ-
organ-organ lain. Ginjal mengatur komposisi elektrolit, volume dan pH lingkungan internal
dan mengeliminasi semua zat sisa metabolism tubuh, kecuali CO2 yang dikeluarkan oleh
system pernapasan. Ginjal melaksanakan fungsi pengaturan ini dengan mengeliminasi zat-zat
yang tidak dibutuhkan oleh tubuh melalui urin, misalnnya zat sisa metabolism dan kelebihan
garam / air, sementara menahan zat yang bermanfaat bagi tubuh. Organ ini juga mampu
mempertahankan konstituen-konstituen plasma yang konsentrasinya dijaga dalam rnatang
yang sempit agar tidak menganggu kehidupan walaupun pemasukan dan pengeluaran
konstituen-konstituen tersebut dari jalan lain sangat bervariasi.7
Berikut ini adalah cara-cara spesifik yang dilakukan ginjal untuk membantu
homeostatis.7
Fungsi Regulasi
 Ginjal mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar elektrolit CES ( Cairan
Ekstrasel ), termasuk elektrolit-elektrolit yang penting untuk mengatur ekstbilitas
neuromuskulus.
 Ginjal berperan mempertahankan pH yang sesuai dengan mengeliminasi kelebihan H+
(asam) / HCO3 (basa) dalam urin.
 Ginjal membantu mempertahankan volume plasma yang sesuai untuk pengaturan
jangka panjang tekanan darah arteri dengan mengontrol keseimbangan garam dalam
tubuh.
Fungsi Ekskresi
Ginjal mengekskresikan produk-produk akhir, metabolisme dalam urin. Zat-zat sisa
ini bersifat toksik bagi tubuh apabila tertimbun
Ginjal juga mengeksresikan banyak senyawa asing yang masuk ke dalam tubuh.
Fungsi Hormonal
Ginjal mengeksresikan eritropoiein, hormon yang merangsang produksi sel darah
merah oleh sumsum tulang. Fungsi ini berperan dalam homeostatis dengan membantu
mempertahankan kandungan O2 yang optimal di dalam darah lebih dari 98% O2 dalam
darah terikat ke hemoglobin di dalam sel darah merah.
Ginjal juga mensekresikan renin, hormon yang mengawali jalur renin angiotensin
aldosteron untuk mengontrol reabsorpsi Na+ oleh tubulus yang penting dalam
pemeliharaan jangka panjang volume plasma dan tekanan darah arteri.
Fungsi Metabolisme

13
Ginjal membantu mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya. Vitamin D penting
untuk penyerapan Ca++ dari saluran pencernaan, kalsium, sebaliknya memiliki banyak
fungsi homeostatik. 6

Kesimpulan
Ginjal memiliki peran penting dalam mempertahankan keseimbangan cairan tubuh
yaitu melalui berbagai mekanisme serta kerja hormon-hormonnya. Namun jika fungsi
ginjal terganggu, maka akan dapat mempengaruhi kerja ginjal. Diare merupakan salah
satu masalah yang merupakan penyebab tidak seimbangnya cairan dalam tubuh,
semakin banyak cairan yang dikeluarkan lewat diare, semakin berkurang pula
kandungan cairan yang dibutuhkan oleh tubuh. Oleh karena itu, menyebabkan proses
reabsorpsi menjadi meningkat dan tekanan osmotik meningkat sehingga konsentrasi
air dalam darah akan turun.

Daftar Pustaka

1. Snell, Richard S. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit
buku kedokteran EGC; 2006
2. Slonae E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Edisi ke-1. Jakarta : Penerbit buku kedokteran
EGC, 2004
3. L. C. Junqueira, J.Carneiro. Histologi dasar : teks & atlas alih bahasa 10 th . Bab 19 : sistem
perkemihan. 2007 : Penerbit buku kedokteran, Jakarta:369-387
4. Sherwood L. Human physiology, from cell to system 6th, chapter 14: the urinary
5. Jun Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC, 2001

14
6. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 6th ed. Jakarta : Penerbit buku kedokteran
EGC; 2013 p. 511-50
7. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. 20th ed. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC;
2003. p.671-99

15

Anda mungkin juga menyukai