Anda di halaman 1dari 8

Berpikir Kritis dalam Pemecahan Pengambilan Keputusan

Abstrak

Filsafat merupakan ilmu yang berusaha mencari sebab dari sesuatu berdasarkan pikiran
dan pemecahan yang sedalam-dalamnya. Di dalam filsafat yang dimana memiliki tujuan
untuk mencari pemecahan sedalam-dalamnya dapat dipengaruhi oleh perbedaan pendapat
antara satu dengan yang lain. Dalam mencari sebab dari sesuatu tersebut dapat dilakukan
atau dilihat dari sudut pandang yang berbeda dan juga menurut pengertian-pengertian
ilmu filsafat yang telah dikaji oleh ahli-ahli filsafat. Berpikir kritis dapat dilakukan dengan
pengumpulan informasi-informasi mengenai suatu hal yang akan ditinjau. Seperti yang juga
dialami oleh orang tua dari bayi Teresa yang tidak dapat menyumbangkan organ-organ
dari bayi Theresa yang menderita anensefalus untuk anak-anak yang membutuhkan
transplantasi organ karena perbedaan pendapat dalam hukum dan dunia kedokteran di
Florida. Terdapat kajian etis dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh orang tua
bayi Theresa.

Kata Kunci: anensefalus, Transplantasi organ, kritis, ilmu filsafat.

Abstract
Philosophy is the science of trying to find the cause of something based on the mind and
solving its deepest. In the philosophy which has the purpose of finding solutions to the
heartiest can be influenced by differences of opinion between one another. In searching for
the cause of something that can finished or seen from a different point and also according to
the idea of philosophy that has been studied by philosophers. Critical thinking can finished
by gathering information about a matter that will review . As though shared by parents of
babies Teresa who can't donate the organs of babies suffering from anencephaly Theresa for
children who need organ transplants because of disagreements in law and medicine in
Florida. There is a study of ethical decision-making is done by the parents of infants
Theresa.

Keywords: anencephaly, organ transplantation, critical philosophy

Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari-hari, kita senantiasa dihadapi dengan begitu banyak


perbedaan di berbagai bidang. Meskipun, ada beberapa bidang yang dapat bekerja sama
dengan baik namun pasti akan dihadapi beberapa kendala karena berbedanya ilmu
pengetahuannya, prinsip-prinsip dasar, dan masih banyak lagi. Ilmu filsafat memiliki arti
yang sangat luas karena ilmu filsafat ingin mengajarkan kita untuk mencari hakikat
kebenaran dari segala sesuatu yang, baik dalam kebenaran berpikir (logika), berperilaku
(etika), maupun dalam mencari hakikat atau keaslian (metafisika). Etika di sini sama artinya
dengan filsafat moral.1,2Maka dari itu ilmu filsafat yang menyangkut dengan pengetahuan
atau di sebut kajian epistemologi (teori pengetahuan) yang berhubungan dengan silogisme
kategoris dan silogisme hipotesis. Dimana dalam ilmu filsafat ada juga kajian etis, pada
kajian ini lebih mengarah kepada seperti apa kewajiban kita sebagai manusia yang memiliki
moral untuk menjaga lingkungan dan menghormati sesama manusia.Tinjauan pustaka ini
akan membahas mengenai masalah Theresa Ann Campo Perso, seorang anak penderita
rumpang otak atau anencephaly, dimana orang tua bayi Theresa hendak mendonorkan organ-
organ bayi mereka demi yang lebih membutuhkan namun kehendak tersebut tidak diizinkan
oleh hukum di Florida. Tujuan pembuatan tinjauan pustaka ini agar pembaca dapat
memahami mengenai berpikir kritis dengan baik sehingga dapat menerapkannya ketika
menghadapi hal-hal tersebut seperti menghadapi kasus bayi Theresa. Kiranya informasi pada
tinjauan pustaka ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Definisi berpikir kritis

Sebelum kita memahami mengenai berpikir kritis, kita perlu mengetahui mengenai berpikir.
Menurut Ruggiero, berpikir merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan
atau memecahkan masalah, membuat keputusan, memenuhi keinginan untuk memahami,
sebuah pencarian jawaban, dan sebuah pencapaian makna. Berpikir membantu kita dalam
kegiatan yang kita lakukan sehari-hari, yaitu memecahkan masalah kita, bertindak dalam
membuat keputusan, memudahkan dalam pemahaman sesuatu, membantu mencari jawaban,
dan membantu mencapai sesuatu.3 Berpikir membantu kita mengetahui tentang mana yang
benar dan salah, iya dan tidak, serta fakta atau opini. Setelah mengetahui tentang berpikir,
mari kita bahas mengenai berpikir kritis.

Kata kritis berasal dari bahasa Yunani yaitu kritikos dan kriterion. Kata kritikos berarti
‘pertimbangan’ sedangkan kriterion mengandung makna ‘ukuran baku’ atau ‘standar’. Secara
etimologi, kata ’kritis’ mengandung makna ‘pertimbangan yang didasar-kan pada suatu
ukuran baku atau standar’. Dengan demikian, berpikir kritis mengandung makna suatu
kegiatan mental yang dilakukan seseorang untuk dapat memberi per-timbangan dengan
menggunakan ukuran atau standar tertentu.4 Berpikir kritis adalah berpikir secara rasional
dalam menilai suatu hal. Untuk menilai suatu hal secara rasional, perlu adanya pengumpulan
informasi-informasi dan ilmu pengetahuan mengenai suatu hal. 5 Oleh karena itu, berpikir
kritis penting dalam setiap tindakan yang akan kita lakukan.

Kajian epistemologi

Dalam berpikir kritis, perlu adanya pengumpulan ilmu-ilmu pengetahuan mengenai suatu hal.
Oleh sebab itu, perlu adanya kajian epistemologi. Apa itu epistemologi? Secara etimologis,
epistemologi berasal dari bahasa Yunani, gabungan kata ”episteme” dan ”logos”. Episteme
berarti pengetahuan sedangkan logos lazimnya menunjukkan teori atau pengetahuan secara
sistemik. Epistemologi adalah cabang ilmu yang membahas masalah-masalah filosofis yang
berkaitan tentang ilmu pengetahuan. Epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal‐
usul, asumsi dasar, sifat‐sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan.4 Epistemology tidak
hanya dari kajian mengenai ruang lingkup dari kajian epistemologi itu sendiri melainkan
semua yang dikaji mencakup tentang keseluruhan objek yang ada di muka bumi. Dalam
arti bahwa kajiannya sangat luas dan tidak berbatas. Ketika seluruh ilmu dan objek yang
ada di di bumi telah dikaji dengan sangat mendalam. Pada epistemologi membahas
pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimanakah cara atau proses untuk mendapatkan suatu
pengetahuan?, bagaimana prosedurnya, dan Hal apakah yang harus diperhatikan agar
mendapat pengetahuan yang benar?.6 Dalam kaitannya dengan kasus bayi Theresa, adanya
pertentangan dalam melakukan transplantasi organ di bidang kedokteran dan di bidang
hukum khususnya di Florida. Sebelum kita membahas mengenai pertentangan tersebut, kita
perlu membahas mengenai transplantasi organ. Ratna Suprapti Samil mendefinisikan
transplantasi sebagai pemindahan suatu jaringan atau organ tertentu dari suatu tempat ke
tempat lain dengan kondisi tertentu.6 Menurut Medicastore, pencangkokan atau transplantasi
adalah pemindahan sel, jaringan maupun organ hidup dari pendonor kepada resipien atau
penerima dengan tujuan mengembalikan fungsi yang telah hilang. 7 Transplantasi merupakan
pemindahan sel, jaringan, maupun organ hidup dengan kondisi tertentu dari pendonor ke
resipien atau penerima bertujuan mengembalikan fungsi yang telah hilang. Selain itu
pencangkokan (Transplantasi) adalah pemindahan sel,jaringan maupun organ hidup dari
seseorang (donor) kepada orang lain (resipien atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh
lainnya (misalnya pencangkokan kulit), dengan tujuan mengembalikan fungsi yang telah
hilang.
Dalam mengumpulkan ilmu-ilmu pengetahuan, kita perlu suatu “garis besar” atau
rangkuman dari ilmu-ilmu tersebut agar lebih mudah dipahami dan untuk menjernihkan isi
pengetahuan. Untuk itu, adanya silogisme.Silogisme kategoris merupakan silogisme yang
menggunakan bentuk kalimat deklaratif dan informatif. Silogisme ini biasanya digunakan
dalam percakapan sehari-hari, surat kabar, majalah, dan lain-lain. Silogisme ini terdiri atas 3
proposisi dimana 2 proposisi pertama adalah premis dan proposisi terakhir adalah simpulan.
Contoh : Semua mahasiswa kedokteran memakai baju putih, Randy adalah mahasiswa
kedokteran, jadi Randy memakai baju putih. Silogisme Hipotesis ini dapat dibedakan menjadi
4 macam , yaiu : Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh : Jika hari ini cerah , saya akan ke rumah kakek ( premis mayor ), hari ini cerah
( premis minor ), maka saya akan kerumah kakek ( kesimpulan ). Yang kedua silogisme
hipotesis yang premis minornya mengakui bagian konsekuen, contoh : Jika hutan banyak
yang gundul , maka akan terjadi global warming ( premis mayor ), sekarang terjadi global
warming ( premis minor ), maka hutan banyak yang gundul ( kesimpulan ). Silogisme
hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent. Contoh : jika pembuatan karya tulis
ilmiah belum di persiapkan dari sekarang, maka hasil tidak akan maksimal pembuatan karya
ilmiah telah di persiapkan maka hasil akan maksimal, silogisme hipotesis yang premis
minornya mengingkari konsekuen. Contoh : bila presiden Mubarak tidak turun , para
demonstran akan turun ke jalan, para demonstran akan turun ke jalan, jadi presiden Mubarak
tidak turun.

Sedangkan Silogisme Hipotesis merupakan silogisme yang menggunakan bentuk kalimat


bersyarat. Ada 3 model proposisi dalam silogisme hipotesis, yaitu : yang pertama proposisi
hipotesis kondisional, ada saling tergantung antara 2 proposisi. Rumusannya: jika... maka.
Contoh : jika mencubit tangan maka tangan akan memerah. Yang kedua Proposisi hipotesis
disyungtif. Menawarkan 2 kemungkinan dan memilih salah satu saja. Rumusannya :
“...atau ...atau...” “atau... salah satu”. Contoh : atau ketua kelas atau wakil ketua kelas yang
akan memanggil guru untuk mengajar. Yang pertama proposisi konyungtif 1 term subyek
tidak bisa atau mengingkari persesuaian 2 term predikat. Rumusannya : “...tidak
sekaligus...dan...” Contoh : Tika tidak bisa berada di kampus 1 UKRIDA dan kampus 2
UKRIDA sekaligus.7,8

Kajian etis
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak pernah terlepas dari setiap tindakan yang kita
lakukan. Adanya etika yang mengatur tindakan kita sehari-hari. Etika berasal dari bahasa
Yunani ethos yang berarti adat istiadat/kebiasaan yang baik. Etika adalah kebiasaan
seseorang yang baik. Etika memiliki suatu sifat yang mendasar, yaitu bersifat kritis, karena
etika mempersoalkan norma-norma yang dianggap berlaku layaknya memiliki dasar norma-
norma tersebut, mempersoalkan hak dari setiap lembaga, seperti orang tua, sekolah, negara
dan agama untuk memberikan perintah atau larangan yang harus ditaati. 9 Dalam menentukan
dan membuat suatu tindakan yang rasional dan penuh tanggung jawab, perlu ada beberapa
aspek berikut: dalam menjalankan tindakan kita perlu mengetahui apa yang harus kita
lakukan, apa yang dapat kita lakukan, dan dalam kondisi atau situasi seperti apa kita
bertindak.
Etika situasi menolak adanya peraturan dan norma-norma moral yang berlaku di mana-mana
dan bagi siapa saja, dan mengembalikkan moralitas pada tanggung jawab individual masing-
masing orang berdasarkan panggilan unik setiap situasi. 10 Setiap situasi mempunyai
tuntutannya sendiri. Maka etika situasi menolak adanya norma-norma dan peraturan-
peraturan moral yang berlaku umum. Pada kasus bayi Theresa, orang tua bayi Theresa sudah
merelakan organ-organ bayi mereka untuk diberikan bagi anak-anak lain yang membutuhkan
organ-organ tersebut dan itu merupakan suatu tindakan mulia namun hukum di Florida tidak
memperbolehkan pengambilan organ-organ kalau si pemberi belum meninggal. Orang tua
bayi Theresa bisa saja berkata kepada dokter untuk melakukan transplantasi organ dengan
mengabaikan hukum tersebut. Menurut pandangan etika, orang tua bayi Theresa bisa
dianggap salah karena tidak menaati hukum yang berlaku. Maka, orang tua bayi Theresa
hanya bisa menaati hukum tersebut. Selain itu orang tua dari bayi Theresa juga merasakan
yang namanya dilema. Dilema dimana ketika kita akan melakukan sesuatu atau ingin
mengambil suatu keputusan, akan ada suatu masa dimana kita mengalami dilema. menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dilema/di·le·ma/ /diléma/ n situasi sulit yang
mengharuskan orang menentukan pilihan antara dua kemungkinan yang sama-sama tidak
menyenangkan atau tidak menguntungkan; situasi yang sulit dan membingungkan. 10 situasi
ini cukup menentukan keputusan atau tindakan yang akan kita ambil. Dapat dilihat dari
skenario E dimana orang tua dari bayi Theresa yang berada dalam keadaan dilemma, dalam
hal ini orang tua dari bayi Theresa dilema karena disaat mereka akan merelakan organ tubuh
anaknya untuk di transplantasi dan menolong anak-anak lain, dan juga ada dokter yang setuju
dengan keputusan mereka tetapi karena hukum yang berlaku di Florida yang tidak
mengizinkan transplantasi organ apabila pendonor masih hidup. Untuk mengabil keputusan
yang cukup penting dampaknya maka kita dapat melihatnya dari yang pertama keputusan
universal, adalah suatu perbuatan manusia yang mengakui atau memungkiri hubungan antara
subyek dan predikat. Keputusan universal merupakan suatu tindakan dimana predikat
mengakui atau memungkiri keseluruhan luas subyek.11 Dan yang kedua yaitu keputusan
partikular merupakan suatu tindakan dimana predikat mengakui atau memungkiri sebagian
dari keseluruhan luas subyek. Perbedaan antara keputusan universal dan partikular terletak
pada kuantitas luas subyek.

Hukum Kematian Menurut WHO (world health organization)


Brain Death
Irreversible cessation of cerebral and brain stem function; characterized by absence of
electrical activity inthe brain, blood flow to the brain, and brain function as determined by
clinical assessment of responses. A brain dead person is dead, although his or her
cardiopulmonary functioning may be artificially maintained for some time, Cardiac Death
death resulting from the irreversible cessation of circulatory and respiratory function; an
individual who is declared dead by circulatory and respiratory criteria may donate tissues
and organs for transplantation, death Diagnosis Confirmation of death from evidence
acquired through clinical investigation / examination, meeting criteria of brain or cardiac
death, deceased donor a human being declared, by established medical criteria, to be dead
and from whom cells, tissues or organs were recovered for the purpose of transplantation,
the possible medical criteria are: first,Deceased Heart Beating Donor (Donor after Brain
Death): Is a donor who was declared dead and diagnosed by means of neurological criteria,
deceased Non-Heart Beating Donor (Donor after Cardiac Death) = Non-heart beating
donor (NHBD): Is a donor who was declared dead and diagnosed by means of cardio-
pulmonary criteria.14

Hukum Kematian di Florida


Di Negara Florida, organ seseorang tidak boleh di transplantasikan selama jantung orang
tersebut masih berdetak. Utilitarisme bersifat komunitas atau komuni yang dapat
dilakukan orang, yang menjadi ukuran dasar prinsip ini merupakan kebahagiaan yang
menyangkut apa yang benar dalam perilaku bukan hanya kebahagiaan sendiri melainkan
kebahagiaan semua orang. Seperti pada skenario E dimana orang tua dari bayi Theresa
yang merelakan organ anaknya untuk di transplantasikan dengan tujuan untuk membantu
anak-anak di seluruh dunia yang memerlukan bantuan atau hadiah agar mereka dapat
sembuh dari penyakitnya. Karena melihat dari manfaat terbesar dan jumlah terbesar agar
tercapainya kebahagiaan. Pada prinsip ini menuntut kita untuk tidak bijaksana, bersikap
keras dan kritis, baik hati, dan melakukan sesuatu tanpa pamrih.12 Maka sebuah tujuan
dari perbuatan yang kita lakukan paling kurang harus menghindari atau mengurangi
kerugian yang akan mengakibatkan perbuatan yang dilakukan, baik untuk
individuataupun orang lain. Dengan demikian untuk memperbesar dan mendapatkan
keuntungan yang dihasilkan oleh kedua orang tua bayi Theresa sudah sesuai, karena
organ tersebut sangat berguna untuk anak-anak lain yang menderita kelainan fungsi
organ.

Teori Tujuan Perbuatan


Menurut kaum utilitarianisme, tujuan perbuatan sekurang-kurangnya menghindari
atau mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh perbuatan yang dilakukan, baik bagi
diri sendiri ataupun orang lain.11 Pada prinsip ini menuntut kita untuk tidak bijaksana,
bersikap keras dan kritis, baik hati, dan melakukan sesuatu tanpa pamrih.12,14 Maka
sebuah tujuan dari perbuatan yang kita lakukan paling kurang harus menghindari atau
mengurangi kerugian yang akan mengakibatkan perbuatan yang dilakukan, baik untuk
individuataupun orang lain. Istilah ini juga sering disebut sebagai teori kebahagiaan
terbesar (the greatest happiness theory).14 Adapun maksimalnya adalah dengan
memperbesar kegunaan, manfaat, dan keuntungan yang dihasilkan oleh perbuatan yang
akan dilakukan, perbuatan harus diusahakan agar mendatangkan kebahagiaan daripada
penderitaan, manfaat daripada kesia-siaan, keuntungan daripada kerugian, bagi sebagian
besar orang, dengan demikian, perbuatan manusia baik secara etis dan membawa
dampak sebaik-baiknya bagi diri sendiri dan orang lain.11-14 Sebaliknya, yang jahat atau
buruk adalah yang tak bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan, karena itu, baik
buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan
menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini, tersusunlah teori tujuan perbuatan. 10

Simpulan
Dari skenario E dengan kasus transplantasi organ seorang bayi, dimana bayi ini menderita
rumpang otak atau anencephally dengan tingkat hidup yang rendah maka kedua orang tua
dari bayi tersebut menginginkan agar organ bayi itu di donasikan kepada anak-anak diseluruh
dunia untuk memberi harapan hidup bagi anak lain. Keputusan orang tua Bayi Theresa
didasarkan pada gagasan bahwa Bayi Theresa segera akan meninggal, organ-organ tubuhnya
tidak berguna bagi tubuhnya. Selain itu karena adanya perbedaan pendapat antara dunia
kedokteran dan pemahaman hukum di Florida yang menyebabkan perasaan dilemma dari
kedua orang tua bayi tersebut. Maka dari itu ketika kita hendak bertindak atau mengambil
keputusan, perlu adanya berpikir kritis yang diolah dari beberapa informasi-informasi atau
ilmu-ilmu pengetahuan yang saling berkaitan dengan masalah yang akan ditindak lanjuti atau
keputusan dalam pemecahan masalah tersebut karena dalam setiap tindakan atau keputusan
yang kita hasilkan berpengaruh terhadap etika yang berlaku sehingga perlu adanya aspek-
aspek yang menentukan rasionalitas dari tindakan dan tanggung jawab.

Daftar pustaka

1. Sudarminta J. Epistemologi pengantar filsafat pengetahuan. Yogyakarta: Kanisius; 2002.


2. Tafsir, Ahmad. Filsafat ilmu mengenai ontology, epistemology, dan asiologi pengetahuan.
Bandung: PT RemajaRosdakarya; 2007.

3. Forum Kependidikan. Pentingnya melatih keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran


matematika di SD. Edisi Maret 2009. Diunduh dari forumkependidikan.unsri.ac.id, 14
November 2016.
4. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika. Analisis berpikir kritis siswa dalam pemecahan
masalah matematika berdasarkan polya pada pokok bahasan persamaan kuadrat (Penelitian
pada siswa kelas X SMK Muhammadiyah 1 Sragen tahun pelajaran 2013/2014). Edisi
November 2014. Diunduh dari jurnal.fkip.uns.ac.id, 14 November 2016.
5. EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika. Kemampuan berpikir kritis siswa dalam
pembelajaran matematika dengan menggunakan model Jucama di Sekolah Menengah
Pertama. Edisi April 2015. Diunduh dari ppjp.unlam.ac.id, 14 November 2016.
6. Jurnal Psikologi. Hubungan antara kepercayaan epistemologi dan pendekatan belajar: Studi
Metaanalisis. Edisi Desember 2009. Diunduh dari jurnal.ugm.ac.id, 13 November 2016.
7. Lex et Societatis. Transplantasi organ tubuh terpidana mati. Edisi Januari-Maret 2013.
Diunduh dari ejournal.unsrat.ac.id, 14 November 2016.
8. Universitas Indonesia. Naskah akademik. Edisi 2010-2011. Diunduh dari staff.blog.ui.ac.id,
14 November 2016
9. Molan B. Logika ilmu dan seni berpikir kritis. Jakarta Barat: Indeks; 2012
10. Hanafiah J, Amir A. Etika kedokteran dan hukum kesehatan. Edisi keempat. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2007. Hal 110-4.

11. Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas muhammadiyah surakarta. Pola silogisme
wacana rayuan gombal andre vs jessica pada koleksi tauwa antakutsuka. Edisi 2013. Diunduh
dari eprints.ums.ac.id, 13 November 2016.
12. Jurnal Jaffray. Etika dalam pendidikan: kajian etis tentang krisis moral berdampak pada
pendidikan. Edisi Oktober 2014. Diunduh dari download.portalgaruda.org, 13 November
2016.
13. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
14. Winarto YT, Suhardiyanto T, Choesin EM. Keputusan. Dalam : Karya tulis ilmiah sosial.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia; 2007. h. 28-9.

Anda mungkin juga menyukai