Abstrak
Ginjal berperan penting dalam mempertahankan homeostasis dengan mengatur konsentrasi berbagai
konstituen plasma, khususnya elektrolit dan air, dan dengan mengeliminasi semua sampah metabolik
(kecuali karbondioksida yang dikeluarkan oleh paru). Sewaktu plasma difiltrasi secara cepat melalui
ginjal, mereka memelihara konstituen yang bernilai bagi tubuh dan mengeliminasi bahan yang
berlebih dan yang tidak diinginkan di dalam urine. Suatu hal yang penting adalah kemampuan ginjal
untuk mengatur volume dan osmolaritas (konsentrasi solut) lingkungan cairan internal dengan
mengontrol keseimbangan cairan dan garam. Hal yang juga penting adalah kemampuan ginjal dalam
mengatur pH dengan mengontrol eliminasi asam dan basa di urine.
Kata kunci: ginjal, homeostatis, keseimbangan asam-basa
Abstract
The kidneys play an important role in maintaining homeostasis by regulating the concentrations of
various plasma constituents, especially electrolytes and water, and by eliminating all metabolic waste
(except carbon dioxide released by the lungs). As plasma is rapidly filtered through the kidneys, they
nourish valuable constituents for the body and eliminate unwanted and excessive ingredients in the
urine. An important thing is the ability of the kidney to regulate the volume and osmolarity (solute
concentration) of the internal fluid environment by controlling the balance of fluids and salts. It is
also important is the ability of the kidney to regulate the pH by controlling the elimination of acids
and bases in the urine.
Keywords:kidney, homeostasis, acid-base balance
Pendahuluan
Sistem urinaria merupakan bagian tubuh kita yang esensial terutama dalam menstabilkan
kadar cairan dalam tubuh serta membuang zat-zat yang berlebih atau kurang berguna dari
tubuh.1 Organ yang berperan terutama dalam sistem ini ialah ginjal sebagai alat yang
melakukan proses filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi yang pada akhirnya akan membentuk urin.
1
Berkemih penting bagi tubuh kita, karena dengan berkemih kita dapat menghindari kelebihan
air dalam tubuh, sekaligus membuang zat-zat yang berbahaya bila terkumpul di dalam tubuh
kita. Oleh karena itu kita harus menjaga sistem urinaria kita dari kerusakan atau gangguan
yang dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan tubuh kita.2 Maka, dengan dibuatnya
tinjauan pustaka ini diharapkan mampu membantu untuk memahami mengenai makroskopis
dan mikroskopis ginjal, fungsi ginjal, mekanisme pembentukan urine pada ginjal dan
keseimbangan asam-basa.
Makroskopis ginjal
Ren yang berbentuk seperti biji kacang terletak retroperitoneale di regio abdominalis
posterior. Ren terletak dalam jaringan ikat extraperitoneale tepat di lateral columna
vertebralis. Pada posisi supinasi, ren terletak kira-kira setinggi vertebra TXII di superior dan
vertebra LIII di inferior, dengan ren dextra terletak lebih rendah dibandingkan ren sinistra
karena posisinya terhadap hepar. Meskipun ren dextra dan sinistra serupa dalam ukuran dan
bentuk, ren sinistra lebih panjang dan lebih ramping dibandingkan ren dextra, dan lebih dekat
dengan garis tengah tubuh. Ren memiliki facies anterior dan posterior yang halus dan tertutup
oleh suatu capsula fibrosa, yang dengan mudah dapat dilepaskan kecuali bila terdapat suatu
kelainan.3 Pada margo medialis ren terdapat hilum renale, yang merupakan suatu celah
verticalis yang dalam. melaluinya dilewati oleh vasa renalls, vasa lymphatica, dan nervi yang
masuk dan meninggalkan substansi ren. Di bagian dalam, hilum berlanjut dengan sinus
renalis. Corpus adiposum perirenale berlanjut hingga ke dalam hilum dan sinus dan
mengelilingi seluruh struktur. Masing-masing ren terdiri dari cortex renalis di bagian luar dan
medulla renalis di bagian dalam. Cortex renalis adalah suatu pita berkelanjutan dari jaringan
berwarna pucat yang mengelilingi seluruh medulla renalis. Perpanjangan dari cortex renalis
(columnae renales) berproyeksi ke dalam aspectus internum ren, membagi medulla renalis
menjadi jaringan agregasi-agregasi terpisah berbentuk segitiga (pyramides renales). Basis
pyramidis ren mengarah ke luar, menuju cortex renalis. sedangkan apex setiap pyramidis
renalis mengarah ke dalam, menuju sinus renalis. Proyeksi apicalis (papillae renales)
dikelilingi oleh suatu calyx renalis minor. Calices renales minores menerima urin dan
mewakili pars proximal saIuran yang pada akhirnya membentuk ureter. Pada sinus renalis,
beberapa calices renales minores bergabung membentuk suatu calyx renalis major, dan 2-3
calices renales majores bergabung membentuk pelvis renalis, yang merupakan suatu struktur
berbentuk corong dan merupakan ujung superior dari ureter.4,5
2
Ren dibungkus oleh beberapa lapisan. Pertama, capsula fibrosa melekat pada ren dan mudah
dikupas. Ia merupakan membran transparen yang langsung membungkus ginjal namun tidak
membungkus glandula suprarenalis. Kemudian, lapisan yang kedua ialah capsula adiposa
yang mengandung banyak lemak dan membungkus ginjal dan glandula suprarenalis. Lapisan
ini mempertahankan ginjal di posisinya. Anteriornya lebih tipis daripada posterior. Lapisan di
luar capsula fibrosa ialah fascia renalis. Fascia renalis terdiri dari 2 lembar yaitu fascia
prerenalis di bagian depan ginjal dan fascia retrorenalis di bagian belakang ginjal. Lembar
fascia renalis ke caudal tetap berpisah sedangkan ke cranial bersatu.3
3
satu dari kedua arteriae tersebut. Drainase lymphatici masing-masing ren bermuara ke nodi
aortici laterales (lumbrdes) di sekeliling pangkal arteria renalis.3,6
Facies anterior renalis yang sinistra, sebagian kecil superior tertutup dengan glandula supra
renal. Sebagian besar anterior tertutup dengan gaster intraperitoneal dan lien.bergeser ke
inferior bagian medial ginjal tertutup dengan pancreas. Pada sisi lateral separuh bawah ren
tertutup dengan flexura coli sinitra dan bagian permulaan daripada duodenum pars desendens
dan pada sisi medial oleh jejunum yang intraperitoneal. Secara posterior ren dextra dan
sinistra berhubungan dengan struktur yang sama. Di superior terdapat diafragma dan di
inferior dari arah medial ke lateral terdapat musculus psoas major dan musculus quadratus
lumborus bersama musculus transversus abdominis.4,5
Polos superior yang dextra berapa di anterior costa 12 sedangkan ren sinistra terdapat pada
anterior costa 11 dan 12. Resessus costodiafragmaticus berapa di posterior ren. Adapun yang
melewati belakang ren adalah nervus subcostalis, nervus illioinguinal dan nervus
illiohypogastricus.3
4
Gambar 3. Hubungan ginjal dengan organ lainnya (bagian posterior)5
Mikroskopis ginjal
Nefron merupakan unit fungisional ginjal. Sepanjang nefron ini dapat dibedakan masing-
masing pada tingkat tertentu dalam korteks atau medulla. Tubulus kontortus proksimal, ansa
henle pars desendens dan assendens, tubulus kontortus distal, tubulus rektus proximal dan
tubulus rektus distal. Didalam korteks terdapat sebagai nefron kortikalis dan di medulla
sebagai juxtamedullaris. Pada ujung proksimal setiap nefron terdapat pelebaran dinding tipis
yang melekuk ke dalam membentuk struktur berongga berbentuk mangkok disebut kapsula
bowman. Bagian cekung dari kapsula bowman diisi oleh glomerulus yang berkelok-kelok.
Terdapat tempat pembuluh darah aferen dan eferen masuk dan keluar glomerulus yang
digelar katub vaskularisasi. Juga terdapat katub urinaria tempat rongga mirip celah di antara
lapis simpai bowman menyatu dengan lumen tubulus proksimal.7
Glomerulus terbentuk oleh dua lapisan yaitu strantum visceral dan strantum yang parietal.
Diantara kedua lapisan terdapat spatium urinarium. Filtrate dihasilkan dan masuk kedalam
spatium urinarium lalu ke tubulus kontroktus yang proximal. Pada tubulus proksimal dapat
dibedakan menjadi dua segmen,yaitu tubulus kontortus proksimal dan tubulus rekta
proksimal, yang meluas dari korteks menuju medulla. Ini diikuti oleh tubulus intermediate
yang membentuk lengkung panjang dibagi menjadi lengan tipis descendens yang menerobos
pita dalam dari medulla luar dan meluas jauh ke dalam medulla dalam, dan bagian lengan
tipis ascendens kemudian dilanjutkan tubulus rekta distal. Di korteks, tubulus kontortus distal
dihubungkan oleh tubulus koligen. Kapsula bowman di sekitar glomerulus tersusun atas sel-
sel epitel gepeng. Sedangkan tubulus kontortus proksimal memiliki epitel selapis kuboid. 7
Filtrasi terjadi karena struktur kapiler yang berpori atau frencestra yang sangat permeable.
Bahan yang disaring dikenali sebagai ultra filtrate dan bukan urin. Ultrafiltrat tidak
mengandungi protein dan hanya plasma dan bahan didalamnya. Seterusnya, diikuti oleh
tubulus intermediate yang membentuk lengkung panjang dibagi menjadi lengan tipis
5
descendens yang menerobos pita dalam dari medulla luar dan meluas jauh ke dalam medulla
dalam, dan bagian lengan tipis ascendens kemudian dilanjutkan tubulus rekta distal. Di
korteks, tubulus kontotus distal dihubungkan oleh tubulus koligen. Kapsula bowman di
sekitar glomerulus tersusun atas sel-sel epitel gepeng. Sedangkan tubulus kontortus proksimal
memiliki epitel selapis kuboid.8
Selain nefron berlengkung panjang terdapat nefron berlengkung pendek yang lengkungannya
membalik dalam medulla luar dan nefron kortikal yang lengkungannya sangat pendek dan
tidak masuk ke medulla. Perbedaan fungisional antara pars descendens suatu ansa henle
panjang dan pars ascendens sangat penting untuk menciptakan gradient osmotik. Pars
descendens sangat permeable dengan air dan tidak ada reabsorbsi pada Na+. Sedangkan pada
pars ascenden secara aktif memindahkan NaCl keluar dari lumen tubulus untuk masuk ke
cairan interstisium sekitar dan selalu impermiabel terhadap H2O sehingga garam
meninggalkan cairan tubulus tanpa diikuti oleh H2O. Kesemua filtrate selanjutnya bermuara
ke duktus koligentes. Duktus koligentes semakin besar dan turun kearah medulla ke dukrus
papillaris. Duktus koligen yang kecil itu terdiri daripada sel epitel kuboid yang masuk ke
dalam medulla berubah menjadi silindris. Daerah di papilla menunjukkan daerah yang
berlubang di panggi area kribosa. Bagian korteks ginjal juga memperlihatkan medullar rays
yang berjalan secara vertical dari pyramid menuju ke korteks. Ia terdiri dari duktus koligen,
pembuluh darah dan sejumlah nefrion yang dari basis pyramid menuju ke korteks.7,8
6
Fungsi Ginjal
Ginjal berperan dalam homeostatis secara lebih ekstensif dibandingkan dengan organ –organ
lain. Ginjal mengatur komposisi elektrolit, volume dan pH lingkungan internal dan
mengeliminasi semua zat sisa metabolism tubuh, kecuali CO2 yang dikeluarkan oleh system
pernapasan.2
Berikut ini adalah cara–cara spesifik yang dilakukan ginjal untuk membantu
homeostasis.1
7
dalam darah terikat ke hemoglobin di dalam sel darah merah. Ginjal juga
mensekresikan renin, hormon yang mengawali jalur renin angiotensin-oldosteron
untuk mengontrol reabsorpsi Na+ oleh tubulus yang penting dalam pemeliharaan
jangka panjang volume plasma dan tekanan darah arteri.
8. Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya. Vitamin D penting dalam penyerapan
Ca++ dari saluran pencernaan. Manakala, kalsium memiliki banyak fungsi
homeostatik.
9. Pengeluaran zat beracun. Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan, obat-
obatan, atau zat kimia asing lain dari tubuh.
Proses utama yang berlaku diginjal adalah filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus dan sekresi
tubulus. Mekanisme filtrasi terjadi di glomerulus yang mempunyai permeabilitas yang tinggi
terhadap cairan plasma yang mana perlu melalui tiga lapisan membrana glomerolus yaitu
dinding kapiler glomerulus, membrana basalis dan lapisan dalam kapsula Bowman. Hasil
filtrasi di glomerolus ini mengandung sejumlah plasma yang bebas protein. Proses filtrasi
yang berlaku bergantung kepada gaya-gaya Starling yang terdiri daripada 3 jenis tekanan:1,9
8
usaha untuk kapsula Bowman menolak air keluar dan masuk ke dalam glomerulus
yang melawan filtrasi plasma dari glomerulus masuk ke dalam kapsula Bowman
c. Tekanan onkotik (koloid) yang berasal daripada protein plasma. Protein plasma yang
tidak dapat difiltrasi tertinggal didalam glomerulus dan kepekatan H2¬O di kapsula
Bowman adalah lebih tinggi daripada kepekatan air dalam glomerulus. Hal ini
menyebabkan H2O mengalir mengikuti kepekatan konsentrasinya daripada
konsentrasi tinggi di kapsula Bowman ke konsentrasi yang lebih rendah yaitu
glomerulus. Tekanan osmotic yang menarik air ini sekitar 30mmHg. Tekanan osmotic
yang tinggi disebabkan oleh jumlah air yang difiltrasi masuk ke dalam kapsula
Bowman lebih tinggi dan konsentrasi protein plasma di glomerulus yang tinggi.
Tekanan filtrasi dapat berubah dari menit ke menit mengikut perubahan tekanan darah.
Faktor utama yang menyebabkan perubahan tekanan filtrasi adalah berubahnya tekanan darah
sistermik, aliran darah dalam ginjal itu sendiri dan resistensi arteriola afferent sama ada
berkontraksi ataupun berdilatasi. Faktor lain yang menyababkan perubahan tekanan filtrasi
adalah berubahnya tekanan onkotik plasma dan tekanan hidrostatik kapsula Bowman.2
Tekanan filtrasi yang berubah-ubah dapat diatasi dengan adanya autoregulasi yaitu proses
regulasi yang terjadi secara automatik. Faktor internal yang meregulasi adalah:1
Reabsorpsi tubulus
Reabsorbsi tubulus merupakan suatu proses yang sangat selektif. Beberapa zat seperti
glukosa dan asam amino hampir seluruhnya diabsorbsi dari tubulus sehingga kadarnya dalam
eksresi urine relative nol. Ion-ion plasma seperti natrium, klorida, dan bikarbonat juga banyak
direabsorbsi namun tingkat reabsorbsi dan ekskresinya beragam sesuai kebutuhan. Sedangkan
produk sampah seperti urea dan kreatinin sedikit diabsorbsi dan lebih banyak dieksresi.1
Reabsorbsi air
9
Sekitar 65% air, natrium, klorida, kalium dan beberapa elektrolit lainnya yang terfiltrasi
direabsorbsi di tubulus proximal.9 Salah satu fungsi tubulus proximal adalah menghemat
bahan-bahan yang masih diperlukan tubuh, misalnya glukosa, asam amino, protein, air, dan
elektrolit. Sebaliknya, tidak terlalu permeable untuk bahan-bahan sisa tubuh sehingga
reabsorbsinya hanya sedikit.1
Pada ansa Henle, segmen tipis descendens sangat permeable terhadap air sehingga
menyebabkan 15% volume filtrat direabsorbsi ke dalam darah sehingga cairan tubulus
menjadi hiperosmotik sewaktu bergerak menuju medulla ginjal bagian dalam. Pada segmen
tipis dan tebal ascendens, permeabilitas air hampir nol tetapi terjadi reabsorbsi sejumlah besar
natrium, klorida, dan kalium ke dalam darah sehingga cairan tubuh menjadi hipotonik (encer)
sewaktu mengalir kembali ke dalam korteks. Pada saat yang sama, transport aktif natrium
klorida keluar segmen tipis ascendens ansa Henle ke dalam interstitium medulla
menyebabkan konsentrasi ion-ion ini di cairan interstitium medulla ginjal sangat tinggi.
Sekitar 25% natrium, klorida, dan kalium yang difiltrasi kemudian direabsorbsi di ansa
Henle, terutama di segmen tebal ascendens. Mekanisme yang terjadi pada ansa Henle ini
disebut sebagai mekanisme counter current, di mana mekanisme yang terjadi pada segmen
tipis ansa Henle pars descendens disebut sebagai counter current multiplier karena terjadi
pemekatan cairan hasil filtrasi dalam tubulus hingga berkali-kali lipat kepekatan semula.1,2
Sistem counter current terdiri dari dua pembuluh darah yang berdekatan dan cukup panjang
serta aliran berlawanan, terdapat dua tipe yaitu counter current multiplier seperti ansa Henle
dan counter current exchanger seperti vasa recta. Fungsi counter multipilier untuk pemekatan
urin yang mana air keluar melalui ansa henle. Pada counter exchanger ia sangat permeable
pada solute dan air. Fungsinya adalah untuk mempertahankan hiperosmolaritas medulla dan
mengangkut nutrient dan oksigen ke tubulus.1
Reabsorbsi glukosa
Glukosa dan asam amino diangkut melalui proses transport aktif sekunder yang merupakan
kontranspor yang memindahkan Na+ dari lumen ke dalam sel. Gradien konsentrasi Na+
lumen-ke-sel yang diciptakan oleh pompa Na+-K+ ATPase basolateral mengaktifasi sistem
kotranspor ini dan menarik molekul-molekul organik melawan gradient konsentrasi mereka
tanpa secara langsung menggunakan energi.10 Setelah diangkut ke dalam sel tubulus, glukosa
dan asam amino secara pasif berdifusi mengikuti penurunan gradient konsentrasi mereka
10
menembus membrane basolateral ke dalam plasma, difasilitasi oleh pembawa yang tidak
memerlukan energi.
Konsentrasi glukosa normal dalam plasma darah adalah 100 mg glukosa/100 ml plasma
darah. Karena glukosa difiltrasi secara bebas di glomerulus, zat ini akan masuk ke capsula
Bowman dengan konsentrasi yang sama dengan konsentrasinya di plasma, sehingga di
plasma juga terdapat 100 mg/100 ml plasma yang difiltrasi. GFR adalah 125 ml/menit, maka:
Beban filtrasi suatu bahan=konsentrasi bahan dalam plasma x GFR Beban filtrasi
glukosa=100 mg/100 ml x 125 ml/ menit=125 mg/menit. Sementara itu, Tm glukosa rata-rata
adalah 375 mg/menit; jadi mekanisme pembawa glukosa mampu secara aktif mereabsorbsi
glukosa dengan jumlah sampai 375 mg/menit sebelum kapasitas transportasi glukosa
maksimum tercapai. Pada konsentrasi glukosa plasma 100 mg/100 ml, 125 mg glukosa yang
difiltrasi per menit dapat dengan mudah direabsorbsi sehingga tidak ada ekskresinya dalam
urine. Jika beban glukosa melebihi 375 mg/menit barulah Tm tercapai dan sisa glukosa yang
tidak mampu direabsorbsi akan dieksresi ke urine. Konsentrasi plasma pada saat Tm tercapai
dan bahan tersebut mulai dieksresikan ke dalam urine disebut sebagai ambang ginjal/renal
threshold. Pada Tm dan GFR normal, ambang ginjal untuk glukosa adalah 300 mg/100 ml
apabila sesuai dengan perhitungan, namun kenyataannya ambang ginjal glukosa pada
manusia adalah 200 mg/100 ml darah arteri atau sama dengan 180 mg/100 ml darah vena.
Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan Tm pada tiap tubulus (karena Tm=375 mg/menit
merupakan rata-rata Tm) yang memungkinkan terjadinya deviasi pada kurva reabsorbsi
glukosa yang disebut sebagai splay.1
Reabsorbsi Natrium
80% energi ginjal digunakan untuk mengangkut natrium. Natrium sebanyak 99.5% filtrat
direabsorpsi di semua peringkat tubulus. 67% di tubulus proksimal, 25% di ansa henle,untuk
tujuan pemekatan, 7 hingga 8% di tubulus distalis dan duktus koligentus. Langkah aktif pada
reabsorbsi Na+ melibatkan pembawa Na+-K+ ATPase.1,10
Sekresi tubulus
Sekresi bahan daripada peritubulus kapiler masuk ke dalam tubulus adalah berperan untuk
menyingkirkan bahan yang berlebihan dalam tubuh, bersifat asing ataupun toksik. Contoh
bahan-bahan yang disekresikan adalah ion hydrogen, ion kalium, anion dan kation yang
bersifat organik dan bahan asing yang terdapat dalam tubuh. Sekresi ion hydrogen penting
11
dalam keseimbangan asam basa dalam tubuh. Jika cairan tubuh kita terlalu asam, maka
sebagian asam perlu dibuang dengan menyingkirkan ion hydrogen dalam kuantiti yang tinggi.
Manakala sekresi ion hydrogen berkurangan jika kepekatan cairan amat rendah.2,9
Keseimbangan asam-basa
Ion kalium disekresikan pada tubulus distal dan disekresikan hasil daripada pompa natrium
kalium yang mereabsorbsikan natrium dan mensekresikan ion kalium. Perangsangan sekresi
ion kalium ini diregulasi oleh hormone aldesteron.1 Dengan perangsangan aldesteron, ion
kalium akan disekresikan dan ion natrium akan direabsorbsikan, dengan demikian jumlah ion
kalium yang dieksresikan dalam urin meningkat. Adapun efek sekresi H+ pada sekresi K+
Faktor lain yang dapat secara tidak sengaja mengubah tingkat sekresi K+ adalah status asam-
basa tubuh. Sel interkalasi di bagian distal nefron dapat menyekresikan baik, K+ maupun H+.
Peningkatan laju sekresi K+ atau H+ disertai oleh penurunan laju sekresi ion yang lain.
Dalam keadaan normal, ginjal cenderung menyekresikan K+, tetapi jika cairan tubuh terlalu
asam dan sekresi H+ ditingkatkan sebagai tindakan kompensasi, sekresi K+ berkurang.
Penurunan sekresi ini menyebabkan retensi yang tidak sesuai di cairan tubuh.9,10
Hormon Aldosteron
Fungsi fisiologis hormon aldosteron yaitu mengatur unsur-unsur mineral (mineralo kottikoid /
dihasilkan oleh bagian korteks glandula suprarenalis / adrenalis ) Antara lain Na+ dan K+,
yakni terutama mengatur reabsorpsi Na+ dan sekresi K+. Dalam hal ini apabila aldosteron
meningkat, menyebabkan reabsorpsi Na+ bertambah dan sekresi K+ bertambah pula.
Aldosteron membantu ginjal mengatur volume plasma atau cairan ekstra sel.1
12
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus
ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium,
natrium, dan sistem angiotensin renin.2
Apabila permeabilitas terhadap air tinggi, maka sewaktu bergerak ke bawah melalui
interstisium yang pekat, air akan berdifusi keluar duktus pengumpul dan kembali ke dalam
kapiler peritubulus. Hasilnya adalah penurunan ekskresi air dan pemekatan urin. Sebaliknya
apabila permeabilitas terhadap air rendah, maka air tidak akan berdifusi keluar duktus
pengumpul melainkan akan diekskresikan melalui urin, urin akan encer. Permeabilitas duktus
pengumpul terhadap air ditentukan oleh kadar hormone hipofisis posterior, hormon
antidiuretik (ADH), yang terdapat di dalam darah. Pelepasan ADH dari hipofisis posterior
meningkat sebagai respons terhadap penurunan tekanan darah atau peningkatan osmolalitas
ekstrasel (penurunan konsentrasi air). ADH bekerja pada tubulus pengumpul untuk
meningkatkan permeabilitas air. Apabila tekanan darah rendah, atau osmolalitas plasma
tinggi, maka pengeluaran ADH akan terangsang dan air akan direasorbsi ke dalam kapiler
peritubulus sehingga volume dan tekanan darah naik dan osmolalitasekstrasel berkurang.
Sebaliknya, apabila tekanan darah terlalu tinggi atau cairan ekstrasel terlalu encer, maka
pengeluaran ADH akan dihambat dan akan lebih banyak air yangdiekskresikan melalui urin
sehingga volume dan tekanan darah menurun dan osmolalitasekstrasel meningkat.1,9
Apabila tekanan darah rendah, atau osmolalitas plasma tinggi, maka pengeluaran ADH akan
terangsang dan air akan direasorbsi ke dalam kapiler peritubulus sehingga volume dan
tekanan darah naik dan osmolalitas ekstrasel berkurang. Sebaliknya, apabila tekanan
darahterlalu tinggi atau cairan ekstrasel terlalu encer, maka pengeluaran ADH akan dihambat
danakan lebih banyak air yang diekskresikan melalui urin sehingga volume dan tekanan
darah menurun dan osmolalitas ekstrasel meningkat.1,2
Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi merespons
radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan
gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.9
13
Gukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
Renin
Natrium (Na+)
Merupakan kation paling banyak dalam cairan ekstrasel. Na+ mempengaruhi keseimbanagan
air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. ion natrium di dapat dari saluran pencernaan,
makanan atau minuman masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui proses difusi. Pengeluaran
ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencernaan, dan kulit. Pengaturan konsentrasi
ion di lakukan oleh ginjal. Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.
Kreatinin
Merupakan asam amino yang diproduksi oleh hati, pancreas, dan ginjal. Kreatine juga bisa
diperoleh dari luar tubuh yaitu dari sumber makanan. Pada perempuan biasanya memiliki
14
kadar kreatinin leboh rendah dibandingkan laki-laki karena perempuan memiliki jaringan otot
yang lebih sedikit. Di antara orang dewasa tanpa penyakit ginjal, laki-lakimeiliki kadar
kreatinin normal sekitar 0,6-1,2 mg/dL, sedangkan nilai normal kreatinin pada wanita antara
0,5-1,1 mg/dL.
Kalium (K+)
Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan
kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan
keseimbanagan asam basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion hidrogen (H+). Kalium
dapat diperoleh melalui makanan seperti daging, buah-buahan dan sayur-sayuran. Kalium
dapat dikeluarkan melalui ginjal, keringat dan saluran pencernaan. Pengaturan konsentrasi
kalium dipengaruhi oleh perubahan ion kalium dalam cairan ekstrasel. Nilai normalnya
sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
Calsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, berguna untuk integritas kulit dan
struktur sel, konduksi jantung, pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi.
Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon paratiroid
mengabsorpsi kalisum melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormon thirocalcitonin
menghambat penyerapan Ca+ tulang. Kalsuim diperoleh dari absorpsi usus dan resorpsi
tulang dan di keluaran melalui ginjal, sedikit melalui keringaserta di simpan dalam tulang.
Jumlah normal kalsium 8,5 – 10,5 mg/dl.
Magnesium (Mg2+)
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat penting untuk aktivitas
enzim, neurochemia, dan muscular excibility. Sumber magnesium didapat dari makanan
seperti sayuran hijau, daging dan ikan. Nilai normalnya sekita 1,5-2,5 mEq/lt.
Klorida (Cl-)
Terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, berperan dalam pengaturan osmolaritas serum
dan volume darah, regulasi asam basa, berperan dalam bufer pertukaran oksigen, dan karbon
dioksida dalam sel darah merah. Klorida disekresi dan di absorpsi bersama natrium di ginjal
dan pengaturan klorida oleh hormin aldosteron. Normalnya sekitar 95-105 mEq/lt.
15
Bikarbonat (HCO3-)
HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel
dengan fungsi utama adalah regulasi keseimbangan asam basa. Biknat diatur oleh ginjal.
Normalnya sekitar 24-28 mEq/L.
Urea
Urea adalah suatu zat yang mengandung nitrogen dan biasanya dibersihkan dari darah oleh
ginjal ke dalam urin. Penyakit yang membahayakan fungsi ginjal sering menyebabkan kadar
urea darah meningkat, yang diukur dengan tes nitrogen urea darah (BUN). Normalnya sekitar
10-50 mg/dl.
Kesimpulan
Untuk menjaga kadar cairan, elektrolit dan zat lain dalam tubuh agar tetap dalam keadaan
normal, ginjal memiliki fungsi homeostatis yang dilakukan dengan menjaga keseimbangan
air, elektrolit, dan asam basa yang apabila berlebih kadarnya dapat dibuang melalui urine
setelah melalui proses filtrasi, reabsorbsi dan sekresi di ginjal.
16
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia. Edisi ke-8. Jakarta: EGC; 2014.h 619-25
2. Hall JE. Guyton dan hall buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-12. Singapore:
Elsevier; 2014. h. 276-82
3. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Gray’s dasar-dasar anatomi. Canada: Elsevier;
2012
4. Pearce, Evelyn C. Anatomi dan fisiologi untuk medis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama; 2009
5. Netter FH. Atlas of human anatomy. Edisi ke-6. USA: Elsevier; 2014
6. Paulsen F, Waschke J. Sobotta atlas anatomi manusia. Edisi ke-23. Jakarta: EGC;
2012
7. Eroschenko VP. diFiore’s atlas of histology with functional correlation. 11th ed.
USA: Lippincott Williams & Wilkins; 2008. h.279-85
8. Gartner LP, Hiatt JL. Color textbook of histology. 3rd ed. Philadelphia.: Elsevier;
2007. h.232-38
9. Barrett KE. Buku ajar fisiologi kedokteran ganong. Edisi ke-24. Jakarta: EGC; 2014.
h.589-96
10. Murray, Robert K. Biokimia harper. Edisi ke 29. Jakarta: EGC; 2014. h.376
11. Tamsuri A. keseimbangan cairan dan elektrolit. Jakarta: EGC;2008.h.33-4
17