Anda di halaman 1dari 15

Fungsi Dan Mekanisme Kerja Ginjal

Rangga Eka Rama Supriatna 102016155


Sean Pieter Lauwrentcio 102018039
I Gusti Bagus Adiatmika 102018123
Monica C F Obisuru 102016121
Dwina Irene 102018007
Kellyn 102018057
Paulina Ware Dani 102018080
Alega Greacia Florensita 102018124

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Abstrak
Ginjal adalah organ berbentuk kacang yang memiliki beberapa peran. Ginjal terletak
di bagian belakang rongga perut di ruang retroperitoneal, ginjal menerima darah dari arteri
renalis. Mereka membuang molekul organik berlebih dari darah yang berasal dari hasil
metabolisme. Ginjal sangat penting untuk sistem saluran kemih dan juga berperan dalam
homeostasis tubuh manusia seperti regulasi elektrolit, pemeliharaan keseimbangan asam-
basa, dan pengaturan tekanan darah (melalui mempertahankan garam dan air). Mereka
berperan sebagai filter alami darah, kemudian dilanjutkan dengan proses reabsorbsi zat-zat
yang masih diperlukan tubuh. Dalam memproduksi urin, ginjal mengekskresikan limbah
seperti urea dan amonium.
Kata Kunci: Ginjal, filtrasi, reabsorbsi, sekresi.

Abstract
Kidney is a bean shaped organ that has several roles. Kidney located in back of
abdominal cavity in retroperitoneal space, kidney receives blood from renal artery. They
remove excess organic molecules from blood that come from metabolism. Kidneys are very
important for the urinary system and also play a role in homeostasis of the human body such
as electrolyte regulation, maintenance of acid base balance, and regulation of blood
pressure (through maintaining salt and water). They act as a natural filter of blood, then
proceed with process reabsorption of substances that are still needed body. In producing
urine, kidneys excrete waste such as urea and ammonium.
Keywords: Kidney, filtration, reabsorption, secretion

Pendahuluan :
Manusia sebagai makhluk hidup pasti berusaha untuk mempertahankan
homeostasis yang berarti keseimbangan. Otak dan organ tubuh lainnya bekerja sama untuk
mengatur suhu tubuh, keasaman darah, ketersediaan oksigen dan variabel lainnya.
Mengingat bahwa organisme hidup harus mengambil nutrisi dan air, satu fungsi
homeostatis penting adalah eliminasi, atau kemampuan untuk mengeluarkan bahan kimia
dan cairan, sehingga dapat menjaga keseimbangan internal. Sistem urinaria atau sistem
kemih memainkan peran ekskretoris dan homeostatik penting. Peran dari sistem urinaria
dengan seperti yang kebanyakan orang tahu adalah bahwa ekskresi; melalui air seni berarti
manusia membebaskan diri dari air tambahan dan bahan kimia dari aliran darah. Aspek
penting lain dari sistem urin adalah kemampuannya untuk membedakan antara senyawa
dalam darah yang bermanfaat untuk tubuh dan harus dijaga, seperti gula, dan senyawa
dalam darah yang beracun dan harus dihilangkan.
Ginjal mengambil peran penting dalam sistem urinaria manusia. Ginjal berperan penting
mempertahankan homeostasis dengan mengatur konsentrasi banyak konstituen plasma
terutama elektrolit dan air dan dengan mengeliminasi semua zat sisa metabolisme, salah
satunya adalah glukosa.penignkatan kadar dalam darah memiliki efek langsung terhadap
organ ginjal. Normalnya, glukosa tidak ditemukan di dalam urin dikarenakan proses filtrasi
ginjal yang memungkinkan glukosa direabsorpsi kembali ke dalam pembuluh darah. Ambang
batas toleransi ginjal terhadap glukosa, yaitu 160 mg/dl – 180 mg/dl. Jika ambang batas
terlampaui maka glukosa akan diekskresikan ke dalam urin karena ginjal tidak mampu
menampung kadar glukosa yang berlebih tersebut, sehingga timbul suatu keadaan yang
dinamakan glukosuria. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai struktur ginjal secara makroskopik
maupun mikroskopik, peran ginjal dalam menjalankan fungsinya, reabsorbsi glukosa, mekanisme diuresis air
dan mekanisme diuresis osmotik.1

Ginjal
Struktur Makroskopik
Ginjal merupakan organ pada tubuh manusia yang menjalankan banyak fungsi untuk
homeostasis, yang terutama adalah sebagai organ ekskresi dan pengatur kesetimbangan
cairan dan asam basa dalam tubuh. Ginjal merupakan organ yang berbentuk  seperti kacang,
terdapat sepasang (masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebrae L1-4) di dalam
rongga abdomen dan posisinya retroperitoneal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah
(kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak
ginjal sebelah kanan.1
Kutub atas atau ekstremitas superior ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12),
sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub bawah
(ekstremitas inferior) ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari
krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3.1
Dari batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah
dibandingkan ginjal kiri. Selain itu sepasang ginjal tersebut dilengkapi juga dengan sepasang
ureter, sebuah vesika urinaria (buli-buli/kandung kemih) dan uretra yang membawa urine ke
lingkungan luar tubuh.1,2

Gambar1. Ginjal
Sumber: www.google.com

Tiap ginjal mengandung ± 1 juta nefron (glomerulus dan tubulus yang berhubungan
dengannya). Pada manusia, pembentukan nefron selesai pada janin 35 minggu. Nefron baru
tidak dibentuk lagi setelah lahir. Perkembangan selanjutnya adalah hipertrofi dan hiperplasia
struktur yang sudah ada disertai maturasi fungsional.2

Pendarahan Ginjal berasal dari A. renalis cabang dari Aorta abdominalis setinggi
vertebra L1-2. A. renalis kanan lebih panjang dari A. renalis kiri, karena harus menyilang V.
cava inferior di belakangnya. A. renalis masuk ke dalam ginjal melalui hillus renalis dan
bercabang 2. Yang satu ke depan ginjal, mengurus ginjal bagian depan dan lebih panjang dan
satu lainnya ke belakang ginjal, mengurus ginjal bagian belakang. A. Renalis depan &
belakang bertemu di lateral, pada garis Broedel, tempat pertemuannya ± di belakang garis
tengah ginjal. Pembedahan pada garis Broedel, perdarahan minimal. A. Renalis bercabang
lagi & berjalan di antara lobus ginjal yaitu A. interlobaris. A. Interlobaris berada pada
perbatasan cortex & medula bercabang menjadi A. arcuata, mengelilingi cortex dan medulla,
sehingga disebut A. arciformis. A. arcuata mempercabangkan: A. interlobularis berjalan
sepanjang tepi ginjal (cortex), mempercabangkan vassa afferens (glomerolus). Dalam
glomerolus membentuk anyaman atau pembuluh kapiler sebagai vassa efferens berupa
anyaman rambut yang di sebut tubuli contorti.1,2
Pembuluh balik ginjal mengikuti nadinya mulai permukaan ginjal sebagai kapiler
berkumpul dalam V. interlobularis disebut Vv stellatae ( Verheyeni ). Dari V.interlobularis
menuju V. arcuate lalu ke V. interlobaris masuk ke V. renalis bermuara di V. cava inferior.1,2
Untuk persarafan ginjal, di persarafi oleh plexus renalis yang berasal dari plexus
coeliacus dan terbagi menjadi dua serabut. Yaitu serabut simpatis yang dari truncus
simpaticus di samping columna vertebralis dan sampai di organ yang dipersarafi melaui
nadinya. Yang kedua adalah serabut parasimpatis yang merupakan cabang dari saraf cranial
ke sepuluh (nervus vagus).1,2.,3

Struktur mikroskopis ginjal


Ginjal terbungkus dalam kapsul jaringan lemak dan jaringan ikat kolagen. Organ ini
terdiri atas bagian korteks dan medula yang satu sama lain tidak dibatasi oleh jaringan
pembatas khusus, ada bagian medula yang masuk ke korteks dan ada bagian korteks yang
masuk ke medula. Bangunan-bangunan yang terdapat pada korteks dan medula ginjal adalah
korteks ginjal terdiri atas beberapa bangunan yaitu korpus Malphigi terdiri atas kapsula
Bowman (bangunan berbentuk cangkir) dan glomerulus (jumbai /gulungan kapiler) dan
bagian sistim tubulus yaitu tubulus kontortus proksimalis dan tubulus kontortus distal.
Medula ginjal terdiri atas beberapa bangunan yang merupakan bagian sistim tubulus
yaitu pars descendens dan descendens ansa Henle, bagian tipis ansa Henle, duktus
ekskretorius (duktus koligens) dan duktus papilaris Bellini.4
Pada sisi konkaf ginjal terdapat hilum yang mengandungi pembuluh darah dan saraf
dan tempat keluar ureter. Pada bagian pelvisnya terbagi menjadi calyx major dan calyx minor
yang merupakan sambungan dari medulla renalis. Sementara pada bagian pembuluh darah
yang terdapat di hilum, bersambung ke bagian cortex dengan glumerulus dan kapsula
Bowman (korpus malphigi). Glomerulus merupakan kapiler darah tipe fenestrate yang
mempunyai pori-pori untuk filtrasi plasma darah ke kapsula Bowman yang akan menerima
urin primer.4
Korpus Malphigi terdiri atas 2 macam bangunan yaitu kapsul Bowman dan
glomerulus. Kapsul Bowman sebenarnya merupakan pelebaran ujung proksimal saluran
keluar ginjal (nefron) yang dibatasi epitel. Bagian ini diinvaginasi oleh jumbai kapiler
(glomerulus) sampai mendapatkan bentuk seperti cangkir yang berdinding ganda. Dinding
sebelah luar disebut lapis parietal (pars parietal) sedangkan dinding dalam disebut lapis
viseral (pars viseralis) yang melekat erat pada jumbai glomerulus. Ruang diantara ke dua
lapisan ini sebut ruang Bowman yang berisi cairan ultrafiltrasi. Dari ruang ini cairan ultra
filtrasi akan masuk ke dalam tubulus kontortus proksimal.4
Glomerulus merupakan bangunan yang berbentuk khas, bundar dengan warna yang
lebih tua daripada sekitarnya karena sel-selnya tersusun lebih padat. Glomerulus merupakan
gulungan pembuluh kapiler. Glomerulus ini akan diliputi oleh epitel pars viseralis kapsul
Bowman. Di sebelah luar terdapat ruang Bowman yang akan menampung cairan ultra filtrasi
dan meneruskannya ke tubulus kontortus proksimal. Ruang ini dibungkus oleh epitel pars
parietal kapsul Bowman.4
Kapsul Bowman lapis parietal pada satu kutub bertautan dengan tubulus kontortus
proksimal yang membentuk kutub tubular, sedangkan pada kutub yang berlawanan bertautan
dengan arteriol yang masuk dan keluar dari glomerulus. Kutub ini disebut kutub vaskular.
Arteriol yang masuk disebut vasa aferen yang kemudian bercabang-cabang lagi menjadi
sejumlah kapiler yang bergelung-gelung membentuk kapiler. Pembuluh kapiler ini diliputi
oleh sel-sel khusus yang disebut sel podosit yang merupakan simpai Bowman lapis viseral.
Sel podosit ini dapat dilihat dengan mikroskop elektron. Kapiler-kapiler ini kemudian
bergabung lagi membentuk arteriol yang selanjutnya keluar dari glomerulus dan disebut vasa
eferen, yang berupa sebuah arteriol.5

Sel-sel otot polos dinding vasa aferent di dekat glomerulus berubah sifatnya menjadi
sel epiteloid. Sel-sel ini tampak terang dan di dalam sitoplasmanya terdapat granula yang
mengandung enzim renin, suatu enzim yang diperlukan dalam mengontrol tekanan darah.
Sel-sel ini dikenal sebagai sel yuksta glomerular. Renin akan mengubah angiotensinogen
(suatu peptida yang dihasilkan oleh hati) menjadi angiotensin I. Selanjutnya angiotensin I ini
akan diubah menjadi angiotensin II oleh ensim angiotensin converting enzyme (ACE)
(dihasilkan oleh paru). Angiotensin II akan mempengaruhi korteks adrenal (kelenjar anak
ginjal) untuk melepaskan hormon aldosteron. Hormon ini akan meningkatkan reabsorpsi
natrium dan klorida termasuk juga air di tubulus ginjal terutama di tubulus kontortus distal
dan mengakibatkan bertambahnya volume plasma. Angiotensin II juga dapat bekerja
langsung pada sel-sel tubulus ginjal untuk meningkatkan reabsopsi natrium, klorida dan air.
Di samping itu angiotensin II juga bersifat vasokonstriktor yaitu menyebabkan kontriksinya
dinding pembuluh darah.
Sel-sel yuksta glomerular di sisi luar akan berhimpitan dengan sel-sel makula densa,
yang merupakan epitel dinding tubulus kontortus distal yang berjalan berhimpitan dengan
kutub vaskular. Pada bagian ini sel dinding tubulus tersusun lebih padat daripada bagian lain.
Sel-sel makula densa ini sensitif terhadap perubahan konsentrasi ion natrium dalam cairan di
tubulus kontortus distal. Penurunan tekanan darah sistemik akan menyebabkan menurunnya
produksi filtrat glomerulus yang berakibat menurunnya konsentrasi ion natrium di dalam
cairan tubulus kontortus distal. Menurunnya konsentrasi ion natrium dalam cairan tubulus
kontortus distal akan merangsang sel-sel makula densa (berfungsi sebagai osmoreseptor)
untuk memberikan sinyal kepada sel-sel yuksta glomerulus agar mengeluarkan renin. Sel
makula densa dan yuksta glomerular bersama-sama membentuk aparatus yuksta-glomerular.
Di antara aparatus yuksta glomerular dan tempat keluarnya vasa eferen glomerulus
terdapat kelompokan sel kecil-kecil yang terang disebut sel mesangial ekstraglomerular atau
sel polkisen (bantalan) atau sel lacis. Fungsi sel-sel ini masih belum jelas, tetapi diduga sel-
sel ini berperan dalam mekanisma umpan balik tubuloglomerular. Perubahan konsentrasi ion
natrium pada makula densa akan memberi sinyal yang secara langsung mengontrol aliran
darah glomerular. Sel-sel mesangial ekstraglomerular di duga berperan dalam penerusan
sinyal di makula densa ke sel-sel yuksta glomerular. Selain itu sel-sel ini menghasilkan
hormon eritropoetin, yaitu suatu hormon yang akan merangsang sintesa sel-sel darah merah
(eritrosit) di sumsum tulang.4-5

Tubulus kontortus proksimal berjalan berkelok-kelok dan berakhir sebagai saluran


yang lurus di medula ginjal (pars desendens Ansa Henle). Dindingnya disusun oleh selapis
sel kuboid dengan batas-batas yang sukar dilihat. Inti sel bulat, bundar, biru dan biasanya
terletak agak berjauhan satu sama lain. Sitoplasmanya bewarna asidofili (kemerahan).
Permukaan sel yang menghadap ke lumen mempunyai paras sikat (brush border). Tubulus ini
terletak di korteks ginjal.5
Fungsi tubulus kontortus proksimal adalah mengurangi isi filtrat glomerulus 80-85
persen dengan cara reabsorpsi via transport dan pompa natrium. Glukosa, asam amino dan
protein seperti bikarbonat, akan diresorpsi.4
Ansa henle terbagi atas 3 bagian yaitu bagian tebal turun (pars asendens), bagian tipis
(segmen tipis) dan bagian tebal naik (pars asendens). Segmen tebal turun mempunyai
gambaran mirip dengan tubulus kontortus proksimal, sedangkan segmen tebal naik
mempunyai gambaran mirip tubulus kontortus distal. Segmen tipis ansa henle mempunyai
tampilan mirip pembuluh kapiler darah, tetapi epitelnya sekalipun hanya terdiri atas selapis
sel gepeng, sedikit lebih tebal sehingga sitoplasmanya lebih jelas terlihat. Selain itu lumennya
tampak kosong. Ansa henle terletak di medula ginjal. Fungsi ansa henle adalah untuk
memekatkan atau mengencerkan urin.4
Tubulus kontortus distal berjalan berkelok-kelok. Dindingnya disusun oleh selapis sel
kuboid dengan batas antar sel yang lebih jelas dibandingkan tubulus kontortus proksimal. Inti
sel bundar dan bewarna biru. Jarak antar inti sel berdekatan. Sitoplasma sel bewarna basofil
(kebiruan) dan permukaan sel yang mengahadap lumen tidak mempunyai paras sikat. Bagian
ini terletak di korteks ginjal. Fungsi bagian ini juga berperan dalam pemekatan urin.4
Duktus kolegen terletak di dalam medula dan mempunyai gambaran mirip tubulus
kontortus distal tetapi dinding sel epitelnya jauh lebih jelas, selnya lebih tinggi dan lebih
pucat. Duktus koligen tidak termasuk ke dalam nefron. Di bagian medula yang lebih ke
tengah beberapa duktus koligen akan bersatu membentuk duktus yang lebih besar yang
bermuara ke apeks papila. Saluran ini disebut duktus papilaris (Bellini).4
Muara ke permukaan papil sangat besar, banyak dan rapat sehingga papil tampak
seperti sebuah tapisan (area kribrosa). Fungsi duktus koligen adalah menyalurkan kemih dari
nefron ke pelvis ureter dengan sedikit absorpsi air yang dipengaruhi oleh hormon antidiuretik
(ADH).

Di samping bagian korteks dan medula, pada ginjal ada juga bagian korteks yang
menjorok masuk ke dalam medula membentuk kolom mengisi celah di antara piramid ginjal
yang disebut sebagai kolumna renalis Bertini. Sebaliknya ada juga jaringan medula yang
menjorok masuk ke dalam daerah korteks membentuk berkas-berkas yang disebut prosessus
Ferreini.4,5
Sawar ginjal adalah bangunan-bangunan yang memisahkan darah kapiler glomerulus
dari filtrat dalam rongga Bowman. Sawar ini terdiri atas endotel kapiler bertingkap
glomerulus, lamina basal dan pedikel podosit yang dihubungkan dengan membran celah (slit
membran). Sel podosit adalah sel-sel epitel lapisan viseral kapsula Bowman.
Sel-sel ini telah mengalami perubahan sehingga berbentuk bintang. Selain badan sel
sel-sel ini mempunyai beberapa juluran (prosessus) mayor (primer) yang meluas dari
perikarion dengan cara seperti tentakel seekor gurita. Sebuah prosessus primer mempunyai
beberapa prosessus sekunder yang kecil atau pedikel. Pedikel podosit yang berdekatan saling
berselang-seling dalam susunan yang rumit dengan sistem celah yang disebut celah filtrasi
(Slit pores) di antara pedikel. Pedikel-pedikel ini berhubungan dengan suatu membran tipis
disebut membran celah (Slit membran). Di bawah membran slit ini terdapat membran basal
sel-sel sel endotel kapiler glomerulus.5
Guna sawar ginjal ini adalah untuk menyaring molekul-molekul yang boleh melewati
lapisan filtrasi tersebut dan molekul-molekul yang harus dicegah agar tidak keluar dari tubuh.
Molekul-molekul yang dikeluarkan dari tubuh adalah molekul-molekul yang sudah tidak
diperlukan oleh tubuh, sisa-sisa metabolisma atau zat-zat yang toksik bagi tubuh. Molekul-
molekul ini selanjutnya akan dibuang dalam bentuk urin (air kemih). Proses filtrasi ini
tergantung kepada tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus.4-5

Mekanisme kerja ginjal


Ginjal mempunyai pelbagai fungsi untuk memastikan tubuh kita berada di tahap yang
optimum untuk sentiasa beraktivitas aktif dan memastikan kelangsungan hidup. Hal ini
termasuklah dalam mempertahankan keseimbangan air, meregulasi jumlah dan eliktolit
seperti Na+, K+, Cl, HCO3-, Mg2+, Ca2+, SO4+, PO4+ dan H+, mempertahankan tekanan darah,
mempertahankan keseimbangan asam basa, osmolaritas, mengekresi sisa metabolisme dan
senyawa asing. Ia juga mempunyai fungsi mengsekresi hormone yaitu, eritropoetin, rennin
dan calcitriol.6

Filtrasi
Dalam menjalankan fungsinya, mekanisme kerja ginjal terbagi kepada tiga bagian,
yaitu, filtrasi, reabsorbsi dan sekresi. Cairan yang masuk ke ruangan capsula Bowman disebut
filtrate glomerular. Endotelial sel dari kapiler glomerulus dan podosit bersama-sama
membentuk batas rapuh yaitu membrane filtrasi.
Batas ini membolehkan filtrasi air dan solute kecil tetapi menghalangi filtrasi protein
plasma, sel-sel darah dan platelet. Substans yang difiltrat akan melalui tiga membrane yaitu
sel endothelial glomerulus, membrane basalis dan kapsula Bowman.6 Dinding kapiler
glomerulus merupakan kapiler yang mempunyai pori besar karena ia merupakan tipe
fenestrata yang berukuran 0.07-0.1 mikrometer. Sehingga membolehkan semua solute dalam
plasma darah melewatinya, tetapi menghalang molekul besar melepasnya. Membrane basalis
adalah lapisan antara kapiler glomerulus dan podosit yang mengandungi jaringan kolagen dan
proteoglycan dalam matrix glycoprotein dimana ia akan menghalang filtrasi protein plasma
yang besar.7
Proses filtrasi yang berlaku bergantung kepada gaya-gaya Starling yang terdiri dari 3
jenis tekanan, tekanan hidrostatik kapiler glomerulus yang mendorong filtrasi yang
sebenarnya bergantung kepada kekuatan kontraksi otot jantung dan resistensi (diameter)
aliran darah arteriola afferent dan efferent. Kekuatan kontraksi otot jantung ini adalah
tekanan darah sistemik yang kurang lebih 40% adalah tekanan hidrostatik kapiler glomerulus.
Penyebab tekanan hidrostatik kapiler glomerulus tinggi hingga mencapai 55mmHg adalah
karena diameter arteriola afferent lebih besar dari arteriola efferent. Darah lebih mudah
memasuki glomerulus melalui arteriola afferent yang lebar dan kurang resistensinya dan
meninggalkan glomerulus melalui arteriola efferent yang lebih kecil. Oleh karena itu,
glomerular filtration rate(GFR) meningkat. Jika diameter arteriola afferent lebih kecil
daripada arteriola efferent, tekanan hidrostatik kapiler glomerulus akan menurun karena
resistensinya bertambah dan darah yang memasuki glomerulus berkurangan menyebabkan
GFR menurun.7
Tekanan hidrostatik kapsula Bowman yang melawan filtrasi. Tekanan ini bermula di
awal tubulus dan diperkirakan mencapai sehingga 15mmHg. Tekanan ini adalah usaha untuk
kapsula Bowman menolak air keluar dan masuk ke dalam glomerulus yang melawan filtrasi
plasma dari glomerulus masuk ke dalam kapsula Bowman.6,7
Terakhir adalah tekanan onkotik (koloid) yang berasal daripada protein plasma.
Protein plasma yang tidak dapat difiltrasi tertinggal didalam glomerulus dan kepekatan H 2O
di kapsula Bowman adalah lebih tinggi daripada kepekatan air dalam glomerulus. Hal ini
menyebabkan H2O mengalir mengikuti kepekatan konsentrasinya daripada konsentrasi tinggi
di kapsula Bowman ke konsentrasi yang lebih rendah yaitu glomerulus.
Tekanan osmotic yang menarik air ini sekitar 30mmHg. Tekanan osmotic yang tinggi
disebabkan oleh jumlah air yang difiltrasi masuk ke dalam kapsula Bowman lebih tinggi dan
konsentrasi protein plasma di glomerulus yang tinggi. 7 Tekanan filtrasi dapat berubah dari
menit ke menit mengikut perubahan tekanan darah. Faktor utama yang menyebabkan
perubahan tekanan filtrasi adalah berubahnya tekanan darah sistermik, aliran darah dalam
ginjal itu sendiri dan resistensi arteriola afferent sama ada berkontraksi ataupun berdilatasi.
Faktor lain yang menyababkan perubahan tekanan filtrasi adalah berubahnya tekanan onkotik
plasma dan tekanan hidrostatik kapsula Bowman.7
Tekanan filtrasi yang berubah-ubah dapat diatasi dengan adanya autoregulasi yaitu
proses regulasi yang terjadi secara automatik. Faktor internal yang meregulasi adalah,
mekanisme miogenik dimana berlaku jika tekanan darah meningkat, arteriola afferent yang
tadinya berdilatasi kini berkonstriksi, tetapi pengaruh perubahan terhadap daya filtrasi tidak
terlalu mempengaruhi walaupun turun sedikit. Yang kedua adalah tubuloglomerular
feedback(TGF) yang melibatkan juxtaglomerulus yang terhasil akibat kombinasi dari tubulus
dan pembuluh darah. Disini macula densa berperan dalam mendeteksi perubahan konsentrasi
garam dalam cairan yang melalui tubulus.7

Reabsorbsi
Reabsorbsi tubulus adalah porses yang sangat selektif. Semua konstituen kecuali
protein plasma memiliki konsentrasi yang sama di filtrat glomerulus dan di plasma. Pada
sebagian kasus, jumlah setiap bahan yang diserap adalah jumlah yang diperlukan untuk
mempertahankan komposisi dan volume lingkungan cairan internal yang sesuai. Karena itu
hanya sedikit konstituen plasma yang terfiltrasi dan bermanfaat bagi tubuh terdapat di urin
karena sebagian besar telah direabsorbsi dan dikembalikan ke darah. Hanya bahan esensial
yang berlebihan yang diekskresikan di urin. Sebaliknya, sebagian produk sisa yang terfiltrasi
terdapat di urin. Bahan sisa ini, yang tidak bermanfaat, sama sekali tidak direabsorbsi. Zat-zat
ini menetap di tubulus untuk dikeluarkan di urin. Sewaktu H2O dan bahan penting lain
direabsorbsi, produk-produk sisa yang tertinggal di cairan tubulus menjadi sangat pekat.6
Terdapat dua jenis reabsorbsi tubulus yaitu reabsorbsi aktif dan pasif. Pada reabsorbsi
pasif, semua tahap dalam transpor transepitel suatu bahan dari lumen tubulus ke plasma
bersifat pasif; yaitu tidak ada pengeluaran energi, yang terjadi adalah mengikuti penurunan
gradien osmotik. Sebaliknya transpor aktif berlangsung jiika salah satu dari tahap-tahap
dalam transpor transepitel suatu bahan memerlukan energi, melawan gradien elektrokimia.6
Reabsorbsi natrium bersifat unik dan kompleks. Dari energi total yang dikeluarkan
ginjal, 80% digunakan untuk transpor Na+. Tidak seperti kebanyakan zat terlarut yang
terfiltras, Na+ direabsorbsi hampir di sepanjang tubulus, tetapi dengan derajat beda-beda di
bagian yang berbeda. Natrium direabsorbsi di sepanjang tubulus kecuali di pars descendens
ansa henle. Reabsorbsi Na+ memiliki peran penting berbeda-beda di masing-masing segmen.7
Reabsorbsi natrium di tubulus proksimal berperan penting dalam reabsorbsi glukosa,
asam amino, H2O, Cl-, dan urea. Reabsorbsi natrium di pars ascendens ansa henle, bersama
dengan reabsorbsi Cl-, berperan penting dalam kemampuan ginjal menghasilkan urin dengan
konsentrasi volume bervariasi, bergantung pada kebutuhan tubuh untuk menghemat atau
mengeluarkan H2O. Reabsorbsi natrium di tubulus distal dan koligentes bervariasi dan
berada di bawah kontrol hormon. Reabsorbsi ini berperan dalam mengatur volume cairan
ekstraseluler, yang penting dalam kontrol jangka panjang tekanan darah arteri, dan juga
berkaitan dengan sekresi K+ dan H+.
Tingkat reabsorbsi terkontrol berbanding terbalik dengan tingkat beban Na+ di tubuh.
Jika Na+ terlalu banyak maka hanya sedikit dari Na+ yang terkontrol ini direabsorbsi. Na+ ini
akan keluar melalu urin sehingga kelebihan Na+ dapat dikeluarkan dari tubuh. Namun, jika
terjadi kekurangan Na+ maka sebagian besar dari seluruh Na+ yang terkontrol ini direabsorbsi,
menghemat Na+ tubuh yang seharusnya keluar melalui urin.6
Beban Na+ di tubuh tercermin dalam volume cairan ekstraseluler. Natrium dan ion Cl-
penyertanya membentuk lebih dari 90% aktivitas osmotik cairan ekstraseluler. Ketika beban
Na+ diatas normal dan karenanya aktivitas osmotik cairan ekstraseluler meningkat maka
kelebihan Na+ ini akan menahan tambahan H2O, meningkatkan volume cairan ekstraseluler.
Sebaliknya ketika beban Na+ di bawah normal sehingga aktivitas osmotikk cairan
ekstraseluler berkurang, jumlah H2O yang dapat ditahan di cairan ekstraseluler berkurang.6,7,8
Gambar 2. Sistem RAA.

Sistem hormon terpenting yang terlibat dalam regulasi Na+ adalah sistem renin-
angiotensin-aldosteron (SRAA). Sel granular aparatus jukstaglomerulus mengeluarkan suatu
hormon enzimatik, renin, ke dalam darah sebagai respons terhadap penurunan NaCl / tekanan
darah. Fungsi ini adalah tambahan terhadap peran sel makula densa aparatus
jukstaglomerulus dalam otoregulasi.6,7,8
Sel granular berfungsi sebagai baroreseptor internal. Sel ini peka terhadap perubahan
tekanan di dalam arteriol aferen. Ketika mendeteksi penurunan tekanan darah sel granular ini
mengeluarkan lebih banyak renin. Sel makula densa di bagian tubulus aparatus
jukstaglomerulus peka terhadap NaCl yang melewatinya melalui lumen tubulus. Sebagai
respons terhadap penurunan NaCl, sel makula densa memicu sel granular untuk
mengeluarkan lebih banyak renin. Sel granular disarafi oleh sistem saraf simpatis. Ketika
tekanan darah turun di bawah normal, refleks baroreseptor meningkatkan aktivitas simpatis.
Sebagai bagian dari respons refleks ini, peningkatan aktivitas simpatis merangsang sel
granular mengeluarkan lebih banyak renin. Sinyal-sinyal yang saling terkait untuk
meningkatkan sekresi renin ini semuanya menunjukkan perlunya meningkatkan volume
plasma untuk meningkatkan tekanan arteri ke normal dalam jangka panjang. Melalui
serangkaian proses kompleks yang melibatkan SRAA, peningkatan sekresi renin
menyebabkan peningkatan reabsorbsi Na+ oleh tubulus distal dan koligentes.
Klorida selalu secara pasif mengikuti Na+ menuruni gradien listrik yang terbentuk
oleh perpindahan aktif Na+. Manfaat akhir dari retensi garam ini adalah bahwa retensi
tersebut mendorong retensi H2O secara osmotis, yang membantu memulihkan volume plasma
sehingga penting dalam kontrol jangka panjang tekanan darah.7
Setelah dikeluarkan ke dalam darah, renin bekerja sebagai enzim untuk mengaktifkan
angiotensinogen menjadi angiotensin I. Angiotensinogen adalah suatu protein plasma yang
disintesis oleh hati dan selalu terdapat di plasma dalam konsentrasi tinggi. Ketika melewati
paru melalui sirkulasi paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II oleh angiotensin-
converting enzyme (ACE), yang banyak terdapat di kapiler paru. Angiotensin II adalah
perangsang utama sekresi hormon aldosteron dari korteks adrenal. Korteks adrenal adalah
kelenjar endokrin yang menghasilkan beberapa hormon berbeda, masing-masing
disekresikan.
Selain merangsang sekresi aldosteron, angiotensin II adalah konstriktor poten arteriol
sistemin, secara langsung meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan resistensi
perifer total. Selain itu angiotensin II merangsang rasa haus dan merangsang vasopresin
(hormon yang meningkatkan retensi H2O oleh ginjal), dimana keduanya ikut berperan dalam
menambah volume plasma dan meningkatkan tekanan arteri.8
Glukosa dan asam amino dipindahkan oleh transpor aktif sekunder. Pada proses ini,
pembawa kotranspor khusus yang hanya terdapat di tubulus proksimal secara stimultan
memindahkan Na+ dan molekul organik spesifik dari lumen ke dalam sel. Glukosa dan asam
amino mendapat tumpangan gratis dengan menggunakan energi yang telah digunakan dalam
reabsorbsi Na+. Transport aktif sekunder memerlukan keberadaan Na+ di dalam lumen.8
Urea tidak secara langsung berkaitan dengan reabsorbsi aktif Na+.
Urea adalah produk sisa dari pemecahan protein. Reabsorbsi H2O yang berlangsung
secara osmotis di tubulus proksimal sekunder terhadap reabsorbsi aktif Na + menghasilkan
gradien konsentrasi untuk mendorong reabsorbsi pasif bahan sisa ini. Konsentrasi urea
sewaktu difiltrasi di glomerulus identik dengan konsentrasi di plasma yang masuk kapiler
peritubulus. Namun, jumlah urea yang ada dalam 125ml cairan yang difiltrasi di awal tubulus
proksimal terkonsentrasi hingga tiga kali lipat dalam 44 ml cairan yang tersisa di sekitar.
Karena dinding tubulus proksimal hanya agak permeabel terhadap urea, maka hanya seitar
50% dari urea yang terfiltrasi direabsorbsi secara pasif melalui cara ini.7,8
Sekresi
Sekrisi adalah tahap akhir dalam pembentukan urine. Bahan dari peritubulus kapiler
masuk ke dalam tubulus berperan untuk menyingkirkan bahan yang berlebihan dalam tubuh,
bersifat asing ataupun toksik. Contoh bahan-bahan yang disekresikan adalah ion hydrogen,
ion kalium, anion dan kation yang bersifat organik dan bahan asing yang terdapat dalam
tubuh.8
Sekresi ion hidrogen penting dalam keseimbangan asam basa dalam tubuh. Jika cairan
tubuh kita terlalu asam, maka sebagian asam perlu dibuang dengan menyingkirkan ion
hydrogen dalam kuantitas yang tinggi. Ion kalium disekresikan pada tubulus distal dan
disekresikan dari hasil pompa natrium kalium yang mereabsorbsikan natrium dan
mensekresikan ion kalium. Perangsangan sekresi ion kalium ini diregulasi oleh hormone
aldesteron.8

Kesimpulan

Dalam pembentukan urin, ginjal mempertahankan volume dan komposisi cairan.


Proses pengeluaran larutan sisa organik produk metabolisme. Produk sisa yang perlu
mendapat perhatian yaitu urea, kreatinin dan asam urat. Produk ini larut dalam aliran darah,
dan hanya dapat dibuang dengan larutannya urine. Pembuangan ini disertai dengan
kehilangan air yang tidak dapat dihindarkan. Ginjal menjamin bahwa cairan yang hilang tidak
mengandung substrat organik yang sangat bermanfaat yang terdapat dalam plasma darah,
contohnya gula dan asam amino.
Daftar Pustaka

1. Frank H. Netter. Atlas Human Anatomy. 5 th edition. America: Saunders Elsevier;


2011. h.182-8.
2. Richard S. Snell. Clinical Anatomy By Regions.9th edition. Philadelphea: Lippincott
Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer business; 2012. h.206-22.
3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004. h.319-21.

4. Junquiera L.C, Carneiro J, Kelley R.O. Basic Histology, 10th edition, Washington,
Lange, 2003; h.316-23.
5. Moore KL, Dalley AF. Clinically Oriented Anatomy. United States. Fifth edition:
Lippincott Williams & Wilkins, 2006. h.231-305.
6. Gerard J. Tortora, Bryan H. Derrickson. Principle Of Anatomy and Physiology. 12 th
Ed. Asia. John Wiley & Sons,2009. h.1030-9.
7. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011.
h.553-80.
8. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke- 9. Jakarta : EGC.
h.422-33.

Anda mungkin juga menyukai