Anda di halaman 1dari 12

Komunikasi Antar Sel Saraf

Disusun Oleh:

A6

Urai Fanni Andrini (102016001)

Leny Harviani(102016012)

Lisa Lestari (102016059)

Rangga Eka Rama(102016155)

Nessya Vanietamala (102016164)

Irene Cicilia (102016206)

Tiara Namora Tarigan (102016249)

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510

2016
Abstrak
Untuk mempertahankan homeostatis sel membutuhkan komunikasi antar sel. Terdapat dua
sistem pengaturan utama yang memastikan terjadinya respon-respon terkoordinasi yang
menjaga kelangsungan hidup yaitu sistem saraf dan sistem hormone. Dalam komunikasi sel
terdapat potensial membran yang terdiri dari potensial berjenjang dan potensial aksi. Di
dalam potensial aksi terdapat siklus Hodgkin yang jika Makin besar depolarisasi maka akan
semakin memperbanyak pembukaan kanal ion natrium berpintu dan seterusnya sampai ada
faktor luar yang menutup kanal ion natrium secara perlahan karena terbukanya kanal kalium.
Komunikasi sel juga memiliki proses yang dinamakan dengan sinaps yaitu penyatuan yang
terdiri dari penjumlahan EPSP, IPSP, dan GPSP.
Kata kunci: Komunikasi sel, potensial membran, potensial berjenjang, potensial aksi, siklus
hodgkin, sinaps.

Abstract
To maintain cell homeostasis requires communication between cells. There are two main
regulatory system that ensures the coordinated responses that maintain the viability of the
nervous system and hormone systems. In the communication cell membrane potential are
comprised of tiered potential and action potential. Inside there is a cycle of action potential
Hodgkin if greater the depolarization of the more it will multiply the sodium ion channel
opening doors and so on until there are external factors that sodium ion channel closes
slowly due to the opening of potassium channels. Cell communication also has a process
called the synapse that unification which consists of the sum of EPSP, IPSP, and GPSP.
Keywords: Communication cell, membrane potential, tiered potential, action potential,
Hodgkin cycle, synapse.

Pendahuluan
Sistem saraf dibentuk oleh jaringan interaktif kompleks dari tiga jenis dasar sel saraf, yaitu
neuron aferen, neuron eferen, dan antar neuron.2 Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan
korda spinalis, yang menerima masukan mengenai lingkungan internal dan eksternal dari
neuron aferen. Susunan saraf pusat menyortir dan mengolah masukan ini, kemudian memulai
pengarahan yang sesuai di neuron-neuron aferen, yang membawa instruksi ke kelenjar atau
otot untuk menjalankan respon yang diinginkan berupa beberapa jenis sekresi atau gerakan.
Banyak aktifitas yang dikontrol oleh sistem saraf diarahkan untuk mempertahankan
homeostasis. Secara umum, sistem saraf bekerja melalui sinyal listrik (potensial aksi) untuk
mengontrol respons tubuh yang cepat.3
Neuron atau sel saraf, membentuk sistem saraf, salah satu dari dua sistem control utama pada
tubuh. Sistem saraf melakukan kontrolnya terhadap hampir sebagian besar aktifitas otot dan
kelenjar tubuh, yang sebagian besar ditujukan untuk mempertahankan homeostasis. Melalui
makalah ini, penulis bertujuan untuk menjelaskan komunikasi antar sel saraf, sistem saraf,
dan mekanisme cara kerjanya.3

Komunikasi Antar Sel Saraf


Komunikasi sel berperan penting dalam menyelenggarakan homeostatis karena tubuh harus
senantiasa memantau adanya perubahan yang terjadi. Tujuan dari komunikasi sel adalah
menghasilkan, mengendalikan, dan menginterpretasikan dan bereaksi terhadap isyarat yang
ada di lingkungan sel serta memastikan suatu pesan dapat dikonversi dari satu bentuk ke
bentuk lainnya.1 Sistem komunikasi antar dilakukan sel sangat berperan penting terhadap
respon seluler yang akan dilakukan oleh sel. Di mana dengan adanya komunikasi antar sel
maka dapat terjadi pengaturan dan pengendalian kegiatan sel, jaringan, organ tubuh, dan
mempertahankan homeostatis.1 Komunikasi sel berperan penting dalam menyelenggarakan
homeostatis karena tubuh harus senantiasa memantau adanya perubahan yang terjadi. Tujuan
dari komunikasi sel adalah menghasilkan, mengendalikan, dan menginterpretasikan dan
bereaksi terhadap isyarat yang ada di lingkungan sel serta memastikan suatu pesan dapat
dikonversi dari satu bentuk ke bentuk lainnya. 1 Ada beberapa metode untuk melakukan
komunikasi antar sel yaitu yang pertama : 1). Komunikasi langsung, adalah komunikasi antar
sel yang sangat berdekatan. Komunikasi ini terjadi dengan mentransfer sinyal listrik (ion-ion)
atau sinyal kimia melalui hubungan yang sangat erat antara sel satu dengan lainnya.Membran
plasma kedua sel yang berdempetan akan membentuk sebuah saluran yang disebut gap
junction. Gap junction sendiri merupakan protein saluran khusus yang dibentuk oleh protein
connexin. Gap junction memungkinkan terjadinya aliran ion-ion dan molekul-molekul kecil
seperti asam amino, ATP, cAMP dalam sitoplasma kedua sel yang berhubungan.2). Paracrine
Signaling yaitu interaksi pada sel yang berdekatan juga. Komunikasi yang terjadi melaluizat
kimia yang dilepaskan ke cairan ekstrasel (interstitial).3.4 Suatu senyawa disekresikan oleh sel
suatu sel kemudian berdifusi melalui ruang antar sel lalu diterima oleh sel target yang berada
disekitarnya. Senyawa sinyal tersebut berumur pendek karena akan segera dihancurkan oleh
enzim ekstraseluler jika tidak segera diterima oleh sel target.3). Endocrine Signaling yaitu
suatu sel mengeluarkan molekul sinyal yang dikenal sebagai hormon, molekul sinyal tersebut
kemudian mengikuti system peredaran darah untuk sampai ke sel target karena seringkali
jarak sel target mempunyai jarak yang jauh.4). Synaptic Signaling, interaksi ini terjadi pada
sel saraf. Sel saraf tersebut mengeluarkan sinyal berupa neurotransmitter.Tidak seperti
hormon yang melalui sistem peredaran darah, neurotransmitter tersebut akan dilepaskan oleh
setiap ujung sel saraf kemudian ditangkap oleh sel saraf berikutnya.Sistem saraf mengatur
kegiatan tubuh dengan cepat.Berbeda dengan endokrin mengatur fungsi metabolik tubuh
pada jalur lambat.Sistem saraf merupakan salah satu dari dua sistem regulatorik utama tubuh.
6
Sistem saraf merupakan sistem yang mengontrol dan mengoordinasikan aktivitas tubuh yang
memerlukan respon cepat.3 Sistem saraf sangat penting dalam mendeteksi dan memulai
respon terhadap perubahan eksternal. Sistem saraf juga bertanggungjawab untuk fungsi-
fungsi yang lebih tinggi yang tidak seluruhnya ditunjukkan untuk mempertahankan
homeostasis contohnya adalah kesadaran, daya ingat, dan kreativitas Pada dasarnya sistem
saraf terdiri dari sel-sel spesifik yang berfungsi menerima stimulus sensorik dan
meneruskannya ke organ-organ efektor baik muskular ataupun glandular. 4.7 Sistem saraf
dibedakan menjadi dua bagian utama yaitu sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi
(SST). Pada susunan saraf pusat, otak dan medula spinalis merupakan pusat utama terjadinya
korelasi dan integrasi informasi saraf. Susunan sistem saraf pusat terdiri dari sejumlah besar
sel-sel saraf yang disebut neuron dan disokong oleh serabut saraf yang disebut akson.
Sistem saraf mempunyai tiga fungsi yang saling tumpang tindih yaitu input sensoris,
integrasi, dan output motorik.3 Input sensoris adalah penghantaran atau konduksi sinyal dari
reseptor sensoris. Integrasi adalah proses penerjemahan informasi yang berasal dari stimulasi
reseptor sensoris oleh lingkungan yang kemudian dihubungkan dengan respon tubuh yang
sesuai. Intergasi, sebagian besar dilakukan di sistem saraf pusat yaitu di otak dan di sumsum
tulang belakang. Output motorik adalah penghantaran sinyal dari pusat integrasi yaitu dari
sistem saraf pusat (SSP) ke sel-sel efektor. Kemudian sel-sel efektor tersebut yang akan
mengaktualisasikan respon tubuh terhadap stimulus yang diberikan.
Setiap sel saraf atau neuron tidak bekerja sendiri-sendiri melainkan bekerja secara
terkoordinasi. Jadi setiap neuron akan bekerja sama dan berkomunikasi satu sama lain untuk
dapat menerima impuls ataupun untuk memberikan respon terhadap impuls yang diterima. 7
Komunikasi neuron biasanya dikenal dengan sirkuit neural. Sirkuit neural yang ada di dalam
tubuh manusia dibagi menjadi dua yaitu: Sirkuit Divergen yaitu penghantaran informasi
berasal dari sebuah neuron atau sebuah kelompok neuron ke sejumlah besar neuron yang
tersebar di beberapa tempat. Contoh dari sirkuit divergen adalah sekelompok sel saraf
pembentuk zat kimia noradrenalin yang ada di batang otak (locus coeruleus) yang
mengirimkan julurannya ke cortex cerebri dan beberapa bagian otak lainnya. Kemudian
Sirkuit Konvergen, yaitu penghantaran informasinya berlawanan dengan sirkuit divergen
yaitu penghantaran informasinya berasal dari sejumlah besar neuron yang tersebar di
beberapa tempat yang kemudian memproyeksikan diri ke suatu sek saraf di lokasi tertentu.
Contoh dari sirkuit konvergen adalah juluran neuron dari cortex cerebri yang diproyeksikan
ke cortex entorhinal yang ada di lobus temporal medius.5.8
Potensial Membran
Potensial membran adalah pemisahan muatan positif dan negatif di kedua sisi membran.
Potensial yang diakibatkan oleh adanya perbedaan muatan pada sisi dalam dan sisi luar
membran sel. Beda potensial elektrik antara dinding sebelah luar dan sebelah dalam dari
suatu membran sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus
menunjukkan bahwa di dalam sel bersifat negatif dibandingkan dengan di luarnya.3
Semua sel tubuh memiliki potensial membrane yang berkaitan dengan distribusi yang tidak
merata serta perbedaan permeabilitas dari  Na+, K+, anion besar intersel.Dua jenis sel, sel
saraf dan sel otot. Telah  mengembangkan  kegunaan khusus  untuk potensial  membrane ini.
Secara spesifik, sel-sel ini mampu mengalami perubahan yang cepat untuk sementara waktu
pada potensial membrannya. Fluktuasi potensial ini, yang berfungsi sebagai sinyal listrik,
memiliki dua titik dasar yaitu potensial berjenjang yang berfungsi sebagai sinyal jarak dekat,
dan potensial aksi   yang menjadi sinyal untuk jarak jauh.4.7
Dalam keadaan istirahat, di sisi dalam dan luar membran sel sama-sama terdapat ion-ion

potasium dan sodium, tetapi dengan konsentrasi yang berbeda. Konsentrasi ion potasium

(K+) di sisi dalam membran sekitar 35 kali lebih tinggi  dibandingkan konsentrasi di sisi luar.

Sebaliknya, konsentrasi ion sodium (Na+)di sisi luar membran sel sekitar 10 kali lebih tinggi

dibandingkan konsentrasi di sisi dalam. Adanya perbedaan konsentrasi ion di sisi dalam dan

luar membran ini mendorong terjadinya difusi ion-ion tersebut menembus membran sel.9

Gambar 1. Ion potasium berdifusi ke

luar membran sel9

Sel saraf dan sel otot memanfaatkan adanya potensial membrane istirahat untuk

berkomunikasi. Dengan cara mengubah permeabilitas membrane terhadap ion-ion menjadi


sinyal listrik yang terbagi atas 2 yaitu; potensial berjenjang (jarak dekat) dan potensial aksi

(jarak jauh). Pada potensial membran ada perubahan yang dapat terjadi yaitu; depolarisasi

terjadi akibat masuknya ion Na+ atau Ca+ atau permeabilitas K+ yang berkurang, repolarisasi

terjadi akibat keluarnya ion K+, dan hiperpolarisasi terjadi akibat masuknya ion Cl - atau

keluarnya ion K+ yang berlebihan.9

Potensial Berjenjang
Potensial berjenjang yakni sinyal jarak dekat yang cepat menghilang. Potensial berjenjang
bersifat lokal yang terjadi dalam berbagai derajat. Potensial ini dipengaruhi oleh semakin
kuatnya kejadian pencetus dan semakin besarnya potensial berjenjang yang terjadi. Kejadian
pencetus dapat berupa stimulus, interaksi ligan-reseptor permukaan sel saraf dan otot, dan
perubahan potensial yang spontan (akibat ke tidak seimbangan siklus pengeluaran
pemasukan/ kebocoran-pemompaan).3
Apabila potensial berjenjang secara lokal terjadi pada membran sel saraf atau otot, terdapat
potensial berbeda di daerah tersebut. Arus (secara pasif ) mengalir antara daerah yang terlibat
dan daerah di sekitarnya (di dalam maupun di luar membran). Potensial berjenjang dapat
menimbulkan potensial aksi jika potensial di daerah trigger zone di atas ambang. Sedangkan
jika potensial di bawah ambang tidak akan memicu potensial aksi. Contoh potensial
berjenjang yaitu potensial pasca sinaps, potensial reseptor, potensial end-plate, dan potensial
alat pacu.
Potensial Aksi 
Karena aliran arus pasif yang menyertai potensial berjenjang cepat menghilang sewaktu arus
tersebut bergerak menjauhi tempat pembentukannya, harus terdapat mekanisme lain untuk
menyampaikan sinyal listrik ke jarak yang jauh, agar kekuatan sinyal tetap di pertahankan
selama sinyal berjalan menjauhi tempat pembentukannya. Tahapan potensial aksi adalah
sebagai berikut : 1). Tahap istirahat, merupakan potensial membran istirahat yang ada
sebelum terjadinya potensial aksi. Pada saat ini, membran dapat dikatakan “terpolarisasi”,
karena selama tahap ini berlangsung, potensial membrannya bersifat negatif dengan nilai
sekitar -90 milivolt.2). Tahap Depolarisasi, pada tahap ini, membran secara tiba-tiba menjadi
sangat permeabel terhadap ion natrium. Hal ini menyebabkan kanal ion natrium terbuka
dengan sepat dan  sejumlah besar ion natrium yang bermuatan positif berdifusi masuk ke
dalam akson. Keadaan membran yang awalnya terpolarisasi dengan nilai -90 milivolt secara
cepat menjadi semakin positif, karena difusi natrium sekaligus menetralisir keadaan tersebut.
Hal ini meningkatkan potensial membran. 3.) Tahap repolarisasi, tahapan ini berlangsung
setelah tahap depolarisasi berakhir, dan membran menjadi lebih permeabel terhadap ion
kalium. Berakhirnya tahap depolarisasi adalah ketika kanal ion natrium tertutup dengan cepat
yang diikuti oleh pembukaan kanal ion kalium secara lambat. Saat kanal ion kalium telah
terbuka secara sempurna, sejumlah besar ion kalium akan berdifusi keluar akson secara cepat.
Hal ini menyebabkan potensial membran yang tadinya menjadi positif karena depolarisasi
kembali bersifat negatif, dan ketika sifat negatif itu telah dicapai, kanal ion kalium akan
kembali menutup secara lambat. 4). Hiperpolarisasi, setelah tahap repolarisasi berakhir,
dikenal suatu kondisi yang disebut positive after potential. Keadaan ini merupakan kondisi
potensial membran yang lebih negatif dari kondisi istirahat. 8.10
Siklus Hodgkin

Pada saat sel saraf mendapat rangsangan akan menyebabkan kanal ion Natrium akan
membuka sehingga ion natrium akan masuk ke dalam sel dengan membawa muatannya.
Muatan positif ion Natrium akan menetralkan sebagian muatan negatif di dalam sel sehingga
sel akan mengalami depolarisasi. Depolarisasi ini akan memicu pembukaan kanal ion natrium
berpintu listrik, sehingga semakin banyak natrium masuk ke dalam sel dan pada akhirnya
akan semakin memperbesar depolarisasi. Makin besar depolarisasi maka akan semakin
memperbanyak pembukaan kanal ion natrium berpintu dan seterusnya sampai ada faktor luar
yang menutup kanal ion natrium secara perlahan karena terbukanya kanal kalium. Ini
merupakan siklus umpan balik positif yang terjadi di sel saraf yang di sebut dengan siklus
Hodgkin.11

Sinaps dan Integrasi Neuron

Sinaps adalah sambungan antara neuron yang satu dengan neuron yang lain. Pada saat impuls
melintasi sinaps, impuls dapat terus dijalarkan atau dihambat. Pada sinaps terdpat celah yang
dikenal dengan nama celah sinaps yang lebarnya kurang lebih 200 Å (Angstrom). Neuron
yang terletak sebelum sinaps disebut neuorn prasinaps (presynaptic neuron), sedangkan
neuron yang terletak setelah sinaps disebut neuron pascasinaps (postsynaptic neuron).3-5
Penjalaran impuls melintasi sinaps berlangsung searah, yaitu dari neuron prasinaps ke neuron
pascasinaps dan melibatkan neurotransmiter (zat penghantar). Neurontransmitter adalah suatu
zat kimia yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron pre-sinapsis menuju neuron post-
sinapsis. Berbagai macam neurotransmiter, antara lain asetikolin yang terdapat pada sinaps di
seluruh tubuh, noradrenalin yang terdapat pada sistem saraf pusat simpatik, dan serotonin
yang terdapat pada saraf pusat dan otak.4
Sinaps sangat berperan pada penghantaran sutu arah dari impuls saraf. Hampir semua sinaps

menghantarkan impuls lewat pelepasan neurotransmitter pada terminal akson berupa

substansi kimiawi yang menginduksi perpindahan impuls saraf ke neuron lainnya atau ke

sebelah sel efektor. Sinaps dibentuk oleh suatu terminal akson atau terminal prasinaps yang

menghantarkan impuls, bagian lain tempat impuls baru dibentuk dan suatu celah sempit

intraseluler yang disebut celah sinaps.6

Sinapsis ditemukan antara dua neuron, antara reseptor sensoris dan neuron sensoris, antara

neuron motoris dan sel otot yang dikontrolnya, serta antara neuron dengan sel kelenjar.

Sebuah potensial aksi di neuron prasinaps mengeluarkan suatu neurotransmiter yang

berikatan dengan reseptor di neuron pascasinaps.10

Transmisi Sinaps
Transmisi (peleburan atau pelepasan neurontransmiter) sinaps terjadi pada neuron guna
menghantarkan senyawa-senyawa kimia. Penghantaran zat-zat yang terkandung dalam
neurotransmitter dengan reseptornya bergantung pada permeabilitas di neuron pascasinaps.
Proses transmisi sinaps terjadi melalui beberapa cara, antara lain yaitu Excitatory Post
Synaptic Potential (EPSP) & Inhibitor Past Synaptic Potential (IPSP).10 Adanya perbedaan
potensial pada membran yang menyebabkan terjadinya peristiwa Excitatory Post Synaptic
Potential (EPSP) dan Inhibitor Past Synaptic Potential (IPST). Peristiwa synaptic yang
meningkatkan kemungkinan permulaan potensial kerja pada sel postsynaptic disebut
eksitatori, sebaliknya, peristiwa yang mengurangi kemungkinan disebut inhibisi. Aliran
postsynaptic dengan potensial balik lebih positif daripada level awal didefinisikan sebagai
eksitator dan aliran postsynaptic dengan potensial balik pada sisi negative level awal disebut
inhibitor. Aliran eksitator tersebut dibawa melalui channel yang permeabel terhadap Na+ atau
Ca2+ dan K+ pula. Aliran inhibitor synaptic dibawa oleh channel yang permeable pada
K+ dan Cl-, sejak kedua dari ion ini memiliki potensial keseimbangan dalam potensial
sisa. Pada setiap saat, sejumlah neuron prasinaps (mungkin ratusan) dapat mengalami
potensial aksi sehingga mempengaruhi tingkat aktifitas neuron pascasinaps. 13 Potensial total
di neuron pascasinaps,grand postsynaptic potential (GPSP), potensial pascasinaps
puncak/besar atau keseluruhan, adalah gabungan semua EPSP dan IPSP yang terjadi pada
waktu yang kira-kira bersamaan. Frekuensi potensial aksi pada sinaps eksitatorik dan sinaps
inhibitor mencerminkan keadaan sinaps yang mempengaruhi kerja membran apakah sedang
melakukan tansmisi impuls atau sedang dalam keadaan istirahat. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kerja sinaps dan efektivitas sinaps, antara lain modifikasi jumlah transmiter
pada neuron, perubahan mekanisme sinaps yang dipengaruhi oleh pengaruh obat-obatan yang
di konsumsi oleh individu. Ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu: penghantaran impuls
semakin cepat atau semakin lambat.Terakhir, faktor ketidaksengajaan, yaitu dipengaruhi dan
rentan terhadap sejumlah proses penyakit dan racun yang ada di dalam tubuh. Terdapat
banyak kesempatan untuk mempengaruhi transmisi sinaps melalui obat. pada kenyataannya,
sebagian besar obat yang mempengaruhi system saraf melakukannnya dengan mengubah
mekanisme-mekanisme sinaps. Sebagai contoh, obat illegal kokain menghambat penyerapan
ulang neurotransmiter dopamin  di terminal–terminal prasinaps melalui pengikatan secara
kompetitif dengan pengangkutan dopamin untuk di serap ulang. Pengangkut adalah suatu
molekul protein yang melakukan fungsi penyeberangan dengan mengambil dopamin yang di
keluarkan dari celah sinaps dan mengantarkannya ke terminal akson untuk di serap. Dengan
adanya kokain menempati pengangkut dopamine tersebut, dopamine tetap berada di celah
sinaps untuk waktu yang lebih lama daripada biasanya dan terus berinteraksi dengan tempat-
tempat reseptornya di neuron pascasinaps. Akibatnya adalah pengaktifan berkepanjangan
jalur-jalur saraf yang menggunakan zat kimia ini sebagai neurotransmiternya. Diantara jalur-
jalur yang terpengaruh adalah jalur yang di perkirakan berperan dalam respons emosi,
terutama perasaan nikmat. Sementara penyalah gunaan kokain menyebabkan aktifitas
dopamine berlebihan, berakibat penyakit Parkinson disebabkan oleh defisiensi dopamin di
daerah tertentu otak yang berperan dalam mengontrol gerakan-gerakan kompleks.13-15
     Transmisi sinaps juga rentan terhadap sejumlah proses penyakit. Sebagai contoh,
Toksin tetanus, menghambat pengeluaran transmitter inhibitorik lainnya, asam gama-
aminobutirat (GABA) dari masukan prasinaps yang berujung di neuron-neuron
yang mempersarafi  otot rangka. Masukan eksitatorik yang tidak terkendali ke neuron-
neuron ini menyebabkan spasme otot yang tidak terkontrol. Spasme ini awalnya terjadi
terutama di otot-otot rahang sehingga penyakit ini juga sering di sebut lockjaw (rahang
terkunci). Kemudian penyakit berkembang menyerang otot-otot yang penting untuk bernafas
sehingga dapat menimbulkan kematian. Hasil akhir toksin tetanus adalah mencegah
pengeluaran neurotransmiter inhibitorik spesifik dari neuron prasinaps.6-15
Kesimpulan
Sel saraf mengkhususkan diri untuk menerima, mengolah, dan menyalurkan dengan
cepat informasi dari satu bagian tubuh ke bagian lain. Informasi disalurkan oleh jalur-jalur
saraf yang rumit melalui penjalaran potensial aksi di sepanjang sel saraf serta melalui
transmisi kimiawi sinyal dari neuron ke neuron, dari neuron ke otot dan kelenjar melalui
interaksi neurotransmitter-reseptor di sinaps. Secara kolektif, sel-sel saraf membentuk sistem
saraf, salah satu dari dua control sistem utama pada tubuh. Banyak aktivitas yang dikontrol
oleh sistem saraf yang ditujukan untuk mempertahankan homeostasis. Sebagian dari sinyal
listrik neuron menyalurkan informasi mengenai perubahan-perubahan yang harus ditanggapi
oleh tubuh untuk memepertahankan homeostasis.
Daftar Pustaka
1. Ganong, WF. Fisiologi Kedokteran edisi 10. Jakarta : EGC;1983.
2. Sherwood, L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed.6. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2012:h.13, 95, 105
3. Purwanti S. Penghantaran impuls.Edisi 10 Oktober 2010.Diakses pada tanggal 25
Januari 2017. Diunduh dari http://susipurwati.blogspot.co.id/2010/10/penghantaran-
impuls.html
4. Margiana A. Pengantar impuls di dalam tubuh dan transmisi sinaps.Edisi Februari
2013.Diakses pada 24 Januari 2017.Diunduh dari
https://www.scribd.com/doc/126139342/Penghantar-Impuls-Didalam-Tubuh-Dan-
Transmisi-Sinapsis
5. Snell, R S. Neuroanatomi klinik. Ed 5. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2007:h. 2.
6. Neil , A. Champbell. Jane, B. Reece. Lawrence, G. Mitchell. Biologi Champbell,
Reece, Mitchelle. Jilis 3. Ed.5. Jakarta: Penerbit Erlangga;2004:h.201,209, 210
7. Muttaqin, A. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
persarafan. Jakarta:Salemba Medika;2008:h.4,5.
8. Isnaeni, W. Fisiologi hewan. Cet.5.Yogyakarta:Penerbit Kanisius;2010:h.63.
9. Ronny, Setiawan, Fatimah S. Fisiologi Kardiofaskular. Jakarta: EGC; 2008.
10. Hall, J E. Guyton, C A. Guyton dan Hall buku ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.12.
Singapura:Saunders Elsevier;2011:h.63-5
11. Anonim. Siklus Hodgkin. Edisi 23 maret 2012. Diunduh dari
https://medhypapz.wordpress.com/2012/03/23/modul-2-triger-1-fk-uncen/
12. Muttaqin, A. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
persarafan. Jakarta:Salemba Medika;2008:h.4,5.
13. Setiowati T, Deswaty F. Biologi interaktif. Jakarta: Azka Press;2007:h.47
14. Ahmad. (2009). Sinaps. Diakses pada tanggal 24 Januari 2017
darihttp://poetracerdas.blogspot.com/2009/03/sinaps.html
15. Patrick, D. At a glance medicine. Jakarta : Erlangga;2005:h.236, 237
16. Lyriestrata, Anisa. (2010). Mekanisme Impuls Saraf. Diakses pada tanggal 25 Januari
2017 dari http://www.medicinesia.com/kedokteran dasar/neurosains/mekanisme-
impuls-saraf/

Anda mungkin juga menyukai