Disusun Oleh:
A6
Leny Harviani(102016012)
2016
Abstrak
Untuk mempertahankan homeostatis sel membutuhkan komunikasi antar sel. Terdapat dua
sistem pengaturan utama yang memastikan terjadinya respon-respon terkoordinasi yang
menjaga kelangsungan hidup yaitu sistem saraf dan sistem hormone. Dalam komunikasi sel
terdapat potensial membran yang terdiri dari potensial berjenjang dan potensial aksi. Di
dalam potensial aksi terdapat siklus Hodgkin yang jika Makin besar depolarisasi maka akan
semakin memperbanyak pembukaan kanal ion natrium berpintu dan seterusnya sampai ada
faktor luar yang menutup kanal ion natrium secara perlahan karena terbukanya kanal kalium.
Komunikasi sel juga memiliki proses yang dinamakan dengan sinaps yaitu penyatuan yang
terdiri dari penjumlahan EPSP, IPSP, dan GPSP.
Kata kunci: Komunikasi sel, potensial membran, potensial berjenjang, potensial aksi, siklus
hodgkin, sinaps.
Abstract
To maintain cell homeostasis requires communication between cells. There are two main
regulatory system that ensures the coordinated responses that maintain the viability of the
nervous system and hormone systems. In the communication cell membrane potential are
comprised of tiered potential and action potential. Inside there is a cycle of action potential
Hodgkin if greater the depolarization of the more it will multiply the sodium ion channel
opening doors and so on until there are external factors that sodium ion channel closes
slowly due to the opening of potassium channels. Cell communication also has a process
called the synapse that unification which consists of the sum of EPSP, IPSP, and GPSP.
Keywords: Communication cell, membrane potential, tiered potential, action potential,
Hodgkin cycle, synapse.
Pendahuluan
Sistem saraf dibentuk oleh jaringan interaktif kompleks dari tiga jenis dasar sel saraf, yaitu
neuron aferen, neuron eferen, dan antar neuron.2 Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan
korda spinalis, yang menerima masukan mengenai lingkungan internal dan eksternal dari
neuron aferen. Susunan saraf pusat menyortir dan mengolah masukan ini, kemudian memulai
pengarahan yang sesuai di neuron-neuron aferen, yang membawa instruksi ke kelenjar atau
otot untuk menjalankan respon yang diinginkan berupa beberapa jenis sekresi atau gerakan.
Banyak aktifitas yang dikontrol oleh sistem saraf diarahkan untuk mempertahankan
homeostasis. Secara umum, sistem saraf bekerja melalui sinyal listrik (potensial aksi) untuk
mengontrol respons tubuh yang cepat.3
Neuron atau sel saraf, membentuk sistem saraf, salah satu dari dua sistem control utama pada
tubuh. Sistem saraf melakukan kontrolnya terhadap hampir sebagian besar aktifitas otot dan
kelenjar tubuh, yang sebagian besar ditujukan untuk mempertahankan homeostasis. Melalui
makalah ini, penulis bertujuan untuk menjelaskan komunikasi antar sel saraf, sistem saraf,
dan mekanisme cara kerjanya.3
potasium dan sodium, tetapi dengan konsentrasi yang berbeda. Konsentrasi ion potasium
(K+) di sisi dalam membran sekitar 35 kali lebih tinggi dibandingkan konsentrasi di sisi luar.
Sebaliknya, konsentrasi ion sodium (Na+)di sisi luar membran sel sekitar 10 kali lebih tinggi
dibandingkan konsentrasi di sisi dalam. Adanya perbedaan konsentrasi ion di sisi dalam dan
luar membran ini mendorong terjadinya difusi ion-ion tersebut menembus membran sel.9
Sel saraf dan sel otot memanfaatkan adanya potensial membrane istirahat untuk
(jarak jauh). Pada potensial membran ada perubahan yang dapat terjadi yaitu; depolarisasi
terjadi akibat masuknya ion Na+ atau Ca+ atau permeabilitas K+ yang berkurang, repolarisasi
terjadi akibat keluarnya ion K+, dan hiperpolarisasi terjadi akibat masuknya ion Cl - atau
Potensial Berjenjang
Potensial berjenjang yakni sinyal jarak dekat yang cepat menghilang. Potensial berjenjang
bersifat lokal yang terjadi dalam berbagai derajat. Potensial ini dipengaruhi oleh semakin
kuatnya kejadian pencetus dan semakin besarnya potensial berjenjang yang terjadi. Kejadian
pencetus dapat berupa stimulus, interaksi ligan-reseptor permukaan sel saraf dan otot, dan
perubahan potensial yang spontan (akibat ke tidak seimbangan siklus pengeluaran
pemasukan/ kebocoran-pemompaan).3
Apabila potensial berjenjang secara lokal terjadi pada membran sel saraf atau otot, terdapat
potensial berbeda di daerah tersebut. Arus (secara pasif ) mengalir antara daerah yang terlibat
dan daerah di sekitarnya (di dalam maupun di luar membran). Potensial berjenjang dapat
menimbulkan potensial aksi jika potensial di daerah trigger zone di atas ambang. Sedangkan
jika potensial di bawah ambang tidak akan memicu potensial aksi. Contoh potensial
berjenjang yaitu potensial pasca sinaps, potensial reseptor, potensial end-plate, dan potensial
alat pacu.
Potensial Aksi
Karena aliran arus pasif yang menyertai potensial berjenjang cepat menghilang sewaktu arus
tersebut bergerak menjauhi tempat pembentukannya, harus terdapat mekanisme lain untuk
menyampaikan sinyal listrik ke jarak yang jauh, agar kekuatan sinyal tetap di pertahankan
selama sinyal berjalan menjauhi tempat pembentukannya. Tahapan potensial aksi adalah
sebagai berikut : 1). Tahap istirahat, merupakan potensial membran istirahat yang ada
sebelum terjadinya potensial aksi. Pada saat ini, membran dapat dikatakan “terpolarisasi”,
karena selama tahap ini berlangsung, potensial membrannya bersifat negatif dengan nilai
sekitar -90 milivolt.2). Tahap Depolarisasi, pada tahap ini, membran secara tiba-tiba menjadi
sangat permeabel terhadap ion natrium. Hal ini menyebabkan kanal ion natrium terbuka
dengan sepat dan sejumlah besar ion natrium yang bermuatan positif berdifusi masuk ke
dalam akson. Keadaan membran yang awalnya terpolarisasi dengan nilai -90 milivolt secara
cepat menjadi semakin positif, karena difusi natrium sekaligus menetralisir keadaan tersebut.
Hal ini meningkatkan potensial membran. 3.) Tahap repolarisasi, tahapan ini berlangsung
setelah tahap depolarisasi berakhir, dan membran menjadi lebih permeabel terhadap ion
kalium. Berakhirnya tahap depolarisasi adalah ketika kanal ion natrium tertutup dengan cepat
yang diikuti oleh pembukaan kanal ion kalium secara lambat. Saat kanal ion kalium telah
terbuka secara sempurna, sejumlah besar ion kalium akan berdifusi keluar akson secara cepat.
Hal ini menyebabkan potensial membran yang tadinya menjadi positif karena depolarisasi
kembali bersifat negatif, dan ketika sifat negatif itu telah dicapai, kanal ion kalium akan
kembali menutup secara lambat. 4). Hiperpolarisasi, setelah tahap repolarisasi berakhir,
dikenal suatu kondisi yang disebut positive after potential. Keadaan ini merupakan kondisi
potensial membran yang lebih negatif dari kondisi istirahat. 8.10
Siklus Hodgkin
Pada saat sel saraf mendapat rangsangan akan menyebabkan kanal ion Natrium akan
membuka sehingga ion natrium akan masuk ke dalam sel dengan membawa muatannya.
Muatan positif ion Natrium akan menetralkan sebagian muatan negatif di dalam sel sehingga
sel akan mengalami depolarisasi. Depolarisasi ini akan memicu pembukaan kanal ion natrium
berpintu listrik, sehingga semakin banyak natrium masuk ke dalam sel dan pada akhirnya
akan semakin memperbesar depolarisasi. Makin besar depolarisasi maka akan semakin
memperbanyak pembukaan kanal ion natrium berpintu dan seterusnya sampai ada faktor luar
yang menutup kanal ion natrium secara perlahan karena terbukanya kanal kalium. Ini
merupakan siklus umpan balik positif yang terjadi di sel saraf yang di sebut dengan siklus
Hodgkin.11
Sinaps adalah sambungan antara neuron yang satu dengan neuron yang lain. Pada saat impuls
melintasi sinaps, impuls dapat terus dijalarkan atau dihambat. Pada sinaps terdpat celah yang
dikenal dengan nama celah sinaps yang lebarnya kurang lebih 200 Å (Angstrom). Neuron
yang terletak sebelum sinaps disebut neuorn prasinaps (presynaptic neuron), sedangkan
neuron yang terletak setelah sinaps disebut neuron pascasinaps (postsynaptic neuron).3-5
Penjalaran impuls melintasi sinaps berlangsung searah, yaitu dari neuron prasinaps ke neuron
pascasinaps dan melibatkan neurotransmiter (zat penghantar). Neurontransmitter adalah suatu
zat kimia yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron pre-sinapsis menuju neuron post-
sinapsis. Berbagai macam neurotransmiter, antara lain asetikolin yang terdapat pada sinaps di
seluruh tubuh, noradrenalin yang terdapat pada sistem saraf pusat simpatik, dan serotonin
yang terdapat pada saraf pusat dan otak.4
Sinaps sangat berperan pada penghantaran sutu arah dari impuls saraf. Hampir semua sinaps
substansi kimiawi yang menginduksi perpindahan impuls saraf ke neuron lainnya atau ke
sebelah sel efektor. Sinaps dibentuk oleh suatu terminal akson atau terminal prasinaps yang
menghantarkan impuls, bagian lain tempat impuls baru dibentuk dan suatu celah sempit
Sinapsis ditemukan antara dua neuron, antara reseptor sensoris dan neuron sensoris, antara
neuron motoris dan sel otot yang dikontrolnya, serta antara neuron dengan sel kelenjar.
Transmisi Sinaps
Transmisi (peleburan atau pelepasan neurontransmiter) sinaps terjadi pada neuron guna
menghantarkan senyawa-senyawa kimia. Penghantaran zat-zat yang terkandung dalam
neurotransmitter dengan reseptornya bergantung pada permeabilitas di neuron pascasinaps.
Proses transmisi sinaps terjadi melalui beberapa cara, antara lain yaitu Excitatory Post
Synaptic Potential (EPSP) & Inhibitor Past Synaptic Potential (IPSP).10 Adanya perbedaan
potensial pada membran yang menyebabkan terjadinya peristiwa Excitatory Post Synaptic
Potential (EPSP) dan Inhibitor Past Synaptic Potential (IPST). Peristiwa synaptic yang
meningkatkan kemungkinan permulaan potensial kerja pada sel postsynaptic disebut
eksitatori, sebaliknya, peristiwa yang mengurangi kemungkinan disebut inhibisi. Aliran
postsynaptic dengan potensial balik lebih positif daripada level awal didefinisikan sebagai
eksitator dan aliran postsynaptic dengan potensial balik pada sisi negative level awal disebut
inhibitor. Aliran eksitator tersebut dibawa melalui channel yang permeabel terhadap Na+ atau
Ca2+ dan K+ pula. Aliran inhibitor synaptic dibawa oleh channel yang permeable pada
K+ dan Cl-, sejak kedua dari ion ini memiliki potensial keseimbangan dalam potensial
sisa. Pada setiap saat, sejumlah neuron prasinaps (mungkin ratusan) dapat mengalami
potensial aksi sehingga mempengaruhi tingkat aktifitas neuron pascasinaps. 13 Potensial total
di neuron pascasinaps,grand postsynaptic potential (GPSP), potensial pascasinaps
puncak/besar atau keseluruhan, adalah gabungan semua EPSP dan IPSP yang terjadi pada
waktu yang kira-kira bersamaan. Frekuensi potensial aksi pada sinaps eksitatorik dan sinaps
inhibitor mencerminkan keadaan sinaps yang mempengaruhi kerja membran apakah sedang
melakukan tansmisi impuls atau sedang dalam keadaan istirahat. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kerja sinaps dan efektivitas sinaps, antara lain modifikasi jumlah transmiter
pada neuron, perubahan mekanisme sinaps yang dipengaruhi oleh pengaruh obat-obatan yang
di konsumsi oleh individu. Ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu: penghantaran impuls
semakin cepat atau semakin lambat.Terakhir, faktor ketidaksengajaan, yaitu dipengaruhi dan
rentan terhadap sejumlah proses penyakit dan racun yang ada di dalam tubuh. Terdapat
banyak kesempatan untuk mempengaruhi transmisi sinaps melalui obat. pada kenyataannya,
sebagian besar obat yang mempengaruhi system saraf melakukannnya dengan mengubah
mekanisme-mekanisme sinaps. Sebagai contoh, obat illegal kokain menghambat penyerapan
ulang neurotransmiter dopamin di terminal–terminal prasinaps melalui pengikatan secara
kompetitif dengan pengangkutan dopamin untuk di serap ulang. Pengangkut adalah suatu
molekul protein yang melakukan fungsi penyeberangan dengan mengambil dopamin yang di
keluarkan dari celah sinaps dan mengantarkannya ke terminal akson untuk di serap. Dengan
adanya kokain menempati pengangkut dopamine tersebut, dopamine tetap berada di celah
sinaps untuk waktu yang lebih lama daripada biasanya dan terus berinteraksi dengan tempat-
tempat reseptornya di neuron pascasinaps. Akibatnya adalah pengaktifan berkepanjangan
jalur-jalur saraf yang menggunakan zat kimia ini sebagai neurotransmiternya. Diantara jalur-
jalur yang terpengaruh adalah jalur yang di perkirakan berperan dalam respons emosi,
terutama perasaan nikmat. Sementara penyalah gunaan kokain menyebabkan aktifitas
dopamine berlebihan, berakibat penyakit Parkinson disebabkan oleh defisiensi dopamin di
daerah tertentu otak yang berperan dalam mengontrol gerakan-gerakan kompleks.13-15
Transmisi sinaps juga rentan terhadap sejumlah proses penyakit. Sebagai contoh,
Toksin tetanus, menghambat pengeluaran transmitter inhibitorik lainnya, asam gama-
aminobutirat (GABA) dari masukan prasinaps yang berujung di neuron-neuron
yang mempersarafi otot rangka. Masukan eksitatorik yang tidak terkendali ke neuron-
neuron ini menyebabkan spasme otot yang tidak terkontrol. Spasme ini awalnya terjadi
terutama di otot-otot rahang sehingga penyakit ini juga sering di sebut lockjaw (rahang
terkunci). Kemudian penyakit berkembang menyerang otot-otot yang penting untuk bernafas
sehingga dapat menimbulkan kematian. Hasil akhir toksin tetanus adalah mencegah
pengeluaran neurotransmiter inhibitorik spesifik dari neuron prasinaps.6-15
Kesimpulan
Sel saraf mengkhususkan diri untuk menerima, mengolah, dan menyalurkan dengan
cepat informasi dari satu bagian tubuh ke bagian lain. Informasi disalurkan oleh jalur-jalur
saraf yang rumit melalui penjalaran potensial aksi di sepanjang sel saraf serta melalui
transmisi kimiawi sinyal dari neuron ke neuron, dari neuron ke otot dan kelenjar melalui
interaksi neurotransmitter-reseptor di sinaps. Secara kolektif, sel-sel saraf membentuk sistem
saraf, salah satu dari dua control sistem utama pada tubuh. Banyak aktivitas yang dikontrol
oleh sistem saraf yang ditujukan untuk mempertahankan homeostasis. Sebagian dari sinyal
listrik neuron menyalurkan informasi mengenai perubahan-perubahan yang harus ditanggapi
oleh tubuh untuk memepertahankan homeostasis.
Daftar Pustaka
1. Ganong, WF. Fisiologi Kedokteran edisi 10. Jakarta : EGC;1983.
2. Sherwood, L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed.6. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2012:h.13, 95, 105
3. Purwanti S. Penghantaran impuls.Edisi 10 Oktober 2010.Diakses pada tanggal 25
Januari 2017. Diunduh dari http://susipurwati.blogspot.co.id/2010/10/penghantaran-
impuls.html
4. Margiana A. Pengantar impuls di dalam tubuh dan transmisi sinaps.Edisi Februari
2013.Diakses pada 24 Januari 2017.Diunduh dari
https://www.scribd.com/doc/126139342/Penghantar-Impuls-Didalam-Tubuh-Dan-
Transmisi-Sinapsis
5. Snell, R S. Neuroanatomi klinik. Ed 5. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2007:h. 2.
6. Neil , A. Champbell. Jane, B. Reece. Lawrence, G. Mitchell. Biologi Champbell,
Reece, Mitchelle. Jilis 3. Ed.5. Jakarta: Penerbit Erlangga;2004:h.201,209, 210
7. Muttaqin, A. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
persarafan. Jakarta:Salemba Medika;2008:h.4,5.
8. Isnaeni, W. Fisiologi hewan. Cet.5.Yogyakarta:Penerbit Kanisius;2010:h.63.
9. Ronny, Setiawan, Fatimah S. Fisiologi Kardiofaskular. Jakarta: EGC; 2008.
10. Hall, J E. Guyton, C A. Guyton dan Hall buku ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.12.
Singapura:Saunders Elsevier;2011:h.63-5
11. Anonim. Siklus Hodgkin. Edisi 23 maret 2012. Diunduh dari
https://medhypapz.wordpress.com/2012/03/23/modul-2-triger-1-fk-uncen/
12. Muttaqin, A. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
persarafan. Jakarta:Salemba Medika;2008:h.4,5.
13. Setiowati T, Deswaty F. Biologi interaktif. Jakarta: Azka Press;2007:h.47
14. Ahmad. (2009). Sinaps. Diakses pada tanggal 24 Januari 2017
darihttp://poetracerdas.blogspot.com/2009/03/sinaps.html
15. Patrick, D. At a glance medicine. Jakarta : Erlangga;2005:h.236, 237
16. Lyriestrata, Anisa. (2010). Mekanisme Impuls Saraf. Diakses pada tanggal 25 Januari
2017 dari http://www.medicinesia.com/kedokteran dasar/neurosains/mekanisme-
impuls-saraf/