Anda di halaman 1dari 11

ESAI

Transmisi Sinyal

Disusun Oleh :

Nama : Wahyu Kurniawan

NIM : 020.06.0085

Kelas : B

Modul : Neuromuskuluskaletal 1

Dosen: dr. I Wayan Tunjung, Sp. S

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM

2021
Transmisi Sinyal

Sistem Saraf merupakan serangkaian mekanisme kerja yang kompleks dan


berkesinambungan, yang bertugas menghantarkan impuls listrik yang terbentuk akibat adanya
suatu stimulus (rangsang). Sel fungsional yang bekerja pada sistem saraf adalah NEURON atau
Sel Saraf Unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan sitoplasma, yang bekerja
dengan cara menghasilkan potensial aksi dan menjalarkan impuls dari satu sel ke sel berikutnya.
Neuron diklasifikasi secara fungsional berdasarkan arah transmisi impulsnya. Neuron sensorik
(aferen) , menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada kulit, organ indera atau suatu organ
internal ke SSP. Hampir semua saraf sensorik unipolar; hanya sebagian kecil yang bipolar.

Neuron motorik menyampaikan impuls dari SSP ke efektor. Biasanya berbentuk


multipolar. membawa impuls keluar dari otak menuju tulang belakang, selanjutnya ke efektor
atau target. Sebagian besar untuk mengirim pesan agar terjadi kontraksi otot atau sekresi
kelenjar. Synapses(sinapsis), jarak terdekat antara neuron yang satu dengan yang lain dimana
sinyal-sinyal kimiawi ditransmisikan. Sinapsis adalah bagian yang menyambungkan terminal
button (sebagai sensor) dari sel pengirim ke bagian soma atau membran dendrit sel penerima.

Sinapsis adalah titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain.


Sinapsis dibentuk oleh terminal akson yang membengkak. Di dalam sitoplasma sinapsis,
terdapat vesikula sinapsis. Ketika impuls mencapai ujung neuron, vesikula akan bergerak, lalu
melebur dengan membran pra-sinapsis dan melepaskan asetilkolin. Asetilkolin berdifusi melalui
celah sinapsis, lalu menempel pada reseptor di membran pasca-sinapsis. Penempelan asetilkolin
pada reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf berikutnya. Enzim
asetilkolinesterase menguraikan asetilkolin yang tugasnya sudah selesai. Pada setiap bagian otak,
terdapat jutaan neuron yang saling terhubung lewat sinapsis. Anak-anak memiliki sekitar
1016 sinapsis (10 quadrillion). Jumlah ini berkurang seiring bertambahnya usia. Orang dewasa
memiliki 1015 sampai 5 × 1015 (1-5 quadrillion) sinapsis.
Neurotransmitter adalah senyawa kimiawi dalam tubuh yang bertugas menyampaikan
pesan antara satu sel saraf ke sel saraf target di otot, kelenjar, dan bagian lain dalam tubuh.
Neurotransmiter merupakan zat kimia yang membuka atau menutup kanal ion atau mengawali
rentetan second-messenger bila bergabung dengan protein reseptor. Neuromodulator adalah
messenger kimiawi yang tidak bekerja langsung pada sinaps namun memodifikasi sensitivitas
neuron terhadap rangsangan atau hambatan sinaps. Sebagian neuromodulator merupakan
neuropeptida atau steroid yang dihasilkan di jaringan saraf, dan sebagian lainnya berupa steroid
yang beredar di sirkulasi.

Neurotransmisi adalah proses di mana molekul pensinyalan yang disebut


neurotransmitter dilepaskan oleh terminal akson dari sebuah neuron (neuron presinaptik), dan
mengikat dan bereaksi dengan reseptor di dendrit neuron lain (neuron postsynaptic) yang
jaraknya cukup dekat. Proses serupa terjadi pada neurotransmisi retrograde , di mana dendrit dari
neuron postsynaptic melepaskan neurotransmitter retrograde (misalnya, endocannabinoid ;
disintesis sebagai respons terhadap peningkatan intraseluler tingkat kalsium ) yang memberi
sinyal melalui reseptor yang terletak di terminal akson dari neuron presinaptik, terutama di
sinapsis GABAergic dan glutamatergic.

Sinaps dibentuk oleh: 1. sebuah akson terminal (ujung prasinaps) yang menyampaikan
sinyal; 2. daerah permukaan lain, yang menghasilkan sinyal baru (ujung pascasinaps); 3. celah
celah antar sel sempit (celah sinaps). Satu sinaps terdiri atas Unsur prasinaps (umumnya satu
sinaps), Unsur pascasinaps (suatu dendrit), dan Terdapat suatu celah sinaps ekstrasel yang sempit
diantara keduanya. Diperkirakan bahwa sebagian neuron di dalam susunan saraf pusat menerima
masukan sinaptik sampai sebanyak 100.000.

Sinaps dibagi menjadi 2 yaitu, Chemical sinaps dan Electrical sinaps. Chemical sinaps
merupakan Impuls diteruskan melalui substansi kimiawi (neurotransmiter/ neuromedulator),
Misal: penerusan impuls saraf dari dendrit sel saraf ke otot. Electrical sinaps merupakan Impuls
diteruskan dari neuron yang satu kelainnya melintas bebas melewati gap junctions, Misal: di
retina, korteks serebrum. Meskipun kebanyakan sinaps merupakan SINAPS KIMIA dan
menggunakan messenger kimiawi, beberapa sinaps menghantarkan sinyal ion melalui gap
junction yang melintasi membran prasinaps dan pascasinaps sehingga sinyal saraf dapat
diteruskan secara langsung ke sinaps listrik. Berdasarkan bagian sel saraf yang berkontak, sinaps
dapat berupa: Akso – dendritic, Akso – somatic, Dendro – dendritic, Akso – aksonik, dan Akson
dengan serat otot.

Protein yang disintesa di perikarion sel saraf dikirimkan sepanjang akson sampai ke
bagian distal akson. Di samping itu zat-zat lain yang dibutuhkan tubuh seperti glikoprotein,
protein pembentuk neurotransmiter, dsbnya juga akan di angkut dari perikarion ke akson melalui
sistim transportasi khusus. Akson tidak dapat mensintesa protein karena tidak mengandung
badan Nissl /retikulum endoplasmik kasar, ribosom dan kompleks Golgi. Proses pengangkutan
protein dan zat-zat lainnya pada akson ini disebut transportasi aksonal. Transportasi aksonal
merupakan Protein yang disintesis di perikarion sel saraf dikirimkan sepanjang akson sampai ke
bagian distal akson. Akson tidak dapat mensintesis protein karena tidak mengandung badan nissl,
ribosom dan kompleks golgi. Transportasi aksonal terjadi karena proses pengangkutan protein &
zat-zat lainnya pada akson. Berdasarkan arah transportasi ada 2 macam yaitu, Anterograde
transport dan Retrograde transport.

Anterograde transport merupakan Pengangkutan protein & bahan-bahan lain dari


perikarion ke ujung akson. Retrograde transport adalah Pengangkutan bahan-bahan dalam akson
dari ujung akson ke perikarion. Materi yang diangkut adalah sisa-sisa protein vesikel sinaps yang
sudah lama yang akan didegradasi di lisosom, zat-zat sisa lainnya. Toksin seperti toksin tetanus
dan virus tertentu seperti herpes dan rabies diangkut secara retrograde.
Transpor aksonal dari vesikel yang mengandung neurotransmitter, butiran
neurosecretory, mitokondria, dan komponen neuronal lainnya diperlukan untuk homeostasis dan
fungsi presinaptik. Transpor aksonal terganggu pada banyak penyakit neurodegeneratif,
termasuk DA (ditinjau dalam Millecamps dan Julien, 2013).

Tau mengatur kecepatan transpor aksonal dengan menghambat aktivitas transpor


molekuler “motor” kinesin dan dynein, yang menggerakkan muatan vesikuler dan organel
melalui akson pada filamen mikrotubulus (Dixit et al., 2008). Banyak model tikus AD dan pasien
manusia menunjukkan tau hyperphosphorylated (lihat bagian Tau). Peningkatan kadar tau
hyperphosphorylated mengganggu transpor aksonal, mengakibatkan kelainan sitoskeletal yang
mengganggu transpor anterograde ER, mitokondria, dan vesikel ke kompartemen presinaptik
(Ebneth et al., 1998; Shahpasand et al., 2012).

Sinaps hanya beroperasi dalam satu arah; yaitu, neuron prasinaps mempengaruhi neuron
pascasinaps, tetapi neuron pascasinaps tidak mempengaruhi neuron prasinaps. Hal ini disebabkan
karena hanya terminal prasinaps yang dapat mengeluarkan neurotransmiter dan hanya membran
subsinaps di neuron pascasinaps yang memiliki reseptor untuk neurotransmiter, sinaps hanya
dapat beroperasi dengan arah dari neuron prasinaps ke pascasinaps.
Sinaps terbagi menjadi dua yaitu, Sinaps eksitatorik dan Sinaps inhibitorik. Tergantung pada
perubahan permeabilitas di neuron pascasinaps yang diinduksi oleh gabungan zat-zat
neurotransmiter dengan reseptornya. Sinaps Eksitatorik merupakan Respons terhadap kombinasi
neurotransmiter-reseptor menjadi pembukaan saluran Na+ dan K+ di dalam membran subsinaps
kemudian terjadi peningkatan permeabilitas ion tersebut, dan Menyebabkan perpindahan secara
simultan sedikit ion K+ ke luar dari neuron pascasinaps dan sebagian besar ion Na+ masuk.
Sinaps Eksitatorik Menimbulkan depolarisasi kecil di neuron pascasinaps. Perubahan potensial
pascasinaps yang terjadi di sinaps eksitatorik disebut Potensial Pascasinaps Eksitatorik
(excitatory post-synaptic potential, EPSP).

Sinaps Inhibitorik merupakan Kombinasi perantara kimiawi yang dilepaskan dengan


reseptornya meningkatkan permeabilitas nenbran subsinaps terhadap K+ atau Cl-  perpindahan
ion yang menimbulkan hiperpolarisasi kecil di neuron pascasinaps. Hiperpolarisasi ringan ini
menyebabkan potensial membran semakin menjauhi ambang, sehingga memungkinkan neuron
pascasinaps mendekati ambang dan mengalami potensial aksi semakin kecil. Pada keadaan ini,
membran dikatakan mengalami inhibisi, dan hiperpolarisasi kecil di sel pascasinaps disebut
Potensial Pascasinaps Inhibitorik (inhibitory postsynaptic potential, IPSP).
Perubahan listrik di neuron prasinaps (potensial aksi) menjadi sinyal listrik di neuron
pascasinaps (EPSP maupun IPSP) secara kimiawi (kombinasi neurotransmiter-reseptor)
memerlukan waktu. Perlambatan sinaps ini biasanya memerlukan waktu 0,5 – 1 mdet. Semakin
kompleks jalur saraf, semakin banyak perlambatan sinaps dan waktu reaksi total ( waktu yang
diperlukan untuk berespon terhadap suatu kejadian tertentu) akan memanjang. Pentingnya
neurotransmiter tidak terletak pada nama atau sifat kimiawinya, tetapi pada ketanggapan
membran pascasinaps setelah neurotransmiter berikatan dengan reseptor subsinapsnya.
Neurotransmiter tertentu akan selalu menginduksi EPSP sementara yang lain selalu menginduksi
IPSP.

Suatu neurotransmiter mungkin menimbulkan EPSP di satu sinaps tetapi IPSP di sinaps yang
lain. respons suatu kombinasi neurotransmiter-reseptor selalu konstan. Suatu sinaps selalu
eksitatorik atau selalu inhibitorik. Sinaps tidak akan menimbulkan EPSP pada satu keadaan dan
menimbulkan ISPS pada keadaan lain. Neurotransmiter perlu diinaktifkan setelah menimbulkan
respons yang sesuai di neuron pascasinaps, sehingga “lempeng” pascasinaps “terseka bersih” dan
siap menerima pesan-pesan baru dari masukan prasinaps yang sama atau yang lain.

Pengaruh obat & penyakit terhadap efektivitas transmisi. Sebagian besar obat yang
mempengaruhi sistem saraf melakukannya dengan mengubah mekanisme sinaps. Obat dpt
bekerja menghambat suatu efek yang tidak diinginkan atau meningkatkan efek yang diinginkan.
Contohnya Kokain, dapat Menghambat penyerapan ulang Dopamin di terminal prasinaps
melalui pengikatan secara kompetitif dengan pengangkutan dopamin untuk diserap ulang.
Dengan adanya kokain tersebut, dopamin tetap berada di celah sinaps untuk waktu yg lebih lama;
Pengaktifan berkepanjangan jalur saraf yg menggunakan zat kimia ini sbg neurotransmiter;
Mempengaruhi jalur yang berperan dalam respons emosi, terutama perasaan nikmat.
Penyalahgunaan kokain menyebabkan aktivitas dopamin berlebihan.

Sedangkan Penyakit Parkinson disebabkan oleh defisiensi Dopamin di daerah tertentu otak
yang berperan dalam mengatur gerakan-gerakan kompleks. Therapi levodopa (L-dopa), suatu
senyawa yang berikatan erat dengan Dopamin, sehingga menggantikan kekurangan Dopamin ini.
Bagi sebagian besar pasien, hal ini sangat mengurangi gejala-gejala yang berkaitan dengan
defisit dopamin. Dopamin sendiri tidak dapat diberikan karena zat ini tidak mampu melewati
sawar darah-otak sedangkan L-dopa dapat masuk ke otak melalui darah.

Di antara neuron terdapat dua hubungan yang penting: Konvergensi (neuron dapat memiliki
banyak neuron yang bersinaps padanya), dan Divergensi (percabangan terminal akson
menyebabkan sebuah sel bersinaps dengan banyak sel lain). Sebagian besar neuron bersifat
prasinaps bagi satu kelompok neuron dan pascasinaps bagi kelompok lain. Otak terdiri dari 100
miliar neuron memiliki hubungan timbal balik yang luas dan rumit antara neuron tsb melalui
jalur konvergensi dan divergensi. Rumitnya mekanisme kabel-kabel pada sistem saraf kita, tidak
tertandingi oleh komputer paling canggih.
Dua fenomena dasar untuk transmisi sinyal di sistem saraf. Salah satunya adalah potensial
aksi, perubahan transien dalam perbedaan potensial listrik melintasi membran sel saraf,
menyebar tanpa kerusakan di sepanjang bagian silinder (akson) sel saraf (transmisi aksonal).
Yang lainnya adalah transmisi sinyal dari satu sel ke sel lainnya, yang terjadi di situs kontak
khusus antar sel (sinapsis). Dalam transmisi sinaptik, potensial aksi yang tiba di lokasi kontak
dengan sel pengikut menghasilkan perubahan lokal dalam perbedaan potensial listrik melintasi
membran sel pengikut. Perubahan lokal seperti itu menambah potensi tindakan baru. Transmisi
aksonal dan sinaptik yang mendasari proses fisikokimia kompleks, terutama terletak di membran
sel saraf. Penulis meninjau perkembangan dalam studi transmisi aksonal dan merangkum fakta-
fakta utama dalam pemahaman saat ini tentang transmisi sinaptik. Dalam kedua kasus tersebut
penekanannya terletak pada proses yang mendasari pada tingkat molekuler.

Dapat disimpulkan bahwa, Saraf mengirimkan informasi dengan menggunakan sinyal listrik
yang bergerak menuruni membran sel. Sinyal ini disebut potensial aksi. Impuls saraf adalah
respons "semua atau tidak sama sekali": bisa "aktif" atau "mati" (seperti sakelar lampu). Dua
fenomena dasar untuk transmisi sinyal di sistem saraf. Salah satunya adalah potensial aksi,
perubahan transien dalam perbedaan potensial listrik melintasi membran sel saraf, menyebar
tanpa kerusakan di sepanjang bagian silinder (akson) sel saraf (transmisi aksonal). Yang lainnya
adalah transmisi sinyal dari satu sel ke sel lainnya, yang terjadi di situs kontak khusus antar sel
(sinapsis).
Neurotransmisi adalah proses di mana molekul pensinyalan yang disebut neurotransmitter
dilepaskan oleh terminal akson dari sebuah neuron (neuron presinaptik), dan mengikat dan
bereaksi dengan reseptor di dendrit neuron lain (neuron postsynaptic) yang jaraknya cukup
dekat. Synapses(sinapsis), jarak terdekat antara neuron yang satu dengan yang lain dimana
sinyal-sinyal kimiawi ditransmisikan. Sinapsis adalah bagian yang menyambungkan terminal
button (sebagai sensor) dari sel pengirim ke bagian soma atau membran dendrit sel penerima.
Sistem saraf tepi terdiri dari jutaan saraf yang saling terkait satu sama lain dari otot hingga
reseptor di seluruh tubuh. Sistem saraf menganggapnya seperti suatu rangkaian kabel listrik atau
saluran telepon yang menghubungkan otak dan tubuh Anda yang memungkinkan mereka
berkomunikasi. Serat saraf itu seperti kawat yang mentransmisikan gerak ke seluruh tubuh. Serat
ini ditutupi oleh zat yang disebut myelin. Myelin melindungi serat saraf dan membantu
pengiriman pesan berjalan cepat melalui neuron.
DAFTAR PUSTAKA

Chalik, Raimundus 2016, Anatomi Fisiologi Manusia, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Departemen Neurologi FKUI. Buku Ajar Neurologi. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. 2017.

dr. I Wayah Tanjung, Sp. S 2021. Kuliah Pakar Transmisi Sinyal. FK Universitas Islam Al-
Azhar Mataram.

dr. Rohmania Setyarini, M.Sc., Sp. S, 2021. Kuliah Pakar Fisiologi Susunan Saraf Pusat. FK

Universitas Islam Al-Azhar Mataram.

Dwi Sihanto, Rindha 2017. Referat Neuroanatomi Sistem ARAS (Ascending Reticular

Activating System). Departemen Ilmu Penyakit Syaraf Program Pendidikan Dokter


Spesialis-1 Universitas Udayana. Denpasar.

Sherwood, Lauralee 2020. Fisiologi Manusia dari Sel Ke Sistem Edisi 9, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Wuysang, Devi & Ashari Bahar 2014. Pemeriksaan Derajat Kesadaran (Glasgow Coma

Scale) Dan Fungsi Kortikal Luhur (Mini-Mental State Examination (MMSE)).


Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai