Anda di halaman 1dari 21

Jantung Berdebar

Piter Pical
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
102010235
www.piter_1992@yahoo.com

Pendahuluan
Manusia merupakan mahluk yang melakukan interaksi sosial
dengan manusia lainnya, karena manusia adalah mahluk sosial.
Interaksi sosial juga mencakup emosi. Emosi merupakan salah satu
rangsang sensoris yang berkaitan erat dengan motivasi. Emosi
bukan hanya rasa marah, tetapi juga rasa senang, sedih, dan
bangga. Dan emosi dapat mempengaruhi kinerja tubuh kita,
misalnya jantung kita bisa berdetak lebih cepat. Penulis akan
memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
emosi.

Proses Hantaran Impuls di Saraf


Proses hantaran impuls pada saraf dimulai dengan terjadinya
potensial aksi. Pada awalnya, serabut saraf mendapatkan stimulus
yang cukup, sehingga mengakibatkan gerbang Na+ terbuka.
Kemudian, ion Na+ bermuatan positif ini bergerak ke dalam sel,
mengubah potensial istirahat (polarisasi) menjadi potensial aksi
(depolarisasi). Ditunjukan dengan pergeseran diferensial dari -65
mV ke puncak listrik (potensial puncak) yang hampir mencapai +40
mV. Depolarisasi juga menyebabkan terbukanya lebih banyak lagi
gerbang natrium, yang kemudian akan mempercepat respons dalam
siklus umpan balik positif.
Setelah inisiasi, potensial aksi menjalar di sepanjang serabut
saraf dengan kecepatan dan amplitudo yang tetap. Arus listrik lokal
yang menyebar ke area membran yang berdekatan. Hal ini

menyebabkan gerbang natrium membuka dan mengakibatkan


gelombang depolarisasi menjalar sepanjang saraf. Dengan cara ini,
sinyal atau impuls saraf ditransmisi dari satu sisi dalam sistem saraf
ke sisi lain. Pada tahap inilah kita kenal dengan peristiwa sinaps
(transmisi sinaptik).
Sinaps

adalah

sisi

(penghubung/junction)

yang

tidak

berdekatan), tempat berlangsungnya pemindahan impuls dari ujung


akson suatu neuron ke neuron lain atau ke otot atau ke kelenjar.
Pada transmisi dari neuron ke neuron, hubungannya dapat berasal
dari akson suatu neuron ke dendit, ke badan sel atau ke akson
neuron yang kedua. Neuron presinaptik membawa impuls menuju
sinaps, sedangkan neuron postsinaptik membawa impuls menjauhi
sinaps. Ada dua jenis sinaps, yaitu sinaps kimiawi dan sinaps listrik.
a. Sinaps kimiawi
Pada sinaps kimiawi, suatu neurotransmitter (zat kimia) dilepas
dari terminal akson presinaptik, mengalir menyeberangi celah
sinaptik dan melekat pada reseptor membran postsinaptik.
Ujung akson presinaptik disebut terminal bouton. Ujung ini
melepas neurotransmitter dari vesikel sinaptik saat potensial
aksi mencapai terminal, saluran ion kalsium terbuka dan ion
kalsium memasuki terminal bouton. Ion kalsium memfasilitasi
aliran neurotransmitter saat menyeberangi celah sinaptik dan
melekat pada reseptor postsinaptik. Transmisi zat kimia bersifat
satu arah karena neurotransmitter hanya dilepas dari neuron
presinaptik. Ada dua jenis sinaps kimiawi yaitu sinaps eksitatoris
dan

sinaps

inhibitorik.

Kalau

yang

sinaps

eksitatorik

itu

beberapa neurotransmitter mengeksitasi neuron postsinaptik,


menyebabkan depolarisasi dan mengakibatkan terbentuknya
potensial postsinaptik eksitatoris. Sedangkan sinaps inhibitorik
itu, neurotransmitternya menyebabkan peningkatan potensial
istirahat

neuron

postsinaptik

bersifat

inhibitorik;

neorotransmitter ini membuat postsinaptik lebih bermuatan


negatif akibat penurunan permeabilitas membran terhadap

aliran masuk Na+ dan meningkatkan permeabilitas membran


terhadap aliran keluar ion K+. Peningkatan negativitas internal
ini disebut hiperpolarisasi dan mengakibatkan terbentuknya
potensial postsinaptik inhibitorik. Pada sinaps kimiawi ini ada
terdapat suatu istilah, yaitu waktu tunda sinaptik. Waktu tunda
sinaptik adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyebrangi
sutau sinaps kimiawi. Dibutuhkan waktu lebih banyak untuk
pelepasan, difusi, penerimaan dan untuk melihat pengaruh
neurotransmitter terhadap sebuah sinaps daripada waktu yang
dibutuhkan untuk perambatan potensial aksi di sepanjang
serabut saraf tersebut. Selain itu, ada efek transmisi kimia pada
neuron postsinaptik adalah perambahan jumlah dan jenis
neurotransmitter yang mencapai membran postsinaptik. Ada
tiga jenis sumasi, yaitu :
- Sumasi
temporal

adalah

penambahan

jumlah

neurotransmitter karena adanya peningkatan frekuensi


-

stimulasi oleh satu atau beberapa neuron postsinaptik.


Sumasi spasial adalah stimulasi pada penambahan
jumlah terminal presinaptik eksitatoris untuk menambah

jumlah neurotransmitter.
Jika potensial postsinaptik

eksitatoris

dan

potensial

postsinaptik inhibitorik mengenai membran postsinaptik,


maka hasilnya eksitasi atau inhibisi ditentukan melalui
penjumlahan aljabar efek eksitatoris dan inhibitorik,
sumasi temporal dan sumasi spasial.
Adapun molekul neurotransmitter yang dilepas ke dalam celah
sinaptik

harus

postsinaptik

segera

dapat

diinaktivasi

terjadi

untuk

agar

lintasan

repolarisasi
impuls

neuron

selanjutnya.

Neurotransmitter dapat diinaktivasi oleh kerja enzim. Molekul


neurotransmitter dapat ditarik kembali ke dalam neuron yang
melepaskannya dan diperbaharui untuk penggunaan tambahan.
Neurotransmitter dapat berdifusi secara pasif menjauihi celah
sinaptik.

Sebuah

sinaps

merupakan

subjek

keletihan

setelah

stimulasi berulang dengan kecepatan tinggi. Setelah beberapa

milidetik,

kecepatan

output

neuron

postsinaptik

berkurang,

walaupun neuron presinaptik masih melontarkan ion. Di otak,


keletihan

sinaptik

berperan

sebagai

mekanisme

presinaptik

merupakan alasan utama di balik keletihan sinaptik, tetapi inaktivasi


pada reseptor membran neuron postsinaptik dapat juga menjadi
suatu penyebab. Pada sinaps kimiawi ini, ada suatu bahan yang
bernama neuromodulasi. Neuromodulasi ini adalah zat kimia seperti
hormon
sinaptik.

yang dapat meningkatkan atau mengurangi respons


Zat

ini

dapat

bekerja

pada

sisi

presinaptik

atau

postsinaptik.
b. Sinaps listrik
Jika dua sel yang dapat tereksitasi berhubungan melalui aliran
arus listrik langsung pada suatu area dengan tahanan listrik
rendah, maka sinaps tersebut dinamakan sinaps listrik. Gap
junction (sambungan celah) menghubungkan pasangan sel
yang bermuatan listrik. Sambungan ini dianggap memiliki
tahanan listrik yang rendah. Sinaps listrik tidak memiliki waktu
tunda sinaptik yang terdapat pada sinaps kimiawi. Sinaps listrik
ini ditemukan di otot polos, otot jantung dan otak. Pada
umumnya sinaps listrik memungkinkan terjadinya transmisi dua
arah, bukannya satu arah seperti pada sinaps kimiawi.

Struktur Saraf
Jaringan saraf tersusun atas sel-sel saraf atau neuron. Tiap
neuron/sel saraf terdiri atas badan sel saraf, cabang dendrit dan
cabang akson, cabang-cabang inilah yang menghubungkan tiap-tiap
sel saraf sehingga membentuk jaringan saraf.

Gambar 1. Struktur saraf

Terdapat 3 macam sel saraf :


1. Sel Saraf Sensorik
Berfungsi

menghantarkan

rangsangan

dari

reseptor

(penerima rangsangan) ke sumsum tulang belakang.


2. Sel Saraf Motorik
Berfungsi menghantarkan impuls motorik dari susunan saraf
pusat ke efektor.
3. Sel Saraf Penghubung
Merupakan penghubung sel saraf yang satu dengan sel saraf
yang
Sel

lain.
saraf

mempunyai

kemampuan

iritabilitas

dan

konduktivitas. Iritabilitas artinya kemampuan sel saraf untuk


bereaksi

terhadap

perubahan

lingkungan.

Konduktivitas

artinya kemampuan sel saraf untuk membawa impuls-impuls


saraf.
Macam Sel Saraf pada Manusia

Gambar 2. Macam-macam sel saraf

Sel saraf (neuron) pada manusia dibedakan menjadi tiga


kelompok sel, yaitu sel saraf sensorik, sel saraf motorik, sel saraf
penghubung (konektor dan adjustor). Contoh sel dan bentuknya
dapat dilihat pada gambar 2.
Fungsi masing-masing sel saraf berbeda, yaitu:
1. Sel saraf sensorik menghantarkan rangsangan (impuls) dari
reseptor (penerima rangsangan) ke susunan saraf pusat.
6

2. Sel saraf motorik menghantarkan impuls dari susunan saraf


pusat ke organ efektor (penerima perintah).
3. Sel

saraf

konektor

menghubungkan antara

sel

saraf

sensorik dan motorik. Sebaliknya, dihubungkan oleh sel


adjustor.
Masing-masing sel saraf memiliki bentuk dan ukuran serabut
saraf yang berbeda. Akson pada sel saraf konektor lebih pendek dari
pada sel saraf sensorik dan motorik.
Kemampuan sel saraf menanggapi perubahan lingkungan
disebut sifat iritabilitas. Sedangkan sifat sel saraf yang dapat
menghantarkan impuls disebut konduktivitas. Beberapa sel saraf
berkumpul membentuk urat saraf . 2-3

Struktur Mikroskopis Saraf


Neuron adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari
badan sel dan perpanjangan sitoplasma.

Badan sel atau perikarion, suatu neuron mengendalikan


metabolisme keseluruhan neuron. Bagian ini tersusun dari
komponen berikut :
a) Satu nukleus tunggal, nukleolus yang menonjol dan organel
lain seperti kompleks Golgi dan mitokondria, tetapi nukleus
ini tidak memiliki sentriol dan tidak dapat bereplikasi.
b) Badan Nissl, terdiri dari retikulum endoplasma kasar dan
ribosom-ribosom bebas serta berparan dalam sintesis
protein.
c) Neurofibril, yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang
dapat

dilihat

melalui

mikroskop

pewarnaan dengan perak.


Dendrit adalah perpanjangan

cahaya

sitoplasma

jika

yang

diberi

biasanya

berganda dan pendek, serta berfungsi untuk menhantar


impuls ke sel tubuh.

a) Permukaan dendrit penuh dengan spina dendrit yang

dikhususkan untuk berhubungan dengan neuron lain.


b) Neurofibril dan badan Nissl memanjang ke dalam dendrit.
Akson adalah suatu processus tunggal yang lebih tipis dan
lebih panjang dari dendrit. Bagian ini menghantar impuls
menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain (sel otot atau
kelanjar), atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson.
a) Origo akson. Akson berasal dai badan sel pada hillock
akson, yaitu regia yang tidak mengandung badan Nissl.
b) Ukuran akson. Panjang akson mungkin berukuran kurang
dari 1 mm sampai 1 m lebih (1 mm = 0,04 inch; 1 m =
3,28 kaki). Di bagian ujungnya, sebuah akson dapat
bercabang banyak. Percabangan akhir memiliki suatu
pembesaran
presinaptik

yang
atau

disebut
terminal

kenop
bouton.

sinaptik,
Sisi

terminak

percabangan

(kolateral) yang berujung pada akhir yang sama dengan


pembesaran, dapat terjadi di sisi distal.
c) Pelapisan akson. Semua akson dalam sistem saraf perifer
dibungkus oleh lapisan Schwann disebut juga neurilema
yang dihasilkan dalam sel-sel Schwann. Akson besar
(diameter di atas 2 mikrometer), memiliki lapisan dalam
yang disebut mielin, suatu kompleks lipoprotein yang
dibentuk oleh membran plasma sel-sel Schwann. Akson ini
yang tampak berwarna putih disebut serabut termielinisasi.
Pada saraf perifer, sel-sel Schwann memielinisasi akson
dengan cara melingkarinya dalam bentuk gulungan jelly.
Mielin berfungsi sebagai insulator listrik dan mempercepat
hantaran impuls saraf. Adapun nodus Ranvier menunjukkan
celah antara sel-sel Schwann yang berdekatan. Celah ini
merupakan tempat pada akson dimana mielin dan lapisan
Schwann terputus, sehingga hanya melapisi sebagian
akson. Akson yang berdiameter kecil biasanya tidak
termielinisasi dan tertanam pada sitoplasma sel Schwann.
Akson dalam SSP tidak memiliki lapisan neurilema. Serabut
termielinisasi tanpa neurilema terdapat di bagian putih
8

otak dan medulla spinalis. Dalam SSP. Mielin dihasilkan dari


oligodendrosit bukan dari sel Schwann. Mielin bertanggung
jawab

untuk

tampilan

putih

pada

substansi

putih.

Sedangkan serabut tidak termielinisasi tanpa neurilema


terdapat dalam substansi abu-abu otak dan medulla
spinalis. Terminasi akhir dari semua serabut saraf tidak
memiliki

neurilema

membelah

secara

dan

mielin.

mitosis,

Neuron

tetapi

tidak

serabut

dapat
dapat

beregenerasi jika badan selnya masih utuh. Jika akson


mengalami kerusakan berat, maka neurilema (lapisan selsel Schwann) yang melapisinya melakukan pembelahan
mitosis untuk menutup luka. Jika bagian distal akson rusak,
bagian akson terdekat dnegan badan sel akan membuat
percabangan baru. Lapisan neurilema ksoong menjadi
semacam tubulus selular untuk mengarahkan akson yang
teregenerasi; setiap percabangan akson tambahan yang
masuk lapisan celah akan terdisintegrasi.

Struktur Makroskopis Sistem Limbik dan


Hipotalamus
I.

Sistem Limbik

Gambar 3. Sistem limbik

Sistem limbik adalah kombinasi sitkuit-sirkuit neuron yang


mengontrol

perilaku

emosional

dan

dorongan

motivasional.

Kompleks besar struktur ini terdiri dari komponen subkorteks dan


korteks. Kelompok subkorteks mencakup hipotalamus, septum,
daerah paraolfaktorius, epitalamus, nukleus thalamus anterior,
hipokampus, amigdala, dan bagian-bagian ganglia basalis. Di sekitar
struktur-struktur subkorteks terdapat korteks limbik, yang terdiri
dari korteks orbitofrontalis, girus subkalosus, girus singulata, dan
girus parahipokampus. Di antara berbagai struktur subkorteks,
hipotalamus

adalah

sumber

output

terpenting;

struktur

ini

berkomunikasi dengan nukleus-nukleus batang otak melalui berkas


otak-depan sebelah medial, yang menyalurkan sinyal dala dua arah:
ke batang otak dan kembali ke otak depan.
Konsep emosi mencakup perasaan emosional subjektif dan
suasana hati (misalnya rasa marah, rasa takut, dan kebahagiaan)
ditambah respons fisik yang nyata yang berkaitan dengan perasaan
tersebut. Respons-respons tersebut mencakup pola-pola perilaku
spesifik (misalnya, persiapan menyerang atau bertahan jika dibuat
marah oleh musuh) dan ekspresi emosional yang dapat diamati
(misalnya tertawa, menangis, atau tersipu). Bukti menunjukkan
bahwa sistem limbik berperan sentral dalam semua aspek emosi.
Stimulasi daerah-daerah tertentu di dalam sistem limbik manusia
selama pembedahan otak menimbulkan berbagai sensasisubjektif
yang tidak jelas, yang diutarakan oleh pasien sebagai rasa senang,
kepuasan, atau kenikmatan di suatu daerah serta keputusasaan,
keketakutan, atau kecemasan di bagian lain.1

II.

Hypothalamus

10

Gambar 4. Hypothalamus

Hypothalamus merupakan bagian ventral dari diencephalon,


yang

membentuk

bagian

bawah

dinding

lateral

dan

dasar

ventriculus tertius. Struktur berikut yang terdapat di bagian dasar


ventriculus tertius dari depan ke belakang yaitu chiasma opticum,
tuber

cinereum,

dan

infundibulum,

corpora

mammilaria,

dan

substansia perforata posterior.


Berikut adalah kegunaan dari hypothalamus :

Pusat autonom
Stimulasi hypothalamus anterior dan medial menyebabkan
aktivitas

parasimpatik

(trophotropic)

meningkat

berupa

berkeringat, vasodilatasi, salivasi, hypotonia, nadi turun,


kontraksi

vesika

urinaria,

dan

peristaltik

meningkat.

Sedangkan stimulasi hypothalamus posterior dan lateral


menyebabkan peningkatan aktivitas simpatik (ergotropic)
dengan terjadinya midriasis, hipertensi, tachicardia, takipenia,
peristaltik meurun dan hyperglikemia.

Pusat pengaturan suhu


Hypothalamus anterior sensitif terhadap suhu darah dan
mengatur pelepasan panas dengan jalan berkeringat banyak,
vasodilatasi pembuluh darah kulit dan pada binatang dengan
nafas cepat dan dangkal. Sedangkan hypothalamus posterior

11

peka terhadap penurunan suhu dan mengatur mekanisme


penyimpanan panas dengan jalan menaikkan aktivitas viseral,

otot somatik menggigil.


Pusat makan
Nukleus ventromedalis merupakan pusat kenyang. Nukleus
hypothalamicus lateralis merupakan pusat makan (feeding

center). Kedua nukleus ini dinamakan appestat.


Pusat ekspresi emosi
Nuklei ventromedalis dan lateralis berperan dalam respon

takut dan marah.


Pusat tidur dan jaga
Lesi bilateral pada hypothalamus enterior dapat menyebabkan
insomnia. Sedangkan lesi pada hypothalamus posterior dapat

menyebabkan rousable hypersomnolance.


Pusat hadiah dan hukuman (reward and punishment)
Stimulasi nukleus ventromedalis menyebabkan rasa tidak
enak

(unpleasant

feeling),

sedangkan

stimulasi

nukleus

preopticus menyebabkan rasa nikmat (good feeling).


Pusat keseimbangan air
Nukleus
supraopticus
berperan
dalam
mengatur
keseimbangan cairan tubuh.4

Peristiwa Biolistrik pada Saraf


Peristiwa biolistrik pada saraf diawali dengan tahap potensial
istirahat (potensial membran). Pada tahap ini sel saraf yang sedang
beristirahat, seperti pada sel lain di tubuh, mempertahankan
perbedaan potensial listrik (voltase) pada membran sel di antara
bagian dalam sel dan cairan ekstraselular di sekeliling sel. Voltase
dalam sel relatif pada keadaan istirahat berkisar -50 milivolts (mV)
sampai -80 mV terhadap voltase di luar, bergantung pada kondisi
neuron dan ekstraselular yang mengelilingi sel. Membran sel dalam
keadaan istirahat dianggap bermuatan listrik atau terpolarisasi.
Keadaan terpolarisasi ii dapat dibuktikan denga menempatkan
elektroda menit ke dalam dan di luar membran. Polarisasi (potensial
istirahat) disebabkan oleh konsentrasi ion natrium (Na +) dan kalium

12

(K+) yang tidak seimbang di dalam dan di luar sel, serta perbedaan
permeabilitas membran terhadap ion ini dan ion lain. Membran
neuron sangat permeabel terhadap ion K+ dan klor (Cl-), serta relatif
impermeabel terhadap ion Na+. Membran ini impermiabel terhadap
molekul

protein

intraselular

besar

yang

bermuatan

negatif.

Konsentrasi ion K+ di dalam membran sel lebih tinggi daripada di


luar membran sel; konsentrasi ion Na + di luar membran sel lebih
tinggi daripada di dalam sel. Karena tingkat permeabilitas membran
terhadap ion K+ sekitar 75 kali lebih besar terhadap ion Na +, maka
difusi ion K+ keluar dari sel lebih cepat daripada difusi ion Na + ke
dalam sel. Saat ion K+ bermuatan positif keluar dari sel, ion tersebut
meninggalkan molekul protein bermuatan negatif yang terlalu besar
untuk dapat berdifusi melalui membran. Hal ini mengakibatkan
bagian dalam sel mengalami elektronegativitas.
Selanjutnya, difusi dan transpor aktif (pompa natrium-kalium)
bertanggung jawab untuk pergerakan ion melewati membran
plasma.

Difusi

terjadi

melalui

saluran

dalam

membran

sel

bergantung pada gradien konsentrasi ion setiap unsur. Beberapa


saluran bersifat pasif dan selalu terbuka sehingga memungkinkan
jalur bebas untuk beberapa ion. Beberapa saluran lain merupakan
saluran (gerbang) aktif, dikendalikan oleh gerbang ion, yang spesifik
untuk masing-masing ion. Saluran gerbang terbuka dan tertutup
saat merespons berbagai stimulus. Gerbang ion diatur berdasarkan
voltase; penutupan dan pembukaan gerbang bergantung pada
perubahan potensial membran. Semua saluran gerbang bervoltase,
tertutup saat keadaan potensial membran istirahat. Pengeluaran ion
K+

melalui

saluran

mengakibatkan

tanpa

permeabilitas

gerbang
yang

yang

besar

selalu

terhadap

terbuka
K+

pada

membran sel yang sedang istirahat. Transpor ion Na + dan K+


melawan gradien konsentrasinya dapat mempertahankan kondisi
potensial istirahat. Pompa natrium-kalium dependen ATP mencegah
terjadinya kesetaraan ion Na+ dan K+ yang melewati membran
plasma dan hanya terjadi melalui difusi. Pompa ini terdiri dari

13

protein yang berperan sebagai ion carrier dalam membran sel.


Protein ini membawa tiga ion Na + keluar dari sel untuk setiap dua
ion K+ yang dipompa masuk, sehingga perbedaan konsentrasi dapat
dipertahankan.
Potensial

aksi

seperseribu

detik.

Menghentikan
membuka,

sangat

singkat,

Lalu,

aliran

gerbang

deras

menyebabkan

hanya

ion

ion

natrium

Na+,

K+

bertahan
maka

keluar

kurang

akan

dari

menutup.

gerbang

kalium

dengan

deras.

sel

Repolarisasi (polaritas balik) adalah pemulihan daya potensial untuk


kembali pada keadaan istirahat. Pompa natrium-kalium membantu
pengembalian gradien konsentrasi ion asal yang melewati membran
sel. Pompa yang dijalankan dengan energi ini akan menghancurkan
kelebihan ion Na+ yang memasuki sel dan mengembalikan ion K+
yang telah berdifusi keluar sel. Stimulus ambang untuk depolarisasi
biasanya terjadi saat ada perubahan sekitar 15 mV sampai 20 mV
dari

keadaan

potensial

istirahat.

Begitu

ambang

depolarisasi

tercapai, potensial aksi terbentuk. Inilah yang disebut response allor-none. Neuron akan merespons secara keseluruhan atau tidak
merespons sama sekali. Pada peristiwa ini dikenal dua periode
refraktori, yaitu periode refraktori absolut, yaitu waktu selama
gerbang ion Na+ tertutup dan gerbang K+ masih terbuka dan
serabut saraf sama sekali tidak responsif terhadap kekuatan
stimulus lain. Masa ini berlangsung selama 1 milidetik. Sedangkan
ada periode refraktori relatif, yaitu masa setelah masa refraktori
absolut.

Masa

ini

berlangsung

kurang

dari

milidetik

dan

merupakan waktu dimana stimulus dengan kekuatan yang lebih


tinggi memicu potensial aksi yang kedua.5

Neurotransmitter
Bagian yang menghubungkan satu neuron(sel saraf) dengan
neuron yang lain

14

disebut sinapsis. Sinapsis ini terdiri dari 2 bagian, yaitu presinapsis


dan post sinapsis. Neurotransmitter adalah suatu zat kimia yang
dilepaskan oleh bagian presinaps ke bagian post sinaps untuk
menghantarkan impuls dari satu neuron (sel saraf) ke neuron yang
lain. Ketika impuls mencapai bagian sinapsis, makan gerbang
kalsium akna terbuka dan ion ion kalsium akan masuk ke dalam
presinapsis. Ion kalsium ini akan merangsang vesikel di dalam
presinaps untuk mengeluarkan neurotransmitter secara eksositosis.
Setelah keluar, neurotransmitter akan menuju ke bagian postsinaps
dan akan menempel pada reseptornya sehingga gerbang ion akan
terbuka di bagian post sinaps. Dengan terbukanya gerbang ion
tersebut, maka ion yang ada diluar serabut saraf akan masuk
sehingga terjadilah impuls pada serabut saraf selanjutnya. Ada
beberapa neurotransmitter yang telah dikenal dan diidentifikasi
hingga saat ini, yaitu antara lain :
1. Asetilkolin
Merupakan neurotransmitter yang dilepaskan oleh saraf saraf
parasimpatis dan juga saraf saraf preganglionik.
2. Norepinefrin
Merupakan neurotransmitter yang hanya dikeluarkan oleh
saraf saraf simpatis. Selain itu norepinefrin juga dihasilkan
sebagai hormone pada kelenjar adrenal.
3. Serotonin
Merupakan neurotransmitter pada bagian otak yang fungsinya
sebagai penghambat nafsu makan dan menimbulkan rasa
tenang.
4. Dopamin
Juga terdapat di dalam otak, tetapi fungsinya berlawanan
dengan serotonin. Dopamin biasanya disekresi ketika kita
dalam keadaan stress, depresi, khawatir, dll.
5. GABA (Gamma Amino Butiric Acid)
Merupakan

neurotransmitter

inhibitor,

artinya

akan

menghalangi penghantaran impuls di serabut saraf. GABA akan


membuka gerbang ion chlorine yang bermuatan negative

15

sehingga serabut saraf akan bermuatan sangat negative.


Dengan begitu impuls sulit untuk dihantarkan melalui serabut
saraf. 6

Mekanisme Kerja Persyarafan


Otonom
Serat-serat saraf otonom meninggalkan korda spinalis dan
mempersarafi otot jantung dan polos serta kelenjar endokrin dan
eksokrin. Sistem saraf otonom terdiri dari dua divisi-sistem saraf
simpatis dan parasimpatis. Serat-serat saraf simpatis berasal dari
daerah torakal dan lumbal korda spinalis. Sebagian besar serat
praganglion simpatis berukuran sangat pendek, bersinaps dengan
badan sel neuron pascaganglion di dalam ganglion yang terdapat di
rantai ganglion simpatis (sympathetic trunk) yang terletak di kedua
sisi korda spinalis. Serat pascaganglion panjang berasal dari rantai
ganglion itu berakhir di organ-organ efektor. Sebagian serat
praganglion melewati rantai ganglion tanpa membentuk sinaps dan
kemudian berakhir di ganglion kolateral simpatis yang terletak
sekitar separuh jalan antara SSP dan organ-organ yang dipersarafi,
dengan serat pascaganglion menjalani jarak sisanya.
Serat-serat praganglion parasimpatis berasal dari daerah
cranial dan sacral SSP (Sebagian saraf kranialis mengandung serat
parasimpatis) serat-serat ini berukuran lebih panjang dibandingkan
dengan serat praganglion simpatis karena serat-serat itu tidak
terputus sampai mencapai ganglion terminal yang terletak di dalam
atau dekat organ efektor. Serat-serat pascaganglion yang sangat
pendek berakhir di sel-sel organ yang bersangkutan itu sendiri.
Serat-serat
mengeluarkan

praganglion

simpatis

neurotransmitter

16

yang

dan
sama,yaitu

parasimpatis
asetilkolin

(ACh),tetapi

ujung-ujung

pascaganglion

kedua

sistem

ini

mengeluarkan neurotransmiter yang berlainan (neurotransmitter


yang mempengaruhi organ efektor). Serat-serat pascaganglion
parasimpatis mengeluarkan asetilkolin. Dengan demikian, seratserat itu,bersama dengan semua serat praganglion otonom,disebut
serat koligernik. Sebaliknya,sebagian besar serat pascaganglion
simpatis

disebut

noradrenalin,

lebih

serat

adregenik,

umum

dikenal

karena

sebagai

mengeluarkan

noripinefrin.

Baik

asetilkolin maupun norepinefrin juga berfungsi sebagai zat perantar


kimiawi di bagian tubuh lainnya.
Serat-serat otonom pascaganglion tidak berakhir di sebuah
tonjolan seperti kepala sinaps,namun cabang-cabang terminal dari
serat otonom mengandung banyak tonjolan, atau varicositiwes,
yang secara simultan mengeluarkan neurotransmitter ke daerah
luas pada organ yang dipersarafi dan bukan ke sebuah sel.
Pelepasan

neurotransmitter

yang

bersifat

difus

ini

disertai

kenyataan bahwa di otot polos atau jantung setiap perubahan


aktivitas listrik akan disebarkan melalui gap junction,memiliki arti
bahwa

keseluruhan

organ

biasanya

dipengaruhi

aktivitas

otonom,bukan sel satu persatu.

Tabel 1. Persarafan otonom

Cara

kerja

saraf

simpatik

selalu

parasimpatik (bersifat antagonis). 7

17

berlawanan

dengansaraf

Simpatik

Parasimpatik

memperbesar pupil mata

mengecilkan pupil mata

menghambat keluarnya air ludah

membantu (stimulasi)

(saliva)

keluarnya air ludah

meningkatkan ekskresi keringat

(saliva)

dan sekresi getah pancreas

menurunkan ekskresi

menghambat sekresi enzim pada

keringat dan sekresi

kelenjar pencernaan

getah pancreas

menghambat kontraksi kandung

menstimulasi sekresi

kemih (vesica urinaria)

enzim pada kelenjar

mempercepat denyut jantung

pencernaan

menambah volume darah

memperbesar pembuluh darah

koroner

kemih (vesica urinaria)

mengurangi volume
darah

organ kelamin

memperlambat denyut
jantung

mempersempit pembuluh darah


arteri paru-paru dan arteri pada

mengerutkan kantung

melebarkan cabang tenggorok

mempersempit pembuluh
darah koroner

(bronkhia)

memperbesar pembuluh

mengkerutkan kura (limpa)

menyebabkan kontraksi

darah arteri paru-paru

(meremas) rahim pada saat

dan arteri pada organ

kehamilan dan relaksasi rahim

kelamin

pada saat tidak ada kehamilan

mempersempit cabang
tenggorok (bronkhia)

melebarkan kura (limpa)

tidak berpengaruh pada


kontraksi dan relaksasi
rahim

Emosi

18

Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari


luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira
mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara
fisiologi

terlihat

tertawa,

emosi

sedih

mendorong

seseorang

berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai
pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam
kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator
perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu
perilaku intensional manusia.
Emosi pun merupakan suatu aspek psikis yang berkaitan
dengan perasaan dan merasakan. Misalnya merasa senang, sedih,
kesal, jengkel, marah, tegang dan lain-lain. Emosi pada diri
seseorang berhubungan erat dengan keadaan psikis tertentu yang
distimulasi baik oleh faktor dari dalam atau internal maupun faktor
dari luar atau eksternal.
Gejolak emosi dapat bervariasi dari skala yang paling
menyenangkan

sampai

pada

skala

yang

paling

tidak

menyenangkan. Skala emosi yang paling menyenangkan adalah


kegembiraan yang meluap-luap, sementara skala emosi yang paling
tidak menyenangkan adalah kemarahan atau kesedihan yang
mendalam.

Kegembiraan

dan

kemarahan

dapat

berlangsung

sejenak, dapat pula berlangsung lama. Namun demikian, gejolak


emosi berupa kesedihan atau kekecewaan biasanya cenderung
berlangsung lama.
Gejolak emosi apapun itu, dapat berpengaruh terhadap
kefaalan

tubuh,

sehingga

mempengaruhi

keseimbangan

psikofisiologis. Karena adanya kesatuan antara aspek psikis dan


aspek fisik, maka terkadang emosi yang berlebihan dapat memacu
pengaruh pada aspek-aspek fisiologis. Misalnya, kegembiraan yang
berlebihan dapat membuat perubahan fisiologis seperti jantung
berdebar-debar,

ekskresi

airmata,
19

dan

lain-lain.

Begitupun

sebaliknya, jika ada seseorang mengalami emosi negatif seperti


marah, sedih atau kecewa yang mendalam, maka akan berpengaruh
pula terhadap fisiologis tubuh, misalnya denyut jantung nadi yang
meninggi,

detak

jantung

yang

meningkat,

berkeringat,

dan

sebagainya. 8

Hubungan Emosi dengan Persarafan


Otonom
Secara

sederhana

peristiwa

emosional

dapat

dijelaskan

sebagai berikut. Pertama, tentunya adalah diterimanya impuls


sensorik berupa rangsang emosi. Selanjutnya impuls tersebut
diteruskan ke hypothalamus sebagai pusat pengatur sistem saraf
otonom. Dari hypothalamus, impus tersebut kemudian diteruskan
lagi ke sistem limbik dan korteks serebral. Disini kemudian terjadi
saling pengaruh-mempengaruhi yang dapat menimbulkan respon.
Respon tersebut ada macam-macam. Ada otonomik respon dimana
yang berperan adalah saraf simpatik yang kerjanya dalam kondisi
terancam, terdapat rumus fight-or-flight, yang kemudian akan
mempengaruhi sistem endokrin untuk bekerja, yaitu berupa sekresi
hormon yang berkaitan, misalnya adrenalin. Dan yang teakhir
adalah respon perilaku. Respon perilaku ini terjadi jika ada
peningkatan emosi, sehingga kerja saraf simpatis meningkat. Jika
sampai medula adrenal terangsang, maka akan disekresikanlah
epinefrin dan norepinefrin dari medula adrenal tersebut ke seluruh
tubuh, terutama ke bagian ektremitas untuk kemudian diteruskan
sebagai respon.8

Kesimpulan
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa
hipotesisnya benar, yaitu jantung berdebar dapat dipengaruhi oleh
emosi yang merupakan suatu rangsangan melalui persarafan

20

otonom. Karena, fungsi hipothalamus adalah pusat emosi dan pusat


SSO dan sistem saraf otonom dapat distimulasi oleh emosi seperti
rasa takut, marah, dan gembira. Fungsi saraf simpatis berhubungan
sangat erat dengan medulla adrenal yang distimulasi saraf simpatis.
Sistem saraf ini membantu tubuh berespon terhadap emosi maka
kerja saraf-saraf simpatis pada SSO akan meningkat sehingga
menghasilkan respon berupa jantung yang berdetak lebih cepat.

Daftar Pustaka
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2004.h.154-68
2. Junqueira, Carlos L,Carneiro J. Histologi dasar, teks dan
atlas. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.h6971
3. R.Putz dan R.Pabst. Atlas anatomi manusia, sobotta, tabel
otot dan saraf, edisi 22. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2006.
4. Wati WW. Buku ajar anatomi : neuorosains. Jakarta :
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana ; 2008.h.35-81.
5. Campbell,Jane B,Lawrence R. Biologi jilid 3. Edisi ke-5.
Jakarta : Penerbit Erlangga ;2004.h.204-10
6. Guyton,Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC;2007.h145-146
7. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi ke2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2001.h.103-96
8. Gunarsa, Singgih D. Psikologi olahraga prestasi. Jakarta :
Penerbit Gunung Mulia ; 2008.h.62

21

Anda mungkin juga menyukai