Anda di halaman 1dari 14

Segala aktivitas susunan saraf pusat yang dapat dilihat, didengar, direkam dan diperiksa

berwujud gerak otot. Hasil pikiran yang dinyatakan dalam tulisan dan pidato adalah hasil
karya gerak otot jari, tangan, larings dan otot pernapasan. Gerak, gerak otot wajah, gerak otot
yang menentukan sikap tubuh dan gerak otot skeletal apa pun merupakan manifestasi
eksternal susunan saraf pusat.
Otot otot skeletal dan neuron neuron menyusun susunan neuromuscular voluntary,
yaitu system yang mengurus dan sekaligus melaksanakan gerakan yang dikendalikan
kemauan. Secara anatomic system tersebut terdiri atas 1) upper motorneuron (UMN), 2)
lower motorneuron (LMN) 3) alat penghubung antara unsur otot dan 4)otot skeletal.
Gaya saraf yang disalurkan melalui lintasan lintasan neuronal adalah potensial aksi,
yang sejak dulu dijuluki impuls dan tidak lain berarti pesan. Dan impuls yang disampaikan
kepada otot sehingga menghasilkan gerak otot dinamakan impuls motoric.
Sinaps berfungsi sebagai tempat hubungan satu neuron dengan neuron berikutnya untuk
mengatur penghantaran isyarat dan menentukan arah penyebaran isyarat saraf di dalam
sistem saraf. Biasanya sinaps neuron ke neuron yang lain melibatkan suatu pertautan antara
sebuah terminal akson di satu neuron dan dendrit atau badan sel saraf yang lain. terminal
akson yaitu, yang menghantaran potensial aksi menuju ke sinaps, berakhir di sebuah ujung
yang sedikit menggelembung, yang disebut kepala sinaps (synaptic knob). Kepala sinaps
mengandung vesikel sinaps, yang menyimpan zat perantara kimiawi spesifik, yaitu suatu
neurotransmitter, yang telah disentesis dan dikemas oleh neuron prasinaps . Kepala sinaps
berada sangat dekat , tetapi tidak berkontak langsung dengan neuron pascasinaps, yaitu
neuron yang potensial aksinya menjalar menjauhi sinaps. Ruang antara neuron prasinaps dan
pascasinaps yaitu celah sinaps yang terlalu lebar untuk penyebran langsung arus dari satu sel
ke sel lain dan dengan demikian mencegah potensial aksi lewat secara elektris antar neuron.
Bagian dari membrane pascasinaps yang tepat berada di bawah kepala sinaps disebut sebagai
membrane subsinaps. Sinaps hanya beroprasi dalam satu arah. Proses hantaran impuls
melalui sinaps harus melalui serentetan peristiwa fisika dan kimia yang mengalami sederetan
proses sebelumnya sehingga dapat menimbulkan potensial aksi di sel pascasinaps.
Penghantaran impuls melalu sinaps mudah dipengaruhi oleh obat-obatan dan zat kimia .
Neuron prasinaps mempengaruhi neuron pascasinaps tetapi neuron pasca sinaps tidak
mempengaruhi neuron prasinaps. Ketika suatu potensial aksi di neuron prasinaps telah
merambat sampai ke terminal akson perubahn potensial ini akan mencetuskan pembukaan
saluran-saluran Ca++ ke gerbang voltase. Melalui proses eksositosis ion Ca ++ menginduksi
pelepasan suatu neurotransmiter dari sebagian vesikel sinaps ke dalam celah sinaps.

Neurotransmiter yang dibebaskan akan berdifusi melewati celah dan berikatan dengan
reseptor protein spesifik di membrane subsinaps. Karena hanya terminal prasinaps yang
mengeluarkan neurrotransmiter dan hanya membrane subsinaps yang di neuron pascasinaps
yang memiliki reseptor untuk neurotransmiter, sinaps hanya dapat beroprasi dengan satu arah,
yaitu arah dari neuron prasinaps ke neuron pascasinaps.
Ada beberapa jenis hubungan sinaps diantaranya: 1) sinaps interneuronal yaitu
hubungan kontak fungsional antara dua neuron, 2) sinaps neuromuskular yaitu hubungan
kontak fungsional antara satu neuron dengan satu sel otot atau satu serat otot, 3) sinaps
neuroglandular yaitu hubungan kontak antara satu neuron dengan satu kelenjar.
Setiap saat terdapat perubahan potensial pada membrane sel. Potensial ini disebut
dengan potensial pascasinaps (post-sinaptic potensial/PSP) yang tergantung pada jenis
potensialnya. Pada sel dapat terjadi Excitatory Post Sinaptic Potensial (EPSP) atau Inhibitory
Post Synaptic Potensial (IPSP). Eksitasi pascasinaptic, yaitu potensial yang terdapat dalam
sel pascasinaps berupa depolarisasi, yaitu proses netralisasi keadaan polar yang besar dan
sangat dipengaruhi oleh jumlah neurotransmiter yang dilepas oleh sinaps. Inhibisi
pascasinaptik merupakan zat yang terdapat pada pasccasinaps berupa hiperpolarisasi yang
besarnya sangat dipengaruhi oleh jumlah neurotransmiter yang dilepas oleh prasinaps.
Hasil dari olahan informasi tersebut hanya sebagian kecil informasi sensoris penting
yang menyebabkan reaksi motorik segera. Sebagian besar disimpan untuk kegiatan motorik
di masa yang akan datang dan digunakan dalam proses berpikir. Penyimpanan ini terjadi
dalam korteks serebri, tetapi tidak semuanya karena daerah basal otak dan medula spinalis
dapat menyimpan sejumlah kecil informasi. Penyimpanan informasi merupakan proses daya
ingat dan fungsi sinaps.
Sistem saraf terbentuk dengan cara yang sedemikian rupa sehingga masing masing
neuron dapat berada pada salah satu dari dua keadaan dasar setiap saat : neuron yang
tereksitasi dan menghantarkan informasi melalui sinaps ke neuron lain, atau neuron yang
diam saja. Input eksitatorik ken euro menimbulkan aliran listrik, sedangkan input inhibitorik
menyebabkannya diam saja.
Neuron kemudian dikelompokan menjadi eksitatorik dan inhibitorik berdasarkan
efeknya pada neuron yang diberikan input. Neuron eksitatorik biasanya neuron utama yang
umumnya memiliki jarak yang panjang dan dengan demikian memiliki akson yang panjang.
Sebaliknya, neuron inhibitorik biasanya interneuron dan memiliki akson yang pendek.
Kolateral sel sel eksitatorik dapat mengaktifkan interneuron inhbitorik, yang
kemudian menghambat neuron utamanya sendiri. Pada inhibisi lanjut, kolateral neuron utama

mengaktifkan interneuron inhibitorik yang kemudian menghambat neuron utama lainnya.


Ketika sebuah neuron inhibitorik menghambat neuron inhibitorik lain, hasil penurunan
inhibisi pada pasca sinaps sel utama menyebabkan peningkatan aktivitasnya.
Pada penelitian neuroanatomis yang klasik, neuron terbagi menjadi 2 tipe utama
berdasarkana bentuk dan panjang proyeksinya : neuron utama dengan proyeksi yang jauh
disebut neuron golgi tipe I, sedangkan interneuron dengan akson yang pendek disebut golgi
tipe II. Akhir akhir ini, neuron biasanya diklasifikasikan menurut fenotip neurotransmitternya,

yang

umumnya

menentukan

apakah

mereka

eksitatorik

atau

inhibitorik.

Neurotransmitter eksitatorik yang paling umum di SSP adalah glutamate, sedangkan


neurotransmitter

inhibitorik

tersering

adalah

asam

gamma-aminobutirat

(GABA).

Neurotransmitter inhibitorik di medulla spinalis adalah glisin. Asetilkolin dan norepinefrin


adalah neurotransmitter terpenting pada system saraf otonom, tetapi juga ditemukan pada
SSP. Neurotransmitter penting lainnya meliputi, dopamine, serotonin, dan berbagai jenis
neuropeptide, yang telah banyak ditemukan : neurotransmitter tersebut terutama ditemukan di
interneuron.
Kanal ion ligand-gated terbentuk dari beberapa subunit yang membentang sepanjang
membrane sel. Ikatan neurotransmitter dengan reseptor pembuka kanal ion untuk satu atau
lebih spesies yang tertentu.
Reseptor glutamat terbagi menjadi tiga tipe, yaitu : AMPA, NMDA, dan reseptor
kainite. Glutamate berikatan dengan reseptor AMPA menimbulkan influx ion Na +, yang
mendepolarisasi sel. Aktivitas reseptor NMDA juga menimbulkan influx Na +, disertai oleh
influx Ca2+. Namun, reseptor NMDA hanya dapat diaktifkan setelah blockade kanal ionnya
oleh ion magnesium dihilangkan : penghilangan blockade ini dilakukan melalui depolarisasi
membrane yang diinduksi oleh reseptor-AMPA. Neurotransmitter eksitatorik glutamate
memiliki efek yang berjenjang : pertama mengaktifkan reseptor AMPA dan kemudian
reseptor NMDA, setelah membrane terdepolarisasi.
Aktivitas kedua jenis reseptor ini menyebabkan influx ion klorida bermuatan negative,
dan dengan demikian terjadi hiperpolarisasi pada sel pascasinaps. Kanal ion ligand-gated lain
termasuk reseptor asetilkolin nikotinik dan reseptor serotonin.
Respon terhadap stimulus yang bekerja melalui G-protein coupled reseptor berlangsung
lebih lama, akibat aktivitas kaskade sinyal intraselular. Respon dapat meliputi perubahan
pada kanal ion atau ekspresi gen. contoh G-protein coupled reseptor antara lain adalah
reseptor asetilkolin muskarinik dan reseptor glutamate metabotropic.

Dengan demikian, seseorang berbicara mengenai antara lain system glutamatergik,


GABAergik, kolinergik, dan dopaminergic pada orang lain. System system tersebut
memiliki sifat yang berbeda. Neuron glutaminergik memiliki hubungan point to point
dengan sel targetnya, sedangkan system dopaminergic, misalnya, memiliki hubungan yang
lebih difus: sebuah neuron dopaminergic biasanya berproyeksi ke banyak neuron target.
Hubungan system GABAergik terutama sangat spesifik. Beberapa neuron GABAergik
membentuk banyak hubungan sinaps dengan badan sel neuron pasca sinaps, membentuk
struktur menyerupai keranjang di sekitarnya; yang lainnya membentuk sinaps aksodendritik
atau sinaps akso-aksonal. Sinaps yang terakhir ditemukan pada akson hillock.

UPPER MOTONEURON
Semua neuron yang menyalurkan impuls motoric ke LMN tergolong dalam kelompok
UMN. Berdasarkan perbedaan anatomic dan fisiologik kelompok UMN dibagi dalam
susunan pyramidal dan susunan ekstrapiramidal.
Susunan piramidal

Semua neuron yang menyalurkan impuls motoric secara langsung ke LMN atau melalui
interneuronnya, tergolong dalam kelompok UMN. Neuron neuron tersebut meruoakan
penghuni girus presentralis. Oleh karena itu, maka girus dinamakan korteks motoric. Mereka
berada di lapisan ke V dan masing - masing memiliki hubungan dengan gerak otot tertentu.
Yang berada di korteks motoric yang menghadap ke fisura longitudinalis serebri mempunyai
koneksi dengan gerak otot kaki dan tungkai bawah. Neuron neuron korteks motoric yang
dekat dengan fisura lateralis serebri mengurus gerak otot larings, farings, dan lidah.
Penyelidikan dengan elektrostimulasi mengungkapkan bahwa gerak otot seluruh belahan
tubuh dapat dipetakan pada seluruh kawasan korteks motoric sis kontralateral. Peta ini
dikenal dengan homunculus motoric. Dari bagian media girus presentralis ke bagian lateral
bawah, secara berurutan terdapat peta gerakan kaki, tungkai bawah, tungkai atas, pinggul,
abdomen, bahu, lengan, tangan jari jari, leher, wajah, bibir, otot pita suara, lidah dan otot
penelan. Yang menarik perhatian adalah luasnya kawasan peta gerakan tnagkas khusus dan
terbatasnya kawasan gerak tangkas umum. Seperti diperlihatkan oleh homunculus
motoric,kawasan gerakan otot- otot jari/tangan adalah jauh lebih luas ketimbang kawasan
gerak jari kaki. Melalui akson neuron korteks motoric menghubungi motoneuron yang
membentuk inti motoric saraf kranial dan motoric neuron di kornu anterius medulla spinalis.
Akson akson tersebut menyusun jaras kortikobulbar kortikospinal. Sebagai berkas
saraf yang kompak mereka turun dari korteks motoric dan tingkat thalamus dan ganglia
basalia mereka terdapat di antara kedua bangunan tersebut. Itulah yang dikenal sebagai
kapsula interna, yang dapat dibagi dalam krus anterius dan krus posterius. Sudut yang
dibentuk kedua bagian interna itu dikenal sebagai genu. Pemetaan somatotopik yang telah
dijumpau pada korteks motoric ditemukan kembali di kawasan kapsula interna mulai dari
genu sampai seluruh kawasan krus posterius.
Di tingkat mesensefalon serabut serabut itu berkumpul di 3/5 bagian tengah
pedunkulus serebri dan diapit oleh daerah serabut serabut frontopontin dari sisi medial dan
serabut serabut parietotemporopontin dari lateral. Di pons serabut serabut tersebut di atas
menduduki pes pontis, dimana terdapat inti inti tempat serabut frontopontin dan
parietotemporopontin berakhir. Maka dari itu, bangunan yang merupakan lanjutan dari pes
pontin mengandung hanya serabut serabut kortikobulbar dan kortikospinal saja. Bagunan
itu dikenal sebagai piramis dan merupakan bagian ventral dari medulla oblongata.
Sepanjang batang otak, serabut serabut kortikobulbar meninggalkan kawasan mereka
(di dalam pedunkulus serebri, lalu di dalam pes pontis dan akhirnya piramis), untuk
menyilang garis tengah dan berakhir secara langsung di motoneuron saraf kranial motoric

atau interneuronnya di sisi kontralateral. Sebagian dari serabut kortikobulbar berakhir di inti
inti saraf kranial motoric sisi ipsilateral juga.
Di perbatasan antara medulla oblongata dan medulla spinalis, serabut serabut
kortikospinal sebagian besar menyilang dan membentuk jaras kortikospinal lateral yang
berjalan di funikulus posterolateralis kontralateral. Sebagian dari mereka tidak menyilang
tetapi melanjutkan perjalanan ke medulla spinalis di funikulus ventralis ipsilateral dan
dikenal dengan jaras kortikospinalis anterior. Kawasan jaras pyramidal lateral dan anterior
makin ke kaudal semakin kecil, karena banyak serabut sudah mengakhiri perjalanan. Pada
bagian servikal disampaikan 55 % jumlah serabut kortikospinal, sedangkan bagian torakal
dan lumbosacral berturut turut mendapat 20% dan 25%. Mayoritas motoneuron yang
menerima impuls motoric berada di intumesensia servikalis dan lumbalis, yang mengurus
otot otot anggota gerak atas dan bawah.
Susunan ekstrapiramidal
Berbeda dengan uraian yang sederhana tentang susunan pyramidal, adalah pembahasan
susunan ekstrapiramidal, yang terdiri dari komponen komponen, yakni : korpus striatum,
globus pallidus, inti inti talamik, nucleus subtalamikus, substansia nigra, formasio
retikularis batang otak, serebelum berikut dengan korteks motoric tamabahan, yaitu area 4 ,
area 6, dan area 8. Komponen komponen tersebut dihubungkan satu dengan yang lain oleh
akson masing masing komponen itu. Dengan demikian terdapat lintasan yang melingkar,
yang dikenal sebagai sirkuit. Oleh karena korpus striatum merupakan penerima tunggal dari
serabut serabut segenap neokorteks, maka lintasan sirkuit dinamakan sirkuit striatal.
Secara disederhanakan, lintasan sirkuit itu dapat dibedakan dalam sirkuit striatal utama,
dan 3 sirkuit striatal penunjang. Sirkuit striatal principal tersusun oleh tiga mata rantai, yaitu
a) hubungan segenap neokorteks dengan korpus striatum serta globus pallidus, b) hubungan
korpus striatum/globus palidus dengan thalamus dan c) hubungan thalamus dengan korteks
area 4 dan 6. Data yang tiba di seluruh neokorteks seolah olah diserahkan kepada korpus
striatum/globus palidus/ thalamus untuk diproses dan hasil pengolahan itu merupakan bahan
feed back bagi korteks motoric dan korteks motoric tambahan. Oleh karena itu komponen
komponen susunan ekstrapiramidal lainnya menyusun sirkuit yang pada hakikatnya
mengumpani sirkuit striatal utama itu, maka sirkuit sirkuit disebut sirkuit striatal asesorik.
Sirkuit striatal asesorik 1 merupakan sirkuit yang menghubungkan striatum-globus
palidus-talamus- striatum. Sirkuit striatal asesorik ke 2 adalah lintasan yang melingkari

globus palidus-korpus subtalamikum-globus palidus. Dan akhirnya sirkuit striatal ke 3, yang


dibentuk oleh hubungan yang melingkari striatum substansi nigra striatum.
Susunan ekstrapiramidal yang dibentuk oleh sirkuit striatal utama dan penunjang itu
terintegrasi dalam susunan sensorik dan motoric, sehingga memiliki system input dan output.
Data dari dunia luar yang masuk dalam sirkuit striatal adalah terutama impuls asendens non
spesifik yang disalurkan melalui diffuse ascending reticular system atau lintasan spinotalamik
multisinaptik dan impuls proprioseptif yang diterima serebelum. Tujuan lintasan pertama
ialah nuclei intralaminares talami. Data yang diterima serebelum disampaikan ke thalamus
juga. Inti thalamus yang menerimanya ialah nucleus ventralis lateralis talami dan nucleus
ventralis anterior talami. Kedua lintasan yang memasukkan data eksteroseptif itu dikenal
sebagai system input sirkuit striatal.
System output sirkuit striatal adalah lintasan yang menyalurkan impuls hasil
pengolahan sirkuit striatal ke motoneuron. Impuls yang telah diproses di dalam sirkuit
striatal dikirim ke area 4 dan 6 melalui globus palidus dan inti inti talamik dab pesan
pesan striatal disampaikan kepad nucleus ruber, formasio retikularis untuk akhirnya ditujukan
kepada motoneuron. Akson akson neuron di lapisan ke V korteks area 4 turun ke batang
otak di dalam kawasan jaras frontopontin dan menuju ke nucleus ruber dan sel saraf saraf di
formasio retikularis. Pesan striatal disampaikan juga ke kolikulus superior dan formasio
retikularis untuk kemudian ditujukan ke motoneuron yang mengatur gerakan kepala sesuai
dengan posisi kedua bola mata.
Di tingkat kornu anterior terdapat sirkuit gamma loop yaitu hubungan neuronal yang
melingkari alfa motoneuron muscle spindle gama/alfa motoneuron. Melalui system gamma
loop itu tonus otot disesuaikan dengan pola gerakan tangkas yang diinginkan.
Peran Ganglia Basalis pada Sirkuit Regulatoris
Ganglia basalis dan hubungan aferen dan eferennya merupakan bagian integral
kompleks sirkuit regulatoris yang mengeksitasi dan menginhibisi neuron korteks motoric.
Transmisi neural di dalam sirkuit disebut menurut istilah anatomis yang dilewati sepanjang
perjalanan impuls, serta neurotransmitter dan reseptor tertentu yang terlibat pada setiap
sinaps. Salah satu sirkuit yang penting menghantarkan impuls di sepanjang 2 jaras yang
berbeda dari korteks, melalui corpus striatum, globus pallidus, dan kemudian thalamus dan
kembali ke korteks. Selain sirkuit regulatoris ini, ada lengkung umpan balik lain.
Jaras

kortiko-striato-pallido-talamo-kortikalis,

korteks

motoric

dan

sensorik

mengirimkan proyeksi yang terorganisasi secara topografis ke striatum yang menggunakan

neurotransmitter eksitatoik, glutamt. Setelah striatum, sirkuit ganglia basalia terbagi menjadi
2 bagian yang dikenal sebagai jaras langsung dan tidak langsung.
Jaras langsung, bersifat GABAergik dan berjalan dari striatum ke globus pallidus
medialis. Substansi P digunakan sebagai ko-transmitter. Dari pallidum, jaras tersebut
berlanjut ke proyeksi neuron glutamatergik thalamus, yang melengkapi lengkung kembali ke
korteks cerebri.
Jaras tidak langsung yang menggunakan neurotransmitter GABA dan enkefalin,
berjalan dari stratum globus pallidus lateralis. Dari tempat ini, proyeksi GABA berlanjut ke
nucleus subtalamikus, yang kemudian mengirimkan proyeksi glutamatergik ke globus
pallidus medialis. Perjalanan jaras tidak langsung selanjutnya identic dengan jaras langsung,
yaitu dari thalamus kembali ke korteks cerebri.
Dapat disimpulkan dari kombinasi neurotransmitter inhibitorik dan eksitatorik yang
digunakan oleh kedua jaras tersebut bahwa secar keseluruhan efek stimulasi jaras langsung
korteks cerebri adalah eksitatorik, sedangkan stimulasi jaras tidak langsung adalah
inhibitorik. Proyeksi dopaminergic dan substansi (pars compacta) memiliki peran untuk
memodulasi system ini.
Fungsi dan Disfungsi Ganglia Basalia
Fungsi normal ganglia basalia berpartisipasi berbagai proses motoric, termasuk ekspresi
dan emosi, serta integrasi impuls motoric dan sensorik dan pada proses kognitif. Ganglia
basalia melakukan fungsi motoriknya secara tidak langsung melalui pengaruhnya pada area
premotor, motor, dan suplementer korteks cerebri. Fungsi utama ganglia basalia menyangkut
inisiasi dan fasilitasi gerakan volunteer, dan supresi simultan pengaruh involunter atua tidak
diingikan yang dapat mengganggu gerakan halus dan efektif.
Selain itu, ganglia basalia tampaknya menggunakan umpan balik proprioseptif dari
perifer untuk membandingkan pola atau program gerakan yang ditimbulkan oleh korteks
motoric dengan gerakan yang diinisiasi, sehingga gerakan mengalami penghalusan melalui
mekanisme servo-kontrol berkelanjutan.
Deficit khas lesi ganglia basalia dapat menimbulkan gangguan gerakan kompleks dari
berbagai jenis gangguan kognitif tergantung pada lokasi dan luasnya.
Gangguan klinis yang melibatkan ganglia basalia dapat terlihat sebagai
defisiensi pergerakan (hipokinesia) atau gerakan berlebihan (hyperkinesia, korea,
atetosis, balismus)

Abnormalitas tonus otot umumnya menyertai abnormalitas kedua tipe di atas,


tetapi dapat pula menjadi manifestasi tunggal atau dominan pada disfungsi ganglia
basalia (dystonia).
Penyakit Wilson merupakan contoh baik untuk gangguan ganglia basalia, pada penyakit
ini kombinasi seluruh manifestasi di atas dapat terlihat karena keterlibatan berbagai nuclei
dan subsistem yang berbeda secara difus.

LOWER MOTONEURON
Neuron neuron yang menyalurkan impuls motoric pada bagian perjalanan terakhir ke
sel otot skeletal dinamakan lower motoneuron, untuk membedakannya dari upper
motoneuron. LMN menyusun inti inti saraf otak motoric dan inti inti radiks anterior saraf
spinalis. Dua jenis LMN dapat dibedakan. Yang pertama dinamakan alfa-motoneuron. Ia
berukuran besar dan menjulurkan aksonnya yang tebal ke serabut otot ekstrafusal. Yang lain
dikenal sebagai gamma-motoneuron, ukurannya kecil, aksonnya halus dan mensarafi serabut
otot intrafusal.
Dengan perantara kedua macam motoneuron itu, impuls motoric dapat mengemudikan
keseimbangan tonus otot yang diperlukan untuk mewujudkan setiap gerakan tangkas. Tiap
motoneuron menjulurkan hanya satu akson. Tetapi pada ujungnya setiap akson bercabang
cabang. Dan setiap cabang akson mensarafi seutas serabut otot, sehingga dengan demikian
setiap akson dapat berhubungan dengan sejumlah serabut otot.
Sebuah motoneuron dengan sejumlah serabut otot yang dipersarafinya merupakan suatu
kesatuan motoric atau unit motoric. Kesatuan motoric bias disebut besar atau kecil. Yang
besar adalah sebuah motoneuron yang mensarafi 120 150 serabut otot. Dan unit yang kecil
dibentuk oleh sebuah motoneuron yang berhubungan dengan 3-8 serabut otot. Otot otot
yang digunakan untuk berbagai gerakan tangkas khusus terdiri atas banyak unit motoric yang
kecil kecil. Ini berarti, bahwa untuk melaksanakan gerakan tangkas yang rumit diperlukan
banyak motoneuron. Sebaliknya otot otot , yang mempunyai fungsi motoric sederhana
terdiri atas kesatuan motoric yang besar , yang berimplikasi bahwa motoneuron yang
diikutsertakan jumlahnya tidak banyak.
Tugas motoneuron untuk menggalakkan sel sel serabut otot sehingga timbul gerakan
otot. Tugas untuk menghambat gerak otot tidak dipercayakan pada motoneuron, melainkan
kepada interneuron. Sel tersebut menjadi penghubung antara motoneuron dengan pusat
eksitasi atau pusat inhibisi, yang berlokasi di formasio retikularis batang otak. Penghambatan

yang dilakukan oleh interneuron dapat juga terjadi atas tibanya impuls dari motoneuron yang
disampaikan kembali kepada motoneuronnya. Interneuron itu dikenal sebagai sel Renshaw.
Corak gerakan otot tangkas ditentukan oleh kedatangan pola impuls motoric yang
dibawakan oleh lintasan pyramidal dan system output striatal. Pola itu mencakup program
untuk menggalakkan dan menghambat sejulah motoneuron tertentu. Motoneruon
motoneuron hanya bekerja sebagai pelaksana bawahan belaka. Jika mereka dibebaskan dari
pengaruh system pyramidal dan ekstrapiramidal, maka mereka masih dapat menggalakkan sel
sel serabut otot, tetapi corak gerakan otot yang terjadi tidak sesuai dengan kehendak dan
lagipula sifatnya tidak tangkas. Gerak otot tersebut bersifat reflektorik dan kasar serta massif.
Bilaman terjadi suatu kerusakan pada motoneuron, maka serabut serabut otot yang
bergabung dalam unit motoriknya tidak dapat berkontraksi, kendatipun impuls motoric masih
dapat disampaikan oleh system pyramidal dan ekstrapiramidal kepada tujuannya.
Motoneuron dengan aksonnya merupakan satu satunya saluran bagi impuls motoric yang
dapat menggalakkan serabut serabut otot. Maka dari motoneuron dengan aksonnya
dinamakan final common path dari impuls motoric.
Tergantung pada jumlah motoneuron yang rusak, otot lumpuh ringan atau lumpuh
mutlak. Oleh karena itu motoneruon dengan sejumlah serabut otot yang dipersarafinya
merupakan satu kesatuan, maka kerusakan pada motoneuron membangkitkan keruntuhan
pada serabut serabut otot yang termasuk unit motoriknya. Otot yang terkena menjadi atrofi .
dan disamping itu dapat terlihat juga adanya kegiatan abnormal pada serabut otot yang sehat
yang tersisa. Kegiatan abnormal itu disebut fasikulasi.
Sebagian

masukan

yang

berkonvergensi

di

neuron-neuron

motorik

bersifat

eksitatorik, sementara yang lain inhibitorik. Gerakan terkoordinasi bergantung pada


keseimbangan yang sesuai dengan aktivitas kedua masukan tersebut. Jika sistem
inhibitorik yang berasal dari batang otak terganggu, otot-otot menjadi hiperaktif (tonus
otot meningkat; reflex anggota badan menguat) karena aktivitas masukan eksitatorik ke
neuron motorik tidak dilawan (paralisis spastik). Sebaliknya, hilangnya masukan
eksitatorik, seperti yang menyertai kerusakan jalur-jalur eksitatorik desendens yang
keluar dari korteks motorik primer, menimbulkan paralisis flaksid

(otot melemas

walaupun aktivitas refleks masih ada). Kerusakan pada korteks motorik primer di salah satu
sisi otak, menyebabkan paralisis flaksid di separuh badan yang berlawanan (hemiplegia).
Gangguan di semua jalur desendens, seperti trauma berat pada korda spinalis,disertai
dengan paralisis flaksid di bawah tingkat kerusakan, kuadriplegia (paralisis keempat
anggota badan) jika kerusakan korda spinalis atas dan paraplegia (paralisis kedua tungkai)

jika kerusakan pada korda spinalis bagian bawah. Kerusakan neuron-neuron motorik,
baik badan sel maupun serat-serat eferennya menyebabkan paralisis flaksid dan tidak
adanya respon reflex pada otot yang terkena (Sherwood, 2001).
Kerusakan serebelum atau nukleus basal tidak menimbulkan paralisis tetapi
menyebabkan aktivitas yang tidak terkoordinasi serta pola gerakam yang tidak sesuai.
Daerah-daerah ini yang secara normal bertugas memperhalus aktivitas yang dimulai
secara volunter. Kerusakan daerah-daerah korteks yang lebih tinggi yang berperan dalam
perencanaan

aktivitas

motorik

menyebabkan ketidakmampuan

membuat

perintah

motorik yang sesuai untuk menyelesaikan gerakan yang diinginkan (Sherwood, 2001)
Lesi Lesi pada Jaras Motoric Sentral
Patogenesis paresis spastik sentral. Pada fase akut suatu lesi di traktus kortikospinalis,
reflex tendon profunda akan bersifat hipoaktif dan terdapat kelemahan flaksid pada otot.
Refleks muncul kembali beberapa hari atau beberapa minggu kemudian dan menjadi
hiperaktif, karena spindle otot berespon lebih sensitive terhadap regangan dibandingkan
keadaan normal, terutama fleksor ekstremitas dan ekstensor ekstremitas bawah.
Hipersensitivitas ini terjadi akibat hilangnya control inhibisi sentral descendens pada sel sel
fusimotor ( neuron motor gamma) yang mempersarafi spindle otot. Dengan demikian, serabut
serabut otot intrafusal teraktivasi secara permanen (prestretched) dan lebih mudah berespon
terhadap pergerakan otot lebih lanjut dibandingkan normal. Gangguan sirkuit regulasi
panjang otot mungkin terjadi yaitu berupa pemendekan panjang target secara abnormal pada
fleksor ekstremitas atas dan ekstensor ekstremitas bawah. Hasilnya adalah peningkatan tonus
spastik dan hiperrefleksia, serta tanda tanda traktus piramidalis dan klonus. Diantara tanda
tanda traktus piramidalis tersebut terdapat tanda tanda yang sudah dikenal baik pada jari
jari tangan dan kaki, seperti tanda Babinski (ekstensi tonik ibu jari kaki sebagai respon
terhadap gesekan telapak kaki).
Paresis spastik selalu terjadi akibat lesi susunan saraf pusat (otak/danatau medulla
spinalis) dan akan terlihat lebih jelas bila terjadi kerusakan pada traktus descendens lateral
dan medial sekaligus ( misalnya pada lesi medulla spinalis). Patofisiologi spasticitas masih
belum dipahami, tetapi jaras motoric tambahan memiliki peran penting, karena lesi kortikal
murni dan terisolasi tidak menyebabkan spastisitas.
Sindrom paresis spastik sentral terdiri dari :
Penurunan kekuatan otot dan gangguan control motoric halus
Peningkatan tonus spastik

Reflex regang yang berlebihan secara abnormal, dapat disertai oleh klonus
Hipoaktivitas atau tidak adanya reflex eksteroceptif (reflex abdominal, reflex
plantar, dan reflex cremaster)
Refleks patologis positif
Massa otot tetap baik
Lokalisasi lesi pada system motoric sentral
Suatu lesi yang melibatkan korteks cerebri seperti pada tumor, infark, atau cedera
traumatic, menyebabkan kelemahan sebagian tubuh sisi kontralateral. Hemiparesis yang
terlihat pada wajah dan tangan (kelemahan brachiofacial) lebih sering terjadi dibandingkan
daerah lain karena bagian tubuh tersebut memiliki area representasi kortikal yang luas.
Temuan klinis khas yang berkaitan dengan lesi di lokasi tersebut adalah paresis ektremitas
atau bagian distal yang dominan, konsekuensi fungsional yang terberat adalah gangguan
control motoric halus. Kelemahan tersebut tidak total ( paresis, bukan plegia), dan lebih
berupa gangguan flaksid, bukan bentuk spastik, karena jaras motoric tambahan (non
pyramidal) sebagian besar tidak terganggu. Lesi irritatif pada lokasi tersebut dapat
menimbulkan kejang fokal.
Jika kaspula interna terlihat (misalnya, oleh pendarahan atau iskemia) akan terjadi
hemiplegia spastik kontralateral-lesi pada level ini mengenai serabut pyramidal dan serabut
non pyramidal, karena serabut kedua jaras tersebut terletak berdekatan. Traktus
kortikonuklearis juga terkena, sehingga terjadi paresis nervus fascialis kontralateral, dan juga
mungkin disertai oleh paresis nervus hipoglossus tipe sentral, namun, tidak terlihat deficit
nervus kranialis lainnya karena nervus kranialis motoric lainnya mendapat persarafan
bilateral. Paresis pada sisi kontralateral awalnya berbentuk flaksid ( pada fase syok) tetapi
menjadi spastik dalam beberapa jam atau hari akibat kerusakan pada serabut serabut non
pyramidal yang terjadi bersamaan.
Infark batang otak pada berbagai lokasi sering meniimbulkan masnifestasi klinis berupa
hemiplegia alternans yang didefinisikan sebagai kombinasi deficit saraf kranial pada sisi lesi
dengan kelemahan setengah tubuh sisi kotralateral. Sindroma hemiplegia alternans masing
masing terjadi akibat iskemia di region batang otak tertentu, dengan deficit klinis yang sesuai.
Sekarang kita akan menyebutkan sindroma sindroma vaskulaer individual yang dapat
dianggap dalam istilah yang disederhanakan sebagai variasi sindroma hemiplegia alternans,
meskipun manifestasinya sangat jauh berbeda.

Lesi setingkat pedunculus cerebri seperti proses vascular, perdarahan, atau tumor,
menimbulkan hemiparese spastik kontralateral yang dapat disertai oleh kelumpuhan nervus
okulomotorius ipsilateral.
Lesi pons yang melibatkan traktus piramidalis menyebabkan hemiparesis kontralateral
atau mungkin bilateral. Biasanya, tidak semua traktus piramidalis terkena, karena serabut
serabut menyebar ke daerah potong lintang yang lebih luas di daerah pons dibandingkan
daerah lainnya, misalnya setingkat kapsula interna. Serabut serabut yang mempersarafi
nucleus fascialis dan nucleus hipoglossus berjalan ke daerah yang lebih dorsal sebelum
mencapai tingkat ini; dengan demikian, kelumpuhan nervus hipoglossus dan nervus fascialis
tipe sentral jarang terjadi, meskipun dapat disertai oleh deficit nervus trigeminus dan nervus
abdusence ipsilateral.
Lesi pada pyramid medulla dapat merusak serbaut serabut traktus piramidalis secara
terisolasi, karena serabut serabut non pyramidal terletak lebih ke dorsal pada tingkat ini,
akibatnya, dapat terjadi hemiparesis flaksid kontralateral, kelemahan tidak bersifat total
(paresis, bukan plegia) karena jaras descendens lainnya tidak terganggu.
Lesi traktus piramidalis di medulla spinalis. Suatu lesi yang mengenai traktus
piramidalis pada level cervical menyebabkan hemiplegia spastik ipsilateral; karena traktus
tersebut telah menyilang pada level yang lebih tinggi, dan spastik karena traktus tersebut
mngandung serabut serabut piramidalis dan non piramidalis pada level ini. Lesi bilateral di
medulla spinalis cervicalis bagian atas dapat menyebabkan quadriparesis dan quadriplegia.
Sindrom Klinis Lesi Unit Motorik
Paralisis flaksid disebabkan oleh interupsi unit motoric disuatu tempat manapun, dapat
di cornu anterius, salah satu atau beberapa radiks anterior, pleksus saraf, atau saraf perifer.
Kerusakan unit motoric memutuskan serabut otot di unit motoric dari persarafan volunteer
maupun reflex. Otot otot yang terkena sangat lemah (plegia), dan terdapat penurunan tonus
otot yang jelas (hipotonia) serta hilangnya reflex (arrefleksia) karena lengkung reflex regang
monosinaptik terputus. Atrofi otot terjadi dalam beberapa minggu, ketika otot tersebut secara
perlahan lahan digantikan oleh jaringan ikat; setelah beberapa bulan atau tahun terjadinya
atrofi yang progresif, penggantian ini akan selesai. Dengan demikian, sel sel kornu anterius
memengaruhi trofi pada serabut otot, yang diperlukan untuk mempertahankan fungsi dan
struktur yang normal.
Sindrom paralisis flaksid terdiri dari :

Penurunan kekuatan kasar


Hipotonia atau atonia otot
Hiporefleksia atau arefleksia
Atrofi otot
Lesi biasanya dapat dilokalisasis secara spesifik di kornu anterius, radiks anterior,
pleksus saraf, atau saraf perifer dengan bantuan elektromiografi dan elktroneurografi
(pemeriksaan hantaran saraf). Jika paralisis pada satu atau beberapa ekstremitas disertai oleh
deficit somatosensorik dan otonom, lesi diduga berada di distal radiks saraf dan dengan
demikian terletak di pleksus saraf atau di saraf tepi. Paralisis flaksid jarang terjadi akibat lesi
kortikal ; pada kasus tersebut, reflex tetap ada atau meningkat, dan tonus otot normal atau
meningkat.
Sindrom klinis kompleks akibat lesi pada komponen system saraf spesifik
Kerusakan pada masing masing komponen system saraf umumnya tidak
menyebabkan deficit motoric terisolasi seperti yang telah dibahas sebelumnya. Akan tetapi,
deficit motoric biasanya disertai oleh deficit somatosensorik, sensorik khusus, otonom,
kognitif, dan/atau deficit neuropsikologis dalam berbagai jenis dan luas bergantung pada
lokasi dan luasnya lesi. Sindrom klinis kompleks akibat lesi pada region tertentu di otak
( telencephalon, diencephalon, ganglia basalia, system limbic, cerebellum, dan batang otak).

Anda mungkin juga menyukai