Anda di halaman 1dari 42

BIOKIMIA SARAF

BLOK 1.4

Departemen Biokimia
Fakultas Kedokteran Unsoed
Outline pembelajaran
1. Pengenalan Saraf
a. Pendahuluan
b. Definisi
c. Struktur
d. Jenis-jenis sel saraf
2. Transmisi Impuls Saraf
a. Potensial istirahat dan Potensial aksi
b. Neurotransmiter
c. Reseptor saraf
d. sinapsis
Ilustrasi Kasus

 Ny R, seorang wanita berusia 30 tahun, mulai merasakan kelopak matanya terasa berat dan
sering mengalami penglihatan kabur. Kekuatan otot-ototnya juga terasa menurun, dia cepat
merasa lelah saat melakukan aktivitas ringan seperti mengangkat barang belanjaan. Setelah
diperiksa lebih lanjut, Ny R didiagnosis menderita myasthenia gravis.

 Tn K, seorang pria berusia 28 tahun, bekerja sebagai petani sayur. Belakangan ini Tn K sering
mengeluh kelelahan yang berlebihan, dan dia sering mengalami kram otot saat bekerja di kebun.
Setelah diperiksa, diduga Tn K menderita keracunan insektisida organofosfat yang digunakan di
lahan pertanian sekitar.
Pengenalan saraf
Pendahuluan

 Saraf merupakan unit fungsional dasar dari sistem saraf yang


memungkinkan komunikasi dan koordinasi dalam tubuh.
 tersusun atas sel-sel saraf atau neuron yang sangat spesialisasi dalam
menerima dan mengirimkan sinyal listrik.
 Neuron memiliki banyak cabang yang memungkinkan mereka
berkomunikasi dengan neuron lain melalui sambungan khusus yang
disebut sinapsis. Impuls listrik merambat di sepanjang akson neuron
dan melompat sinapsis untuk menstimulasi neuron berikutnya. Pola
aktivasi saraf inilah yang mendasari semua fungsi dan perilaku yang
dikendalikan oleh otak dan sistem saraf.
Definisi Sel Saraf

 Saraf secara umum didefinisikan sebagai sel atau serabut yang mampu
menerima dan menghantarkan impuls listrik.
 Sel saraf disebut neuron, yang merupakan unit struktural dan fungsional
dasar dari sistem saraf.
 Neuron terspesialisasi dalam komunikasi melalui sinyal listrik. Mereka
mengkodekan informasi dari lingkungan, kemudian mengirimkannya ke
sel saraf lain atau ke target efektor seperti otot atau kelenjar.
 Badan sel (soma)
Struktur sel saraf  Mengandung inti & sitoplasma yg tersusun
atas organel-organel.
 Fungsi :
 biosintesis dan metabolisme (sintesis
protein, glikolisis, Sikuls Krebs, dll)
 Pusat pengaturan aktifitas neuron
 Dendrit
 Mrpk proyeksi sitoplasma
 Fungsi:
 menerima sinyal input dari neuron lain
 Tempat kontak sinaptik dari neuron
lain
 Memiliki cabang cabang yg memperluas
permukaan untuk menerima kontak
sinaptik
 Memiliki banyak reseptor di membrannya
 Akson
 Dapat mencapai panjang puluhan cm pd neuron motorik yg menginervasi otot.
 Biasanya bermielin, dilapisi selubung lemak yg dibentuk oleh sel glia.
 Fungsi:
 menghantarkan impuls saraf dalam bentuk potensial aksi.
 Informasi keluar soma menuju target efektor
 Ujung akson bercabang membentuk terminal akson yang membentuk sinapsis
dengan neuron lain.
 Di terminal akson terdapat vesikel berisi neurotransmitter yang dilepaskan ke
celah sinapsis saat potensial aksi tiba
 Mielin
 lapisan lemak (lipid) yang membungkus akson pada sebagian neuron.
 tersusun dari 80% lipid, terutama kolesterol dan sfingomielin, dan 20%
protein
 Pada sistem saraf pusat, mielin dibentuk oleh sel glia oligodendrosit.
 pada sistem saraf perifer, mielin dibentuk oleh sel Schwann
 memungkinkan impuls saraf untuk merambat lebih cepat di sepanjang
akson
 Nodus ranvier : area tidak bermielin, tdpt kanal ion yg memungkinkan
lompatan konduksi.
 Kerusakan pada oligodendrocytes dapat menyebabkan
demielinasi dan gangguan konduksi impuls saraf.
 Oligodendrocytes beregenerasi lambat sehingga pemulihan
dari demielinasi membutuhkan waktu lama.
Jenis-jenis neuron
Berdasarkan Jumlah Proyeksi:
 Neuron unipolar
 hanya memiliki satu proyeksi akson dari badan sel tanpa adanya dendrit.
 Contoh: sel ganglion spinal
 Neuron bipolar
 memiliki satu proyeksi dendrit dan satu proyeksi akson yang berasal dari badan sel
 Contoh : sel ganglion retina mata
 Neuron multipolar
 memiliki banyak proyeksi dendrit dan satu akson tunggal yang berasal dari badan sel
 neuron piramidal kortikal, neuron Purkinje serebelum
Berdasarkan Fungsi
 Neuron sensorik
 menerima dan menstransmisikan informasi sensorik dari organ-
organ sensori perifer menuju sistem saraf pusat
 Neuron motorik
 menginervasi dan mengontrol aktivitas otot rangka dan otot
polos
Transmisi Impuls Saraf
Resting potential
 Mrpk potensial listrik yang terdapat pada membran sel neuron ketika neuron tidak sedang mengalami
rangsangan atau impuls listrik.
 terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel neuron.
 Pada keadaan istirahat, ion kalium (K+) lebih banyak di dalam sel neuron, sedangkan ion natrium (Na+) lebih banyak
di luar sel neuron.
 Hal ini menyebabkan terbentuknya beda potensial antara dalam dan luar sel neuron.
 Potensial istirahat sel neuron berkisar antara -40 hingga -90 mV,
Depolarisasi
 perubahan potensial membran sel neuron dari negatif
menjadi positif akibat masuknya ion positif ke dalam sel,
seperti Natrium (Na+).
 Depolarisasi terjadi saat neuron menerima stimulasi kimiawi
dari neurotransmitter pada sinapsis atau stimulasi listrik
secara langsung pada akson.
 Depolarisasi yang cukup kuat dapat memicu potensial aksi
jika ambang batas tercapai.
action potential
 Mrpk gelombang depolarisasi cepat dan besar yang
merambat di sepanjang membran sel neuron,
terutama akson.
 Potensial aksi timbul jika stimulus cukup kuat
sehingga mendekati ambang batas untuk memicunya.
 memungkinkan konduksi impuls saraf yang sangat
cepat hingga 120 m/detik dengan jarak jauh tanpa
penurunan.
 Gelombang depolarisasi potensial aksi ini akan
memicu pelepasan neurotransmitter saat mencapai
terminal akson.
Hiperpolarisasi
 kondisi di mana potensial membran neuron lebih negatif dibandingkan potensial istirahatnya.
 terjadi setelah neuron mengalami depolarisasi akibat aktivasi kanal kalium yang membuka dan
memungkinkan ion K+ mengalir keluar sel.
 Aliran ion K+ ini menyebabkan potensial membran menjadi lebih negatif dari biasanya.
 Hiperpolarisasi membuat neuron sulit tereksitasi karena ambang batas untuk memicu potensial aksi
menjadi lebih tinggi.
neurotransmitter
Definisi neurotransmiter

 senyawa kimia yang diproduksi oleh neuron, dan dilepaskan


ke celah sinap, sebagai respon adanya stimulus.
 berperan penting dalam transmisi sinyal di antara sel-sel saraf
Important neurotransmitters
Acetylcholine

 acts at neuromuscular junctions (NJMs),


 it triggers muscle contraction and in certain parts of
the brain and in the autonomous nervous system
 enclosed in synaptic vesicles
 Released by:
 All neurons that stimulate skeletal muscle
 Some neurons in the autonomic nervous system
 Binds to cholinergic receptors : nicotinic or muscarinic
receptors
 Degraded by the enzyme acetylcholinesterase
(AChE)
Metabolism of Acetylcholine

 Acetylcholine is synthesized from acetyl


CoA and choline
 As soon as acetylcholine is synthesized, it is
stored within synaptic vesicles
 hydrolyzed in the synaptic cleft by
acetylcholinesterase (choline is reused by
Na+/ choline symporter)
Blok 1.4\Neuromuscular Junction (Anatomical
Structure).mp4
Glutamate

 bersifat eksitatorik, memicu depolarisasi neuron pasca sinapsis


 disintesis di terminal presinaptik dari glutamine oleh enzim glutaminase dan disimpan di
vesikel sinaptik
GABA (gamma-aminobutyric acid)

 merupakan neurotransmiter inhibitorik utama di sistem saraf pusat


 GABA disintesis dari asam glutamat oleh enzim glutamat
dekarboksilase (GAD) dan disimpan di vesikel presinapsis
 Saat potensial aksi merambat ke terminal presinaptik, kanal
kalsium terbuka sehingga menyebabkan vesikel GABA dilepas ke
celah sinaptik.
 GABA berdifusi dan berikatan dengan reseptor di membran
postsinsaptik. Hal ini membuka kanal klorida, menyebabkan ion
klorida masuk ke dalam sel sehingga menimbulkan hiperpolarisasi
membrane postsinsaptik. Akibatnya, neuron postsinsaptik menjadi
sulit untuk didepolarisasi. Dengan cara ini, GABA berfungsi
menghambat aktivitas neuronal yang berlebihan
Biogenic amines atau monoamin
 neurotransmiter yang mengandung satu gugus amina.
 Beberapa neurotransmiter monoamin utama adalah dopamin, noradrenalin, adrenalin,
serotonin, dan histamin.
 Monoamin umumnya disintesis dari asam amino prekursor seperti tirosin untuk
katekolamin dan triptofan untuk serotonin.
 Monoamin berfungsi terutama sebagai neuromodulator yang secara luas mempengaruhi
dan mengubah aktivitas neuron lain.
 Dopamin penting untuk kontrol motorik, motivasi, dan reward.
 Noradrenalin dan adrenalin berperan dalam respon stres melalui sistem saraf simpatis.
 Serotonin memodulasi suasasana hati, nafsu makan, dan tidur.
 Gangguan sintesis, pelepasan, dan metabolisme monoamin berkaitan dengan berbagai
kondisi neuropsikiatri dan gangguan motorik seperti Parkinson.
Sintesis neurotransmiter
 disintesis secara berkelanjutan oleh neuron presinapsis untuk memungkinkan transmisi
sinapsis yang kontinu.
 Umumnya neuron tidak mampu mensintesis semua prekursor neurotransmiter, sehingga
bergantung pada suplai prekursor dari darah.
 Contohnya, katekolamin seperti dopamin dan noradrenalin disintesis dari asam amino
tirosin. Tirosin diambil dari darah ke neuron dan menjalani hidroksilasi oleh enzim tirosin
hidroksilase menjadi L-DOPA, kemudian dekarboksilasi oleh DOPA dekarboksilase
membentuk dopamin.
 Neurotransmiter disintesis di badan sel neuron, kemudian dimasukkan ke dalam vesikel di
terminal akson melalui transport aktif spesifik untuk kemudian dilepaskan ke sinapsis.
 Sintesis neurotransmiter diatur ketat untuk menjaga suplai dan pelepasannya. Obat
psikoaktif dibuat untuk memodulasi enzim sintesis atau degradasi neurotransmiter untuk
mempengaruhi kadarnya di otak.
Neurotransmitters Biogenic Amines : Catecholamines – dopamine,
norepinephrine (NE), and epinephrine (EP)

 Synthesized from AA tyrosine


 Norepinephrine and dopamine are
synthesized in axonal terminals
 Epinephrine is released by the adrenal
medulla as a hormone
 Catecholaminergic neurons Involved
in : movement, mood, attention, and
visceral function
Pelepasan neurotransmiter

 terjadi saat potensial aksi


mendepolarisasi terminal akson.
 Saat depolarisasi akibat kedatangan
potensial aksi, terjadi pembukaan
kanal Ca2+ voltage-dependent
sehingga ion Ca2+ masuk ke
presinapsis. Kadar Ca2+ yang
meningkat ini memicu fusi vesikel
dengan membran presinapsis dan
pelepasan isi vesikel ke celah
sinapsis melalui eksositosis.
Neurotransmitter, released by terminal depolarization, diffuse
across the synapse and activates postsynaptic receptors

 There may be several different


receptors on the postsynaptic
membrane
 Neurotransmitter only "fits" in one
receptor, binds to specific
receptors in target neuron, like
“lock and key”
 postsynaptic receptor activation
changes ion permeability (ligand-
gated ion channels)
Receptor untuk neurotransmiter
 Mrpk protein transmembran di neuron postsynapsis yang berikatan secara spesifik
dengan neurotransmitter tertentu untuk meneruskan sinyal antar neuron.
 Ionotropic receptors
 Mrpk reseptor kanal ion karena memiliki struktur yang memungkinkan ion masuk ke
dalam sel ketika neurotransmitter atau hormon berikatan dengan reseptor.
 Reseptor ionotropik terdiri atas subunit protein yang membentuk pori kanal ion
spesifik yang selektif terhadap jenis ion tertentu.
 Metabotropic receptors
 reseptor pada membran neuron yang terkopel dengan protein G intraseluler
 reseptor metabotropik tidak memiliki pori kanal ion intrinsik.
 menghasilkan respon sel yang lebih lambat dan modulasi jangka panjang pada
neuron
Receptor for Neurotransmitter

 1. Ionotropic receptors
 are ligand-gated ion channels.
 When they open as a result of the transmitter’s influence, ions flow in due to the
membrane potential.
 If the inflowing ions are cations (Na+, K+, Ca2+), depolarization of the membrane
occurs and an action potential is triggered on the surface of the postsynaptic cell.
 This is the way in which stimulatory transmitters work (e. g., acetylcholine and
glutamate).

 By contrast,
 if anions flow in (mainly Cl–), the result is hyperpolarization of the postsynaptic
membrane, which makes the production of a postsynaptic action potential more difficult.
 The action of inhibitory transmitters such as glycine and GABA is based on this
effect
metabotropic receptors.

 After binding the transmitter, these


interact on the inside of the postsynaptic
membrane with G proteins, which
activate or inhibit the synthesis of
second messengers.
 Finally, second messengers activate or
inhibit protein kinases, which
phosphorylate cellular proteins and
thereby alter the behavior of the
postsynaptic cells (signal transduction)
Sinapsis
 tempat pertemuan antara neuron
dengan neuron lain atau dengan sel
efektorik seperti otot atau kelenjar
 The place where biochemical
connections and communication occurs
 It is estimated that each neuron in the
brain is in contact via synapses with
approximately 10 000 other neurons.
Neurons can
synapse with:

1. Neurons

2. Muscle

3. Glands
Neurosecretion

 are classed into two groups:


 neurotransmitters
 stored in the axonal nerve endings.
 are released into the synaptic cleft in order to influence neighboring cells.
 are released in response to electrical signals in order to excite neighboring neurons (or muscle cells)
 have a short range and a short lifespan.
 Some neurotransmitters simultaneously function as neurohormones.

 neurohormones
 are released into the blood, allowing them to cover larger distances.
termination of neurotransmitter effects

 Setelah dilepaskan dari terminal presinapsis dan mengaktivasi reseptor


postsynapsis, neurotransmiter harus dihilangkan dari celah sinapsis
agar tidak terjadi stimulasi berlebihan pada sel saraf pascasinapsis.
 mekanisme terminasi efek neurotransmitter:
 reuptake,
 degradasi enzimatik,
 difusi.
 In general, neurotransmitters are cleared by:
 active uptake back into the presynaptic
nerve terminal membrane
 quickly destroyed by enzyme
 Other uptake system exist in the glial cells
(astrocytes)
 So, after neurotransmitter release, the neuron
recycles the empty vesicles, refilling and
reusing them several more times before they
need to be replaced.
Contoh kasus
 Rina, seorang wanita berusia 30 tahun, mulai merasakan kelopak matanya
terasa berat dan sering mengalami penglihatan kabur. Kekuatan otot-ototnya
juga terasa menurun, dia cepat merasa lelah saat melakukan aktivitas ringan
seperti mengangkat barang belanjaan. Setelah diperiksa lebih lanjut, Rina
didiagnosis menderita myasthenia gravis.
 Myasthenia gravis adalah penyakit autoimun yang menyerang junction
neuromuskular. Sistem imun Rina menghasilkan antibodi yang menyerang
reseptor asetilkolin di junction neuromuskular. Akibatnya, impuls saraf tidak
dapat ditransmisikan dengan baik ke otot rangka.
 Rizki, seorang pria berusia 28 tahun, bekerja sebagai petani sayur.
Belakangan ini Rizki sering mengeluh kelelahan yang berlebihan, dan dia
sering mengalami kram otot saat bekerja di kebun. Setelah diperiksa,
diduga Rizki menderita keracunan insektisida organofosfat yang
digunakan di lahan pertanian sekitar. Insektisida organofosfat bekerja
dengan menghambat kerja enzim asetilkolinesterase. Akibatnya,
neurotransmiter asetilkolin tidak dapat diuraikan dengan benar dan
menumpuk di celah sinaps. Hal ini menyebabkan stimulasi berlebihan
pada sistem saraf dan otot, sehingga timbul gejala seperti yang dialami
Rizki.
REFERENCE

 Harper's Illustrated Biochemistry 31 ed


 Marks' Basic Medical Biochemistry - A Clinical Approach (2nd Edition)
 Atlas Biokimia : Jan Koolman, Klaus-Heinrich Rohm

Anda mungkin juga menyukai