Anda di halaman 1dari 98

Farmakologi

sistem saraf pusat


Tim Farmakologi I
Anatomi Sel Saraf
Badan sel saraf:
 serabut-serabutsaraf atau
dendrite  penerima input atau
receptive area.

Batang sel saraf:


 Menghantarkan transmisi impuls
atau informasi dari badan saraf,
 Diselubungi myelin
 segmen  node of Ranvier. Pada
vertebrata myelin dilapisi lagi oleh
sel Schwan.
 Adanya lapisan myelin dan
nodusRanvier menyebabkan saraf
dapat menghantarkan impuls
dengan cepat.

Ujung saraf:
 melepaskan neurotransmiter yang
dihasilkan oleh badan sel dan
memberikan pesan berikutnya
kepada sel target, baik saraf lain
maupun organ.
Saraf berdasarkan perbedaan bentuk dan struktur

Saraf unipolar  satu serabut


saraf dari badan sel yang
bercabang dua yang satu
sebagai dendrit karena
berhubungan dengan perifer
yang satu lagi sebagai batang
saraf.
Saraf bipolar mempunyai
dua batang saraf yang berasal
dari badan saraf. Satu
berfungsi sebagai dendrit yang
satu sebagai batang saraf.
Saraf multipolar Saraf
multipolar mempunyai serabut
saraf yang banyak dari satu
badan sel.
Kanal Ion & Reseptor Neurotransmiter
Membran se saraf terdiri dari 2 jenis kanal :
1. Kanal yang diaktif kan/sensitif terhadap voltase  voltage gated
• Terbuka/tertutup jika ada perubahan potensial membran
• Ex: kanal Na, Kanal K, kanal Ca

2. Kanal yang diaktifkan oleh ligan  ligand gated


• Disebutjuga reseptor ionotropik
• Terbuka dengan terikatnya neurotransmiter
Kanal Ion & Reseptor Neurotransmiter

Reseptor terkait protein G


metabotropik
Protein G berinteraksi dengan
voltage gated

Protein G berinteraksi dengan


voltage gated secara tidak
langsung melalui second
messenger

Reseptor metabotropik bekerja


lebih lama dibandingkan
ionotropik
Model Reseptor GABA (kanal ion klorida)
IMPULS SARAF

Impuls saraf bergerak sepanjang saraf dalam bentuk


signal listrik dan menimbulkan potensial aksi
HANTARAN IMPULS

 Serabut yang tidak mempunyai lapisan myelin akan menghantarkan


impuls sepanjang permukaan saraf sedangkan yang mempunyai
myelin akan menghantarkan searah dengan batang saraf karena
myelin berfungsi sebagai insulator.

 Nodus Ranvier akan memutuskan sesaat hantaran tadi dan impuls


akan melompati nodus Ranvier tadi. Jadi, impuls akan melompat dari
satu nodus ke nodus yang lain dan hal ini disebut Saltatory.

 Kecepatan konduksi impuls bergantung kepada diameter saraf, makin


besar akan semakin cepat konduksinya.
Sebagai contoh, impuls dari saraf motor yang besar dan terbungkus
oleh myelin yang tebal akan mempunyai kecepatan 120 meter/detik.

 Sedangkan serabut yang tidak mempunyai myelin dan tipis seperti


yang ada di kulit kecepatannya sekitar 0.5 meter/detik.
Sinaps dan Potensial Sinaps
 Komunikasi antara satu sel saraf dengan saraf lainnya
atau efektor  sinapsis.
 Aksi potensial dalam serat prasinaptik merambat ke
terminal sinaptik dan mengaktifkan kanal kalsium
yang sensitif terhadap voltase
 Kalsium masuk ke terminal  vesikel dirilis ke celah
sinaptik
Mekanisme pelepasan Neurotransmiter
 Mekanisme pelepasan senyawa kimia dari presinaptik diawali dengan
adanya potensial aksi pada saraf presinaptik tersebut dan diikuti dengan
depolarisasi yang mengakibatkan masuknya ion kalsium.

 Setelah kalsium masuk, second messenger akan teraktifasi dan proses


seluler pembentukan senyawa kimia atau disebut neurotransmiter
terjadi.

 Kalsium juga membantu meleburnya senyawa kimia ini dengan ujung


dari saraf dan neurotransmiter dikeluarkan dari saraf.

 Neurotransmiter akan ditangkap oleh reseptor target dan merubah


permeabilitas sel target apakah akan lebih permeabel terhadap ion Na+
atau target mengalami depolarisasi, ataukah lebih
permeabel terhadap ion K+ sehingga membran mengalami
hiperpolarisasi.
Kontrol Pelepasan Neurotransmiter
Oleh kanal kalsium

 Celah sinaptik terletak beberapa mikron saja dari membran presinaptik,


dan selama konsentrasi ion kalsium dalam sitoplasma lebih kecil dari
0.1 mikromolar, peleburan atau fusi vesikel dengan membran jarang
sekali terjadi.
 Ujung batang saraf yang pada membran yang dalam keadaan istirahat
melepaskan neurotransmiter dengan laju yang sangat lambat sekali
sehingga pengaruhnya pada postsinaptik dapat diabaikan.
 Ujung batang saraf mengandung kanal kanal voltage dependent Na+
dan K+ dan juga voltage dependent kanal Ca+2.
 Ketika potensial aksi merambat pada saraf presinaptik, depolarisasi
akan mengakibatkan terbukanya kanal Ca+2 dan ion Ca+2 akan masuk
kedalam sitosol.
 Pada waktu Ca+2 didalam sitosol meningkat, maka proses seluler yang
melibatkan second messenger dan Ca+2 akan terjadi
 Jumlah quanta dari transmiter yang dilepaskan bergantung kepada
konsentrasi Ca+2 yang ada.
 Jumlah quanta dari neurotransmiter menentukan manfaat atau akibat
yang terjadi dari proses sinaptik tersebut pada target postsinaptik
Target kerja obat
RESPON ALL OR NONE (Ya atau tidak)

Jika serabut saraf berespon, maka respon yang


terjadi adalah respon yang sempurna, tidak
setengah-setengah.

Potensial aksi adalah kejadian all –or-none, dan


amplitudonya tetap karena permeabilitas Na+ dan
K+ selalu tetap.

Pada ujung saraf secara keseluruhan permeabilitas


Na+ dan K+ sedikit berubah baik bertambah atau
berkurang. Karena adanya kanal ion lain sehingga
mengakibatkan modulasi.
Proses sinapsis dua saraf
Eksitatori Dan Inhibitori Potensial Postsinaptik

 Potensial postsinaptik dibagi menjadi dua katagori yakni terjadinya


eksitasi setelah adanya penerimaan neurotransmiter dari presinaptik
oleh reseptor postsinaptik dan inhibisi, bergantung kepada membran
potensial yang terjadi.

 Jika depolarisasi maka membran berubah permeabilitasnya terhadap


Na+ dan permeabilitas terhadap ion Na+ lebih dominan. Potensial ini
dikenal dengan nama excitatory post synaptic potential atau EPSP

 Pada inibitori potensial setelah sinaptik, terjadi hambatan untuk


terjadinya potensial aksi dan membran mengalami hiperpolarisasi.
Membran lebih permeabel terhadap ion Cl- atau K+ atau keduanya.
Karena bertambahnya permeabilitas membran terhadap ion Cl-
menstabilkan potensial istirahat. Potensialnya disebut inhibitory post
synaptic potential IPSP.
Potensial elektrokimia membran
POTENSIAL TEREKSITASI

 Pada waktu tereksitasi membran dikontrol oleh ion


Na.

 Karena ion Na masuk kedalam sel maka muatan


didalam sel akan relatif positif dibandingkan dengan
diluar sel.

 Peristiwa depolarisasi dan hiperpolarisasi bisa


berlangsung hanya dalam waktu milidetik dan disebut
potensial aksi.
POTENSIAL AMBANG
 Pada waktu stimulasi, ada stimulasi berikut yang
datang menyusul dan mengakibatkan perubahan
potensial yang cukup besar, disebut sumasi. Potensial
membran yang terjadi mencapai ambang batas
potensial untuk terjadinya potensial aksi. Besarnya
potensial ambang sekitar 15 sampai dengan 20mV

 Depolarisasi dikontrol oleh ion Na, hiperpolarisasi


oleh ion K. Hiperpolarisasi diperlukan agar setelah
mencapai –90 dan menuju ke –70mV terjadi beda
potensial 20mV dan ini dapat dikatakan potensial
ambang telah terjadi dan siap untuk repolarisasi
Perkembangan otak manusia
Gambar penyederhanaan bagian-bagian dari otak
SISTEM SARAF

Sistem saraf

Sistem saraf Sistem saraf


pusat tepi

Sensori Motorik
Otak Tl belakang (eferen)
(aferen)

Saraf Saraf Sistem saraf Sistem saraf


sensor sensor otonom somatik
somatik viseral (involunter) (volunter)

Simpatis Parasimpatis
Sistem saraf pusat

 OTAK

 TULANG BELAKANG (Medulla spinalis)

Fungsi Utama SSP adalah mengkoordinasi dan mengontrol system


yang ada dalam tubuh.
Neurotransmitter dan hormone adalah 2 alat utama yang sangat
penting bagi SSP untuk mengkoordinasi dan mengontrol fungsi-
fungsi organ agar dapat berfungsi sesuai kebutuhan.
Gambar penyederhanaan sistem saraf
Alur dan fungsi saraf cranial
Sistem Saraf Pusat

 Fungsi utama sistem syaraf adalah untuk mendeteksi,


menganalisa, dan menghantarkan informasi
 Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf
pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas
otak dan sumsum tulang belakang.
 Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak (bahasa Latin:
'ensephalon') dan sumsum tulang belakang (bahasa Latin:
'medulla spinalis'). .
Anatomi dan Fisiologi Sistem Syaraf Pusat
Otak
 Otak merupakan pusat pengatur dari segala kegiatan manusia, terletak di
rongga tengkorak dan dibungkus oleh tiga lapis selaput kuat yang disebut
meninges. Urutan lapisan penyusun meninges dari luar ke dalam yaitu:
 Durameter; terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan
tengkorak sebagai endostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang
mudah dilepaskan dari tulang kepala. Di antara tulang kepala dengan
duramater terdapat rongga epidural.
 Arachnoidea mater; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang
labah-labah. Di dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor
cerebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran
araknoid. Fungsi selaput arachnoidea adalah sebagai bantalan untuk
melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.
 Piameter. Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan
lipatan-lipatan permukaan otak.
Fungsi Otak
 Menerima input sensorik dari medula spinalis maupun
dari syarafnya sendiri
 Memproses berbagai input sensorik, yaitu fungsi kognisi
yang meliputi integrasi, dan asosiasi data yang tersimpan (
pengalaman, ingatan), seta komponen emosi
 Menginisiasi dan mengkoordinasi output motorik
Bagian bagian otak
 Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar
atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan
refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna kelabu
terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di
sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan
sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi
yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan
dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan,
dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah
bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi.
Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu
mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat
penglihatan terdapat di bagian belakang.
 Otak tengah merupakan bagian terkecil otak yang berfungsi
dalam sinkronisasi pergerakan kecil, pusat relaksasi dan motorik,
serta pusat pengaturan refleks pupil pada mata. Pada bagian ini,
banyak diproduksi neurotransmitter yang mengontrol pergerakan
lembut. Jika terjadi kerusakan pada bagian ini, orang akan
mengalami penyakit parkinson. Sebagai pusat relaksasi, bagian
otak tengah banyak menghasilkan neurotransmitter dopamin.
 Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di
depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang
mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal)
otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks
mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat
pendengaran.
 Otak kecil (serebelum),
 Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi
gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan
posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau
berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak
mungkin dilaksanakan. Di bagian otak kecil terdapat
saluran yang menghubungkan antara otak dengan sumsum
tulang belakang yang dinamakan  medula oblongata.
Batas antara medula oblongata dan sumsum tulang
belakang tidak jelas. Oleh karena itu, medula oblongata
sering disebut sebagai sumsum lanjutan.
 Sumsum sambung (medulla oblongata)
 Medulla oblongata disebut juga dengan sumsum lanjutan atau
penghubung atau batang otak. Terletak langsung setelah otak dan
menghubungkana dengan medulla spinalis, di depan cerebellum. Susunan
kortexmya terdiri dari neeurit dan dendrite dengan warna putih dan
bagian medulla terdiri dari bdan sel saraf dengan warna kelabu. Medulla
oblongata berfungsi sebagai pusat pengaturan ritme respirasi, denyut
jantung, penyempitan dan pelebaran pembuluh darah, tekanan darah,
gerak alat pencernaan, menelan, batuk, bersin, sendawa. Sumsum
sambung juga berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula
spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi
jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume
dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar
pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks
yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.
Medula Spinalis
 Medulla spinalis disebut dengan sumsum tulang belakang
dan terletak di dalam ruas-ruas tulang belakang yaitu ruas
tulang leher sampaia dengan tulang pinggang yang  kedua.
Medulla spinalis berfungsi sebagai pusat gerak refleks dan
menghantarkan impuls dari organ ke otak dan dari otak ke
organ tubuh.
Vertebra Servikalis (ruas tulang leher) yang
berjumlah 7 buah dan membentuk daerah
tengkuk.
Vertebra Torakalis (ruas tulang punggung)
yang berjumlah 12 buah dan membentuk
bagian belakang torax atau dada.
Vertebra Lumbalis (ruas tulang pinggang) yang
berjumlah 5 buah dan membentuk daerah
lumbal atau pinggang.
Vertebra Sakralis (ruas tulang kelangkang)
yang berjumlah 5 buah dan membentuk os
sakrum (tulang kelangkang).
Vertebra koksigeus (ruas tulang tungging) yang
berjumlah 4 buah dan membentuk tulang
koksigeus (tulang tungging)
Fungsi sumsum tulang belakang
 Menghubungkan sistem saraf tepi ke otak. Informasi
melalui neuron sensori ditransmisikan dengan bantuan
interneuron (impuls saraf dari dan ke otak).
 Memungkinan jalan terpendek dari gerak refleks.
Sehingga sumsum tulang belakang juga biasa disebut
saraf refleks.
 Mengurusi persarafan tubuh, anggota badan dan kepala
KELAINAN DAN PENYAKIT YANG TERJADI PADA
OTAK DAN SUMSUM TULANG BELAKANG (SSP)
 Epilepsi : merupakan penyakit yang dicirikan dengan adanya serangan pada
neuron motorik atau neuron sensorik secara berulang-ulang. Akibatnya, otot-otot
rangka berkontraksi berulang-ulang tanpa disadari. Epilepsi disebabkan antara
lain oleh kerusakan otak pada saat lahir, infeksi, racun, luka pada kepala, atau
tumor pada otak. Epilepsi dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan anti
epilepsi. Misalnya, phentytoin dan carbamazepine.
 Alzheimer : merupakan penyakit kehilangan kemampuan untuk peduli terhadap
diri sendiri atau jenis kepikunan yang dapat melumpuhkan pikiran dan
kecerdasan seseorang. Disebabkan adanya proses degenerasi sel-sel neuron otak.
Merupakan penyakit genetis. Gejalanya : berupa kemunduran daya ingat dan
kemampuan berpikir, sulit berbicara dan berbahasa, halusinasi dan perubahan
emosi dan perilaku.
 Sakit kepala : disebabkan melebarnya/konstriksi pembuluh darah pada daerah
selaput otak.
 Meningitis : radang selaput otak yang disebabkan oleh mikroorganisme
yangmenyebar dalam darah ke cairan otak.
Neurotransmiter Pada Sistem Saraf Pusat
Penggolongan Obat-obat SSP
 Antidepresan
 Antiepilepsi
 hipnotik dan sedatif
Farmakologi Agen Antidepresan

Tim farmakologi
Depresi
 Depresi dan gangguan SSP  berkaitan dengan kadar
Neurotransmmitter norephineprin dan serotonin dalam
otak.  penurunan kadar NE dan serotonin
Pendahuluan
 Pembagian depresi:
 Depresi reaktif (sekunder): sedih, kesakitan dll
 Depresi endogen (mayor): ketidak mampuan mengalami
kesenanan atau kejadian sehari hari
 Hipostesis penyebab : Penggunaan reserpin  mencegah
penyimpanan neurotransmiter amin (serotonin dan NE)
 Pengobatan obat hanya untuk jenis ini
 Depresi yang berhubungan dengan gangguan afektif-
bipolar (manik-depresif) maniak
Tipe depresi
Neurotransmitter penting terkait depresi :
SEROTONIN
 Serotonin (5-HT = 5-hidroksitriptamin) berasal dari
neuron dari pons dan batang otak atas
 Terdapat pada serat tak bermielin
 Semua reseptor bersifat metabotropik kecuali 5-HT3
 Efek serotonin: tidur, pengatur suhu, nafsu makan, dan
neuroendokrin
Sintesis Serotonin
 Serotonin disintesis dari prekursornya triptofan dengan bantuan
enzim triptofan hidroksilase dan asam amino aromatik
dekarboksilase.
 Serotonin yang terbentuk akan disimpan di dalam vesikel
penyimpanan prasinaptik dengan bantuan transporter
monoamine vesicular (VMAT = vesicular monoamine
transporter).
 jika ada stimulasi maka serotonin akan dilepaskan menuju celah
sinaptik.
 Serotonin yang terlepas dapat mengalami beberapa peristiwa
antara lain:
 Berdifusi menjauh dari sinaps
 Dimetabolisme oleh MAO (monoamine oksidase)
 Mengaktivasi reseptor presinaptik (reseptor 5-HT1A dan 5-HT1D,
suatu autoreseptor
 Mengaktivasireseptor post-sinaptik
 Mengalami re-uptake dengan bantuan transporter serotonin
presinaptik (SERT = serotonin transporter).
 Pengambilan kembali serotonin ke dalam ujung pre-sinaptik oleh
SERT (peristiwa re-uptake)
Target Kerja Obat Antidepresan
Obat-obatan Anti Depresan
1. Antidepresan generasi 1: Trisiklik (TCA)
2. Antidepresan generasi 2: amoxapine dan maprotiline
3. Antidepresan generasi 3: nefazodone, venlavaxine,
mirtazapine
4. SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)
5. Inhibitor MAO (Monoamine Oxidase)
Antidepresan generasi 1: Trisiklik (TCA)
 Karakteristik: nukleus dengan 3 cincin
 Aktivitas: antihistamin, sedatif, antipsikosis
 Farmakokinetika :
 ikatan protein tinggi, kelarutan lipid tinggi  VD luas
 Metabolisme: membentuk metabolit aktif (desipramine dan
nortriptylin)
 MK: menghambat pompa ambilan kembali (reuptake) NE
dan serotonin
Contoh TCA
Antidepresan generasi 2: amoxapine dan
maprotiline
 Struktur heterosiklik
 Amoxapine merupakan metabolit dari loxapine
 MK: antipsikosis dan antagonis reseptor dopamin  cocok
untuk depresi pasien psikosis
 ES: akatisia, parkinsonismesme, sindroma amenore-galaktore,
diskinesia tardif
 maprotiline  obat tetrasiklik
 MK: hambatan ambilan NE, memiliki efek sedatif dan
antimuskarinik lebih rendah dibading gen.1
Antidepresan generasi 3: nefazodone,
venlavaxine, mirtazapine
 Nefazodone mirip trazodone, efek sedatif <<
 Venlavaxine:
 MK: inhibitor ambilan kembali serotonin kuat dan inhibitor NE
lemah, dosis rendah mirip SSRI
 Mirtazapine: antihistamin kuat, efek sedatif >>
 MK: kombinasi antagonisme reseptor 5-HT dan antagonis
adreseptor alfa2
SSRI
MK: menghambat pengambilan kembali serotonin yang telah
disekresikan dalam sinap sehingga kadarnya meningkat.
SSRI
 Obat: fluoxetine, paroxetin, sertraline
 Toksisitas lebih kecil dr gol. Trisiklik, heterosiklik
 ES: mual, penurunan libido, penurunan fungsi seksual
 Tidak boleh dikombinasi dg inh. MAO  sindroma
serotonin (rigiditas otot, hipertermia, mioklonis dll)
Inhibitor MAO
 MAO-A  monoamin oksidase yang memetabolisme
NE,serotonin, tyramin
 MAO-B memetabolisme dopamin

 MK inh. MAO menghambat jalur degradasi utama


neurotransmiter amin (serotonin, NE)  akumulasi
 Inh. MAO-A  Depresi
 Inh. MAO- B  Seleginin  parkinson
Penggunaan Klinis Antidepresan
 1. Depresi
 Obat-obat hanya digunakan pada depresi mayor
 Gejala: Gangguan ritme tubuh terutama tidur, selera
makan, nafsu seksual, dan aktivitas motorik

 2. Gangguan panik
 Obat : imipramin, inh.MAO, benzodiazepin, SSRI

 3. gangguan obsesi-kompulsif (COD)


 Obat: SSRI (fluoxetin)
Penggunaan Klinis Antidepresan
 4. Enuresis
 Obat: trisiklik

 5. Nyeri kronis
 Obat: trisiklik , kadang kombinasi dengan fenotiazin

 6. Indikasi lain:
 gangguan makan  bulimia (fluoxetin)
 Kurang perhatian  imipramin, desipramin
 Fobia sosial : SSRI
 Gangguan kecemasan umum: SSRI dan NE
Algoritma pengobatan depresi major
Efek samping obat antidepresan
ANSIOLITIK DAN HIPNOTIK
 Stimulasi SSP akan menimbulkan efek seperti merasa
lebih kuat, gelisah atau mudah marah dan tersinggung.
 Stimulasi yang berlebihan dapat menyebabkan kejang atau
bermacam-macam ketidaknormalan perilaku.
Sedatif vs Hipnotik

Efek utama obat sedatif-hipnotika : Menyebabkan


sedasi (disertai hilangnya rasa anxiety/cemas),
atau mengantuk (menyebabkan tidur)

Obat sedatif (anxiolytic) mengurangi rasa cemas


dan menimbulkan efek menenangkan.

Obat hipnotik menyebakan kantuk, mendorong


mulai dan terpeliharanya keadaan tidur
Efek hipnotik menyebabkan depresi SSP yang
lebih kuat dari sedasi, diperoleh melalui
peningkatan dosis
Dosis vs efek Dua Obat Hipnotik Sedatif

Ciri Khas obat


Sedatif Hipnotik:
Depresi fungsi
SSP Dependen
Dosis
Reseptor GABAA dan GABAB
Reseptor Anatomi Neurtran Agonis Antagonis Mekanisme Potensial Pasca
smiter Sinaps

GABAA Antarneuron GABA Muskimol Bikukulin Inhibitorik: Cepat


di seluruh (psikoakti (kejang >> hantaran Cl- (Ionotropik)
SSP, f) )
termasuk
korda spinalis

GABAB Baklofen 2-OH Inhibitorik (prasinap): ↓ Lambat


(antispas Saklofen hantaran Ca2+; (pasca (metabotropik)
me) sinaps): >> hantaran K+
Obat Sedatif-Hipnotik
Benzo
diazepin
Zolpidem,
Barbiturat zaleplon,
eszopiklon

Kloral
Buspiron
Hidrat

Ramelteon
1. BENZODIAZEPIN
Struktur Kimia Beberapa Benzodiazepin
 Source. PharmaFactz
Benzodiazepin
Contoh Mekanisme Kerja Efek Penggunaan
Klinis
• Alprazolam Berikatan dengan subunit- Depresan dependen • Cemas akut
• Diazepam subunit reseptor GABAA dosis pada SSP : • Panik
• Estazolam spesifik di sinaps neuron sedasi, hilangnya • Ansietas
• Klordiazepoksid susunan saraf pusat (SSP) rasa cemas, generalisata
• Klorazepat  memfasilitasi frekuensi amnesia, hipnosis, • Insomnia
• Klonazepam pembukaan saluran ion koma, depresi • Relaksasi otot
• Flurazepam klorida yang diperantarai pernafasan rangka
• Lorazepam oleh GABA  • Anestesia
• Midazolam meningkatkan hiper Benzodiazepin (adjuvan)
• Oksazepam polarisasi membran menyebabkan • Kejang
• Quazepam amnesia anterograd
• Temazepam dependen dosis
• Triazolam (tidak mampu
mengingat kejadian
selama masa kerja
obat)
Antidot Overdosis Benzodiazepin
 Flumazenil

 Antagonis di tempat pengikatan benzodiazepin di reseptor


GABAA

 Penatalaksanaan kelebihan dosis benzodiazepin


2. Zolpidem, Zaleplon, Eszopiklon
 Obat baru Hipnotik mirip Benzodiazepin:
Zolpidem, Zaleplon, Eszopiklon

 Mekanisme Kerja:
Berikatan secara selektif dengan
subkelompok reseptor GABAA bekerja
seperti Benzodiazepin meningkatkan
hiperpolarisasi membran

 Penggunaan Klinis:
Untuk pengobatan jangka pendek dan
simtomatis gangguan tidur
3. Barbiturat
Barbiturat
Contoh Mekanisme Kerja Efek Penggunaan
Klinis
• Amobarbital Berikatan dengan subunit- Depresan dependen • Anestesia
• Butabarbital subunit reseptor GABAA dosis pada SSP : (Tiopental)
• Mefobarbital spesifik di sinaps neuron sedasi, • Insomnia
• Pentobarbital susunan saraf pusat (SSP) berkurangnya rasa (Sekobarbital)
• Fenobarbital  meningkatkan durasi cemas, amnesia, • Kejang
• Sekobarbital pembukaan saluran ion hipnosis, anestesia (fenobarbital)
• Tiopental klorida yang diperantarai koma, depresi
oleh GABA  pernafasan, kurva
meningkatkan hiper dosis respon curam
polarisasi membran dibandingkan
Benzodiazepin
Menekan kerja
neurotransmiter eksitatorik
glutamat melalui
pengikatan paa reseptor
AMPA
Barbiturat
Berdasarkan lama kerja barbiturat:
 Barbiturat kerja singkat

Tiopental-natrium (tiobarbiturat) untuk anestesia iv kerja


singkat  Dapat digunakan sebagai anastesi lokal untuk
pembedahan
 Barbiturat kerja lama

fenobarbital, lbh digunakan sbg antikonvulsi


3. Buspiron (Agonis Reseptor 5-HT)
Buspiron

Contoh Mekanisme Kerja Efek Penggunaan


Klinis
• Buspiron Belum Jelas: Agonis Ansiolitik • Ansietas
parsial reseptor 5-HT (anticemas) lambat Gneralisata
tetapi juga memiliki (1-2 minggu),
afinitas terhadap reseptor gangguan
D2 psikomotor
minimal-tanpa
depresi SSP aditif
dengan obat sedatif
hipnotik
Buspiron
 Penggunaan oral
 Menghilangkan kecemasan tanpa efek sedatif atau euforia
yang kuat
 Efek anticemas dicapai pada penggunaan lebih dari
seminggu
 Tidak punya sifat hipnotik dan antikonvulsan
 Tidak ada tanda putus obat pada penghentian mendadak
4. Kloral Hidrat
Kloral hidrat
 Golongan alkohol
 Obat lama
 Waktu paruh 6-10 jam
 Metabolit aktif: trikloroetanol
 Metabolit toksik:
trikloroasetat, dieleminasi lambat dan dapat terakumulasi
 Memiliki sifat karsinogenik
Ramelteon

Contoh Mekanisme Kerja Efek Penggunaan


Klinis
• Ramelteon Mengaktifkan reseptor Cepat menyebabkan • Gangguan
MT1 (Melatonin) dan tidur tidur
MT2 di nukleus
supraklasmatikus di SSP
Farmakokinetik beberapa hipnotik Sedatif
Dosis Obat Sedatif Hipnotik
Toksisitas Obat Sedatif Hipnotik
 Efek samping umum krn depresi susunan saraf pusat
dependen dosis:
 Dosis rendah : ngantuk, penurunan aktivitas motorik, gagal
mengambil keputusan, benzodiazepin menyebabkan amnesia
anterograd
 Dosis tinggi: letargi (tidur dalam), lelah dll
 Over dosis: depresi pernafasan, depresi miokardial
Toleransi dan Dependensi
 Toleransi adalah Menurunnya respon tubuh terhadap suatu obat
akibat pemaparan berulangkali
 Barbiturat: tolerans metabolis (peningkatan laju metabolisme
obat)
 Benzodiazepin: down regulation (berkurangnya) reseptor di
otak
 Dependensi adalah keadaan fisiologis yang telah berubah
memerlukan pemberian obat terus menerus untuk menceah
sindrom putus obat: kecemasan, insomnia, eksitabilitas SSP
yang mungki berkembang menjadi kejang. Dependensi muncul
pada penggunaan jangka panjang
Penggunaan Klinis Obat Sedatif Hipnotik
1. Kecemasan
 Kecemasan ditandai dengan kewaspadaan, ketegangan motor,
hiperaktivitas otonomik
 Kecemasan situasional : antisipasi ketakutan , tragedi dll  cepat hilang, bs
gunakan obat jangka pendek
 Kecemasan sekunder : efek sekunder dari keadaan sakit (infarktus
miokardium akut, angina pektoris, ulkus peptikum, dll)
 Generalized anxiety disorder (GAD) : cemas berlebihan atau tdk rasional ttg
situasi kehidupan

 Obat pilihan:
 Golongan benzodiazepine (umum)
 SSRI dan SNRI untuk GAD
 Jarang: fenobarbital, meprobamat,
 Beta bloker (propanolol) untuk kecemasan terkait sistem saraf simpatik
Masalah Tidur
 Insomnia : kesulitan mulai tidur, sering terjaga, tidur terlalu singkat,
tidur yang tidak membuat tubuh segar

 Efek hipnotik sedatif terhadap pola tidur :


 waktu yang diperlukan untuk mulai tidur berkurang
 lamanya waktu tidur NREM tahap 1 berkurang
 lamanya tidur REM berkurang
 lamanya tidur gelombang lambat REM stadium 4 berkurang

 Penggunaan hipnotik-sedatif lebih dari 1-2 minggu menyebabkan


toleransi pada pola tidur
3. Efek farmakologi Hipnotik sedatif :
anestesi

 Hipnotik sedatif pada dosis tinggi akan mendepresi SSP


hingga tahap III anestesi umum (melambatnya pernafasan,
kecepatan jantung, meluas ke penghentian total
pernafasan)
 Barbiturat, thiopental, methohexital  paling mudah larut
lipid  menembus jaringan otak dengan cepat setelah
pemberian iv
 Benzodiazepin digunakan secara iv dalam anestesi, sering
dalam kombinasi denga obat-obat lain.
4. Efek farmakologi Hipnotik sedatif :
antikejang

 Semua hipnotik sedatif menghambat pembentukan


penyebaran aktivitas listrik epileptik di SSP
 Benzodiazepin (clonazepam, nitrazepam, lorazepam,
diazepam) berguna untuk menangani kejang
 Barbiturat, fenobarbital, metharbital  kejang/bangkitan
tonik klonik generalisata.
5. Efek farmakologi Hipnotik sedatif :
relaksan otot

 Carbamat, benzodiazepin  menekan transmisi pada neuromuskular otot


 untuk melemaskan otot pada penyakit persendian atau spasme otot
6. Efek farmakologi Hipnotik sedatif:
pengaruh terhadap fungsi pernafasan dan kardivaskular

 Fungsi Pernafasan
Dosis hipnotik pd orang sehat setara dengan perubahan selama tidur
alami. Tapi pada pasien penyakit paru dapat muncu efek depresi pernafasan
signifikan. Efek terhadap pernafasan berkaitan dengan dosis dan depresi
pernafasan di pusat medula menyebabkan kematian  efek OD hipnotik
sedatif
 Fugsi Kardiovaskular

Dosis normal pada pasien dengan gangguan fungsi kardiovaskular dapat


menyebabkan kegagalan fungsi kardiovaskular akibat kerja di vasomotosr
medula. Pada Dosis toksik kontraktilitas miokardium dan tonus vaskular
tertekan  gagal jantung
The end

Anda mungkin juga menyukai