Anda di halaman 1dari 16

POTENSIAL AKSI NEURON DAN MEKANISME TRANSMISI

POTENSIAL AKSI

Disusun oleh:

1. Ana Nurul Fitriyani (F120155004)

2. Diyah Ayu Afrida (F120155008)

3. Hifi Rizqi Ratnasari (F120155042)

4. Ima Alimatul Habibah (F120155011)

5. Muhammad Anwar Sidiq (F120155018)

6. Zahratul Muawanah (F120155031)

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

Jl.GANESHA 1 PURWOSARI KUDUS TELP.0291-437218


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................

DAFTAR ISI .........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................
1.3 Tujuan .................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Potensial Aksi ...................................................................................
2.2 Potensial Aksi Pada Sel Saraf .............................................................................
2.3 Mekanisme Potensial Aksi ..................................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .........................................................................................................
3.2 Saran ...................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Susunan sel saraf pusat manusia mengandung sekitar 100 miliar neuron. Neuron,
yang merupakan unit dasar sistem saraf yang merupakan evolusi dari sel-sel neuron efektor
primitif yang berespons terhadap berbagai rangsang dengan cara berkontraksi. kontraksi
merupakan fungsi khusus dari sel-sel otot, sedangkan integrasi dan transmisi impuls saraf
menjadi fungsi khusus neuron. Sistem saraf adalah sistem organ yang terdiri atas sel neuron yang
mengkoordinasikan aktivitas otot, memonitor organ, membentuk atau menghentikan masukan
dari indra, dan mengaktifkan aksi.
Komponen utama dalam sistem saraf adalah neuron yang diikat oleh sel-sel
neuroglia, neuron memainkan peranan penting dalam koordinasi. Sistem saraf secara umum
dibagi menjadi dua, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf mempunyai tiga
fungsi utama, yaitu menerima informasi dalam bentuk rangsangan atau stimulus, memproses
informasi yang diterima, serta memberi tanggapan atau respon terhadap rangsangan (iritabilitas).
Jaringan saraf terdiri atas neuron dan neuroglia yang banyak mengandung pembuluh darah tetapi
tidak ada pembuluh limfa.
Susunan saraf manusia terdiri banyak neuron yang secara khusus dan
saling berhubungan. Dengan adanya hubungan inilah badan dapat mengetahui perubahan yang
terjadi dilingkungannya atau didalam tubuhnya sendiri, dan memberi respon yang sesuai
terhadap perubahan ini, misalnya berupa gerakan atau mempengaruhi kerja organ tertentu dalam
tubuh. Mekanisme beberapa fungsi yang relatif sederhana ini telah dipahami sebagai hasil
penelitian yang dilakukan selama lebih dari satu abad. Tak dapat disangkal bahwa fungsi otak
yang lebih tinggi seperti mengingat dan kecerdasan harus diterangkan pula berdasarkan
hubungan-hubungan antar neuron, dan hingga kini masih sedikit yang diketahui mengenai
mekanisme yang terkait dengan itu.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian dari potensial aksi neuron?
2. Bagaimana mekanisme transmisi potensial aksi neuron?
3. Bagaimana tahapan-tahapan potensial aksi neuon?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari potensial aksi neuron
2. Mengetahui mekanisme transmisi potensial aksi neuron
3. Mengetahui apa saja tahapan-tahapan potensial aksi neuron
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN POTENSIAL AKSI


Potensial aksi adalah suatu peristiwa yang terjadi antara neuron dalam rangka
untuk mengirim pesan dari otak ke bagian-bagian tubuh yang berbeda, baik untuk tindakan sadar
atau tak sadar. Potensial aksi tidak bergantung pada kekuatan stimulus pendepolarisasi. Semakin
besar diameter akson semakin cepat penghantaran potensial aksi karena tahanan arus listrik
berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar arus tersebut. Potensial aksi
dibangkitkan ketika ion natrium mengalir ke dalam melintasi membran.
Depolarisasi potensial pertama telah menyebar ke wilayah bersebelahan pada
membran tersebut, mendepolarisasi wilayah ini dan memulai potensial aksi kedua. Pada lokasi
potensial aksi pertama membran mengalami repolarisasi ketika K+ mengalir keluar. Potensial
aksi ketiga merambat secara berurutan saat repolarisasi berlangsung. Melalui mekanisme ini
aliran ion lokal menembus membran plasma dan menghasilkan impuls saraf yang merambat
sepanjang akson tersebut. Saluran ion yang pembukaan gerbangnya diatur oleh voltase yang
menghasilkan potensial aksi hanya berkonsentrasi di sekitar nodus ranvier. Cairan ekstraseluler
juga berhubungan dengan membran akson, namun melompat dari satu nodus ke nodus lain
melewati daerah yang berinsulasi mielin pada membran diantara nodus itu. Mekanisme ini
disebut penghantaran bersalto (salvatory conduction). Dalam potensial aksi, faktor-faktor yang
mempengaruhi dan terkait, diantaranya kanal Na+, pompa Na-K, ion Na+, ion K+, kanal K+, dan
faktor-faktor yang lain. Setiap jenis kanal tersebut memiliki fungsi spesifik dalam aktifitas
elektrik saraf. Kanal-kanal ion tersebut berfungsi menjaga potensial sel.

2.2 POTENSIAL AKSI PADA SEL SARAF


1. Sintesis Protein Dan Transport Aksoplasmik
Sel-sel saraf merupakan sel sekretorik, tetapi berbeda dengan sel-sel sekretorik lain, zona
sekretorik sel saraf umumnya ada diujung akson, jauh dari badan sel. Ribosom, kalaupun ada,
terdapat sedikit di akson dan ujung saraf. Semua protein penting disintesis di retikulum
endoplasma dan aparatus golgi badan sel, kemudian diangkut di sepanjang akson ke tonjolan
sinapsis melalui proses aliran aksoplasma. Dengan demikian, badan sel mempertahankan
integritas fungsional dan anatomi akson, bila akson dipotong maka bagian distal dari
pemotongan akan berdegenerasi (degenerasi wallerian). Transport cepat berlangsung dengan
kecepatan kurang lebih 400 mm/h, dan transport lambat berlangsung kurang lebih pada
kecepatan 0,5-10 mm/h. Transport retograd dengan arah yang berlawanan juga terjadi
disepanjang mikrotubulus dengan kecepatan kira-kira 200 mm/h. Vesikel sinaptik mengalami
daur ulang di membran sel, tetapi sebagian vesikel yang telah terpakai dibawa kembali ke
badan sel dan disimpan di lisosom. Sebagian material yang diambil di ujung-ujung saraf
melalui proses endositosis, termasuk faktor pertumbuhan saraf dan berbagai virus juga
diangkut kembali ke badan sel.

2. Potensial Aksi
Dalam fisiologi, sebuah potensial aksi adalah tahan short event di mana listrik potensial
membran dari sel dengan cepat naik dan turun, mengikuti lintasan konsisten. Aksi potensi
terjadi pada beberapa jenis sel-sel hewan, disebut sel meluap perasaannya, yang meliputi
neuron, sel-sel otot, dan endokrin sel, serta dalam beberapa sel tumbuhan. Dalam neuron,
mereka memainkan peran sentral dalam sel-komunikasi-sel. Dalam jenis sel, fungsi utama
mereka adalah untuk mengaktifkan proses intraseluler. Pada sel otot, misalnya, potensial aksi
adalah langkah pertama dalam rantai peristiwa yang menyebabkan kontraksi. Dalam sel-sel
beta dari pankreas, mereka memprovokasi pelepasan insulin. Aksi potensi di neuron yang juga
dikenal sebagai impuls saraf atau paku, dan urutan temporal potensial aksi yang
dihasilkan oleh neuron ini disebut kereta yang spike. Sebuah neuron yang memancarkan
suatu potensial aksi sering dikatakan api.
Potensi aksi dihasilkan oleh jenis khusus dari gated ion channel, tegangan tertanam dalam sel
membran plasma. Saluran ini tertutup ketika potensial membran dekat potensial istirahat sel,
tetapi mereka dengan cepat mulai terbuka jika potensial membran meningkat ke nilai ambang
didefinisikan secara tegas. Ketika saluran terbuka, mereka mengijinkan arus batin natrium ion,
yang mengubah gradien elektrokimia, yang pada gilirannya menghasilkan peningkatan lebih
lanjut dalam potensial membran. Hal ini kemudian menyebabkan lebih banyak saluran untuk
membuka, menghasilkan arus listrik yang lebih besar, dan sebagainya. Proses Hasil eksplosif
sampai semua saluran ion yang tersedia adalah terbuka, mengakibatkan kenaikan besar dalam
potensial membran. Cepat masuknya ion natrium menyebabkan polaritas membran plasma
untuk membalikkan, dan saluran ion kemudian cepat mengaktivasi. Sebagai saluran natrium
dekat, ion natrium tidak dapat lagi memasuki neuron, dan mereka secara aktif diangkut keluar
dari membran plasma. Saluran kalium kemudian diaktifkan, dan ada sebuah arus luar ion
kalium, gradien elektrokimia mengembalikan ke keadaan istirahat. Setelah potensial aksi telah
terjadi, ada pergeseran negatif sementara, yang disebut afterhyperpolarization periode
refraktori atau karena arus kalium tambahan. Ini adalah mekanisme yang mencegah potensi
tindakan perjalanan kembali.
Dalam beberapa jenis neuron, paku kalsium lambat memberikan kekuatan pendorong untuk
ledakan yang panjang paku natrium cepat dipancarkan. Pada sel otot jantung, di sisi lain,
sebuah spike cepat awal natrium memberikan primer untuk memprovokasi terjadinya
lonjakan cepat kalsium, yang kemudian menghasilkan kontraksi otot.

3. Potensial Membran Istirahat


Bila dua elektroda dihubungkan dengan suatu OSK melalui amplifier yang sesuai, dan
diletakkan di permukaan suatu akson tunggal. Tidak terjadi perbedaan potensial, tetapi bila
satu elektroda dimasukkan ke dalam sel, tampak perubahan potensial yang menetap, dengan
bagian dalam relatif negatif terhadap bagian luar sel dalam keadaan istirahat. Potensial
membran istirahat ini ditemukan pada hampir semua sel.

4. Masa Laten
Bila akson dirangsang dan terjadi rambatan impuls, tampak serangkaian perubahan potensial
yang khas yang dikenal sebagai potensial aksi, saat impuls berjalan melewati elektroda
eksternal. Saat rangsang diberikan, terjadi penyimpangan (defleksi) garis dasar yang singkat
dan tidak teratur, itulah artefak rangsang. Artefak ini timbul karena adanya kebocoran arus
dari elektroda perangsang ke elektroda perekam. Hal ini biasanya terjadi, sekalipun telah
dilindungi dengan hati-hati, tetapi sangat berarti karena memberi tanda pada layar sinar katoda
pada saat rangsang diberikan.
Artefak rangsang tersebut disusun oleh interval isopotensial (masa laten) yang berlangsung
sampai saat mulainya potensial aksi. Masa laten ini sesuai dengan waktu yang dibutuhkan
oleh impuls untuk bergerak sepanjang akson dari tempat perangsangan ke elektroda perekam.
Lamanya sebanding dengan jarak antara elektroda perangsang dan elektroda perekam, dan
berbanding terbalik dengan kecepatan hantar. Bila diketahui lama masa laten dan jarak antara
kedua elektroda, kecepatan akson dapat dihitung.

5. Potensial Elektronika, Respons Setempat dan Ambang Letup


Meskipun rangsang bawah ambang tidak menghasilkan potensial aksi, tetapi rangsang bawah
ambang menimbulkan efek pada potensial membran. Hal ini dapat diperlihatkan dengan
menempatkan elektroda perekam pada jarak beberapa milimeter didalam elektroda
perangsang dan memberikan rangsang bahwa ambang selama waktu tertentu. Pemberian
rangsang listrik seperti itu melalui katoda menimbulkan potensial depolarisasi setempat yang
meningkat dengan tajam dan menurun seiring dengan waktu. Besarnya respon depolarisasi ini
menurun dengan cepat dengan semakin jauhnya jarak antara elektroda-elektroda perangsang
dengan elektroda perekam. Sebaliknya, rangsang listrik anoda menghasilkan potensial
hiperpolarisasi dengan durasi yang sama. Perubahan-perubahan potensial seperti itu
dinamakan potensial elektronik, potensial yang terbentuk di katoda dinamakan
katelektrotonik dan yang dihasilkan di anoda dinamakan anelektrotonik. Potensial elektronik
adalah perubahan-perubahan pasif pada polarisasi membran yang disebabkan oleh
penambahan atau pengurangan muatan listrik oleh elektroda tertentu. Pada kuat rangsang
yang rendah menghasilkan depolarisasi atau hiperpolarisasi sampai sekitar 7 mV,
amplitudonya sebanding dengan kuat rangsang. Pada rangsang yang lebih kuat, hubungan
proporsional ini tetap sama dengan peristiwa anelektrotonik, tetapi tidak demikian halnya
dengan respon yang terjadi di daerah katoda, respon didaerah katoda lebih besar dari yang
diperkirakan sehubungan dengan kuat rangsang yang diberikan. Akhirnya, bila rangsang
katoda lebih besar untuk menghasilkan depolarisasi sebesar kurang lebih 15 mV, yaitu pada
potensial sebesar -55 mV, potensial membran tiba-tiba turun dengan cepat dan terbangkit
potensial aksi yang merambat. Respon yang lebih besar didaerah katoda terhadap ransang
yang cukup kuat untuk menghasilkan depolarisasi sebesar 7-15 mV terjadi bila salutan Na+
bergerbang voltase (voltage-gated Na+ channels) mulai terbuka dan respon yang terjadi
dinamakan respons setempat. Titik tempat mulainya potensial aksi terbangkit dinamakan
ambang letup. Dengan demikian, arus katoda yang menghasilkan depolarisasi sampai 7 mV,
hanya mempunyai pengaruh pasif terhadap membran sebagai akibat dari penambahan muatan
listrik negatif. Arus yang menghasilkan depolasisasi 7-15 mV juga sedikit berkontribusi aktif
terhadap proses depolarisasi. Meskipun demikian, daya repolarisasi masih lebih kuat dari pada
daya depolarisasi, dan dengan demikian potensial listrik semakin menurun. Pada potensial
depolarisasi sebesar 15 mV, daya depolarisasi cukup kuat untuk mengatasi proses repolarisasi,
maka terjadilah potensial aksi.
Perangsangan biasanya terjadi di katoda, karena rangsang katoda menimbulkan depolarisasi.
Arus anoda, dengan menjauhkan potensial membran dari ambang letup, menghambat
pembentukan impuls. Meskipun demikian, berakhirnya arus anoda dapat menimbulkan kaduk
julang (overshoot) depolarisasi pada potensial membran. Efek lepas hambatan ini kadang-
kadang cukup besar dengan demikian menyebabkan potensial aksi saraf terbangkit disaat
berakhirnya rangsang anoda.
Proses depolarisasi dan repolarisasi:
Depolarisasi (kemajuan)
Jika neuron menerima stimulasi yang cukup untuk mencapai ambang membran, berturut-turut Na
gerbang sepanjang seluruh membran neuron akan terbuka
Pembukaan gerbang ion Na memungkinkan untuk pindah ke neuron
Pergerakan ion Na ke neruon penyebab potensial membran berubah dari -70 mV ke +40 mV
Sebagai potensial membran menjadi lebih positif, Na gerbang mulai menutup. Pada akhir
depolarisasi, gerbang Na adalah semua yang ditutup
Repolarisasi (Down-swing)
Pada akhir fase depolarisasi, K gerbang mulai terbuka, sehingga K untuk meninggalkan neuron
K gerbang ini diaktifkan potensi membran sekitar +40 mV
Gerakan keluar ion K dari neuron menghasilkan perubahan potensial membran
Setelah repolarisasi, gerbang K dekat perlahan-lahan
Selama konduksi impuls saraf, setiap bagian berurutan dari membran neuron akan menjalani
potensial aksi yang terdiri dari depolarisasi diikuti oleh repolarisasi
Jadi impuls saraf adalah gerakan potensial aksi di sepanjang membran sel neuron.

2.3 MEKANISME POTENSIAL AKSI


Potensial aksi merupakan suatu perubahan cepat pada potensial membran yang
menyebar sepanjang serabut saraf. Setiap potensial aksi dimulai dengan perubahan mendadak
dari potensial membran negatif istirahat normal menjadi potensial positif dan kemudian berakhir
dengan kecepatan yang hampir sama dan kembali ke potensial negatif. Untuk menghantarkan
sinyal saraf, potensial aksi bergerak di sepanjang serabut saraf sampai tiba di ujung serabut.

Tahapan potensial aksi adalah sebagai berikut :


1. Tahap Istirahat
Tahap ini merupakan potensial membran istirahat yang ada sebelum terjadinya potensial aksi.
Pada saat ini, membran dapat dikatakan terpolarisasi, karena selama tahap ini berlangsung,
potensial membrannya bersifat negatif dengan nilai sekitar -90 milivolt.

2. Tahap Depolarisasi

Pada tahap ini, membran secara tiba-tiba menjadi sangat permeabel terhadap ion natrium. Hal
ini menyebabkan kanal ion natrium terbuka dengan cepat dan sejumlah besar ion natrium
yang bermuatan positif berdifusi masuk ke dalam akson. Keadaan membran yang awalnya
terpolarisasi dengan nilai -90 milivolt secara cepat menjadi semakin positif, karena difusi
natrium sekaligus menetralisir keadaan tersebut. Hal ini meningkatkan potensial membran.
Aktifnya kanal ion natrium pada awal depolarisasi memunculkan suatu feedback positif,
berupa trigger untuk terbukanya kanal-kanal ion natrium yang lain, sehingga natrium akan
terus berdifusi ke dalam akson hingga tercapai konsentrasi tertentu.
Pada serabut saraf besar (bermielin), sejumlah besar ion natrium yang berdifusi ke dalam
akson tersebut menyebabkan potensial mencapai nilai 0, atau bahkan melampaui nilai 0 itu
sendiri (menjadi sedikit positif). Namun pada serabut saraf kecil (tidak bermielin), difusi ion
natrium hanya mampu menyebabkan potensial membran meningkat hingga nilai dibawah 0,
dan tidak pernah melampaui sampai keadaan positif.

3. Tahap Repolarisasi
Tahapan ini berlangsung setelah tahap depolarisasi berakhir, dan membran menjadi lebih
permeabel terhadap ion kalium. Berakhirnya tahap depolarisasi adalah ketika kanal ion
natrium tertutup dengan cepat yang diikuti oleh pembukaan kanal ion kalium secara lambat.
Saat kanal ion kalium telah terbuka secara sempurna, sejumlah besar ion kalium akan
berdifusi keluar akson secara cepat. Hal ini menyebabkan potensial membran yang tadinya
menjadi positif karena depolarisasi kembali bersifat negatif, dan ketika sifat negatif itu telah
dicapai, kanal ion kalium akan kembali menutup secara lambat.
4. Hiperpolarisasi
Setelah tahap repolarisasi berakhir, dikenal suatu kondisi yang disebut positive after potensial.
Keadaan ini merupakan kondisi potensial membran yang lebih negatif dari kondisi istirahat.
Terjadi beberapa milidetik setelah berakhirnya potensial aksi, terjadi akibat lambatnya
penutupan kanal ion K dan merupakan istilah yang salah kaprah akibat faktor historis dalam
pengukuran para ilmuan terhadap aksi potensial membran.

Sinapsis adalah persambungan unik yang mengontrol komunikasi antara satu neuron dengan sel-
sel lain. Sinapsis ditemukan antara dua neuron, antara reseptor sensoris dan neuron sensoris,
antara neuron motoris dan sel otot yang dikontrolnya, dan antara neuron dengan sel kelenjar.
Sel yang menghantarkan sinyal disebut sel prasinaptik dan sel yang menerima sinyal disebut sel
pascasinaptik. Dalam melakukan transmisi atau penghantaran sinyal, sinapsis terdiri dari dua
jenis yaitu sinapsis elektrik dan kimia.

Transmisi Listrik (Sinapsis Listrik)


Sinapsis listrik memungkinkan potensial aksi merambat secara langsung dari satu
sel prasinaptik ke sel pascasinaptik. Sel-sel itu dihubungkan oleh persambungan longgar, yaitu
saluran antarsel yang mengalirkan ion potensial aksi lokal agar mengalir antarneuron. Impuls
merambat dari satu neuron ke neuron lain tanpa penundaan dan tanpa kehilangan kekuatan
sinyal. Sinapsis listrik dalam sistem saraf pusat vertebrata menyelaraskan aktivitas neuron yang
bertanggung jawab atas sejumlah pergerakan cepat dan khas. Contohnya sinapsis listrik pada
otak yang membuat beberapa jenis ikan mampu mengibaskan ekornya dengan sangat cepat
ketika melarikan diri dari pemangsa.
Pada sinaps listrik, membran prasinapsis dan pascasinapsis berada pada lokasi
yang saling berdekatan dan membentuk jalur gap junction dimana aliran listrik meloncat satu-
persatu dari satu sel ke sel lain. Penyuntikan subthreshold arus impuls ke sel A berdampak pada
perubahan potensial membran sel tersebut. Jika sejumlah banyak fraksi arus yang disuntikkan
pada sel A menyebar melalui gap junction menuju sel B, maka akan terdeteksi perubahan
potensial membran pada sel B. Karena adanya aliran potensial yang masuk melewati gap
junction dari sel A ke sel B, perubahan potensial elektrik yang terdeteksi melewati membran sel
B akan selalu lebih rendah dari yang terdeteksi pada sel A. Saluran gap junction dimana arus
mengalir dari satu sel ke sel lain secara umum (namun tidak selalu) lebih resisten secara simetrik,
sedangkan arus biasanya menemukan resisten yang sama pada kedua arah.
Ikatan listrik diantara dua neuron akan membolehkan arus sirkuit lokal dari
potensial aksi dalam satu titik untuk menyebar pada yang lain dan mengalami depolarisasi.
Transmisi potensial aksi melalui sinapsis listrik pada dasarnya tidak terdapat perbedaan dalam
hal penyebaran dalam satu sel, karenanya kedua fenomena tersebut bergantung pada penyebaran
listrik dari arus sirkuit lokal sebagai awal potensial aksi untuk berdepolarisasi dan merangsang
daerah membran yang baru.
Terdapat lima faktor yang aman untuk potensial aksi; sehingga pengurangan
amplitud dari satu sel ke sel yang lain harus tidak lebih besar dari faktor aman jika depolarisasi
listrik sel postsinaps mencapai level yang tinggi dan menginisisasi impuls. Ini akan menjadi hal
yang sangat sulit bagi potensial aksi tunggal yang berasal dari sebuah akson untuk menghandel
cukupnya suplay arus sirkuit lokal melewati sinapsis elektrik untuk menghasilkan sebuah
potensial aksi pada sel-sel yang besar, seperti serat otot, karena area membran serat otot cukup
besar jika dibandingkan dengan akson motoris. Ini merupakan salah satu alasan mengapa
sinapsis listrik tidak tersebar luas seperti halnya sinapsis kimia.
Transmisi listrik antara sel-sel yang dapat dirangsang pertama kali telah
didemonstrasikan oleh E. J. Furshpan dan D. D. Potter pada tahun 1959 dengan menggunakan
jenis ikan crayfish. Sinapsis antara serabut saraf besar lateral ikan crayfish dan akson motoris
besar memiliki zat umum yang dialirkan dengan aliran yang searah (F-6.14). Sejak 1959,
transmisi listrik telah diketahui berada diantara sel pada sistem saraf pusat, otot polos, otot
jantung, sel reseptor dan akson. Karena aliran arus berasal dari sel prasinapsis menuju
pascasinapsis tanpa jeda, transmisi pada sinapsis listrik lebih cepat dibanding sinapsis kimiawi.
Transmisi listrik sangat sesuai untuk sinkronisasi aktivitas elektrik pada sel-sel saraf atau untuk
transmisi cepat melewati serangkaian gap junction, seperti halnya yang terjadi pada serabut saraf
besar hewan earthworm dan pada miokardium jantung vertebrata.

Transmisi Kimiawi
Pada sinapsis kimiawi, sebuah celah sempit, atau celah sinaptik memisahkan sel
prasinaptik dan sel pascasinaptik. Adanya celah tersebut menyebabkan sel-sel tidak dapat
dikopel secara elektrik, dan potensial aksi yang terjadi pada sel prasinaptik tidak dapat
dirambatkan secara langsung ke membrane sel pascasinaptik. Sehingga, ketika sinyal listrik
potensial aksi tiba di terminal sinaptik dirubah menjadi sinyal kimiawi yang mengalir melewati
sinapsis, di mana sinyal kimiawi diubah kembali menjadi sinyal listrik pada sel pascasinaptik.
Sinyal listik potensial aksi diubah menjadi sinyal kimiawi dalam bentuk neurontransmiter yang
terkandung dalam kantung yang terdapat dalam sitoplasma ujung akson yang disebut vesikula
sinaptik. Dalam satu vesikula sinaptik terdapat ribuan molekul neurotransmiter. Neurotransmitter
merupakan zat yang dibebaskan sebagai messenger antarsel ke dalam celah sinaptik, contoh
neurotransmitter adalah asetilkolin, dopamine, nor-epinefrin, histamine, serotonin, GABA,
glutamate, glisin (asam amino), adenosine, ATP (nukleotida), bradykinin, vasopressin, substance
P, insulin (peptida).

Adapun kecepatan suatu potensial aksi berjalan disepanjang neuron tergantung oleh dua faktor:
1. Ada tidaknya mielin pada serabut syaraf
Serabut yang bermielin seperti diisyaratkan oleh namanya dibungkus mielin pada interval-
interval yang teratur di sepanjang akson. Serabut bermielin memiliki inti sentral serabut yaitu
akson dan membran akson yang sebenarnya membran konduktif.
Mielin terutama terdiri dari lipid. Karena ion-ion larut air ini berperan membawa arus
menembus membran yang tidak dapat menembus lipid, selaput mielin berfungsi sebagai
insulator seperti karet yang membungkus kabel listrik. Di tengah akson terdapat aksoplasma.
Disekitar akson terdapat selubung mielin yang tebalnya kira-kira sama seperti tebal akson,
selubung mielin terputus oleh nodus ranvier.
Pada nodus ranvier inilah bisa terjadi potensial membran dan arus dapat mengalir melalui
membrane, dimana saluran-saluran natrium terkonsentrasi di daerah-daerah nodus. Daerah
nodus yaitu daerah yang terlindungi oleh mielin hampir tidak memiliki saluran tersebut.
Sewaktu suatu potensial aksi muncul di salah satu nodus muatan muatan yang berlawanan
tertarik dari nodus in-aktif di sebelahnya (jarak setiap nodus hanya sekitar 1 mm) mengurangi
potensial mendekati ambang sehingga nodus tersebut mengalami potensial aksi dan demikian
seterusnya. Akibatnya, pada serat bermielin impuls meloncat dari satu nodus ke nodus
berikutnya melewati bagian-bagian bermielin pada akson, proses ini disebut hantaran
saltatorik. Serat-serat bermielin menghantarkan impuls sekitar 50 kali lebih cepat dari serat
tidak bermielin dalam ukuran yang sama.

2. Garis tengah serat


Besarnya aliran arus yaitu jumlah muatan yang berpindah juga bergantung pada resistensi atau
rintangan terhadap gerakan muatan listrik diantara dua daerah. Jika garis tengah besar maka
resistensi berkurang. Dengan demikian semakin besar garis tengah serabut saraf semakin
cepat serabut tersebut menghantarkan potensial aksi.
Serat-serat bermielin berukuran besar misalnya serat yang mempersarafi otot rangka dapat
menghantarkan potensial aksi dengan kecepatan 120 meter/det, dibandingkan dengan
kecepatan hantaran serat tidak bermielin kecil 0,7 m/s, seperti yang mempersarafi saluran
cerna, perbedaan kecepatan penjalaran potensial aksi ini berkaitan dengan urgensi informasi
yang akan disampaikan. Suatu sinyal ke otot-otot rangka untuk melekukan gerakan tertentu
(misalnya mencegah anda jatuh sewaktu menginjak sesuatu) harus disampaikan lebih cepat
dibandingkan dengan sinyal untuk memodifikasi proses pencernaan yang berjalan lambat.

Perambatan Potensial Aksi


Pada perambatan depolarisasi, Arus mengalir ke dalam melalui membran yang mengalami
depolarisasi dan mengalir keluar melalui membran istirahat. Melalui beberapa jalan yang tidak
dimengerti, aliran arus keluar melalui membran istirahat dapat meningkatkan permeabilitas
membran terhadap natrium yang memungkinkan ion natrium berdifusi ke dalam melalui
membran, dan kemudian menimbulkan lingkaran setan pengaktifan membran, sebagai akibatnya
terjadi depolarisasi pada daerah membran sel ini. Oleh karena itu, bagian selanjutnya dari
membran mengalami depolarisasi. Pada daerah depolarisasi yang baru ini menyebabkan siklus
lokal arus yang mengalir lebih jauh sepanjang membran menyebabkan depolarisasi yang
semakin lama semakin progresif. Penghantaran proses depolarisasi sepanjang serabut saraf atau
otot dinamakan impuls saraf atau impuls otot.
Membran yang peka rangsang tidak mempunyai arah perambatan tunggal, tetapi impuls dapat
berjalan dalam dua arah menjauhi rangsangan, akantetapi berjalan sepanjang semua cabang
serabut saraf sampai seluruh membran mengalami depolarisasi.
Perambatan repolarisasi. Potensial aksi pada setiap titik sepanjang serabut dalam keadaan normal
lamanya berlangsung hampir bersamaan. Oleh karena itu, dalam keadaan normal repolarisasi
pertama kali terjadi pada tempat asal rangsangan dan kemudian menyebar secara progresif
sepanjang membran, bergerak dengan arah yang sama dengan arah depolarisasi yang menyebar
sebelumnya.

Potensial Aksi Timbul Secara All Or None


Apabila suatu bagian membran neuron mengalami depolarisasi mencapai ambang, timbul
potensial aksi yang disebarkan ke seluruh membran tanpa mengalami penyusutan. Selain itu,
setelah ambang tercapai resultan potensial aksi yang terjadi selalu mencapai tinggi maksimum,
karena perubahan voltase selama potensial aksi disebabkan oleh gerakan ion mengikuti
penurunan gradien konsentrasi dan listrik yang tidak dipengaruhi oleh kekuatan rangsangan.
suatu rangsangan yang lebih kuat dari yang diperlukan untuk membawa membran ke ambang
tidak menimbulkan potensial aksi yang lebih besar. Dipihak lain rangsangan yang tidak berhasil
mendepolarisasi membran ke ambang tidak akan mencetuskan potensial aksi sama sekali.
Dengan demikian, suatu membran exitable berespon terhadap suatu rangsangan dengan
potensial aksi maksimum yang menyebar ke seluruh membran tanpa menyusut atau sama sekali
tidak merespon. Ini disebut hukum all or none.
Konsep all or none ini analog dengan menembakkan sebuah senjata api. Pelatuk mungkin tidak
ditarik cukup kuat sehingga peluru tidak keluar (ambang tidak tercapai) atau ditarik cukup kua
untuk mendapatkan respon senjata berupa tembakan penuh (ambang tercapai). Menarik pelatuk
lebih kuat tidak akan menyebabkan letusan yang lebih kuat, seperti kita tidak dapat melakukan
separuh tembakan kita tidak dapat membuat separuh potensial aksi.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari materi potensial aksi pada sel saraf ini yaitu
bahwa setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel,
dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit). Fungsi dendrit
yaitu sebagai penerima rangsang (impuls) dari ujung akson neuon lain kemudian menuju ke
badan sel, sedangkan fungsi dari neurit yaitu meneruskan impuls yang berasal dari badan sel
saraf ke kelenjar dan serabut-serabut otot. Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron), dan
fungsi dari sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan,
kemudian impuls diinisiasi oleh stimulasi ujung saraf sensoris atau oleh jalur impuls yang
berasal dari saraf lain. Adapun transmisi/penghantaran impuls atau potensial aksi disebabkan
oleh pergerakan ion yang menyebrangi membran sel saraf. Potensial aksi adalah tahan short
event di mana listrik potensial membran dari sel dengan cepat naik dan turun, mengikuti lintasan
konsisten. Perubahan-perubahan potensial seperti itu dinamakan potensial elektronik, potensial
yang terbentuk di katoda dinamakan katelektrotonik dan yang dihasilkan di anoda dinamakan
anelektrotonik.

3.2 SARAN
Neuron merupakan unit dasar sistem saraf yang merupakan evolusi dari sel-sel neuron efektor
primitive yang merespons terhadap berbagai rangsang dengan cara berkontraksi, dan kontraksi
merupakan fungsi khusus sel-sel otot, sedangkan integrasi dan transmisi impuls saraf menjadi
fungsi khusus neuron, maka seharusnya kita menjaga neuron, salah satu caranya yaitu dengan
mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung nilai gizi bagi tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanto, Taufik. (2011), Makalah Sel Syaraf Manusia. http://taufik-


ardiyanto.blogspot.co.id/2011/07/makalah-sel-saraf-manusia.html (diunduh 16 Oktober 2015)
Faedah. (2012), Potensial Aksi. http://iyohbio.blogspot.co.id/2012/05/sistem-saraf.html
(diunduh 18 oktober 2015)
Iyohbio. (2012), Sistem Syaraf. http://iyohbio.blogspot.co.id/2012/05/sistem-saraf.html
(diunduh 18 Oktober 2015)
Nurrachmah, Elly dan Rida Angiani ed.2001.Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi. Singapura.
Elsevier
LAMPIRAN

1. Fase depolarisasi

2. Prambatan potensial aksi

Anda mungkin juga menyukai