Anda di halaman 1dari 63

1

BAB I
PENDAHULUAN

Fisiologi disebut juga dengan ilmu faal adalah ilmu yang mencakup semua aspek
biologis, mengkaji fungsi yang tidak terpisahkan dari kajian struktur pada tingkat
sistem, organ, jaringan, sel dan molekul. Termasuk di dalamnya pembahasan
mengenai peran berbagai faktor kimia dan fisika yang mempengaruhi struktur,
fungsi, mekanisme kerja tubuh serta proses kehidupan.
Sifat fisiologi sebagai ilmu menekankan pada proses dan mekanisme yang
terjadi di dalam tubuh seseorang. Mempelajari fisiologi pada hakikatnya adalah
menumbuhkembangkan keterampilan berpikir analisis sintesis serta untuk
penyelesaian berbagai masalah ilmiah, baik melalui kegiatan kepustakaan maupun
penelitian sehingga dapat menghasilkan pengembangan ilmu faal itu sendiri. Pada
bahan ajar ini akan dibahas sistem dalam tubuh yang meliputi biolistrik, sistem saraf
pusat, metabolisme dan pengaturan suhu, darah, pembuluh darah dan pengaturan
aliran darah, sistem endokrin, sistem reproduksi, sistem pencernaan, sistem respirasi
dan sistem urinaria.
Diharapkan bahan ajar ini dapat digunakan oleh mahasiswa S1 Pendidikan
Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta dengan sebaik - baiknya














2
BAB II
BIOLISTRIK

Telah lama diketahui bahwa di dalam sel hidup terdapat potensial listrik yang
besarnya berhubungan dengan kegiatan sel tersebut. Kelistrikan di dalam sel atau
jaringan hidup disebut biolistrik. Kemajuan dalam bidang elektronika mempengaruhi
kemajuan penelitian kegiatan listrik sel hidup.
Biolistrik merupakan dasar pengetahuan untuk mengetahui fungsi suatu organ,
terutama dalam bidang kegiatan listrik organ tersebut. Disamping hal tersebut,
biolistrik juga merupakan dasar pengetahuan pengobatan masa kini. Dengan
mempengaruhi kegiatan listrik jaringan tertentu, maka akan didapatkan perubahan
fungsi organ tersebut sesuai dengan tujuannya. Suatu jaringan dikatakan telah mati
bila maka tidak terdapat kegiatan listrik pada jaringan tersebut.
Pada suatu sel peka rangsang, dapat dicatat perbedaan potensial antara bagian
luar (ekstrasel) dengan bagian dalam sel ( intrasel ). Ternyata perbedaan muatan
antara intrasel dan ekstrasel disebabkan karena membran sel yang bersifat
semipermiabel ( muatan intrasel lebih negatif dari pada muatan ekstrasel). Dari suatu
percobaan diketahui bahwa meskipun protoplasma suatu akson telah dikeluarkan,
tetapi apabila membrannya masih utuh maka masih tetap ada perbedaan potensial
antara intra dan ekstra sel, jika membran sel dirusak maka perbedaan potensial
tersebut akan hilang. Perbedaan potensial antara intra dan ekstrasel tersebut akan lebih
nyata apabila terdapat perbedaan konsentrasi ion di intra dan ekstra sel.
Konsentrasi ion Na dan ion Cl pada cairan ekstrasel lebih besar dibandingkan
dengan konsentrasinya dalam cairan intrasel. Kebalikannya ion K dalam cairan
intrasel terdapat dalam konsentrasi yang lebih besar dibandingkan dengan
konsentrasinya di cairan ekstrasel. Hal seperti ini terdapat pada sel peka rangsang
dalam keadaan istirahat.
Karena sifat membran yang semipermiabel, maka ketiga ion tersebut dapat
menembus membran meskipun dalam kemudahan yang berbeda beda. Ion Cl paling
mudah menembus membran, sesuai dengan ion K sedangkan ion Na yang paling


3
sukar menembus membran. Meskipun dalam keadaan istirahat selalu terjadi
perbedaan ion antara ekstra dan intrasel walaupun dalam jumlah yang sangat kecil.
Jumlah dan kecepatan perpindahan ion dari cairan ekstrasel ke cairan intrasel
dan sebaliknya, dipengaruhi oleh beda konsentrasi, jenis muatan listrik ion yang
bersangkutan, kemudahan menembus membran serta pompa natrium.
Sifat permiabilitas membran sangat dipengaruhi oleh kegiatan sel, makin giat
sel makin permiabel membrannya. Bila sel dirangsang maka membrannya akan lebih
permiabel. Hal ini akan menyebabkan ion Na ekstrasel masuk kedalam cairan intrasel.
Dengan demikian kenegatifan intrasel akan berkurang sehingga perbedaan potensial
intra-ekstra sel menurun. Dengan kata lain akan terjadi depolarisasi. Depolarisasi
yang terjadi tersebut akan meningkatkan permeabilitas membran yang akan disertai
dengan makin banyaknya ion Na yang masuk kedalam cairan intrasel. Hal ini
menyebabkan depolarisasi menjadi lebih besar. Peristiwa ini disebut sebagai
LINGKARAN HODGKIN. Bila peristiwa tersebut berlanjut terus maka pada suatu
saat depolarisasi yang terjadi akan mencapai ambang letup. Hal ini akan
menyebabkan timbulnya potensial aksi.
Dalam keadaan istirahat yang menentukan besar potensial istirahat adalah ion
K. Sedangkan dalam keadaan giat potensial aksi ditentukan oleh ion Na. Peranan
kegiatan pompa Na akan lebih nyata pada perubahan keadaan giat ke keadaan kembali
istirahat seperti semula (proses repolarisasi).



A B




4



C D

Gambar 1 : Pompa pertukaran Sodium Potasium
(1)

A. Tiga ion Na+ dan ATP berikatan dengan carrier (Pembawa)
B. ATP pecah menjadi ADP dan energi, dan dua ion K+ menempel dengan carrier.
Molekul carrier berubah bentuk dan ion Na+ ditransportasikan melalui membran
C. Ion Na+ berdifusi menjauh dari carrier, dua ion K+ berikatan dengan carrier dan
dilepaskan fosfat.
D. Carrier berubah bentuk, mentransportasikan ion K+ melalui membran dan ion K+
berdifusi menjauh dari molekul carrier. Molekul carrier kemudian dapat berikatan
lagi dengan ion Na+ dan ATP


Gambar 2 : Permeabilitas membran dan konsentrasi ion
(1)

Konsentrasi ion sodium, ion K+, ion Cl- dan protein bermuatan negative melalui
membran plasma. Permeabilitas membran ion K+ lebih besar dibandingkan dengan
permeabilitas terdapat ion Na+, karena sebagian besar saluran (channel) ion K+ tatap
terbuka dan sebagian kecil saluran Na+ tetap terbuka. Membran tidak permeable
terhadap protein bermuatan negative yang berada di dalam sel






5



A B

Gambar 3 : Stimulus (Rangsangan) dan permeabilitas membran
(1)

A. Hampir seluruh saluran Na+ tetap tertutup saat plasma membran istirahat atau
tidak terstimulasi
B. Bila diberikan stimulus pada membran plasma yang menyebabkan membran
plasma menjadi terdepolarisasi, aktivasi gerbang darri gerbang voltase saluran
ion Na+ terbuka. Ion Na+ kemudian berdifusi menurunkan konsentrasinya
secara bertahap ke dalam sel, menyebabkan depolarisasi membran plasma.



























6
BAB III
SISTEM SARAF PUSAT
Hampir semua fungsi pengendalian tubuh manusia dilakukan oleh sistem
saraf bersama sama dengan sistem endokrin. Secara umum sistem saraf
mengendalikan aktifitas tubuh yang cepat seperti konstraksi otot, perubahan viseral
yang cepat dan bahkan kecepatan sekresi beberapa kelenjar endokrin, sedangkan
sistem endokrin terutama mengatur fungsi metabolisme tubuh.

ORGANISASI SISTEM SARAF
Kegiatan pengendalian tubuh oleh sistem saraf sifatnya sangat kompleks dan
unik. Berjuta informasi yang berasal dari lingkungan dan disadap oleh berbagai alat
indera kita diterima oleh sistem saraf, kemudian diintegrasikan untuk menentukan
bentuk respons yang harus dibuat oleh tubuh. Dengan kata lain pengendalian tubuh
oleh sistem saraf pada dasarnya menggunakan lengkung refleks.
Sistem saraf terorganisasi dalam sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi
(perifer). Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan medula spinalis sedangkan sistem
saraf tepi terdiri atas saraf aferen dan eferen. Sistem eferen dibagi atas sistem saraf
somatik (terdiri atas neuron motorik yang menginervasi otot rangka) dan sistem saraf
otonom (menginervasi otot polos viseral, otot jantung dan kelenjar). Dari uraian ini
jelas bahwa informasi dari luar yang disadap oleh reseptor di berbagai alat indera,
diteruskan melalui sistem saraf sensorik sebagai saraf aferen ke pusat. Selanjutnya
informasi tersebut diproses, disimpan dan diintegrasikan di sistem saraf pusat yang
kemudian dapat diteruskan melalui sistem saraf motorik ke efektor yang antara lain
berupa otot rangka, otot polos, otot jantung dan kelenjar.

SISTEM SARAF SENSORIK (AFFERENT DI VI SI ON)
Semua aktifitas sistem saraf diawali oleh pengalaman sensorik yang bermula
pada reseptor sensorik baik reseptor visual, reseptor auditorik, reseptor taktil pada
permukaan tubuh maupun reseptor reseptor lain pada tubuh kita. Pengalaman
sensorik ini dapat menyebabkan reaksi langsung, atau disimpan sebagai memori


7
dalam otak untuk beberapa menit, minggu atau tahun dan kemudian dapat membantu
menentukan reaksi tubuh di kemudian hari. Bagian somatik dari sistem sensorik
mengirim informasi sensorik dari berbagai reseptor di permukaan tubuh dan dari
beberapa struktur yang lebih dalam. Informasi ini masuk ke sistem saraf pusat melalui
saraf saraf spinal dan dihantarkan ke berbagai area sensorik primer di tingkat
medula spinalis, substansi retikuler medula oblongata pons dan mesencephalon,
serebelum, talamus, area somesthesia korteks serebri. Selain dihantarkan ke area
area tersebut, impuls juga dikirimkan ke semua bagian penting dari sistem saraf.

PENGOLAHAN INFORMASI DI SISTEM SARAF PUSAT
Fungsi utama sistem saraf ialah mengolah informasi yang datang / masuk
sedemikian rupa sehingga menghasilkan respons motorik yang tepat. Lebih dari 99%
informasi sensorik dianggap tidak relevan dan tidak penting sehingga tidak diolah
oleh otak kita, contohnya seseorang jarang menyadari adanya kontak antara bagian
bagian tubuhnya dengan baju yang dipakainya.
Setelah informasi yang penting dipilih, informasi tersebut disalurkan kedaerah
motorik yang tepat di otak untuk menghasilkan respon yang diinginkan. Penyaluran
informasi ini disebut fungsi integrasi sistem saraf. Dalam pengolahan informasi ini,
sinaps memegang peranan yang sangat penting. Sinaps menentukan arah penyebaran
isyarat atau signal dalam sistem saraf.
Penyimpanan Informasi Memori
Hanya sebagian kecil dari informasi sensorik yang penting akan menyebabkan
suatu respon motorik langsung. Banyaknya informasi penting yang disimpan untuk
keperluan pengendalian aktifitas motorik dikemudian hari ataupun untuk kepentingan
proses berpikir. Pada umumnya penyimpanan ini terjadi di korteks serebri, namun
besar kemungkinannya bahwa medula spinalispun dapat menyimpan sejumlah kecil
informasi.
Penyimpanan informasi adalah suatu proses yang disebut memori, yang juga
merupakan fungsi sinaps. Tiap kali jenis, - jenis tertentu isyarat sensorik melalui suatu
rangkaian sinaps, sinaps sinaps ini akan menjadi lebih mampu menghantarkan
isyarat yang sama di kemudian hari, proses ini disebut sebagai proses fasilitasi.


8
Setelah isyarat isyarat yang sama melalui rangkaian sinaps tersebut beberapa kali,
rangkaian sinaps tersebut menjadi sangat terfasilitasi sehingga isyarat yang timbul
dalan otak itu sendiri dapat pula menyebabkan transmisi impuls melalui rangkaian
sinaps yang sama walaupun tak ada input sensorik.

FUNGSI INTEGRASI SISTEM SARAF PUSAT
Sistem saraf manusia mewarisi tiap tahap perkembangan evolusi yang khas.
Sistem saraf yang primitif hanya terdiri atas beberapa interneuron yeng tersebar antara
neuron aferen dan eferen. Selama perkembangan evolusi, komponen interneuron
tersebut meluas secara progresif menjalin hubungan yang lebih kompleks dan
terlokalisir pada ujung kranial (head end) sistem saraf sehingga membentuk otak.
Kemudian , lapisan lapisan otak yang lebih baru serta canggih terbentuk di bagian
atas otak primitif tersebut dan mencapai perkembangan puncaknya saat ini dalam otak
manusia.
Otak manusia memiliki tiga tingkatan utama sistem saraf pusat , yaitu tingkat
medula spinaslis, tingkat otak yang lebih rendah (lower brain level) dan tingkat otak
yang lebih tinggi atau tingkat korteks, ketiganya memiliki karakter fungsi yang khas.

Tingkat Medula Spinalis
Kita sering berpendapat bahwa medula spinalis hanya berfungsi menyalurkan
isyarat dari perifer ke otan atau sebaliknya. Ternyata setelah transeksi medula spinalis,
banyak fungsi medula spinalis tetap berlangsung. Sirkuit neuron pada medula spinalis
dapat menyebabkan antara lain gerakan berjalan, withdrawal reflex, refleks
mempertahankan tubuh terhadap tarikan gravitasi, serta refleks mempertahankan
tubuh terhadap tarikan gravitasi, serta refleks yang mengendalikan pembulh darah
lokal dan gerakan gastrointestinal.

Tingkat Otak Yang Lebih Rendah (Lower Brain Level)
Hampir semua aktifitas tubuh kita uyang tak disadari dikendalikan oleh bagian
otak yang lebih rendah yaitu medula oblongata, pins mesencephalon, hypotalamus,
talamus, cerebelum, dan basal ganglia. Pengendalian tekanan darah arteri dan


9
pernapasan terutama terjadi di medula oblongata dan pons, Pengendalian
keseimbangan adalah kombinasi antara fungsi bagian primitif serebelum dan substansi
retikuler medula oblongata, pons dan mesencephalon. Refleks makan, seperti salivasi
akibat rangsangan rasa makanan dan menjilat bibir, dikendalikan oleh area di medula
oblongata, pons, mesencephalon, amygdala dan hipotalamus ; sedangkan berbagai
pola emosi seperti marah, keadaan terangsang, aktifitas seksual, reaksi terhadap rasa
sakit atau reaksi terhadap perasaan nyaman dapat terjadi tanpa korteks serebri.

Tingkat Otak Yang Lebih Tinggi (Higher Brain Level)
Korteks serebri merupakan gudang penyimpan memori yang terbesar. Dalam
melakukan fungsinya, korteks serebri selalu berhubungan dengan pusat sistem saraf
yang lebih rendah.Tanpa korteks serebri, fungsi pusat di tingkat otak yang lebih
rendah sering kurang tepat. Simpanan informasi di korteks serebri biasanya merubah
fungsi tersebut menjad1 suatu operasi yang lebih pasti dan tepat.

SISTEM SARAF MOTORIK
Puncak peranan dari sistem saraf adalah pengendalian berbagai aktifitas tubuh.
Kemampuan ini dapat dicapai melalui pengendalian kontraksi otot rangka di seluruh
tubuh. Kontrasi otot polos viseral,. Sekresi kelenjar eksokrin dan endokrin. Seluruh
aktifitas pengendalian ini disebut sebagai fungsi motorik sistem saraf, sedangkan otot
dan kelenjar adalah efektor karena mereka melakukan fungsi yang ditetapkan oleh
isyarat saraf.
Dari berbagai uraian tersebut dapat dikatakan bahwa tiap bagian sistem saraf
melakukan fungsi yang khas, banyak fungsi integrasi dapat terlaksana di medula
spinalis dan banyak fungsi yang tak disadari berasal dan dilaksanakan seluruhnta oleh
daerah daerah otak yang lebih rendah, Namun demikian, bagian otak yang terutama
berperan dalam proses berpikir manusia, yang memerlukan integrasi tingkat
tinggi,ialah korteks serebri.





10


Gambar 4 : Garis besar struktur dan fungsi komponen mayor otak
(2)


Gambar 5 : Area fungsional Korteks Serebral
(2)
Berbagai daerah pada korteks serebral terutama bertanggung jawab terhadap berbagai
aspek proses neural seperti diindikasikan pada gambaran lateral otak diatas.





11

b
Gambar 6 : Peta somatotopik dari korteks somatosensoris
(2)
a. Gambaran hemisfer serebral
b. Homunkulus sensoris memperlihatkan distribusi input sensoris ke korteks
somatosensoris dari berbagai bagian berbeda dari tubuh.




12

b

Gambar 7 : Peta somatosensoris dari korteks motor primer
(2)

a. Gambaran hemisfer serebral
b. Homunkulus motor memperlihatkan distribusi output motor dari korteks motor
primer ke berbagai bagian yang berbeda dari tubuh


13


Gambar 8 : Divisi Simpatik
(1)
Lokasi badan sel pre ganglion dan post ganglion dari neuron simpatik. Badan sel pre
ganglion berada di lateral substansi abu abu dari bagian torak dan lumbar dari
batang spinal. Badan sel neuron post ganglion terutama berada pada rantai ganglion
simpatik. Beberapa badan sel post ganglion berada pada ganglia kolateral yang berada
diluar rantai ganglia simpatik



Gambar 9 : Divisi Parasimpatik
(1)
Lokasi badan sel pre ganglion dan post ganglion dari neuron parasimpatik. Badan sel
pre ganglion berada pada batang otak dan di lateral substansi abu abu dari bagian
sacral dari batang spinal dan badan sel postanglion terdapat dalam ganglia terminal.


14



Gambar 10 : Jalur yang digunakan oleh akson simpatik
(1)






15


Gambar 11 : Pengaruh Higher parts dari otak pada fungsi otonom
(1)



Gambar 12:Jalur Asendens dan desendens pada substansi putih batang spinal
(2)




16



Gambar 13 : Inervasi organ organ tubuh oleh sistem saraf otonom
(1)

Serat pre ganglion diindikasikan oleh garis lurus dan serat post ganglion
diindiindikasikan oleh garis putus putus.






17
BAB IV
METABOLISME DAN PENGATURAN SUHU

Istilah metabolisme berarti perubahan. Yang disini digunakan untuk menerangkan
semua perubahan (transformasi) kimia dan energi yang terjadi di dalam tubuh.
Dengan adanya metabolisme, sel sel mempunyai sifat kepekaan, dapat tumbuh,
memperbanyak diri dan untuk berbagai jenis sel lainnya dapat melakukan kontraksi,
konduksi, sekresi dan absorpsi. Jadi metabolisme merupakan dasar seluruh fenomena
fisiologis yang dapat diamati dan diukur
Perubahan materi ada kaitannya dengan reaksi kimia dalam tubuh, dan ini termasuk
bidang biokimia. Tetapi perubahan materi akan diikuti juga oleh perubahan energi.

PERUBAHAN ENERGI
Lima bentuk energi yang dapat ditemukan pada makhluk hidup ialah : kimia,
mekanik, osmotik, listrik dan panas. Sel sel dalam tubuh dapat menggunakan energi
hanya dari satu sumber, yaitu energi kimia, hasil dari reaksi kimia. Energi kimia tubuh
tersebut dapat diubah menjadi energi mekanik, osmotik, listrik dan panas, tapi
perubahan ini searah.

ENERGI KIMIA
Energi kimia yang diperlukan intuk mempertahankan proses kehidupan,
diperoleh dari pemecahan hidrat arang, protein, dan lemak yang terdapat di dalam sel
sel tubuh. Molekul molekul organik yang besar ini dioksidasi melalui serangkaian
reaksi enzimatik menjadi molekul yang lebih kecil, yaitu CO2 dan H2O. Selama
reaksi tersebut berlangsung, dilepaskan energi kimia untuk kegiatan sel sel tersebut.
Reaksi yang menyangkut pemecahan molekul kompleks menjadi molekul yang
sederhana disertai dengan penglepasan energi kimia dinamakan reaksi katabolik
(katabolisme)
Sumber energi kimia sel sel dinamakan pusat metabolik (metabolic pool)
yang terdapat di dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Pelbagai jenis molekul hidrat


18
arang, protein, lemak serta hasil katabolisme molekul molekul tersebut yang
membentuk fragmen fragmen rantai pendek ditemukan dalam pusat metabolik
tersebut dan semuanya siap digunakan oleh sel sel sebagai sumber energi.
Disamping itu terdapat pertukaran bebas (status dinamik) antara sel sel tubuh dan
pusat metabolik sehingga energi sel sel tertentu dapat dipindahkan melalui pusat
metabolik dan digunakan sebagai sumber energi oleh sel sel tubuh lain. Karena
energi kima tubuh terus menerus digunakan, maka harus digantikan untuk
mempertahankan status energi pada tingkat normal.
Penggantian energi kimia ini diperoleh dari hasil absorpsi makanan yang
dimakan. Energi kimia yang dilepaskan pada katabolisme hidrat arang, protein dan
lemak tidak langsung digunakan oleh sel, tetapi terlebih dahulu diubah menjadi
susunan fosfat energi tinggi, yang terpenting ialah adenosin trifosfat (ATP). Hidrolisis
ATP merupakan sumber energi kimia untuk dapat melakukan suatu kerja.

ENERGI KERJA
Energi kimia digunakan untuk melakukan kerja dan memungkinkan berbagai
jenis sel memeprtahankan proses kehidupan. Termasuk energi kerja ialah : mekanik,
osmotik, listrik dan kimia. Perubahan energi kimia menjadi kerja mekanik terlihat
pada otot yang memendek dan dapat mengangkat beban.

ENERGI PANAS
Energi kerja hasil energi kimia hanya berkisar 20%. Sebagian besar energi
kimia yang digunakan diubah menjadi energi panas atau panas. Sebagai tambahan
energi panas yang langsung berasal dari reaksi kimia, energi kerja juga akhirnya
diubah menjadi panas. Misalnya jantung melakukan kerja mekanik memompa darah.
Tetapi energi kerja jantung diubah menjadi panas utuk mengatasi friksi pada waktu
darah melalui sistem sirkulasi, Kerja kimia yang terjadi pada sintesis protein hilang
sebagai panas bila protein tersebut kemudian mengalami katabolisme. Jadi panas
dapat berasal dari reaksi kimia atau secara tidak langsung dari hasil energi kerja.



19
KESEIMBANGAN ENERGI
Menurut hukum termodinamika I (Hk. Kekekalan tenaga), energi tidak dapat
dibentuk maupun dihancurkan. Hukum ini dapat diterapkan pada sistem kehidupan
yang mempelajari keseimbangan energi sebagai transformasi energi yaitu jumlah total
energi yang diambil tubuh harus sama dengan enrgi yang dikeluarkan oleh tubuh. Jadi
berlaku persamaan sebagai berikut :
Energi yang diambil = Energi yang dikeluarkan
Energi Kimia makanan = Energi panas + Energi kimia

Semua energi tubuh akhirnya berasal dari satu sumber yaitu energi kimia
makanan yang pemasukannya diatur terutama oleh pusat pusat hipotalamus dalam
otak. Energi yang dikeluarkan tubuh terutama dalam bentuk panas, yang kecepatan
produksinya berbeda - beda bergantung kepada keadaan lingkungan, Misalnya pada
seseorang yang sedang berlatih / gerak badan, produksi panasnya lebih besar dari pada
dalam keadaan istirahat, pada orang yang sama. Setelah makan akan terjadi
peningkatan produksi panas relatif terhadap pembentukan panas selama puasa.
Produksi panas juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan, kadar berbagai hormon yang
beredar, umur, seks dan ukuran tubuh. Bila jumlah energi yang masuk sebagai makan
cukup mengimbangi jumlah energi yang dikeluarkan sebagai panas dan kerja, energi
kimia tubuh dikatakan tetap. Tetapi keadaan ini merupakan pengecualian dari pada
sebenarnya
Misalnya energi kimia yang disimpan dalam tubuh seorang anak yang sedang tumbuh
akan meningkat menyolok selama massa tubuh meningkat untuk beberapa tahun
lamanya. Peningkatan energi kimia yang disimpan sehubungan dengan pertumbuhan
terutama berbentuk protein.

EKIVALEN ENERGI OKSIGEN
Untuk menghitung produksi panas yang berasal dari konsumsi oksigen, perlu
diketahui jumlah / bilangan kilokalori hasil pembakaran hidrat arang, lemak dan
protein serta volume oksigen yang dikonsumsi selama oksidasi setiap bahan makanan
ini di dalam tubuh. Lebih tepat lagi ialah perlu diketahui berapa kilokalori panas yang


20
diproduksi bila 1 liter O
2
digunakan untuk oksidasi setiap bahan tersebut. Peristiwa ini
dikenal sebagai ekuivalen energi oksigen, yang dinyatakan sebagai Kcal/L O
2
.
Hidrat arang dan lemak bereaksi dengan sejumlah tertentu O
2
untuk menghasilkan
sejumlah tertentu CO
2
dan H
2
O. Contoh untuk glukosa :
C
6
H
12
O
6
+ 6O
2
6CO
2
+ 6H
2
O
Dari hasil perhitungan diperoleh ekuivalen energi oksigen sebagai berikut.
Hidrat arang : 5,04 kcal/L O
2
, Lemak : 4,68 kcal/L O
2
, Protein : 4,5 kcal/L O
2

Di dalam tubuh,ekuivalen energi (ekuivalen thermis) 1 liter O
2
juga berkisar antara
4,5 dan 5,0 bergantung kepada jenis serta proporsi bahan makanan yang mengalami
oksidasi.

KONDISI FISIOLOGIS YANG MEMPENGARUHI
METABOLISME
Sebelumnya telah dikatakan bahwa metabolisme basal adalah pembentukan
panas seseorang dalam keadaan istirahat mental dan fisik sesempurna sempurnanya,
setelah berpuasa dalam suhu lingkungan yang nyaman. Ketiga faktor ini : gerakan
otot, pemasukan makanan dan suhu lingkungan mempunyai efek kuat dalam
menggiatkan metabolisme. Jadi produksi panas akan meningkat oleh kerja otot,
makanan, dan penurunan suhu lingkungan / kenaikan suhu tubuh. Kerja otot yang
ringan seperti duduk, berdiri, mengenakan atau menanggalkan pakaian, menjahit dan
sebagainya akan menaikan metabolisme sebanyak 25% 60% diatas taraf basal.
Pemasukan makanan
Bila seseorang dalam keadaan basal diberi makan, akan terlihat kenaikan
dalam produksi panasnya. Kenaikan diatas BMR ini disebabkan oleh pemasukan
makanan. Keadaan ini disebut sebagai Specific Dynamic Action (SDA) atau efek
kalorigenik makanan. Kenaikan pembentukan panas ini dimulai 1 jam setelah
pemasukan makanan, mencapai maksimum pada jam ketiga dan dipertahankan diatas
taraf basal selama 6 jam atau lebih. SDA yang paling tinggi yaitu 30% diatas taraf
basal disebabkan oleh protein ; hidrat arang menaikan sebanyak 6% dan lemak
sebanyak 4%. SDA makanan campuran rata
Berarti jumlah kalori yang terdapat di dalam ketiga jenis makanan tersebut berkurang


21
sebanyak persentase diatas ; energi yang digunakan dalam metabolisme diambil dari
makanan itu sendiri atau dari energi simpanan tubuh.

PENGUKURAN TARAF METABOLISME
Tujuan pengukuran taraf metabolisme / metabolisme energi antara lain ialah :
menentukan keperluan kalori dalam keadaan basal dan selama melakukan pelbagai
kerja tertentu, menyusun susunan makanan (diit) yang sesuai dengan keperluan kalori
seseorang, serta membantu menegakan diagnosa pelbagai gangguan metabolisme.
Pengukuran taraf metabolisme dapat dilakukan dengan cara kalorimetri langsung dan
tidak langsung.

SUHU LINGKUNGAN DAN SUHU TUBUH
Suhu lingkungan yang rendah merupakan perangsangan kuat untuk produksi
panas pada suhu udara dubawah 28
o
C, tubuh tanpa pakaian akan kehilangan panas
dengan cepat. Dalam batas suhu antara 28
o
C dan 31
o
C tubuh pria dengan mudah dapat
mempertahankan keseimbangan antara pengeluaran panas dan pembentukan panas
tubuh.

SUHU TUBUH DAN PENGATURAN SUHU

o
C (batas normal), bila diukur melalui rektum bedanya
o
F (0,6
o
C). Suhu tubuh berubah sedikit pada waktu bekerja. Rata rata suhu tubuh
meningkat 1
o
C untuk 0,83 kalori yang disimpan perkilogram berat badan. Untuk pria
o
C.
Panas secara terus menerus dihasilkandalam tubuh sebagai hasil sampingan
metabolisme dan panas tubuh juga terus menerus dibuang ke lingkungan sekitar. Bila
kecepatan pembentukan produksi panas tepat sama dengan kecepatan kehilangan
panas orang tersebut berada dalam keseimbangan panas. Faktor faktor yang
mempengaruhi produksi panas yaitu : metabolisme basal, aktivitas muskular termasuk
mengigil, peningkatan metabolisme yang disebabkan oleh trioksin dan efek
norepinephrin, pengaruh saraf simpatis pada sel dan pengaruh temperatur pada sel.



22
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHILANGAN
PANAS
1. Radiasi (60%) Radiasi infra merah gelombang elektromagnetik permukaan tubuh
manusia sangat menyerap berkas panas. Tubuh yang terkena sinar panas infra merah
infra merah sebanding baik likit putih dan kulit hitam, karena panjang gelombang
tersebut untuk berbagai warna kulit tidak mempunyai pengaruh absorpsi. Untuk kulit
sedikit, pada warna kulit gelap lebih banyak mengabsorpsi panas dari pada kulit
terang.
2. Konduksi Konveksi. Hanya sedikit panas yang dibuang dari tubuh ke obyek lain
misalnya panas dikonduksi dari tubuh ke kursi dengan cepat dalam beberapa menit
suhu meningkat harus sama dengan suhu tubuh. Konveksi adalah pengeluaran udara,
panas pertama kali harus dikonduksi ke udara dan kemudian dibawa menjauhi tubuh
oleh arus konduksi.
3. Evaporasi Konveksi. Bila air menguap dari permukaan tubuh maka 0,58 kalor
panas hilang untuk setiap gram air yang menguap.
Jika suhu tubuh lebih tinggi dari pada suhu lingkungan maka panas hilang dengan
cara konduksi dan radiasi. Bila suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu kulit sebagai
ganti dari kehilangan panas tubuh memperoleh panas degnan cara radiasi dan
konduksi dari lingkungan.
Pusat pengaturan suhu tubuh
1. Heat Loss Center (Pusat Kehilangan Panas) terletak di daerah anterior hipotalamus
yang mengatur mekanisme heat loss bila tubuh dalam lingkungan panas.
2. Heat Production Center (Pusat Produksi Panas) terletak di daerah posterior
hipotalamus.
Reseptor pengaturan suhu tubuh adalah reseptor kulit dan reseptor sentral.



23
KESEIMBANGAN ANTARA PRODUKSI PANAS DAN
KEHILANGAN PANAS
Panas secara kontinyu diproduksi di dalam tubuh sebagai hasil metabolisme
dan pnas tubuh juga kontinyu jika produksi panas benar benar sama dengan tingkat
kehilangan panas, hal tersebut dinamakan keseimbangan panas.



Gambar 14 : Input dan output panas
(2)



Gambar 15 : Jalur utama pengaturan termal
(2)



24
BAB V
DARAH

Darah terdiri dari sel sel darah yang tersuspensi dalam plasma. Jumlah
normal volume darah kurang lebih 8% dari berat badan total (5600 ml pada pria
dengan BB 70Kg). 90% sel darah (sel darah merah / eitrosit, sel darah putih/lekosit
dan trombosit) adalah sel darah merah. Sel darah merah mempunyai fungsi yang
sangat penting yaitu mengangkut O2 ke seluruh jaringan tubuh. 98,5% O2 dalam
darah diangkut melalui sel darah merah dengan cara berikatan dengan hemoglobin.
Umur sel darah merah kurang lebih 120 hari dan selama itu sel darah merah telah
beredar sepanjang 700 mil dalam sistem sirkulasi pembuluh darah. Sel darah yang lain
juga mempunyai fungsi penting yaitu dalam proses hemostasis dan mekanisme
pertahanan tubuh.
Bila sejumlah darah ditaruh dalam sebuah tabung gelas dan diberi zat
antikoagulan, secara perlahan sel sel darah akan mengendap di dasar tabung. Oleh
karena sel sel darah terutama terdiri dari sel darah merah, maka tinggi kolum
endapan yang berwarna merah menggmabarkan persentase jumlah volume sel darah
merah (nilai hematokrit). Volume cairan di atasnya adalah volume plasma. Diantara
endapan sel darah merah dan cairan plasma, terlihat lapisan tipis tak berwarna (buffy
coat) yang menggambarkan volume sel darah putih dan trombosit (1% dari volume
total darah)

PLASMA
90% bagian plasma terdiri dari air yang berfungsi sebagai media beberapa
material yang akan dibawa dalam darah. Air juga mempunyai kapasitas yang besar
untuk menyimpan panas. Plama dapat mengabsorpsi panas yang terjadi pada proses
metabolisme dan mendistribusikan ke seluruh tubuh dan hanya terjadi sedikit
perubahan temperatur pada darah. Panas yang tak diperlukan tubuh akan dikeluarkan
melalui pembuluh darah yang berjalan dekat dengan permukaan kulit.
Plasma juga mengandung zat organik dan anorganik yang larut dalam plasma
(protein 6-8%, zat inorganik 1%). Elektrolit yang terbanyak ialah ion Na dan ion Cl.


25
Elektrolit lainnya adalah ion bikarbonat, K, Ca, dan sebagainya. Plasma juga
mengandung zat nutrisi seperti glukosa, asam amino, lemak dan vitamin ; produk sisa
seperti kreatinin, bilirubin, urea ; gas yaitu O2, CO2 dan N2 ; dan hormon. Protein
plasma adalah komponen yang normal selalu ada dalam plasma dan tak dapat ke luar
melalui pori pori kapiler pembuluh darah.

SEL DARAH MERAH
Jumlah sel darah merah kurang lebih 5 juta /mm3. Bentuk eritrosit adalah
cakram bikonkaf dengan diameter 8 mikrometer, tebal dibagian tengah 1 mikrometer
dan bagian tepi 2 mikrometer. Bentuk eritrosit seperti diatas mempunyai keuntungan
dalam mengangkut O2 dan CO2. Bentuk bikonkaf mempunyai permukaan yang lebih
luas intuk difusi gas O2 dan CO2 melalui membran sel dibandingkan bila sel darah
merah mempunyai bentuk sferis dengan volume yang sama. Selain itu ketipisan
bentuk sel dapat membuat gas yang terlarut dapat berdifusi. Bentuk bikonkaf juga
membuat sel darah mempunyai fleksibilitas yang memungkinkan sel darah merah
tersebut melalui pembuluh kapiler yang mempunyai diameter lebih kecil (3
mikrometer).
Kemampuan sel darah merah mengangkut O2 terutama oleh karena sel darah
merah mengandung haemoglobik (Hb). Sebuah molekul hemoglobin mengandung
bagian globik (suatu rantai polipeptida) dan bagian heme (mempunyai 4 atom Fe).
Tiap atom Fe dapat berikatan degnan 1 molekul O2. Jadi tiap molekul Hb dapat
mengangkut 4 molekul O2. Karena O2 sangat sukar dalam plasma, 98,5% O2 yang
diangkut darah berikatan dengan hemoglobin.

HEMOGLOBIN
Hemoglobin adalah pigmen pengangkut O2, berwarna merah. Protein ini
mempunyai BM 64,45. Hemoglobin mulai disintesa pada stadium proeritoblas dan
terus dibuat bahkan pada tingkat retikulosit. Ketika retikulosit meninggalkan sumsum
tulang masuk ke peredaran darah, sejumlah kecil hemoglobin masih dibentuk. Kadar
Hb adalah 14 16 G/dl pada pria dan 12 14 g/dl pada wanita. Pada sepraing pria


26
dengan berat badan 70 Kg, jumlah Hb dalam tubuh 0,3 g dan yang dimusnahkan
adalh 0,3 g tiap jam. Hb mengikat O
2
membentuk oksihemoglobin

BAGIAN SEL DARAH DAN FUNGSINYA
Elemen sel Fungsi
Eritrosit Transport O
2
dan CO
2

Lekosit
Netrofil Memakan dan memusnahkan bakteri dan debris
Eosinofil Menyerang parasit cacing ; penting pada reaksi alergi
Basofil Menghasilkan histamin dan heparin ; dapat beralih
Menjadi makrofag jaringan
Limfosit
Limfosit B Produksi antibodi
Limfosit T Respon Imun
Trombosit Hemostasis


Ada tiga macam protein plasma, yaitu albumin, globulin dan fibrinogen.
Fungsi protein plasma adalah :
1. Menimbulkan perbedaan tekanan osmotik antara darah dan cairan interstitial (30
mmHg). Adanya tekanan osmotik ini akan mencegah keluarnya plasma dari
kapiler ke jaringan interstitial.
2. Turut berperan dalam sistem buffer
3. Turut mempengaruhi nilai viskositas darah.
4. Pada keadaan kelaparan (starvation), protein plasma dapat memenuhi kebutuhan
energi dari sel sel tubuh.

Pada orang dewasa sel darah merah, sel darah putih dan trombosit dibuat di sumsum
tulang. Pada minggu minggu pertama kehidupan janin, sel darah merah dibuat di
kantung kuning (yolk sac). Pada pertengahan trisemester ketiga, sel darah merah
dibuat di hati, kemudian di limpa dan pada akhir kehamilan dan sesudah lahir, sel


27
darah merah dibentuk di sum sum tulang. Pada masa kanak kanak sel darah merah
secara aktif diproduksi di sumsum tulang semua tulang. Pada umur 20 tahun sel darah
merah yang dibentuk di sumsum tulang semua tulang panjang kecuali bagian atas
humerus dan femur menjadi tidak aktif lagi oleh karena terinfiltrasi lemak.
Sel darah merah dewasa (yang beredar di sirkulasi) tidak mempunyai inti. Tanpa
DNA dan RNA sel darah merah tidak dapat mensintesa protein untuk penyembuhan
sel, pertumbuhan, pembelahan atau untuk pembentukan enzim. Persediaan DNA dan
RNA dalam sel darah merah sebelum menghilangnya inti sel menyebabkan sel darah
merah hanya dapat bertahan hidup 120 hari. Ini berlainan dengan sel tubuh lainnya
seperti sel saraf dan sel otot yang dapat hidup sepenajang hidup seseorang.
Sel darah yang sudah tua dan rusak akan dihancurkan di limpa. Bagian bagian dari
sel darah akan dimusnahkan oleh makrofag, bgian globin dair Hb akan menjadi asam
amino dan kembali ke sirkulasi darah. Zat besi yang dilepaskan oleh heme akan
digunakan lagi dan bagian yang bukan besi tidak didaur ulang lagi namun akan
dikonversi menjadi bilirubin.


















28

BAB VI
PEMBULUH DARAH DAN PENGATURAN ALIRAN
DARAH

Seperti diketahui sistem kardiovaskular yang memiliki fungsi utama
mendistribusikan darah ke seluruh jaringan tubuh terdiri dari jantung dan pembuluh
darah. Sistem pembuluh darah atau vaskular yang berperan sebagai sarana transportasi
yang membawa darah keseluruh tubuh dapat dianggap sebagai pipa pipa
penghubung. Dengan demikian jantung dan pembuluh darah dapat diibaratkan suatu
bejana berhubungan dengan pipa pipa penghubungnya yang berisi darah.
Seperti sifat sifat aliran cairan dalam pipa pada umumnya dan liran cairan
dalam bejana berhubungan khususnya maka dalam sistem kardiovaskular berlaku pula
berbagai hukum hidrodinamika. Oleh karena itu maka perlu diketahui dasar dasar
hidrodinamika dan hemodinamika.

SISTEM VASKULAR
Sistem vaskular atau sistem pembuluh darah berfungsi untuk tempat
mengalirnya darah dari jantung menyebar ke seluruh jaringan tubuh dan dari jaringan
tubuh kembali ke jantung. Dalam tubuh manusia dikenal dia sistem peredaran darah,
yaitu :
- Peredaran darah sistemik yang mengalirkan darah ke dan dari seluruh tubuh
melalui aorta dan vena cava.
- Peredaran darah pulmonal yang mengalirkan darah ke dan dari jaringan paru
melalui arteri dan vena pulmonalis.
Sistem vaskular secara anatomis dapat dibagi menjadi aorta, arteri besar, arteri
sedang, arteri kecil, arteriol, kapiler, venula, vena kecil, vena sedang, vena besar dan
vena cava. Darah mengalir dari rongga jantung ke pembuluh arteri, kapiler, vena dan
kembali ke jantung.


29
Pembuluh darah aorta sampai arteriol disebut dengan pembuluh darah arteri
sedangkan pembuluh darah venula sampai dengan vena cava disebut pembuluh darah
vena. Fungsi utama pembuluh darah arteri adalah untuk mendistribusikan darah yang
kaya oksigen dari jantung ke seluruh jaringan tubuh sedangkan fungsi utama
pembuluh vena adalah untuk mengalirkan darah yang membawa sisa metabolisme
dan CO2 (karbondioksida) dari jaringan kembali ke jantung. Pada peredaran darah
paru, pembuluh arteri justru mengandung darah yang miskin O2 dan banyak CO2
sedangkan pembuluh vena mengandung darah yang kaya O2.

PEMBULUH DAN ALIRAN ARTERI
- Aliran dalam pembuluh arteri
Terbukanya katup aorta dan arteri pulmonalis pada fase ejeksi sitolik
mengakibatkan darah terdorong dari rongga ventrikel jantung secara berdenyut
(pulsatif) sesuai dengan denyut kontraksi jantung. Semakin jauh dari jantung,
semakin kecil pulsasi alirannya bahkan pada ujung distal arteriol dan kapiler
alirannya berubah menjadi kontinyu. Kecepatan aliran darah berbanding
terbalik dengan luas penampang total pembuluh sehingga semakin distal maka
aliran darahnya semakin menurun dan terendah pada kapiler.

- Tekanan darah arteri
Tekanan darah arteri dapat dibedakan menjadi :
a. Tekanan sistolik ; merupakan tekanan darah yang tertinggal pada saat
jantung dalam keadaan sistolik,
b. Tekanan Diastolik ; merupakan tekanan darah yang terendah pada saat
jantung dalam keadaan diastolik,
c. Tekanan nadi (Pulse Pressure) ; merupakan selisih antara tekanan sistolik
dan diastolik. Tekanan nadi tergantung pada isi sekuncup (stroke volume)
dan kapasitas arteri (arterial capacitance),
d. Tekanan darah rata rata (Mean arterial pressure) ; tekanan darah rata
rata adalah tekanan diastolik ditambah sepertiga selisih tekanan sistolik
dan tekanan diastolik (pada pembuluh darah perifer)


30
- Gelombang Nadi (Pulse wave)
Penjalaran gelombang nadi terjadi karena sifat Windkessel Function dari
aorta dan pembuluh nadi yang memiliki lapisan elastin. Kecepatan gelombang
nadi lebih tinggi dibanding kecepatan aliran darah. Kecepatan gelombang nadi
tergantung pada distensibilitas pembuluh darah serta ratio ketebalan pembuluh
dan radius. Semakin tebal dan kaku, atau semakin kecil radius, akan semakin
tinggi kecepatan gelombang nadi.
- Gambaran geombang nadi (sphygmogram)
Sphygmogram memiliki ciri khas berupa incisura setelah mencapai puncak
gelombang.
- Analisa gelombang nadi
Dengan palpasi pada arteri sedang di perifer (misalnya arteri radialis atau
brachialils) dapat dinilai gelombang nadi untuk menilai fungsi sistem
kardiovaskular. Kualitas gelombang nadi yang dapat dinilai antara lain :
a. Frekuensi ; Frekuensi gelombang nadi (denyut nadi) dalam keadaan
normal sama dengan frekuensi denyut jantung. Pada keadaan tertentu
(penyakit) dapat terjadi pulsus defisit, yait adanya selisih antara frekuensi
denyut jantung dan denyut nadi,
b. Irama (Rhythm) ; Irama denyut nadi dapat dinilai misalnya teratur atau
tidak teratur. Irama tidak teratur (ireguler) terjadi pada keadaan normal
misalnya keadaan Respiratory rrhytmia dan dalam keadaan abnormal
dapat terjadi suatu sinus arrithmia karena extrasystole,
c. Amplitudo ; kuat atau lemahnya denyut nadi tergantung pada besar isi
sekuncup, jumlah darah yang mengalir selama diastolik dan elastisitas
dising pembuluh nadi besar.
d. Ketajaman gelombang ; pendek atau panjangnya gelombang biasanya
berhubungan dengan kekuatan denyut nadi. Pada denyut nadi yang kuat
biasanya diikuti perubahan tekanan yang tajam, sedangkan denyut nadi
yang lemah diikuti dengan perubahan tekanan yang kecil dan lebar
(panjang).



31
- Faktor faktor yang mempengaruhi tekanan darah arteri
Tekanan darah arteri antara lain dipengaruhi oleh kerja jantung, tahanan
perifer , kekenyalan dinding pembuluh darah, kekentalan darah dan umlah
darah yang bersirkulasi.


- Pengaruh gravitasi pada tekanan darah arteri
Tekanan darah arteri yang biasanya dikemukakan dalam gambar adalah
tekanan darah arteri setinggi jantung. Pad apembuluh darah dibawah janting,
tekanannya meningkat 0,77 mmHg/cm vertikal sedangkan pembuluh darah
diatas jantung, tekanannya menurun 0,77mmHg/cm pula. Hal ini disebabkan
oleh pengaruh gravitasi yaitu hasil kali berat jenis darah dengan percepatan
yang disebabkan gravitasi dan jarak vertikal letak pembuluh darah dengan
jantung.

PEMBULUH DAN ALIRAN VENA
Tekanan vena biasanya sangat rendah dan bahkan pada daerah vena cava
hanya 4 5 mmHg. Didaerah atrium kanan (Central venous pressure) dalam keadaan
normal 2- 4 mmHg dan kadang kadang mencapai 4 sampai 7 mmHg pada
keadaan inspirasi.
Denyut vena terjadi karena perubahan tekanan dan volume yang dapat dilihat
dengan pencatat elektronik yang peka oleh perubahan tekanan. Biasanya denyut vena
dapat diamati pada vena jugularis di leher.
Kurva denyut vena seringkali dicatat pada vena jugularis externa dengan cara
non invasive. Kurva denyut vena atau kurva denyut jugularis memiliki gambaran
sebagai berikut : Gelombang a merupakan gelombang positif pertama yang
disebabkan kontraksi atrium, gelombang c merupakan gelombang positif kedua yang
disebabkan oleh penonjolan katup arterioventrikularis ke dalam atrium selama
kontraksi isovolumetrik ventrikel, gelombang v merupakan gelombang positif ketiga
yang disebabkan peningkatan tekanan atrium karena meningkatnya volume darah
yang masuk atrium sebelum terbukanya katup arterioventrikularis.


32
Pada keadaan normal, aliran darah di venula dan vena kecil kontinyu
sedangkan pada vena sedang dan vena besar terjadi fluktuasi aliran darah kembali.
Aliran darah vena terjadi karena efek pompa jantung (fungsi pompa isap tekan),
tekanan negatif rongga thoraks, kontraksi otot rangka (pompa otot) dan adanya katup
katup vena pada pembuluh vena di bagian bawah jantung. Pada dasarnya perubahan
tekanan darah vena akibat pengaruh gravitasi sama dengan pada arteri.



Gambar 16 : Recoil elastis arteri
(3)










33
BAB VII
SISTEM IMUN

Imunitas / kekebalan adalah kemampuan tubuh untuk menahan atau membetasi
bahaya yang disebabkan oleh benda asing atau sel abnormal. Semua aktifitas di bawah
ini termasuk dalam sistem pertahanan tubuh. :
1. Pertahanan terhadap mikroorganisme patogen (virus, bakteri)
2. Mengeluarkan / membersihkan jaringan tubuh dari sel yang mati
3. Mengenali dan memusnahkan sel abnormal, sel mutan yang tadinya berasal dari
sel tubuh sendiri
4. Respon kekebalan yang salah, yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan
penyakit autoimun
5. Penolakan jaringan asing, misal pada transplantasi organ tubuh.
Respon imin dapat terjadi secara spesifik dan tidak spesifik. Respon imun spesifik
adalah selektif ditujukan pada materi asing tertentu dan tubuh pernah terpapar
sebelumnya. Respon imun ini dilakukan melalui limfosit
Respon imun tidak spesifik umumnya diturunkan secara alami, tidak selektif dalam
menahan setiap benda asing atau sel abnormal pada pertama kali terpapar. Respon ini
antara lain pertahanan tubuh terhadap infeksi, iritasi bahan kimi, luka jairngan karena
terauma mekanik atau terbakar.
Respon imun tak spesifik
- Peradangan
- Interferon
- Natural Killer Cell
- Sistem Komplemen
Respon imun spesifik
- Limfosit B
- Permanen antibodi
- Kekebalan aktif, pasif dan alami
- Limfosit T
- Sel sitotoksik, Helper dan Supressor


34

Penyakit imun
- Defisiensi daya kekebalan
- Alergi dan penyakit autoimun






Gambar 16 : Asal sel B dan sel T
(2)





35


Gambar 17 : Struktur Antibodi
(2)
Antibodi berbentuk seperti huruf Y. Antibodi hanya mampu untuk berikatan dengan
antigen spesifik yang pas pada bagian pengikatan antigennya )Fab) pada ujung
tangannya. Daerah Ekor (Fc) berikatan dengan mediator tertentu dari aktivitas yang
diinduksi oleh antibodi











36
BAB VIII
SISTEM ENDOKRIN

BATASAN HORMON
Hormon adalah zat kimia yang disekresi ke dalam cairan tubuh oelh sebuah sel /
sekelompok sel/ kelenjar buntu, dibawa oleh darah ke sel sel target dan
mngendalikan serta mengatur fungsi sel sel tersebut di dalam tubuh.

PENGGOLONGAN HORMON
Secara kimiawi hormon merupakan kelompok zat yang bervariasi akan tetapi dapat
dikelompkan dalam dua kelompok besar, yaitu :
1. Protein atau derivat protein dan asam amino
2. Steroid
Beberapa hormon dapat dianggap sebagai hormon lokal karena bekerja dekat
tempat sekresinya, contohnya ialah hormon hormon pencernaan seperti sekretin,
gastrin dan CCK. Hormon lokal ini dimusnahkan lebih cepat.
Hormon umum diangkut ke seluruh tubuh dan bekerja di organ organ yang
letakanya jauh dari tempat asalnya (tempat sekresinya). Ada yang bekerja di hampir di
semua sel tubuh (Tiroksin / T3/T4) dan ada yang bekerja hanya pada sel khusus
(ACTH).

FUNGSI UMUM HORMON
Fungsi hormon mencakup semua aspek fungsi tubuh antara lain adalah :
1. Metabolisme, pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi
2. Berperan sangat penting dalam homeostasis yaitu mempertahankan
lingkungan dalam yang tetap :
- Mengendalikan metabolisme KH dan Protein
- Mengendalikan imbangan air dan elektrolit
- Mengendalikan kadar gula darah
3. Bekerja sama dengan sistem saraf


37
- Hormon mengintegrasi jawabab organ dan jaringan tubuh yang
berbeda beda terhadap rangsang interna dan eksterna
MEKANISME KERJA HORMON
Ada 4 dasar kerja hormon, yaitu :
Yang tidak dapat menembus membran sel sasaran, yaitu :
1. Meningkatkan jumlah / menurunkan jumlah pembentukan siklik
AMP di sel sel sasaran.
2. Meningkatkan jumlah ion Ca2+ bebas di sitoplsma sel sel
sasaran.
Yang dapat menembus membran sel sasaran, yaitu :
3. Bekerja langsung pada reseptor DNA di dalam nukleus untuk
meningkatkan transkripsi DNA menjadi mRNA
4. Bekerja dengan perantaraan reseptor di sitoplasma, kemudian
kompleks reseptor hormon masuk ke dalam inti / gen untuk
merangsang proses transkripsi DNA menjadi mRNA.

Tubuh manusia mempunyai sejumlah besar kelenjar endokrin yang satu sama
lain langsung maupun tidak langsung secara fisiologik sangat erak kaitannya.
Kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon,ialah :
1. Hipothalamus, menghasilkan :
- Releasing Hormone
- Inhibiting Hormone
- Vasopresin
- Oksitosin
2. Adenohipofisis menghasilkan :
- GH (Growth Hormone)
- Prolaktin
- MSH
- Hormon Hipofisiotropik, yaitu :
- TSH (Thyroid Stimulating Hormone)
- LH (Luteinzing Hormone)
- FSH (Folicle Stimulating Hormone)
- ACTH (Adenocorticotrophic Hormone)


38
3. Tiroid menghasilkan :
- T4 (Tetraiodotironin )
- T3 (Triiodotironin)
4. Paratiroid menghasilkan :
- PTH (Parathormon)
5. Korteks adrenal menghasilkan :
- Glukokortikoid
- Mineralokortikoid
- Hormon Seks
6. Medula adrenal menghasilkan :
- Adrenalin
- Noradrenalin (Katekolamin)
7. Pulau Langerhans Pankreas menghasilkan :
- Insulin
- Glukagon
- Somatostatin
8. Gonad
- Testis, menghasilkan : Testosteron
- Ovarium, menghasilkan : Estrogen dan Progesteron
Selain kelenjar endokrin masih terdapat organ organ lain dalam tubuh yang juga
berperan sebagai kelenjar endokrin karena juga menghasilkan zat yang bersifat
hormon :
1. Ginjal menghasilkan : Renin, Eritropoetin, 1,25dihidroksikolekalsiferol
2. Hati menghasilkan : Somatomedin
3. Timus menghasilkan : Timosin
4. Pineal menghasilkan : Melastonin
5. Plasenta menghasilkan : Chorionic gonadotrophin dan
Chorionic somatomametropin



39
HIPOFISIS SEREBRI / KELENJAR PITUITARIA
Kelenjar hipofisis dapat dibedakan dalam 3 (tiga) bagian, yaitu lobus anterior, lobus
intermedius dan lobus posterior yang merupakan alah endokrin yang terpisah. Lobus
anterior dan lobus intermedius adalah bagian adenohipofisis, sedang lobus posterior
merupakan bagian neurohipofisis.
hormon dengan fungsi umum sebagai
berikut :
1. TSH : Merangsang sekresi dan pertumbuhan kelenjar thyroid
2. ACTH : Merangsang sekresi dan pertumbuhan korteks adrenal
3. GH : Mempercepat pertumbuhan badan
4. FSH : Merangsang pertumbuhan folikel ovarium pada
wanita dan spermatogenesis pada pria
5. LH : Merangsang ovulasi dan luteinisasi folikel ovarium
pada wanita dan sekresi testosteron pada pria
6. Beta Lipotropin : Belum jelas fungsinya
Hormone, Melanotropin dan Intermedia)
(antidiuretic hormone,
ADH) dan oksitosin.














40
BAB IX
SISTEM REPRODUKSI

Organ reproduksi wanita adalah ovarium, tuba falopii, uterus, dan vagina.
Organ reproduksi pria adalah testes, scrotum, dan penis. Hormon reproduksi pada
wanita adalah estrogen dan progesteron sedangkan pada pria adalah testosteron. Pusat
penendalian organ reproduksi terdapat pada adenohipofisis di hipotalamus.
Siklus menstruasi dan pengaturan hormonal
Pada wanita terdapat siklus menstruasi. Siklus mensruasi normal kurang lebih 21
33 hari. Siklus menstruasi terjadi di ovarium dan di endometrium. Pada ovarium
terjadi fase folikuler, fase ovukasi, dan fase luteal, sedangkan di endometrium terjadi
fase menstruasi, fase proliferasi dan fase sekresi.

FAAL ENDOKRIN REPRODUKSI
Kelenjar gonad, yaitu testis pada pria dan ovarium pada wanita, mempunyai fungsi
endokrin dan reproduksi. Sebagai kelenjar ebdokrin testis menghasilkan hormon seks
yaitu androgen dan ovarium menghasilkan estrogen dan progesteron. Testis juga
berfungsi menghasilkan sperma dan ovarium memproduksi telur.
Gonad dan kelenjar kelenjar aksesorinya pada waktu seseorang dilahirkan,
mempunyai ukuran yang kecil dan tidak berfungsi. Menjelang pubertas kelenjar
gonad menjadi aktif dan sifat kelamin sekunder mulai nampak. Pada prepubertas,
terjadi peningkatan sekresi gonadotropin (FSH dan LH) yang akan merangsang
perkembangan dan produksi kelenjar talamus terhadap inhibisi steroid menurun.
Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) yang disekresikan oleh sel sel
neuroendokrin di hipotalamus akan mencapai adenohipofisis melalui pembuluh darah
portal hipotalamus hipofisis. GnRH akan merangsang adenohipofisis mensekresikan
Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinzing Hormone (LH). FSH dan LH
akan merangsang gonad mensekresikan hormon seksnya dan dalam memproduksi sel
sel gametnya (gametogenesis). Hormon hormon seks yang dihasilkan kelenjar
gonad mempunyai efek umpan balik negatif terhadap sekresi GnRH, FSH dan LH.



41
SISTEM REPRODUKSI PRIA
Fungsi utama sistem reproduksi pria adalah spermatogenesis. Sel sel yang
memproduksi sperma terdapat di tubulus seminiferus testis. Sedangkan fungsi
endokrin, yaitu memproduksi hormon androgen, terjadi di sel sel intersisial Leydig.
Hormon utama yang dihasilkan testis adalah testosteron. Hormon ini
dihasilkan pada saaat janin berumur 7 minggu (atas pengaruh HCG) dan sekresi ini
akan berhenti pada saat bayi pria berumur 1 bulan. Pada prepubertas, sel sel Leydig
aktif kembali dan testosteron disekresikan kembali. Testosteron pada saat
perkembangan janin sangat diperlukan untuk menentukan diferensiasi seks ke arah
pria. Pada janin pria normal sel gertoli menghasilkan MRF (Mullerian Regression
Factor) yang menekan perkembangan duktus Muelleri, sedangkan duktus Wolff akan
berkembang menjadi epididimis dan vas deferens.

SISTEM REPRODUKSI WANITA
Sistem reproduksi wanita terdiri dari alat genetalis eksterna dan interna.
Ovarium, seperti juga testis, mempunyai fungsi menghasilkan hormon (estrogen dan
progesteron) dan fungsi reproduksi yaitu menghasilkan telur.
Dengan tidak adanya testosteron, maka reproduksi seorang janin akan
berkembang ke arah wanita. Pada minggu ke 3 kehidupan janin, oogonium akan
berkembang oogonia. Pada minggu ke 8 13, oogonia akan berkembang menjadi
oosit primer dan akan menetap sampai pubertas. Pada waktu lahir, bayi wanita
menganding 1 juta folikerl pverium dan tidak dibentuk kembali yang baru. Setiap
bulan setelah pubertas, seorang wanita akan mengeluarkan 1 telur. Kira kira hanya
400 telur yang akan dikeluarkan sampai akhir hidupnya.

FUNGSI ENDOKRIN OVARIUM
Ovarium menghasilkan estrogen dan progesteron. Estrogen dihasilkan di sel
sel granulosa folikel, sel theca interna dan sel sel lutein corpus luteum. Jaringan
stroma ovarium juga dapat menghasilkan androgen dan estrogen. Sel sel granulosa
hanya dapat membuat estradiol dari androgen.


42
Sel sel theca interna mengandung banyak reseptor LH, dan Lh melalui AMP
siklik akan merangsang konversi kolesterol menjadi androstenedion. Sebagian dari
androstenedion akan konversi menjadi estradiol dan masuk ke sirkulasi darah. Sel
sel theca interna huga akan menyalurkan androstenedion yang dibentuknya ke sel
sel granulosa. Di sini androstenedion akan diaromatisasikan menjadi estradiol/ Sel
sel granulosa mengandunga banyak reseptor FSH dan FSH akan merangsang sekresi
estradiol yakni dengan merangsang aromatisasi.
Progesteron dibentuk sebagai hasil antara . Progesteron juga dibuat di sel sel
lutein ovarium. Estrogen dan progesteron pada kehamilan dihasilkan oleh plasenta.
Hampir seluruh estrogen plasma berasal dari ovarium dan terdapat di puncak
sekresi., yakni sesaat sebelum ovulasi dan pada fase midluteal. Setelah menepause
sekresi estrogen sangat menurun dan mencapai kadar yang sangat rendah




Gambar 18 : Struktur organ reproduksi perempuan
(3)









43


Gambar 19 : Struktur organ reproduksi perempuan
(3)




Gambar 20 : Sistem reproduksi pria
(4)






44


Gambar 21 : Umpan balik hormonal dan regulasi fungsi reproduksi pria
(4)























45


Gambar 22 : Regulasi hormonal dari siklus reproduksi perempuan
(4)



46


Gambar 23 : Struktur uterus dan ovarium
(3)








47
BAB X
SISTEM PENCERNAAN

Sistem penceranaan dapat dibagi atas 2 bagian utama yaitu saluran
gasrointestinal (GIT), adalah saluran berkelok kelok yang mempunyai hubungan
dengan dunia luar pada kedua ujungjnya, terdiri atas mulut, farings,esofagus,
lambung, usus halus (usus kecil), usus besar dan rektum ; organ organ kelenjar yang
terkait, adalah organ organ yang mengsekresi bahan bahan ke dalam saluran GI,
yaitu kelenjar saliva, hati, kantung empedu, dan pankreas.

FUNGSI SISTEM PENCERNAAN
Fungsi sistem pencernaan ialah memindahkan zat nutrient (sesudah dicerna),
air dan garam dari zat makanan ke lingkungan dalam, untuk didistribusikan kepada sel
sel melalui sistem sirkulasi. Zat makanan merupakan sumber energi darimana sel
sel dapat membentuk ATP untuk melaksanakan berbagai kegiatan di tubuh yang
membutuhkan energi, juga sebagai bahan pembangun dan pengganti sel sel rusak.
Sedangkan pembuangan sisa / sampah tubuh hanya merupakan fugnsi kecil sistem
pencernaan. Sejumlah kecil hasil akhir metabolisme normal disekskresi melalui
saluran GI, akan tetapi pembuangan sebagian besar sampah lingkungan dalam
berlangsung di paru dan ginjal. Feses (tinja) yang dikeluarkan di ujung akhir saluran
GI , terutama terdiri atas bakteri dan bahan bahan yang tidak dicernakan serta tidak
diabsorpsi. Selain itu terdapat beberapa kegiatan yang membantu sistem pencernaan
untuk melaksanakan fungsinya, yaitu :
1. Gerakan (motilitas), ialah gerakan mencampur dan mengaduk serta mendorong isi
lumen yang disebabkan oleh kontraksi otot polos dindingsaluran GI.
2. Sekresi, ialah proses yagn dilakukan kelenjar kelenjar yang terkait dengan
saluran GI, yaitu mensekresi air , elektrolit dan bahan bahan tertentu yang
penting untuk pencernaan seperti enzym enzym, liur empedu atau mukus.
3. Pencernaan (Digestion), ialah proses pemecahan secara mekanik maupun kimia
molekul molekul besar yang masuk saluran GI menjadi molekul yang lebih kecil
sehingga dapat diserap melaui dinding saluran.


48
4. Absorpsi, ialah proses penyerapan atau perpindahan molekul hasil pencernaan (zat
nutrient) dari lumen saluran GI, menembus lapisan epitel, masuk ke dalam darah
atau cairan limfe.
Struktur saluran GI di pelbagai bagiannya sangat berbeda, akan tetapi ada hal hal
yang sama dalam susunan jarignannya. Lapisan- lapisan dinding saluran GI adalah
mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa. Sebagian absorpsi dari saluran
GI berlangsung melalui dinding usus halus, yang permukaan mukosanya sangat
khusus untuk proses absorpsi tersebut. Usus halus meripakan sebuah saluran dengan
diameter kira kira 4 cm, mulai dari lambung sampai usus besar. Panjangnya 275 cm
terbagi dalam 3 segmen, yaitu duodenum (25 cm) diikuti oleh jejenum (104 cm) dan
berakhir dengan segmen terpanjang yaitu ileum (156 cm). Normal, absorpsi sebagian
besar bahan- bahan berlangsung di seperempat bagian permulaan ussus halus, yaitu di
duodenum dan jejenum. Jadi usus mempunyai cadangan gungsional yang sangat besar
sehingga tidak mungkin terlampaui kapasitas absorpsinya, walaupun makanan yang
dimakan jumlahnya sangat besar.

PENGATURAN SARAF
Sistem saraf intrinsik dalam bentuk dua pleksus saraf, yaitu pleksus
mienterikus dan pleksus submukosus. Pleksus pleksus ini terdiri atas neuron yang
membentuk hubungan sinaps dengan neuron lain di dalam pleksus atau berakhir di
otot polos dan kelenjar. Pola akson dari pleksus mesenterikus bayak yang
mengadakan sinaps dengan neuron di pleksus submukosus dan sebaliknya. Jadi
kegiatan saraf di satu plaksus mempengaruhi kegiatan di pleksus yang lain, Akson
akson di kedua pleksus mempunyai banyak sekali cabang ; prerangsangan di salah
satu tempat di dalam pleksus mengakibatkan impuls dihantarkan kebagian atas
maupun kebagian bawah saluran GI. Misalnya keaktifan yang dimulai I bagian atas
usus halus dapat mempengaruhi kegiatan otot polos dan kelenjar di lambung maupun
di saluran Gi bagian bawah. Diantara reseptor yang disebutkan diatas tadi, banyak
yang merupakan ujung akhir neuron di dalam pleksus. Hubungan saraf di dalam
pleksus memungkinkan refleks refleks saraf yang ridak bergantung kepada sistem


49
saraf pusat . Namun hal ini tidak berarti bahwa sistem saraf pusat tidak dapat
mengendalikan saluran GI
Sistem saraf ekstrinsik adalah serat saraf dari bagian simpatis dan parasimpatis
sistem saraf otonom masuk ke dalam saluran GI dan mengadakan sinaps dengan
neuron di dalam pleksus. Melalui jalur saraf ini, sistem saraf pusat dapat
mempengaruhi keaktifan motorik dan sekretorik seluran GI. Jadi ada 2 jenis jalur
refleks saraf yang menghubungakan suatu rangsang dengan jawabannyam yaitu 1)
refleks jarak pendek, dari reseptor melalui pleksus saraf ke sel efektor; 2) refleks
jarak jauh, berjalan dari reseptor melalui saraf ekstrinsik ke sistem saraf pusat,
kembali ke pleksus saraf dan sel efektor dengan perantaraan saraf otonom. Ada
pengendalian yang hanya berlangsung melalui jalur pendek atau jalur panjang saja,
dan ada yang melalui kedua duanya secara simultan.

FASE FASE PENGENDALIAN GASTRO INTESTINAL
Pengendalian neural dan hormonal sistem pencernaan dalam garis besarnya
dibagi menjadi 3 fase yaitu 1. fase sefalik ; dimulai oleh perangsangan reseptor
dikepala (cephalic). Rangsangannya adalah pengelihatan, penghidu, pengecapan dan
mengunyah serta berbagai keadaan emosional ; 2. Fase Gastrik ; Merupakan
pengaturan refleks yang dimulai oleh rangsang yang diberikan kepada dinding
lambung, pada saat makanan mencapai lambung. Rangsangannya ialah peregangan
karena makanan, asam, peptida ; 3. Fase intestinal ; dimulai oleh rangsang di dalam
lumen usus halus. Rangsangannya dalah peregangan, keasaman, osmolaritas, pelbagai
hasil pencernaan kerbohidrat, lemak dan protein.

FUNGSI FUNGSI ORGAN GASTRO INTESTINAL
1. Mulut ; untuk mengunyah, yaitu pemecahan partikel besar makanan menjadi
partikel kecil yang dapat ditelah tanpa menimbulkan rasa tercekik (choking).
Kerjasama otot pengunyah dengan otot lidah dan pipi penting untuk proses
mengunyah yang efisien, Kemudian makanan membentuk bolus yang dapat
ditelah. mEngunyah merupakan tindakan ritmis yang dikendalikan oleh saraf
somatis yang menuju otot rangka di mulut dan rahang. Disamping pengendalian


50
volunter, gerakan mengunyah yang ritmis ini secara refleks diaktifkan oleh
tekanan makanan terhadap gusi, gigi, pallatum durum dan lidah.
2. Saliva ; untuk membasahi dan melumas pertikel makanan sebelum ditelan
3. Farings dan esofagus ; fasrings dan esofagus tidak ikut serta pada proses
pencernaan tetapi hanya menyediakan jalur untuk masuknya makanan dan
minuman ke dalam lambung. Motilitas segmen ini berkaitan dengan proses
menelan. Menelan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase oral, fase faringeal dan
fase esofageal.
4. Lambung ; Menyimpan, melarutkan dan mencerknakan parsial makanan yang
masuk lambung serta meneruskan cairan dan makanan yang dicernakan parsial ke
usus halus dalam jumlah yang optimal untuk disempurnakan pencernaannya dan
diabsorbsi secara maksimal.
5. Usus halus ; merupakan segmen terpanjang saluran GI terdiri atas duodenum (25
cm), Jejunum (104 cm dan ileum (156 cm) . Usus halus merupakan tempat
sebagian besar proses pencernaan dan absorpsi.


Gambar 24 : Proses Penelanan
(4)



51


Gambar 25 : Struktur dinding lambung
(4)



Gambar 26 : Gambaran yeyunum
(4)




52

A

B


Gambar 27 : Fase Fase sekresi gaster.
(4)
A. Fase sefalik
B. Fase Gastrik
C. Fase Intestinal





53

A

B

C

Gambar 28 : Dinding Intestinal
(4)

A. Potongan intestine
B. Plica tunggal dan Villi berganda. Organisasi dinding intestinal
C. Struktur internal dari villi tunggal, memberlihatkan pasokan kapiler dan
limfatik. Villi pada pandangan potongan



54

A

B
Gambar 29 : Usus Besar
(3)
A. Anatomi keseluruhan dan area usus besar
B. Rektum dan Anus



55
BAB XI
SISTEM RESPIRASI

Setiap sel dalam tubuh membutuhkan suplai O
2
yang adekuat untuk menunjang
kelangsungan proses metabolisme sel dalam menghasilkan energi. Oksidasi berbagai
bahan nutrisi untuk menghasilkan energi menyebabkan terbentuknya sejumlah besar
CO
2
yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh.

Karbohidrat
Lemak + 0
2

2
+ H
2
O + Energi
Protein

Fungsi utama sistem respirasi ialah menjamin tersedianya O
2
untuk kelangsungan
metabolisme sel sel tubuh serta mengeluarkan CO
2
hasil metabolisme sel secara
terus menerus.
Dibidang fisiologi, proses respirasi yang dipelajari mencakup dua proses yaitu
respirasi luar ( external respiration ) dan respirasi dalam ( internal / selular
respiration). Respirasi dalam ialah proses metabolik intraseluler yang terjadi di
mitokondria, meliputi konsumsi O
2
dan produksi CO
2
selama pengambilan energi
dari molekul molekul nutrien. Respirasi luar meliputi seluruh urutan langkah
kejadian dalam pertukaran O
2
dan CO
2
antara sel sel dalam tubuh dengan
lingkungan luar. Secara garis besar, proses respirasi luar dapat dibagi menjadi 4
bagian, yaitu :
1. Pertukaran udara antara udara luar dengan udara dalam alveol. Hal ini terjadi
melalui aksi mekanik pernapasan yang lazim disebut ventilasi. Kecepatan ventilasi
diatur sesuai dengan kebutuhan ambilan O
2
dan pembentukan CO
2
dalam tubuh.
2. Pertukaran O
2
dan CO
2
antara udara alveol dengan darah di dalam kapiler paru
melalui proses difusi. Untuk menjamin kelangsungan pertukaran gas yang efisien
antara udara alveol dan darah kapiler paru diperlukan perbandingan ventilasi dan
perkusi yang sepadan.


56
3. Pengangkutan O
2
dan CO
2
oleh sistem peredaran darah, dari paru paru ke
jaringan dan sebaliknya.
4. Pertukaran O
2
an CO
2
darah dalam pembuluh kapiler jaringan dengan sel sel
jaringan melalui proses difusi.
Peran sistem respirasi hanya terbatas pada proses ventilasi dan pertukaran gas
antara udara alveol dengan darah kapiler paru. Proses respirasi selanjutnya dilakukan
oleh sistem peredaran darah.

Sistem respirasi juga mempunyai beberapa fungsi tambahan lain, yaitu :
1. Membantu pengeluaran air dan panas dari dalam tubuh. Udara yang dihirup akan
dilembabkan dan dipanaskan di dalam saluran pernapasan sebelum dikeluarkan
dari paru - paru.
2. Membantu meningkatakan aliran balik vena (fungsinya sebagai pompa)
3. Membantu berbicara, bernyanyi, dan vokalisasi.
4. Mengeluarkan, memodifikasi, mengaktifkan atau menginaktifkan berbagai bahan /
materi yang melewati sirkulasi pulmonal. Darah dari jaringan tubuh yang kembali
ke jantung harus melewati sirkulasi pulmonal sebelum dikembalikan ke aliran
sistemik. Letak paru paru yang unik memungkinkan untuk mengeluarkan
sebagian atau seluruh materi spesifik dari jaringan, yang masuk ke aliran darah,
sebelum zat tersebut mencapai organ lain melalui sistem arteri. Misalnya, berapa
prostaglandin, zat kimia yang dilepas oleh berbagai jairingan untuk menimbulkan
respon lokal tertentu, akan diinaktifkan di paru paru sehingga tidak
menimbulkan efek sistemik. Sebaliknya, prostaglandin akan disintesis di dalam
paru dan akan dilepaskan ke dalam aliran darah, apabila jaringan paru teregang.
Disamping itu, paru mengaktifkan hormon angiotensin II, yaitu suatu hormon
yang memegang peranan yang sangat penting di dalam menampung kadar ion
natrium di cairan ekstrasel. Converting enzyme yang mengaktifkan angiotensin
II terdapat pada permukaan sel endotel kapiler paru. Enzim tersebut juga
menginaktifkan bradikinin.




57
Sistem pernapasan pada manusia terdiri dari :
1. Sistem saluran udara yang berfungsi menyalurkan udara dari luar ke dalam paru.
Pada bagian ini praktis tidak terjadi pertukaran gas
2. Organ pertukaran gas (paru paru), atau lebih tepat disebut sistem alveol paru,
tempat terjadinya pertukaran sejumlah besar O2 dan CO2 secara tepat melalui
proses difusi
3. Mekanisme pompa ventilasi paru, meliputi berbagai struktur dinding dada dan otot
otot pernapasan, berfungsi memompa udara luar yang mengandung cukup O2
ke alveol paru serta mengeluarkan hasil pertukaran gas antara alveol dengan
kapiler paru
4. Pusat pernapasan di otak serta jaras jaras persarafan yang menghubungkan pusat
pernapasan dengan otot pernapasan
5. Sistem sirkulasi darah yang membawa O2 dan CO2 ke dan dari jaringan tubuh.


Gambar 30 : Gambaran Respirasi eksternal dan selular
(3)






58
BAB XII
SISTEM URINARIA

Fungsi dasar ginjal dapat dibagi menjadi 6, yaitu :
1. Mengatur volume cairan tubuh (CES)
2. Mengatur susunan ion CES : Elektrolit (Na
+
, K
+
, Cl
-
, Mg
2+
, Ca
2+
, PO
4

3-
) serta H
+

(pH)
3. Membuang hasil sisa metabolisme yaitu ureum, kreatinin, dan asam urat.
4. Mensekresi renin dan faktor ritropoetik
5. Membentuk 1,25-dihidroksikolekalsiferol
6. Melakukan glukoneogenesis pada keadaan puasa (kelaparanan) yang lama
Ginjal letaknya retroperitoneal di kanan dan kiri kolumna vertebralis. Puncaknya
setinggi vertebra T 12 dan ujung bawahnya kira kira setigngi vertebra L-3 ; yang
kanan agak lebih randah dari yang kiri karena adanya hepar. Pada orang dewasa ginjal
beru rata 160 175 gr. Ginjal dapat
dibedakan menjadi bagian medula (sebelah dalam) dan bagian korteks (sebelah luar).
Satuan fungsional ginjal atau nefron terdiri atas glomerolus (corpus malpighi) dan
tubulus. Glomerolus letaknya di bagian korteks ginjal dan dapat dibedakan dalam
glomerolus kortikal (letaknya di 2/3 bagian korteks sebelah luar) dan gromerulus
jukstamedula (letaknya 1/3 bagian dalam korteks ; jumlahnya hanya meliputi 15%
dari jumlah totalnya (yaitu 1,2 juta pada setiap ginjal). Glomerolus terdiri atas
kapilergromerolus dan kapsula Bowman. Tubulus terdiri atas Tubulus proksimal pars
convoluta, ansa henle dan tbulus distas pars convoluta. Aparatus jukstagromerulus
merupakan struktur khusus pada nefron yag menghasilkan renin. Nefron akan
bermuara pada ductus colligens yang secara fungsional sangat erat hubungannta
dengan tubulus ginjal dan sering digolongkan sebagai nefron distal atau nefron
terminal. Ada 3 proses yang berlangsung di nefron, yaitu : filtrasi di gromerulus,
reabsorpsi di tubulus dan sekresi di tubulus.





59
PERSARAFAN GINJAL.
Terutama berasal dari sistem saraf simpatis (Nervus slanchnicus) keluar dari
T12 L2. Serat eferon menuju ke pembuluh ginjal (arteriola aferen dan eferen),
terutama bersifat vasokonstriktor. Juga ada serat serat yang berakhir di dekat sel
macula densa dan sel jukstaglomerulus, yang bersifat noradenergik.
PROSES FILTRASI
Dengan pelbagai cara pemeriksaan (mikropunksi, clearance, teknik stopflow)
dapat dikemukakan bahwa ada 3 proses yang berlangsung di dalam nefron, yaitu : di
glomerulus (filtrasi /ultrafiltrasi) dan di tubulus (reabsorpsi dan sekresi). Dengan
teknik mikropunksi dapat dibuktikan bahwa cairan yang dibentuk dalam kapsula
bowman menyerupai caitran ultrafiltrasi plasma (cairan plasma tanpa protein).
Susunan elektrolit cairan filtrat dapat dikatakan hampir sama dengan susunan
elektrolit plasma.
Kenyataan diatas menunjukan adanya proses filtrasi. Proses filtrasi ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya adalah : tekanan filtrasi, luas permukaan filtrasi
(0,8 m2) dan permeabilitas membran filtrasi. Tekanan filtrasi ditentukan oleh yang
mendorong filtrasi = tekanan hidrostatik di kapiler glomerulus dan yang melawam
filtrasi = tekanan hidrostatik di kapsula Bowman dan tekanan koloid osmotik (tekanan
onkotik) protein plasma. Tekanan tekanan tersebut diatas juga dikenal dengan
Starling Forces. Tekanan hidrostatik di kapiler glomerulus bergantung kepada
tekanan darah sistemik dan diameter arteriola aferen dan eferen (konstriksi / dilatasi).
Tekanan hidrostatik di kapsula Bowman bergantung kepada keadaan ureter (obstruksi
) dan keadaan ginjal (oedema dan kapsula fibrosa ginjal yang ketat). Tekanan onkotik
atau koloid osmotik protein plasma bergantung kepada konsentrasi protein plasma
(faktor kecil).

PENGUKURAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS
Laji filtrasi glomerulus dapat diukur (pada orang / binatang) dengan mengukur
ekskresi dan kadar plasma suatu zat yang mudah difiltrasi di glomerulus dan tidak
diarbsorpsi maupun di sekresi oleh tubulus. Jumlah zat tersebut yang terdapat di
dalam kerja persatuan waktu merupakan hasil volume plasma yang difiltrasi yang


60
mengandung jumlah zat tersebut. Zat yang digunakan mengukur LFG selain harus
mudah difiltrasi di glomerulus dan tidak direabsorpsi serta disekresi oleh tubulus,
masih harus memenuhi syarat lain sebagai berikut : tidak mengalami metabolisme,
tidak disimpan di ginjal, tidak terikat protein, tidak bersifat racun, tidak mempunyai
efek pada LFG dan sebaiknyaa mudah diukur kadarnya dalam plasma maupaun
(10% lebih rendah)
Luas permukaan filtrasi ditentukan oleh jumlah nefron yang berfungsi (dapat
berkurang kerena penyakit yang menimbulkan kerusakan nefron atau karena
dilakukanpengangkatan ginjal . nefrektomi parsial). Permeabbilitas memberan filtrasi
ditentukan oleh jumlah pori per hefron dan tebal membran.
Filtrasi Glomerulus (GFR = Glomerular Filtration Rate)
Volume cairan plasma yang difiltrasi permenit disebut LFG / GFR. Faktor
faktor yang mempengaruhi proses filtrasi juga akan memepngaruhi LFG ; perubahan
pada besar arus plasma ginjal juga akan mempunyai efek pada LFG.
Prinsip Dasar fungsi glomerulus
Walaupun filtrasi di glomerulus merupakan langkah pertama pada
pembentukan kemih, proses tersebut tidak banyak pengaruhnya terhaap hasil akhir
fungsi ginjal, yaitu dalam mengatur imbangan elektrolit tubuh. Pada keadaan normal
atau patologik, di glomerulus akan dientuk cairan filtrasi dengan volume dan susunan
yang relatif tetap. Sedangkan homeostasis organismr sebagai keseluruhan hanya dapat
dipertahankan degan mengoleh cairan ultrafiltrasi tersebut melalui sistem tubulus
uang menyesuaikan kecepatan eksresi air dan zat yang terlarut di dalamnya.
Reabsorbsi merupakan oengambilan cairan dan zat yang terlarut malalui atau
kedalam dinding tubulus. Sekresi adalah pemindahan zat zat terlarut (solutes) dari
ruang peritubular atau sel sel tubulus ke dalam cairan tubulus. Proses reabsorbsi dan
sekresi merupakan proses transport melalui membran biologik yang dapat dibagi
menjadi transport aktif yang membutuhkan supply energi langsing yang berasal dari
rekasi biokimia di dalam sel tubulus, dan trasnpor pasif yang semata mata
bergantungkepada gaya gaya fisik.



61
PROSES BERKEMIH
Ureter, dindingnya menganding 3 berkas otot polos, yang tersusun spiral, longitudinal
dan sirkular. Konstrasksi peristaltik berlangsung teratur 1 5 kali / menit, dengan
setiap gelombang peristaltik didorong sejumlah kemih, demikian terjadi pengisiannya
dari pelvis ginjal ke vesica urinaria.
Vesica Urinaria, otot polos dindingnya juga tersusun dalam 3 berkas (spiral
,longitudinal dan sirkular), persarafan otot detrusor ini melalui SSO (autoflow sacral
2,3,4 ). Sphincter urethrae Internus (Lanjutan otot detrusor) di sebelah kanan kriri
retra, persarafan otonomik S 2,3,4. Sphincter urethrae Externus (otot rangka)
persarafan somatik (Sacral 2,3,4) Fungsi vesica urinaria adalah reservoir dan
mengosongkan kemih pada saat saat tertentu. Cystometry adalah pemeriksaan
fungsi vesica urinaria, hasilnya digambarkan pada susunan ordinat dan disebut
cystometrogram.


Gambar 31 : Pasokan darah Ke ginjal, ditunjukan arteri dan vena mayor.
(4)


62


Gambar 32 : Gambaran Nefron
(4)










63
DAFTAR PUSTAKA


1. Seeley, RR ; Stephens, TD ; Tate, P ; Anatomy and Physiology ; 4
th
ed ; McGraw-
Hill ; 1998 ; 255-56, 259, 506 8, 514, 516

2. Sherwood, L ; Human Physiology, from cells to sistems ; 4
th
ed ; Brooks/Cole
Thomson Learning ; 2001 ; 134,138,139, 165, 401, 403, 623, 626


3. Silverthorn, DU ; Ober, WC ; Garrison, CW ; Silverthorn AC ; Johnson, BR ;
Human Physiology, an integrated approach ; 3
rd
ed ; Pearson Banjamin cummings
; 2004 ; 547, 494, 812-4

4. Martini, FH ; Ober, WC ; Garrison, CW ; Welch, K ; Hutchings, RT ; Ireland, K ;
Fundamentals of anatomy and physiology ; 6
th
ed ; Benjamin cummings ; 2004 ;
890 1, 895, 899, 911, 975-6, 1048, 1063, 1065, 1081

5. Ganong, WF ; Review of medical physiology ; International edition ; 18
th
ed ;
Prentice Hall International ; 1997

Anda mungkin juga menyukai