NIM : G1B118060
PRODI : KEPERAWATAN
KONSEP BIOLISTRIK
PEMBAHASAN
A. Pengertian Biolistrik
Biolistrik adalah energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dari
ATP (Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energi
yang bernama mitchondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan
fenomena sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik yang merupakan
lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan tipis muatan negatif
pada permukaan dalam bidang batas/membran. Kemampuan sel syaraf (neurons)
menghantarkan isyarat biolistrik sangat penting.
1
B. Potensial Listrik Pada Berbagai Keadaan Sel
a) Tranduksi Sinyal
Tranduksi sinyal terjadi ketika sinyal yang dibawa antara sel dan sel
menimbulkan sebuah respons. Respons yang dihasilan dari proses tranduksi sinya
tersebut dapat berupa respons metabolism, ekspresi gen, pembelahan sel, maupun
motilitas dari sel dan organisme tersebut. Hal ini terjadi dengan tujuan agar sel
dapat beradaptasi.
Dua komponen yang plaing penting dari proses transduksi sinyal adalh sinyal
dan resptor. Sinyal yang dimaksud merupakan molekul kimia yang di eksresikan
oleh sel dan membawa infomasi. Reseptor sendiri berperan dalam penerimaan
sinyal tersebut dan pengolahan respon dari sel ke sel lainnya maupun ke dalam sel
itu sendiri.
Sinyal emmbawa pesan dari luar sel menuju ke dalam el, resptor berada di
mebran sel dan di dalam sel tergantung dari siyal yang menuju sel tersebut.
Respetor yang berada pada permukaan bersifat bersifat hidrofilik sedangakan
resptor yang berada di dalm sel bersifat hidrofobik. Hal ini tergntung dari
permeabilitas molekul sinyal. Semakin permeable sinya tersbut, maka resptor
yang dibuthkan umumnya adlah resptor yang hidrofobik, berbeda dengan sinyal
yang kurang permeable, umumnya perlu ditungkap oleh reseptor hidrofilik yang
terdapat pada membrane sel yang dituju oelh resptor tersebut.
Adapun dalam proses masuknya sinyal ke dalam sel, sinyal berperan sebagai
frist messenger dan diterima oleh resptor aktif. Untuk membantu ketersampaian
2
informasi yang di bawa oleh sinyal kedalam sel, diperlukan protein G sebagai
kofaktor enzim di membrane sel yang dibantu oleh molekul kecil lain yang
disebut sebagai Secod Messenge.
b) Potensial Membrane
Dalam keadaan istirahat, anatara sisi dalam dan luar mebran sel terdapat
suatu benda beda potensial yang disebut dengan potensial istirahat sel. Potensial
ini berpolaritas negative di sisi dalam dan positif di sisi luar membrane sel.
3
Berikut ini akan diuraikan bagaiman terjadinya potensial istirahat sel
tersebut. Dalam keadaan istirahat, di sisi dalam dan luar membrane sel sama-sma
terdapat ion-ion potassium dan sodium, tetapi dengan konsentrasi yang berbeda.
Adanya perbedaan kosentrasi ion di sisi dalam dan di luar membrane ini
mendorong terjadinya ifusi ion-ion tersebut menembus membrane sel.
d) Depolarisasi
e) Repolarisasi
Tahap ini berlangsung setelah tahap depolarisasi berakhir, dan membrane menjadi
permeable terhadap ion kalium. Berakhirmya tahap depolarisasi adalah ketika
kanal ion natrium tertutup secara lambat.
f) Hiperpolarisasi
Setelah tahap repolarisasi berakhir, dikenal suatu kondisi yang disebut positive
after potential. Keadaan ini merupakan kondiris potensial membrane yang lebih
negative dari kondisi istrahat. Terjadi beberapa milidetik setelah berkahirnya
potensial aksi.
g) Potensial Aksi
Potensial aksi bisa terjadi apabila suatu daerah membrane saraf atau otot
mendapat rangsangan mencapai nilai ambang. Potensial aksi itu sendiri mepunyai
4
kemampuan untuk merangsang daerah sekital sel membrane untuk mencapai nilai
ambang. Dengan demikian dapat terjadi perambatan potensial aksi ke segal
jurusan sel membrane. Keadaan ini disebut perambatan potensial aksi atau
gelombang depolarisasi. Periode Refakter Absoult: selama periode ini tidak ada
rangsangan, tidak ada unsur kekuatan untuk mengahsilkan potensial aksi yang
lain. Periode Refrakter Relatif: setelah sel membrane mendekati repolarisasi
seluruhnya maka dari periode refekter absolut akan menjadi periode refekter
relative dan apabila ada stimulus/rangsangan yang kuar secara normal akan
mengahsilkan potensail aksi yang baru.
5
yang diberikan pada pasien nyeri dapat melemahkan sensitivitas reseptor nyeri
dengan cara menurunkan prostaglandin sehingga dapat menimbulkan efek
anestesi. Sedangkan penggunaan terapi panas dapat meningkatkan aliran darah
yang dapat menurunkan tingkat nyeri sehingga mempercepat proses
penyembuhan. Untuk mengalihkan rasa nyeri juga dapat dilakukan dengan
melatih ekstremitas alat gerak sehingga rasa nyeri dapat berangsur hilang.
c. Transmisi Sinapsis
Neuron berkomunikasi melalui sinapsis dan perantaranya adalah substansi
kimia yang dilepaskan oleh terminal button. Substansi kimia ini disebut dengan
substansi transmitter atau neurotransmitter yang berdifusi diantara celah terminal
button dengan membran dari neuron penerima. Macam substansi transmitter ini
akan menentukan efek pembangkitan (excitatory) atau efek penghambatan
(inhibitory).
d. Mekanisme Transmisi Sinapsis
Transmisi sinapsis berlangsung melalui dua macam proses transmisi
neurokimia yang berbeda satu sarna lain, yaitu small-molecule neurotransmitters
dan large-molecule neurotransmitters.
1. Small-Molecule Neurotransmitters.
Proses ini dimulai dengan berkumpulnya substansi kimia didalam cisterna
yang akan disimpan didekat membran presinapsis (membran presinapsis
kaya akan kelenjar-kelenjar yang mengandung kalsium. Bilamendapat
stimulasi dari potensial aksi,saluran kalsium tadi akan terbuka dan ion
Ca++ akan masuk kedalam button. MasuknyaCa++ akan mendorong
pembuluh sinapsis untuk melakukan kontak dengan membran presinapsis
dan melepaskan isinya kedalam celah sinapsis .Proses itu disebut
denganexocytosi yang berlangsung pada setiap kalistimulasi dari potensial
aksi terjadi langsung menyampaikan pesan kepada reseptor postsinapsis
yang ada disekitarnya (lokal).
2. Large-molecule Neurotransmitters. Prosesexocytosis juga terjadi, namun
untuk largemolecule neurotransmitter, substansi kimia yang dibutuhkan
akan berkumpul dalam badan goigi dan dialirkan ke buttons melalui
6
microtubules. Proses exocytosisnya tetap sarna, namun bilasmall-molecule
berlangsung pada setiap kali terjadi stimulasi; proses exocytosis large-
molecule akan berlangsung secara bertahap. Large-molecule umumnya
juga tidak dilepaskan pada celah sinapsis, namun dilepaskan pada cairan
ekstrasel dan pembuluh darah. Oleh karena itu proseslarge-molecule ini
biasanya terjadi pada reseptor yang letaknya jauh dari proses exocytosis
dan pengaruh yang disebarkan juga tidak terbatas pada neuron yang ada
disekitarnya tetapi juga neuron-neuron yang letaknya berjauhan.
Olehkarenaitu proseslarge-molecule neurotansmitter umumnya lebih
berfungsi sebagai neuromodulator. Proseslarge-molecule diperlancar
dengan bantuanproses-proses smallmolecule sebagai second
messenger/penyampai pesan sekunder). Neuromodulator memiliki peranan
yang besar dalam mengkontrol emosi dan motivasi.
Kenyataan bahwa transmisi pada sebagian besar sinaps bersifat kimiawi,
merupakan hal yang penting di bidang fisiologi dan farmakologi. Ujung-ujung
saraf dinamakan transduser biologis yang mengubah energi listrik menjadi energi
kimiawi. Secara umum, proses pengubahan energi ini meliputi proses sintesis zat-
zat transmiter, penyimpanannya di vesikel-vesikel sinaptik dan pelepasannya oleh
implus saraf, ke dalam celah sinaptik. Transmiter yang dilepaskan ini kemudian
bekerja pada reseptor yang sesuai di membran sel postsinaptik dan dengan cepat
disingkirkan celah sinaptik melaui proses difusi, metabolisme, dan pada bebrapa
keadaan, dikembalikan ke neuron presinaptik. Seluruh proses ini, proses-proses
pasca reseptor di neuron postsinaptik, dikendalikan oleh berbagai faktor fisiologis
dan setidaknya secara teori dapat dipengaruhi obat-obatan. Karena itu para ahli
farmakologi seyogyanya dapat membuat obat-obatan yang tidak hanya dapat
mengatur kegiatan motorik sematik maupun viseral, tetapi juga mengatur emosi,
perilaku, serta semua fungsi otak yang kompleks.
1) Potensial End Plate
Di dalam suatu sel saraf terdapat unit motor. Unit motor adalah
motoneuron bersama dengan akson dan seluruh serabut otot dinervasinya. Pada
saat sebuah motoneuron beraksi, seluruh serabut otot yang dinervasinya
7
berkontraksi. Karena satu motoneuron mungkin menginervasi dari sangat sedikit
sampai seribu atau lebih serabut otot, maka ukuran unit motor sangat bervariasi.
Unit motor yang kecil terdapat pada otot-otot yang kecil, misalnya otot
ekstraokuar dan otot tangan. Demikian juga, unit motor yang kecil terdapat pada
otot-otot yang melakkan berbagai gerak yang halus , misalnya terdapat pada
m.tibialis anterior, m. Gastrocnemius. Serabut saraf yang kecil umumnya juga
berdiameter lebih kecil dibandingkan unit yang besar. Satu serabut saraf dapat
menginervasi banyak serabut otot karena akson mempunyai banyak cabang.
Serabut otot yang berasal dari satu unit motor tersebar merata di otot.
Ujung cabang-cabang motoneuron bersama dengan membran otot yang
dinervasinya membentuk motor –end plate (junctio neuromuscularis), terdiri atas
dua bagian, yaitu saraf dan otot yang saling dipisahkan oleh celah. Jadi motor end
plate ini dalam beberapa hal mirip sinapsis di sistem saraf sentral. Bagian ini
mengandung beberapa nuklei dan banyak mitokondria serta miofibril. Bagian otot
dilengkapi dengan sejumlah benjolan seperti buah anggur, sangat mirip benik
terminal. Setiap benjolan “melesak” ke dalam serabut otot dan mengandung
vesikel sinapsis dan mitokondria.
Telah diketahui bahwa substransi transmiter di end plate adalah
asetilkolin. Ia masuk ke dalam celah, berikatan dengan membran otot, dan
mengakibatkan perubahan permiabilitas membran tersebut. Satu impuls saraf
menghasilkan suatu potensial end plate, dan apabila potensial ini mencapai
ambang maka terjadilah potensial aksi yang disebarkan ke sepanjang serabut otot
dan menimbulkan kontraksi. Asetilkolin yang dilepaskan pada saat datangnya aksi
potensial saraf akan segera dipecah oleh asetilkoliesterase. Transmisi impuls di
junctio neuromuscularis dapat dipengaruhi melalui berbagai cara. Curare,
misalnya, mengurangi potensial end plate, dengan demikian mencegah timbulnya
potensial aksi. Akibatnya terjadi paralisis otot.
Kerusakan yang terjadi pada miastenia gravis adalah kerusakn pada
transmisi di end plate. Potensial yang direkam pada EMG adalah aksi potensial
serabut otot tersebut diatas. Apabila serabut saraf dipotong, maka motor endplate
dan serabut saraf mengalami degenerasi. Pada umumnya satu serabut otot
8
diinervasi oleh satu akson dan mempunyai satu motor end plate. Setelah lahir
ukuran motor unit mengecil, mungkin karena pada mulanya satu serabut otot
diinervasi oleh lebih dari satu motoneuron. Setelah tercapai bentuk dewasa yaitu
satu serabut otot diinervasi oleh satu motoneuron, maka ukuran unit motor
menjadi konstan.
2) Pembentukan (Excitarory Post Synaptic Potensial/ EPSP)
Suatu sinaps adalah persambungan diantara neuron. Neuron yang
mentransmisikan informasi adalah neuron prasinaps; neuron yang berada di luar
sinaps merupakan neuron pasca sinaps. Sinaps listrik memungkinkan ion mengalir
langsung dari satu neuron ke yang lain Sinaps kimia adalah situs pelepasan dan
pengikatan neurotransmiter. Bila
impuls mencapai ujung (terminal) aksonal prasinaps, saluran Ca2+ terbuka, dan
Ca2+ memasuki sel dan memperantarai pelepasan neurotransmiter.
Neurotransmitter kemudian berdifusi melintasi celah sinaps dan berikatan
dengan reseptor pascasinaps, yang akan menyebabkan terbukanya saluran ion.
Setelah berikatan, neurotransmiter dilepaskan dari sinaps dengan pemecahan
enzimatik atau pengambilan kembali (reuptake) ke terminal prasinaps atau
astrosit. Pengikatan neurotransmiter pada sinaps kimia eksitasi menyebabkan
depolarisasi bertahap yang disebut EPSP, yang menyebabkan terbukanya saluran
ion dan memungkinkan lewatnya Na + dan K + secara simultan. Neurotransmiter
yang berikatan pada sinaps kimia inhibisi menyebabkan hiperpolarisasi yang
disebut IPSP, yang menyebabkan terbukanya gerbang K + atau Cl - atau
keduanya.
3) Inhibitor Postsinapsis
EPSP dihasilkan oleh perangsangan jenis rangsangan, tetapi perangsangan
oleh beberapa rangsangan lain menghasilkan hiperpolarisasi. Seperti, EPSP,
hiperpolarisasi mencapai puncaknya 1-1,5 mdet setelah perangsangan dan
menurun secara eksponensial dengan konstanta waktu (waktu untuk penurunan
potensial sampai 1/e, atau ½, 718 dari maksimum) sebesar sekitar 3 mdet. Selama
berlangsungnya potensial hiperpolarisasi ini, kepekaan neuron terhadap
rangsangan lain, menurun, sehingga dinamakan potensial inhibis postinaptik
9
(IPSP). Terjadi penjumlahan IPSP, yang tampak dari bertambah besarnya respons
saat kekuatan rangkaian rangsang inhibisi aferen meningkat. Juga terjadi
penjumlahan waktu. Jenis inhibisi ini dinamakan inhibisi postsinaptik atau inhibisi
langsung.
Inhibisi di SSP dapat berupa inhibisi postsinaptik atau perisinaptik.
Inhibisi postsinaptik selama berlangsungnya IPSP dinamakan inhibisi langsung,
karena bukan merupakan akibat dari lepas muatan yang terjadi sebelumnya di
neuron postsinaptik. Berbagai bentuk inhibisi tidak langsung, yaitu inhibisi yang
disebabkan oleh efek lepas muatan yang terjadi sebelumnya di neuron
postsinaptik, juga terjadi. Misalnya post sinaptik dapat bersifat refrakter terhadap
perangsangan, karena baru saja mencetuskan potensial aksi dan sedang dalam
masa refrakternya. Selama berlangsungnya hiperpolarisasi ikutan, sel juga kurang
dapat dirangsang. Pada neuron spinal, terutama setelah cetusan potensial aksi
berulang, amplitudo hiperpolarisasi ikutan ini dapat besar dan lama.
10
tengkorak serta tulang vertebralis (columna vertebralis). Berfat
otak 1500 gram dan hanya 50 gram yang efektif.
Struktur dasar dari sistem saraf di sebut neuron/sel saraf. Suatu sel saraf
mempunyai fungsi menerima, interpretasi dan menghantarkan aliran listrik.
2. Kelistrikan Saraf
Potensial aksi bisa terjadi apabila suatu daerah membran saraf atau otot
mendapat rangsangan mencapai nilai ambang. Potensial aksi itu sendiri
mempunyai kemampuan untuk merangsang daerah sekitar sel membran untuk
mencapai nilai ambang. Dengan demikian dapat terjadi perambatan potensial aksi
ke segala jurusan sel membran keadaan ini disebut perambatan potensial aksi atau
gelombang depolarisasi.
11
Periode refrekter relatif
Setelah sel membran mendeteksi repolarisasi seuruhnya maka dari periode
refrekter absolut akan menjadi periode refrekter relatif, dan apabila ada
stimulasi/rangsangan yang kuat secara normal akan menghasilkan
potensial aksi yang baru.
4. Kelistrikan Pada Sinapsis dan Neuromyal Junction
Hubungan antara dua buah saraf disebut sinapsis; berakhirnya saraf pada
sel otot/hubungan saraf otot disebut Neuromnyal junction.
Sel membran otot jantung sangat berbeda dengan saraf dan otot bergaris.
Pada saraf maupun otot bergaris dalam keadaan potensial membran istirahat
dilakukan ragsangan ion-ion Na+ akan masuk ke dalam sel dan setelah tercapai
nilai ambang akan timbul depolarisasi. Sedangkan pada sel otot jantung, ion
Na+ berlahan-lahan akan masuk kembali kedalam sel dengan akibat terjadi gejala
depolarisasi secara spontan sampai mencapai nilai ambang dan terjadi potensial
aksi tanpa memerlukanrangsangan dari luar.
12
7. Elektroda
Untuk mengukur potensial aksi secara baik dipergunakan elektroda.
Kegunaan dari elektroda untuk memindahkan transmisi ion ke
penyalur elektron. Bahan yang dipakai sebagai elektroda adalah perak
dan tembaga. Apabila sebuah elektroda tembaga da sebuah elektroda
perak di celupkan dalam sebuah larutan misalnya larutan elektrolit
seimbang cairan badan/tubuh maka akan terjadi perbedaan potensial
antara kedua elektroda itu.
Bentuk-bentuk :
Bentuk plat.
Bentuk suction cup
Bentuk floating.
Bentuk ear clip
Bentuk batang.
8. Isyarat Listrik Tubuh
Isyarat listrik ( elektrical signal ) tubuh merupakan hasil perlakuan
kimia dari tipe-tipe sel tertentu. Dengan mengukur isyarat listrik tubuh
13
secara selektif sangat berguna untuk memperoleh informasi klinik
tentang fungsi tubuh.
1) EMG ( Elektromiogram ).
2) ENG ( Elektroneurogrfam ).
3) ERG ( Elektroretionogrfam ).
4) EOG (Elektrookulogram ).
5) EGG ( Elektrogastrogram ).
6) EEG ( Elektroensefalogram ).
7) EKG ( Elektrokardiogram ).
Sel membran otot jantung serupa dengan sel membran otot bergaris, yaitu
mempunyai kemampuan menuntun suatu perambatan potensial aksi/gelombang
depolarisasi. Depolarisasi membran otot jantung (miokardium) oleh perambatan
potensial aksi dengan menghasilkan kontraksi otot. Hanya saja ada 3 hal penting
perbedaan antara sel otot jantung dengan sel otot bergaris .
14
DAFTAR PUSTAKA
http://mustikadewi.student.esaunggul.ac.id/2012/12/05/tugas-online-iii-fisika-
kelistrikan-dan-kemagnetan-dalam-tubuh-manusia/
http://perawatonline.com/2008/07/aktifitas-kelistrikan-jantung/
15