DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan sekalian alam yang
selalu melimpahkan petunjuk rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan literature review yang berjudul ”PENGARUH TERAPI KOMPLEMENTER
PADA PERAWATAN HIV/AIDS” Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing atas bimbingan yang telah berikan dan telah membantu, sehingga penulis
merasa lebih ringan dan lebih mudah menulis literature review ini.
Penulis menyadari bahwa literature review ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, baik dari segi penulisan, penyusunan kata demi
kata maupun dalam penyusunan bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada
semua pihak untuk memberikan sumbangan pemikiran berupa kritik dan saran dari para
pembaca yang sifat yang membangun yang akan penulis terima dengan senang hati demi
penyempurnaan literature review ini dimasa yang akan datang.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................6
1.4 Manfaat...........................................................................................................6
BAB II KAJIAN LITERATURE..........................................................................7
BAB III PENUTUP..............................................................................................26
4.1 Kesimpulan....................................................................................................26
4.2 Saran..............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31
3
BAB 1
PENDAHULUAN
HIV adalah virus yang membunuh sel darah putih (CD4) di dalam tubuh. Sel darah
putih berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuh - dengan cara melawan infeksi dan penyakit
yang masuk ke dalam tubuh. Apabila HIV membunuh sel darah putih,maka sistem kekebalan
tubuh manusia akan lemah dan tubuh mudah terserang penyakit. Hal ini bisa juga diibaratkan
suatu negara yang tidak memiliki sistem pertahanan, maka negara tersebut akan mudah
diserang oleh pihak luar.Kondisi di mana system kekebalan tubuh melemah sehingga mudah
terserang penyakit disebut AIDS.
Secara lengkap, tahapan dari sejak terinfeksi HIV hingga tahap AIDS meliputi:
Tahap jendela merupakan masa ketika HIV sudah masuk ke dalam tubuh
seseorang,tapi tubuh belum membentuk antibodi. Akibatnya, ketika menjalani tes
HIV, hasilnya negatif. Lama periode jendela berkisar 0-6 bulan sejak terinfeksi HIV.
Meskipun hasil tes masih negatif, namun jika seseorang sudah terinfeksi HIV, maka ia
sudah dapat menularkan ke orang lain.
Belumada gejala apapun secara fisik. Tubuh masih dapat bekerja secara normal.
Akibat kekebalan tubuh sudah semakin berkurang, maka mulai muncul gejala-gejala
penyakit ikutan (oportunistik).
Tahap awal:keringat berlebihan dimalam hari,diare terus menerus,flu berkepanjangan
Tahap stadium lanjut: radang paru-paru, kanker kulit, infeksi otak, dan gejala penyakit
oportunistik lainnya
Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak
negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS. HIV/AIDS
4
menyebabkan krisis secara bersamaan, menyebabkan krisis kesehatan, krisis pembangunan
negara, krisis ekonomi dan juga krisis kemanusiaan. Dengan kata lain HIV/AIDS menyebabkan
krisis multidimensi. Sebagai krisis kesehatan, AIDS memerlukan respon dari masyarakat dan
memerlukan layanan pengobatan dan perawatan untuk individu yang terinfeksi HIV.
HIV dan AIDS sering dianggap penyakit yang tidak ada obatnya dan dikaitkan
dengan kematian secara cepat. Padahal, kita bisa hidup sehat dengan HIV di dalam tubuh untuk
waktu yang sangat lama, bahkan melebihi pikiran yang umum yaitu lima sampai sepuluh tahun.
Banyak cara yang bisa ditempuh agar kekebalan tubuh tidak berkurang dan kita tidak rentan
terhadap serangan penyakit. Terapi antiretroviral (ARV) merupakan satu-satunya pengobatan
HIV/AIDS. Salah satu masalah dalam pemberian ARV yang menjadi perhatian adalah efek
samping yang merugikan, seperti mual, anxietas, anoreksia, insomnia, serta adanya gangguan
penglihatan dan pengecapan. Efek samping tersebut dapat memengaruhi kualitas hidup
penderita HIV/ AIDS dan dapat berakibat pada berkurangnya kepatuhan pasien sehingga
efektivitasnya menjadi belum optimal.
Perkembangan terapi komplementer akhir akhir ini menjadi sorotan banyak negara.
Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam pelayanan kesehatan di
Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat
627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik
konvensional (Smith et al., 2004). Data lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna
5
terapi komplementer di Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997
(Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002).
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat. Di
berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya tentang terapi komplementer
atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak
dialog perawat untuk penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena
klien ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan
terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat
untuk berperan memberikan terapi komplementer
Penting bagi kita untuk mengerti manfaat terapi komplementer bagi seseoang yang
HIV-positif. Walapun kita tidak boleh menutup kemungkinan adanya keajaiban dan terjadi
kesembuhan, sampai saat ini belum terjadi status orang HIV-positif berubah menjadi HIV-
negatif. Oleh karena itu perlu diketahui pengaruh dari macam macam terapi komplementer
dalam perawatan HIV/AIDS.
6
Sebagai bahan materi atau referensi pembelajaran dan menambah pengetahuan
khususnya mengenai macam macam terapi komplementer dan pengaruh dalam perawatan
HIV/AIDS
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi bagi institusi Pendidikan khususnya prodi keperawatan universitas
jambi.
2. Bagi Ilmu Keperawatan
Sebagai bahan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya yang berkaitan
dengan terapi komplementer dalam perawatan HIV/AIDS
BAB II
KAJIAN LITERATUR
2.1 jurnal 1
1. Peristiwan R. W. Astana,
PENULIS 2. Danang Ardiyanto,
3. Tofan A. Mana
PENERBIT Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Desember 2018
7
merugikan, seperti mual, anxietas, anoreksia,
insomnia, serta adanya gangguan penglihatan dan
pengecapan. Efek samping tersebut dapat
memengaruhi kualitas hidup penderita HIV/ AIDS dan
dapat berakibat pada berkurangnya kepatuhan pasien
sehingga efektivitasnya menjadi belum optimal.
Adanya peningkatan kualitas hidup pada ODHA juga
merupakan faktor yang perlu diperhatikan. Semakin
tinggi kualitas hidup ODHA, semakin tinggi pula
kemampuannya dalam mengatasi penyakit tersebut.
Oleh karena itu, diperlukan suatu terobosan untuk
mengurangi efek samping pengobatan dan
meningkatkan kualitas hidup penderita. Jamu telah
lama digunakan untuk menjaga kesehatan dan
mengobati penyakit. Budaya minum jamu sangat erat
dengan kebudayaan masyarakat. Hal ini diperkuat
dengan hasil Riskesdas tahun 2013 bahwa sebanyak
46,4% penduduk Jawa Tengah menggunakan jamu
sebagai pengobatan tradisional, dan terdapat potensi
untuk menjadikan jamu sebagai terapi komplementer
bagi pasien HIV/AIDS. Penurunan daya tahan tubuh
penderita HIV/AIDS berakibat pada munculnya infeksi
oportunistik dan juga berbagai komplikasi. Seringkali
kematian ODHA disebabkan oleh komplikasi yang
dideritanya.
8
terhadap perubahan kualitas hidup dan nilai CD4+ dari
penderita HIV/AIDS di Kabupaten Sragen.
9
psikologi dan kemandirian terlihat berbeda pada hari
ke-28.Pada penelitian ini, aspek kesehatan umum
subjek uji kelompok jamu meningkat secara signifikan
pada hari ke-14 dan ke-28, sedangkan untuk kelompok
plasebo meningkat pada hari ke-14.. Pada kelompok
subjek jamu, domain psikologi dan kemandirian
meningkat secara signifikan walaupun tidak ada
referensi yang menyebutkan mekanismenya Adanya
peningkatan pada skor kuesioner WHOQOL-HIV
BREF, terutama pada domain hubungan sosial
kelompok subjek jamu, dapat menjadi salah satu alasan
pemberian jamu ini untuk ODHA.
2.2 jurnal 2
10
Effect of Pray Therapy to Limfocyt Level of AIDS in
Haulussy Hospital Ambon
PENULIS
1. Wahyuni Aziza
11
pengobatan dari berbagai bidang termasuk
komplementer sehingga kualitas hidup pasien AIDS
menjadi lebih baik. Terapi komplementer, diantaranya
terapi spiritual namun belum ada penelitain tentang
pengaruh terpi do’a pada kadar limfosit pasien
HIV/AIDS. Penelitian tentang pentingnya spiritualitas
pada penyakit kronis termasuk HIV/AIDS telah
banyak dilakukan. Nokes et al8 mengatakan bahwa
100% dari sampel sebanyak 145 orang dengan
penyakit HIV menyatakan nyaman dengan terapi
komplementer yang dilakukan yang didalamnya
terdapat komponen rohani. Klien melaporkan bahwa
praktek-praktek spiritual membantu meringankan
gejala dan dalam beberapa kasus dapat mengubah
prognosis penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh terapi do’a terhadap kadar CD4
pasien HIV/AIDS
12
Data yang diperoleh, dientri dan diolah secara
elektronik dengan menggunakan komputer dan
selanjutnya diuji melalui 2 tahap yaitu: Analisa
Univariat: untuk melihat distribusi frekuensi hasil
pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel
distribusi, frekuensi, dan narasi. Analisa Bivariat:
Paired T-Test untuk menganalisa data perbedaan kadar
limfosit (CD4) pada kelompok yang diberikan ARV
dengan terapi do’a dan yang tidak diberikan terapi do’a
dan uji T tidak berpasangan (independent T-Test)
adalah untuk melihat perbedaan kadar limfosit (CD4)
pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol
setelah intervensi.
13
untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan
menghambat berkembangnya berbagai penyakit,
menurutnya meditasi selama 1 jam minimal 2 kali
sehari akan meningkatkan daya tahan tubuh
2.3 jurnal 3
JUDUL
14
DENGAN HIV
15
dengan orang lain dan menjalani perawatan di rumah
sakit menyebabkan mereka kehilangan kontak sosial
yang biasa ditemui dirumah.(Kusuma, 2011).
16
hanya berupa laporan sebanyak 1.802 artikel, tidak ada
intervensi untuk depresi dan pemeriksaan CD4 pasien
HIV/AIDS sebanyak 589 artkel, abstrak tidak tersedia
sebanyak 49 artikel dan atikel yang tidak relevan atau
tidak tersedia sebanyak 360 artikel dan sebanyak 18
artikel yang sesuai
17
Liu, 2015). Literatur-literatur yang ada menyarankan
bahwa peningkatan jumlah CD4 karena intervensi
diatas bisa langsung melemahkan proses replikasi virus
dan mengaktifkan respon sistem imun atau tidak
langsung dengan metode penanganan stres yang lebih
sehat dan kepatuhan terapi ARV. Temuan dari
keseluruhan ulasan intervensi diatas mengidentifikasi
bukti tambahan tentang pengaruhnya terhadap
imunologis dan virus pada ODHA.
2.4 jurnal 4
1. Puspa Wardhani
PENULIS
2. Nurbani
18
2016,Hlm. 78 - 83
19
sebagai jalan alternatif pengobatan herbal, untuk
mengurangi kesakitan penderita penyakit HIV/AIDS.
Hasil penelitian menunjukkan para pasien HIV AIDS
ini telah mengalami kemajuan yang pesat terhadap
peningkatan CD4 hanya dalam waktu 2-3 bulan
(Maruli, dkk, 2014). Di wilayah Singkawang dan
sekitarnya termasuk Sambas dan Singkawang sampai
tahun 2014, jumlah penderita HIV sebanyak 679
orang dan 777 orang dalam kategori AIDS (Klinik
Mawar, 2014). Data di atas menunjukkan terjadi
peningkatan HIV ke arah AIDS dimana kondisi AIDS
sangat rentan dengan infeksi oppurtunistik Maka untuk
menghambat laju penderita HIV jatuh ke dalam
kondisi AIDS harus segera ditemukan cara untuk
menghambatnya yaitu dengan meningkatkan CD4
penderita agar mendekati normal antara 500 – 1500
sel/uL. Selain itu berdasarkan wawancara dengan 5
orang penderita HIV bahwa mereka belum mengetahui
khasiat buah nanas dan buah pepaya yang dapat
meningkatkan sistem ketahanan tubuh mereka selama
menderita HIV. Selain buah nanas juga ditemukan
kandungan enzim papain dalam pepaya yang
mempunyai khasiat meningkatkan sistem kekebalan
tubuh dengan memperkuat imunoglobulin namun
belum dilakukan penelitian secara maksimal kepada
penderita HIV. Penelitian ini menguji coba jus nanas
dan jus pepaya untuk meningkatkan kadar CD4
penderita HIV. Pe
20
penelitian ini adalah seluruh penderita HIV berjumlah
679 orang. Pada penelitian ini sampel dihitung untuk
menguji beda mean 2 kelompok independent Jadi
sampel diambil adalah berjumlah 20 orang dan masing
masing kelompok 10 orang. Cara pengambilan sampel
dengan teknik consecutive sampling. Adapun kriteria
inklusi sampel adalah Penderita HIV baik laki-laki
maupun perempuan yang berusia antara 20-50 tahun
dan terdaftar di Klinik Mawar Singkawang, tidak
dalam kondisi infeksi oppurtunistik, tidak menderita
komplikasi organ seperti gangguan ginjal dan hati yang
dibuktikan dengan rekam medik Klinik Mawar, jumlah
CD4 di bawah normal (<800 sel/ul) untuk pasien baru
atau lama dan bersedia jadi responden. Instrumen yang
digunakan pada penelitian ini adalah format
pemerikasaan laboratorium RSUD Dr. Abdul Aziz
Singkawang. Analisis bivariate dilakukan
menggunakan uji chi square, sedangkan untuk variabel
berskala numerik (usia) dilakukan dengan independent
t-test. Analisis bivariat juga digunakan untuk menguji
beda kadar CD4 antar kelompok maupun antara
sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-masing
kelompok.
21
analisis ini menunjukkan bahwa pemberian jus nanas
dan pepaya sebagai pendamping ARV efektif
meningkatkan kadar CD4 pada penderita HIV. Hasil
penelitian ini sesuai dengan riset yang dikerjakan oleh
Maruli dkk (2011), sari buah nanas dengan kandungan
enzim bromelin-nya ternyata memiliki potensi yang
besar sebagai jalan alternatif pengobatan herbal, untuk
mengurangi kesakitan penderita penyakit HIV AIDS.
Hasil penelitian menunjukkan para pasien HIV AIDS
ini telah mengalami kemajuan yang pesat terhadap
peningkatan CD4 hanya dalam waktu 2-3 bulan
(Maruli, dkk, 2014). Beberapa studi yang lain
menunjukkan bahwa terapi enzim mengakibatkan
berkurangnya gejala dan memperlambat progresifitas
infeksi virus HIV dan memperbesar kondisi pasien
dari kondisi lain yang mendapat terapi standar seperti
AZT (Zidovudine) yang memiliki waktu terbatas.
Enzim Papain dan bromelain diketahui mempunyai
sifat yang berbeda sebagai enzim proteolitik yang
memiliki campuran spesifik yang dapat membunuh
mikroba. Enzim buah ini memiliki sensitifitas tertentu
dalam tubuh beberapa orang untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik (IJN, 2015).
22
probabilitas sebesar 0,014 (p value < 0,05), yang
menunjukkan ada perbedaan selisih kadar CD4 yang
bermakna diantara sebelum dan sesudah perlakuan
antar kelompok
2.5 jurnal 5
1. Universitas Tanjungpura.
PENERBIT 2. Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIK)
Muhammadiyah.
23
menurut Wahyu. Taufik & AsmidirIlyas (2012) yaitu
masalah fisik maupun masalah psikologis. Penyebab
tekanan psikologis inilah yang dapat meningkatkan
depresi pada ODHA (Brandt, Gonzalez, Grover &
Zvolensky, 2013. ODHA yang mengalami depresi
dapat terjadi karena masalah fisik dan berdampak
langsung pada fungsi kekebalan tubuh yang ditandai
dengan penurunan jumlah sel darah putih atau CD4+
dan kepatuhan terhadap pengobatan ARV (Hinkle &
Cheever, 2014; Lombardi, Mizuno & Thornberry,
2010).
24
Jenis data dalam penelitian ini berupa data
kuantitatif yang berupa skor dimana diperoleh dari
perhitungan skor kuesioner yaitu skor depresi. Teknik
pengumpulan data primer dalam penelitian ini
diperoleh dengan melaksanakan pre test yaitu tes
sebelum terapi SEFT dan post test, yaitu tes sesudah
terapi SEFT.
BAB III
25
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ramuan jamu memberikan perubahan terhadap kualitas hidup subjek terutama pada
domain psikologi, kemandirian, dan kesehatan umum serta mempertahankan nilai CD4+.
Ramuan jamu imunostimulan dapat diberikan sebagai terapi komplementer bersama terapi
antiretroviral (ARV). Ramuan jamu yang digunakan adalah 14 gram rimpang temulawak
(Curcuma xanthorrhiza), 14 gram temu mangga (Curcuma mangga), dan 14 gram herba
meniran (Phyllantus niruri) dalam bentuk rebusan dibandingkan plasebo. Temulawak
mengandung kurkumin dan xantorrizol yang meningkatkan profilerasi dan diferensiasi sel
imun melalui jalur NFkB. Aktivitas minyak atsiri temulawak juga dapat menstimulasi
proliferasi limfosit. Ekstrak temulawak mempunyai aktivitas tinggi dalam menghambat
radikal bebas yang berpengaruh dalam sistem kekebalan tubuh.9,10 Kurkumin memiliki
aktivitas antioksidan yang tinggi dalam menurunkan jumlah radikal bebas di dalam tubuh.
Selain mengandung kurkumin, temu mangga juga mengandung aktivitas antijamur. Temu
mangga memiliki potensi terkuat di antara jenis Zingiberaceae lain. Hal ini bermanfaat bagi
penderita HIV/AIDS yang mengalami infeksi jamur karena menurunnya daya tahan tubuh
Kelebihan :
1. Metode penelitian pada jurnal yang direview bagus karena pengamatan langsung
kepada pasien
2. pada jurnal ini dilengkapi dengan tabel perbandingan skor hari ke-0 dengan hari ke-
28,Sehingga pembaca mudah dalam memahaminya.
3. Hasil dari kedua uji yang dilakukan dijelaskan secara rinci dalam tabel sehingga
pembaca dapat mengetahui perbedaan yang lebih jelas antara kelompokyang
diberikan jamu dengan kelompok yang diberikan placebo.
Kekurangan :
1. Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam pelaksanaannya. Kualitas hidup
merupakan parameter yang dilihat perbedaannya dalam jangka waktu lama. Intervensi
26
yang diberikan selama 28 hari dapat dikatakan relatif singkat untuk mengetahui
perubahan kualitas hidup dari subjek penelitian.
2. Pada jurnal ini tidak dijelaskan lebih rinci cara pengolahan jamu
Penelitian ini menunjukkan bahwa terapi do’a selama 30 menit dua kali sehari berengaruh
secara signifikan kadar CD4 pasien HIV/AIDS di RSUD dr. M. Haulussy Ambon. Penelitian
ini menggunakan desain Quasi Eksperimen dengan rancangan non randomized control group
design with pre test and post test. Subjek penelitian terdiri dari 20 orang pasien dengan AIDS
dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok perlakukan dan kelompok kontrol. Kelompok
perlakukan diberikan terapi ARV dan terapi do’a. Pertama peneliti mengukur kadar limfosit
(CD4) kemudian diberikan terapi do’a sebanyak 3 kali seminggu selama 20-30 menit sambil
dilanjutkan pemberian ARV, setelah itu diukur lagi kadar CD4 setelah 1 bulan. Untuk
kelompok kedua (kelompok kontrol) dengan pemberian ARV yang dimimum setiap hari
tanpa do’a yang terstruktur, peneliti mengukur kadar CD4 setelah 1 bulan.
Kelebihan
1. Hasil dari kedua uji yang dilakukan dijelaskan dalam tabel sehingga pembaca dapat
mengetahui perbedaan yang lebih jelas antara kelompok control dengan kelompok
pelakuan
2. Penjelasan waktu dalam melakukan terapi spiritual/Doa sangat jelas
Kekurangan
27
terkait dengan tema yang diambil. Pencarian literatur diambil dari scient direct, EBSCO,
proquest dan google scholar. Kata kunci yang dimasukan dalam pencarian artikel ini antara
lain “intervention”, “depression”, “CD4 count patient HIV”. Tujuan dari sistematis ini adalah
untuk memperoleh pemahaman yang lebih tentang intervensi terhadap depresi dan jumlah
CD4 pasien HIV. Tinjauan ini menyarankan intervensi yang didapat sesuai
penelitianpenelitian yang sudah ada dapat dilakukan pada pasien HIV untuk mengatasi
depresi dan jumlah CD4. Baik intervensi standar ataupun non standar terutama gerakan
tubuh, teknik pernapasan dan meditasi, komponen-komponen ini sudah masuk dalam terapi
komplementer yang digunakan dalam memanajemen depresi. Hasil intervensi diatas terdapat
pengaruh yang sigifikan terhadap kelompok yang mendapatkan intervensi. Intervensi diatas
dapat mengurangi tingkat depresi, data 30 peserta (kelompok eksperimen n=14 dan kelompok
kontrol n=16) dianalisis (tingkat partisipasi 75%).
Kelebihan
1. Hasil evidance based praktice disajikan dalam bentuk tabel sehingga pembaca sangat
mudah memahaminya
Kekurangan
1. Intervensi intervensi tidak dijelaskan secara rinci
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kandungan enzim bromeilin dalam buah
nanas dan kandungan enzim papain dalam buah pepaya dalam meningkatkan kadar CD4
penderita HIV. Penelitian ini bersifat eksperimental semu. Hasil penelitian menunjukkan
perbedaan selisih kadar CD4 yang bermakna sebelum dan sesudah perlakuan antar kelompok
dengan nilai p = 0,014 dan didapatkan perbedaan kadar CD4 yang bermakna diantara
sebelum dan sesudah pemberian jus nanas dan jus pepaya pada kelompok intervensi dengan
nilai p = 0,016. Dengan demikian dapat disimpulkan pemberian terapi jus nanas dan jus
pepaya efektif meningkatkan kadar CD4 penderita HIV di Klinik Mawar RSUD Dr. Abdul
Aziz Singkawang
Kelebihan
1. Metode yang digunakan sangat jelas dan disertai dengan tabel sehingga pembaca
mudah memahami isi jurnal
28
2. Kandungan yang ada didalam papaya dan nanas dijelaskan dengan rinci.
Kekurangan
1. Tidak dijelaskan cara pengolahan dan cara pemberian jus nanas dan jus papaya.
Terdapat pengaruh terapi SEFT terhadap perubahan skor depresi pada ODHA di Rumah Sakit
Jiwa Sungai Bangkong. Terapi SEFT dapat direkomendasikan sebagai salah satu terapi
komplementer dalam memberikan asuhan keperawatan pada ODHA yang mengalami depresi.
Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan time series design. Teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan sampel sebanyak 22
responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory (BDI)-
II. Analisa data menggunakan paired t-test.
Kelebihan
Kekurangan
Berdasarkan 5 jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa terapi komplementer yang dapat
digunakan dan efektif dalam perawatan HIV/AIDS adalah terapi komplemeter
spiritual/terapi Doa,Atau jurnal 2 yang berjudul PENGARUH TERAPI DO’A TERHADAP
KADAR LIMFOSIT PASIEN AIDS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. M.
HAULUSSY AMBON. Karena terapi komplementer yang dilakukan yang didalamnya
terdapat komponen rohani. Praktek-praktek spiritual membantu meringankan gejala dan
dalam beberapa kasus dapat mengubah prognosis penyakit dan yang pastinya terapi ini tidak
29
mengeluarkan biaya artinya terapi ini sangat bisa mebantu ODHA yang ekonomi rendah.
Selain terapi medis sholat, berdo’a dan berzikir dapat meningkatkan kekebalan tubuh
terhadap virus HIV/AIDS, Saat berdo’a seseorang menjadi tenang dan meningkat rasa
percaya diri.Pada kondisi demikian tubuh akan mengeluarkan kortisol, epineprine dan
norepineprin yaitu hormon-hormon yang mengalir keluar dari kelenjar adrenal untuk
menangkal stress.Selain itu terapi doa ini juga dapat meningkatkan kadar limfosit atau CD4
pada pasien HIV/AIDS. CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan
sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. CD4 pada orang dengan sistem
kekebalan yang menurun menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai CD4 dalam
tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya
berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Dengan demikian
peningkatan kadar CD4 menunjukkan peningkatan sistem kekebalan tubuh manusia.Dimana
kesimpulan dari jurnal ini adalah terapi doa mempengaruhi kadar CD4 sebelum dan sesudah
perlakuan yang diberikan bersamaan dengan pemberian ARV. Dan juga dalam jurnal ini
penjelasan tentang waktu dalam melakukan terapi doa sangat jelas yaitu Do’a/zikir dilakukan
pada jam 11 sampai 12 dan 18 sampai 19 dengan cara berdiam dan berdo’a kepada Tuhan
untuk kesembuhan, konsentrasi, pikiran tenang dan jangan mengingat hal-hal duniawi, jangan
berbicara dengan orang lain dan lakukan evaluasi setelah 12 hari.
3.2 Saran
Setelah kita ketahui bahwa terapi komplementer yang efektif dalam perawatan HIV/AIDS
adalah terapi doa/spiritual karena selain memberi rasa nyaman pada pasien terapi ini juga bisa
berpengaruh terhadap peningkatan kadar limfosit dalam tubuh ODHA maka sangat
disarankan terapi ini dijadikan salah satu terapi keperawatan dalam memenuhi kebutuhan
spiritual pasien sehinggan disarankan manajer keperawatan: menyusun kebijakan yang
mengatur bahwa perawat dalam memberikan asuhan keperawatan bersifat holistik meliputi
aspek spiritual, menyediakan format pengkajian spiritual, membuat program agar perawat
dapat melakukan asuhan keperawatan spiritual kepada klien yang dirawat .
DAFTAR PUSTAKA
30
1. Peristiwan R. W. Astana, Danang Ardiyanto, Tofan A. Mana,” Perubahan Kualitas
Hidup dan Nilai CD4+ Pasien HIV/AIDS dengan Pemberian Ramuan Jamu
Imunostimulan di Sragen”, Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Desember 2018 Vol. 7
No. 4, Tersedia online pada: http://ijcp.or.id ISSN: 2252–6218 diakses dari 30 april
2020 diunduh dari
http://journal.unpad.ac.id/ijcp/article/view/15907
2. Wahyuni Aziza,” Pengaruh Terapi Do’a Terhadap Kadar Limfosit Pasien Aids Di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Haulussy Ambo”, Jurusan Analis Kesehatan
Poltekkes Kemenkes Maluku, Jalan Laksdya Leo Wattimena, Waiheru, Ambon JKT,
2018;9(1):7-13,diakses dari 30 april diunduh dari
http://jurnalpoltekkesmaluku.com
3. Richal Grace Zefanya Uly, Untung Sujianto , Madya Sulisno,” Efektivitas Intervensi
Depresi Dan Jumlah Cd4 Pada Orang Yang Hidup Dengan Hiv” Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa,Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah Volume 3 No
1, Hal 17 – 26, Februari 2020, e-ISSN 2621-2978 p-ISSN 2685-9394,diakses dari 30
april diunduh dari
http://journal.ppnijateng.org
4. Puspa Wardhani dan Nurbani, Efektivitas Pemberian Jus Nanas Dan Jus Pepaya
Sebagai Pendamping Arv Dalam Meningkatkan Kadar Cd4, jurnal vokasi kesehatan,
volume II nomor 1 januari 2016,hlm. 78 – 83,diakses dari 5 may diunduh dari
http://ejournal.poltekkes-pontianak.ac.id
5. Christina Dinda Permata Kasih, Arina Nurfianti, Jaka Pradika” Pengaruh Terapi
Spiritual Emotional Freedom Technique (Seft) Terhadap Perubahan Skor Depresi
Pada Orang Dengan Hiv-Aids (Odha) Di Rumah Sakit Jiwa Sungai Bangkong”
Universitas Tanjungpura,Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIK)
Muhammadiyah.Diunduh dari
31
http://jurnal.untan.ac.id
32