Anda di halaman 1dari 32

TUGAS LITERATURE REVIEW

“ PENGARUH TERAPI KOMPLEMENTER PADA PERAWATAN HIV/AIDS”

DOSEN PENGAMPU:

Ns.YOSI OKTARINA, S.Kep.,M.kep.

DISUSUN OLEH:

FITRI UTAMI (G1B118003)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan sekalian alam yang
selalu melimpahkan petunjuk rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan literature review yang berjudul ”PENGARUH TERAPI KOMPLEMENTER
PADA PERAWATAN HIV/AIDS” Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing atas bimbingan yang telah berikan dan telah  membantu, sehingga penulis
merasa lebih ringan dan lebih mudah menulis literature review ini.
Penulis menyadari bahwa literature review ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, baik dari segi penulisan, penyusunan kata demi
kata maupun dalam penyusunan bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada
semua pihak untuk memberikan sumbangan pemikiran berupa kritik dan saran dari para
pembaca yang sifat yang membangun yang akan penulis terima dengan senang hati demi
penyempurnaan literature review ini dimasa yang akan datang.
                                                                                       

Jambi, 05 mei 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................6
1.4 Manfaat...........................................................................................................6
BAB II KAJIAN LITERATURE..........................................................................7
BAB III PENUTUP..............................................................................................26
4.1 Kesimpulan....................................................................................................26
4.2 Saran..............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

HIV adalah virus yang membunuh sel darah putih (CD4) di dalam tubuh. Sel darah
putih berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuh - dengan cara melawan infeksi dan penyakit
yang masuk ke dalam tubuh. Apabila HIV membunuh sel darah putih,maka sistem kekebalan
tubuh manusia akan lemah dan tubuh mudah terserang penyakit. Hal ini bisa juga diibaratkan
suatu negara yang tidak memiliki sistem pertahanan, maka negara tersebut akan mudah
diserang oleh pihak luar.Kondisi di mana system kekebalan tubuh melemah sehingga mudah
terserang penyakit disebut AIDS.

Secara lengkap, tahapan dari sejak terinfeksi HIV hingga tahap AIDS meliputi:

Tahap Jendela (Window Period)

 Tahap jendela merupakan masa ketika HIV sudah masuk ke dalam tubuh
seseorang,tapi tubuh belum membentuk antibodi. Akibatnya, ketika menjalani tes
HIV, hasilnya negatif. Lama periode jendela berkisar 0-6 bulan sejak terinfeksi HIV.
 Meskipun hasil tes masih negatif, namun jika seseorang sudah terinfeksi HIV, maka ia
sudah dapat menularkan ke orang lain.

Masa HIV tidak bergejala (Asimptomatik)

Belumada gejala apapun secara fisik. Tubuh masih dapat bekerja secara normal.

Tahap AIDS (Simptomatik)

 Akibat kekebalan tubuh sudah semakin berkurang, maka mulai muncul gejala-gejala
penyakit ikutan (oportunistik).
 Tahap awal:keringat berlebihan dimalam hari,diare terus menerus,flu berkepanjangan
 Tahap stadium lanjut: radang paru-paru, kanker kulit, infeksi otak, dan gejala penyakit
oportunistik lainnya
Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak
negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS. HIV/AIDS

4
menyebabkan krisis secara bersamaan, menyebabkan krisis kesehatan, krisis pembangunan
negara, krisis ekonomi dan juga krisis kemanusiaan. Dengan kata lain HIV/AIDS menyebabkan
krisis multidimensi. Sebagai krisis kesehatan, AIDS memerlukan respon dari masyarakat dan
memerlukan layanan pengobatan dan perawatan untuk individu yang terinfeksi HIV.

HIV dan AIDS sering dianggap penyakit yang tidak ada obatnya dan dikaitkan
dengan kematian secara cepat. Padahal, kita bisa hidup sehat dengan HIV di dalam tubuh untuk
waktu yang sangat lama, bahkan melebihi pikiran yang umum yaitu lima sampai sepuluh tahun.
Banyak cara yang bisa ditempuh agar kekebalan tubuh tidak berkurang dan kita tidak rentan
terhadap serangan penyakit. Terapi antiretroviral (ARV) merupakan satu-satunya pengobatan
HIV/AIDS. Salah satu masalah dalam pemberian ARV yang menjadi perhatian adalah efek
samping yang merugikan, seperti mual, anxietas, anoreksia, insomnia, serta adanya gangguan
penglihatan dan pengecapan. Efek samping tersebut dapat memengaruhi kualitas hidup
penderita HIV/ AIDS dan dapat berakibat pada berkurangnya kepatuhan pasien sehingga
efektivitasnya menjadi belum optimal.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).Terapi merupakan usaha untuk


memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit.Pengobatan penyakit, perawatan
penyakit.Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan.

Menurut WHO (World Health Organization). Pengobatan komplementer adalah


pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari Negara yang bersangkutan.Misalnya
jamu yang merupakan produk Indonesia dikategorikan sebagai pengobatan komplementer di
Negara Singapura.Di Indonesia sendiri, jamu dikategorikan sebagai pengobatan
tradisional.Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman
dahulu digunakan dan diturunkan secara turun-temurun pada suatu Negara.Terapi komplementer
adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung atau pendamping
kepada pengobatan makro nutrient dan mikro nutrient.

Perkembangan terapi komplementer akhir akhir ini menjadi sorotan banyak negara.
Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam pelayanan kesehatan di
Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat
627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik
konvensional (Smith et al., 2004). Data lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna

5
terapi komplementer di Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997
(Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002).

Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat. Di
berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya tentang terapi komplementer
atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak
dialog perawat untuk penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena
klien ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan
terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat
untuk berperan memberikan terapi komplementer

Penting bagi kita untuk mengerti manfaat terapi komplementer bagi seseoang yang
HIV-positif. Walapun kita tidak boleh menutup kemungkinan adanya keajaiban dan terjadi
kesembuhan, sampai saat ini belum terjadi status orang HIV-positif berubah menjadi HIV-
negatif. Oleh karena itu perlu diketahui pengaruh dari macam macam terapi komplementer
dalam perawatan HIV/AIDS.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah yaitu pengaruh terapi
komplementer dalam perawatan HIV/AIDS

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami macam macam terapi komplementer dan pengaruh
dalam perawatan HIV/AIDS
1.3.2 Tujuan Khusus:

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh terapi komplementer dalam perawatan


HIV/AIDS
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa

6
Sebagai bahan materi atau referensi pembelajaran dan menambah pengetahuan
khususnya mengenai macam macam terapi komplementer dan pengaruh dalam perawatan
HIV/AIDS
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi bagi institusi Pendidikan khususnya prodi keperawatan universitas
jambi.
2. Bagi Ilmu Keperawatan
Sebagai bahan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya yang berkaitan
dengan terapi komplementer dalam perawatan HIV/AIDS
BAB II

KAJIAN LITERATUR

2.1 jurnal 1

PERUBAHAN KUALITAS HIDUP DAN NILAI


JUDUL
CD4+ PASIEN HIV/AIDS DENGAN PEMBERIAN
RAMUAN JAMU IMUNOSTIMULAN DI SRAGEN

1. Peristiwan R. W. Astana,
PENULIS 2. Danang Ardiyanto,
3. Tofan A. Mana
PENERBIT Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Desember 2018

LATAR BELAKANG Terdapat satu kasus Human Imunodeficiency


Virus/Acquired Imunodeficiency Syndrome
(HIV/AIDS) baru setiap 25 menit di Indonesia. Setiap
lima kasus HIV/AIDS, satu di antaranya berusia di
bawah 25 tahun.1 Kabupaten Sragen menjadi salah
satu kabupaten dengan risiko tinggi penyebaran
HIV/AIDS di Jawa Tengah. Jumlah orang dengan
HIV/AIDS (ODHA) di Sragen mencapai 400 orang
berdasarkan data tahun 2015. Terapi antiretroviral
(ARV) merupakan satu-satunya pengobatan
HIV/AIDS. Salah satu masalah dalam pemberian ARV
yang menjadi perhatian adalah efek samping yang

7
merugikan, seperti mual, anxietas, anoreksia,
insomnia, serta adanya gangguan penglihatan dan
pengecapan. Efek samping tersebut dapat
memengaruhi kualitas hidup penderita HIV/ AIDS dan
dapat berakibat pada berkurangnya kepatuhan pasien
sehingga efektivitasnya menjadi belum optimal.
Adanya peningkatan kualitas hidup pada ODHA juga
merupakan faktor yang perlu diperhatikan. Semakin
tinggi kualitas hidup ODHA, semakin tinggi pula
kemampuannya dalam mengatasi penyakit tersebut.
Oleh karena itu, diperlukan suatu terobosan untuk
mengurangi efek samping pengobatan dan
meningkatkan kualitas hidup penderita. Jamu telah
lama digunakan untuk menjaga kesehatan dan
mengobati penyakit. Budaya minum jamu sangat erat
dengan kebudayaan masyarakat. Hal ini diperkuat
dengan hasil Riskesdas tahun 2013 bahwa sebanyak
46,4% penduduk Jawa Tengah menggunakan jamu
sebagai pengobatan tradisional, dan terdapat potensi
untuk menjadikan jamu sebagai terapi komplementer
bagi pasien HIV/AIDS. Penurunan daya tahan tubuh
penderita HIV/AIDS berakibat pada munculnya infeksi
oportunistik dan juga berbagai komplikasi. Seringkali
kematian ODHA disebabkan oleh komplikasi yang
dideritanya.

oleh karena itu diperlukan suatu


imunostimulan yang dapat meningkatkan daya tahan
tubuh ODHA guna mengurangi terjadinya infeksi.
Peningkatan daya tahan tubuh diperlukan untuk
perubahan kualitas hidup ODHA sehingga ODHA
dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Penelitian
ini bertujuan untuk mendapatkan bukti ilmiah
mengenai khasiat ramuan jamu imunostimulan

8
terhadap perubahan kualitas hidup dan nilai CD4+ dari
penderita HIV/AIDS di Kabupaten Sragen.

Penelitian ini menggunakan metode quasi-


experimental pre dan posttest dengan total 60 subjek
penderita HIV/AIDS di Sragen. Intervensi dilakukan
selama 28 hari dengan mengamati skor World Health
Organization Quality of Life-HIV BREF (WHOQOL-
HIV BREF) dan nilai CD4+. Subjek penelitian
diwawancara pada hari ke-0, ke-14, dan ke-28 untuk
mendapatkan nilai kuesioner. Pemeriksaan CD4+
dilakukan oleh Laboratorium Prodia Surakarta untuk
melengkapi data dalam evaluasi khasiat ramuan jamu.
CD4+ merupakan representasi tingkat kerentanan
penderita HIV/AIDS terhadap penyakit atau infeksi.
Pemeriksaan ini dilakukan pada hari ke-0 dan hari ke-
28.
METODOLOGI
Pengujian distribusi data dilakukan dengan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji
memperlihatkan data terdistribusi normal.
Perbandingan karakteristik antara subjek yang
mendapat ramuan jamu dengan plasebo dilakukan
dengan uji Chi-Square, sedangkan penilaian ada atau
tidaknya perubahan setiap domain antara hari ke-0
dengan hari ke-14 dan 28 dalam satu kelompok
menggunakan uji T sampel berpasangan. Uji
perbedaan skor domain antar kelompok pada hari
pengukuran yang sama menggunakan uji T
independen. Perbandingan kadar CD4+ hari ke-0
dengan hari ke-28 masing-masing kelompok dilakukan
menggunakan uji T sampel berpasangan.

PEMBAHASAN Penelitian ini memperlihatkan bahwa domain


kesehatan umum subjek uji kedua kelompok mulai
meningkat pada hari ke-14, sedangkan untuk domain

9
psikologi dan kemandirian terlihat berbeda pada hari
ke-28.Pada penelitian ini, aspek kesehatan umum
subjek uji kelompok jamu meningkat secara signifikan
pada hari ke-14 dan ke-28, sedangkan untuk kelompok
plasebo meningkat pada hari ke-14.. Pada kelompok
subjek jamu, domain psikologi dan kemandirian
meningkat secara signifikan walaupun tidak ada
referensi yang menyebutkan mekanismenya Adanya
peningkatan pada skor kuesioner WHOQOL-HIV
BREF, terutama pada domain hubungan sosial
kelompok subjek jamu, dapat menjadi salah satu alasan
pemberian jamu ini untuk ODHA.

Kenaikan jumlah sel CD4+ pada subjek yang


memperoleh jamu dapat menjadi pertimbangan dalam
pemberian jamu sebagai suatu komplementer obat
HIV/AIDS. Meniran telah terbukti dapat menghambat
replikasi virus HIV-1 dengan konsentrasi efektif 50%
di rentang 0,9–7,6 µg/mL. Penelitian mengenai
ayurveda mencatat penggunaan herba meniran sebagai
antivirus

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ramuan


jamu imunostimulan memberikan perubahan terhadap
kualitas hidup terutama pada domain psikologi,
KESIMPULAN
kemandirian, dan kesehatan umum pada penderita
HIV/AIDS di Kabupaten Sragen dan mempertahankan
nilai CD4+..

2.2 jurnal 2

JUDUL PENGARUH TERAPI DO’A TERHADAP KADAR


LIMFOSIT PASIEN AIDS DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH DR. M. HAULUSSY AMBON

10
Effect of Pray Therapy to Limfocyt Level of AIDS in
Haulussy Hospital Ambon

PENULIS
1. Wahyuni Aziza

Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes


PENERBIT Maluku, Jalan Laksdya Leo Wattimena, Waiheru,
Ambon

LATAR BELAKANG Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan


Provinsi Maluku angka kejadian HIV/AIDS sebanyak
2179 sampai dengan bulan Desember 2012. Jumlah
terbesar terdapat di wilayah Kota Ambon sebanyak
800 kasus, menyusul Kabupaten Maluku Tenggara 200
kasus, Kepulauan Aru 122 kasus dan sisanya tersebar
di bebera Kabupaten lain termasuk Kabupaten Maluku
Barat Daya dan Buru Selatan. Kasus tertinggi
ditemukan pada usia produktif, 15-39 tahun yang
sering menggunakan narkoba jenis jarum suntik dan
mereka yang berperilaku seks bebas sedangkan di
RSUD dr. M. Haulussy Ambon sampai tanggal 25
September 2013 ditemukan 180 kasus dengan jumlah
kematian sebanyak 49 orang. RSUD dr. M. Haulussy
merupakan rumah sakit rujukan tertinggi di Provinsi
Maluku yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
seluruh masyarakat dengan berbagai kasus termasuk
HIV/AIDS.

Sejak tahun 2012 ditegaskan agar


penanggulangan HIV/AIDS tidak boleh dipisahkan
dari prioritas pencapaian Millenium Developmnet
Goals ke 6 (MDGs-6). Sejak itulah dikembangkan
Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB)
ditingkat Puskesmas. Pelayanan dimulai dari upaya
pencegahan, tes HIV sedini mungkin sampai

11
pengobatan dari berbagai bidang termasuk
komplementer sehingga kualitas hidup pasien AIDS
menjadi lebih baik. Terapi komplementer, diantaranya
terapi spiritual namun belum ada penelitain tentang
pengaruh terpi do’a pada kadar limfosit pasien
HIV/AIDS. Penelitian tentang pentingnya spiritualitas
pada penyakit kronis termasuk HIV/AIDS telah
banyak dilakukan. Nokes et al8 mengatakan bahwa
100% dari sampel sebanyak 145 orang dengan
penyakit HIV menyatakan nyaman dengan terapi
komplementer yang dilakukan yang didalamnya
terdapat komponen rohani. Klien melaporkan bahwa
praktek-praktek spiritual membantu meringankan
gejala dan dalam beberapa kasus dapat mengubah
prognosis penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh terapi do’a terhadap kadar CD4
pasien HIV/AIDS

METODOLOGI Penelitian ini menggunakan desain Quasi


Eksperimen dengan rancangan non randomized control
group design with pre test and post test. Subjek
penelitian terdiri dari 20 orang pasien dengan AIDS
dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok
perlakukan dan kelompok kontrol. Kelompok
perlakukan diberikan terapi ARV dan terapi do’a.
Pertama peneliti mengukur kadar limfosit (CD4)
kemudian diberikan terapi do’a sebanyak 3 kali
seminggu selama 20-30 menit sambil dilanjutkan
pemberian ARV, setelah itu diukur lagi kadar CD4
setelah 1 bulan. Untuk kelompok kedua (kelompok
kontrol) dengan pemberian ARV yang dimimum setiap
hari tanpa do’a yang terstruktur, peneliti mengukur
kadar CD4 setelah 1 bulan.

12
Data yang diperoleh, dientri dan diolah secara
elektronik dengan menggunakan komputer dan
selanjutnya diuji melalui 2 tahap yaitu: Analisa
Univariat: untuk melihat distribusi frekuensi hasil
pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel
distribusi, frekuensi, dan narasi. Analisa Bivariat:
Paired T-Test untuk menganalisa data perbedaan kadar
limfosit (CD4) pada kelompok yang diberikan ARV
dengan terapi do’a dan yang tidak diberikan terapi do’a
dan uji T tidak berpasangan (independent T-Test)
adalah untuk melihat perbedaan kadar limfosit (CD4)
pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol
setelah intervensi.

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil menggambarkan bahwa


sebelum dilakukannya perlakuan (pemberian terapi
do’a) yang diuji melalui pre test kadar CD4 pasien
HIV/AIDS semua nilainya sangat rendah. Setelah
dilakukan perlakuan (pemberian terapi do’a dan ARV)
diuji melalui post test, tergambar bahwa ada
peningkatan kadar CD4 pasien HIV/AIDS.
Peningkatan tersebut terlihat dari kadar CD4 setelah
perlakuan meningkat pada 90% pasien. Namun ada 1
orang (1%) pasien yang kadar CD4 post test lebih kecil
dibanding pre testnya Hasil penelitian menunjukkan
nilai t hitung adalah sebesar -7.209 dengan signifikansi
0.000. Karena signifikansi < 0.05 maka dapat
disimpulkan bahwa Ho gagal ditolak. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa terapi do’a
mempengaruhi kadar CD4 HIV/AIDS di RSUD dr. M.
Haulussy Ambon. Hal ini didukung oleh pendapat
yang dikemukakan oleh Murphy12 mengungkapkan
bahwa do’a akan memberikan rasa tenang pada
sesorang sehingga akan memicu zat kimia dalam tubuh

13
untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan
menghambat berkembangnya berbagai penyakit,
menurutnya meditasi selama 1 jam minimal 2 kali
sehari akan meningkatkan daya tahan tubuh

Hasil penelitian dengan memberikan hanya


ARV tanpa terapi do’a menunjukkan bahwa rata-rata
kadar CD4 pasien HIV/AIDS sebelum dan sesudah
diberikan terapi ARV adalah sama (tidak berbeda).
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terapi ARV
saja tidak mempengaruhi kadar CD4 pasien HIV/AIDS
di RSUD dr. M. Haulussy Ambon. Beberapa
pengalaman pasien dengan HIV/AIDS dikatakan
bahwa mereka bisa merasa lebih kuat ketika ada terapi
lain yang mereka jalani, seperti yang diungkapkan
seorang penderita HIV dengan kadar CD4 nol dia bisa
bertahan hidup dibantu dengan minum air yang sudah
dibacakan do’a

Terapi do’a selama 30 menit dua kali sehari


berpengaruh secara signifikan terhadap kadar CD4
HIV/AIDS di RSUD dr. M. Haulussy Ambon. Dalam
KESIMPULAN
penelitian ini terapi doa mempengaruhi kadar CD4
sebelum dan sesudah perlakuan yang diberikan
bersamaan dengan pemberian ARV.

2.3 jurnal 3

JUDUL

EFEKTIVITAS INTERVENSI DEPRESI DAN


JUMLAH CD4 PADA ORANG YANG HIDUP

14
DENGAN HIV

1. Richal Grace Zefanya Uly


PENULIS 2. Untung Sujianto
3. Madya Sulisno

Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 1, Hal 17


PENERBIT
– 26, Februari 2020

Terdapat 36,9 juta orang hidup dengan HIV


dengan 1,8 juta infeksi baru di tahun yang sama di
LATAR BELAKANG
dunia dan meningkat pada tahun 2018 tercatat
sebanyak 37,9 juta orang, 21% penderita HIV tidak
mengetahui tentang penyakit yang diderita (Kemenkes,
2017). Kementerian Kesehatan Indonesia tahun 2018
mengatakan jumlah kumulatif infeksi HIV yang
dilaporkan sampai dengan Juni 2018 sebanyak 301.959
orang dari estimasi orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
jumlahnya pada tahun 2018 sebanyak 640.443 orang.
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
merupakan suatu kumpulan dari gejala atau sindrom
yang timbul akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh
manusia yang disebabkan oleh infeksi Human
Immunodefiency Virus (HIV) (UNAIDS, 2019)

Berbagai macam dampak epidemi HIV/ AIDS


dapat timbul pada penderita seperti dampak psikologis,
ekonomi, sosial dan fisik oleh penyakit. Pada ODHA
dengan tahap infeksi HIV positif, konsidi fisik yang
tidak stabil dan cenderung menurun diikuti dengan
berbagai gejala fisik seiring dengan perjalanan
penyakit serta tekanan sosial yang begitu hebat yang
didapat dari lingkungan dapat menjadi sumber depresi
pada ODHA. Selanjutnya bagi ODHA yang telah
memasuki tahap AIDS, kondisi kesehatan akan
semakin memburuk dan menyebabkan ia tergantung

15
dengan orang lain dan menjalani perawatan di rumah
sakit menyebabkan mereka kehilangan kontak sosial
yang biasa ditemui dirumah.(Kusuma, 2011).

Masalah depresi pada ODHA memerlukan


penanganan yang serius karena dapat berdampak luas
pada kesehatan dan kehidupannya. Sehingga penting
untuk melakukan penelitian yang dapat mengatasi
depresi dan jumlah CD4 pada ODHA. Tujuan dari
penelitian dengan menggunakan pendekatan
systematic review ini adalah untuk memperoleh
pemahaman yang lebih tentang intervensi terhadap
depresi dan jumlah CD4 pasien HIV.

Systematic review dilakukan dengan mencari


literatur-literatur yang terkait dengan tema yang
METODOLOGI
diambil. Pencarian literatur diambil dari scient direct,
ebsco, proquest dan google scholar. Kata kunci yang
dimasukan dalam pencarian artikel ini antara lain
“intervention”, “depression”, “CD4 count patient
HIV/AIDS”. Pencarian pertama dengan kata kunci
terdapat 6.345 artikel terkait. Lalu pencarian dibatasi
rentan tahun 2014-2020 mendapat hasil 2.818 artikel,
pembatasan dilakukan untuk menjaga keterkinian
penulis berdasarkan hasil penelitian terbaru. Setelah
membaca artikel yang didapat, peneliti membagi dalam
2 kriteria yaitu inklusi dan ekslusi. Kritera inklusi yaitu
peneliti mengambil yang original artikel dan yang
membahas spesifik terkait depresi dan jumlah CD4
pada pasien HIV/AIDS. Sedangkan kriteria ekslusi
seperti artikel yang berupa report/laporan. Dari semua
pencarian literatur didapat 6.345 artikel lalu diekslusi
sebanyak 3.527 artikel dan tersisa 2.818 yang inklusi.
Kemudian peneliti melakukan pencarian sesuai dengan
judul dan abstrak, 2.800 artikel diekslusi. Artikel yang

16
hanya berupa laporan sebanyak 1.802 artikel, tidak ada
intervensi untuk depresi dan pemeriksaan CD4 pasien
HIV/AIDS sebanyak 589 artkel, abstrak tidak tersedia
sebanyak 49 artikel dan atikel yang tidak relevan atau
tidak tersedia sebanyak 360 artikel dan sebanyak 18
artikel yang sesuai

Tujuan dari sistematis ini adalah untuk


memperoleh pemahaman yang lebih tentang intervensi
terhadap depresi dan jumlah CD4 pasien HIV.
Tinjauan ini menyarankan intervensi yang didapat
sesuai penelitian penelitian yang sudah ada dapat
dilakukan pada pasien HIV untuk mengatasi depresi
dan jumlah CD4. Baik intervensi standar ataupun non
standar terutama gerakan tubuh, teknik pernapasan dan
meditasi, komponen-komponen ini sudah masuk dalam
terapi komplementer yang digunakan dalam
memanajemen depresi. Hasil intervensi diatas terdapat
pengaruh yang sigifikan terhadap kelompok yang
mendapatkan intervensi. Intervensi diatas dapat
mengurangi tingkat depresi, data 30 peserta (kelompok
eksperimen n=14 dan kelompok kontrol n=16)
dianalisis (tingkat partisipasi 75%).

Setelah program intervensi exercise terdapat


perbedaan yang signifikan dalam jumlah CD4
ditemukan antara kedua kelompok (P ¼ 0,01),
Sedangkan tingkat depresi diukur menggunakan BDI
didapatkan hasil yang signifikan (SMD= 0.90,96, 95%
CI= -1,63, 0,30, p= 0,004) (Dianatinasab et al., 2018;
PEMBAHASAN Heissel et al., 2019). Sedangkan pada Mindfulness-
Based Cognitive Therapy (MBCT), variabel yang
dinilai besar (d=0,8) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap jumlah CD4 pasien HIV
(Gonzalez-Garcia et al., 2014; Yang, Liu, Zhang, &

17
Liu, 2015). Literatur-literatur yang ada menyarankan
bahwa peningkatan jumlah CD4 karena intervensi
diatas bisa langsung melemahkan proses replikasi virus
dan mengaktifkan respon sistem imun atau tidak
langsung dengan metode penanganan stres yang lebih
sehat dan kepatuhan terapi ARV. Temuan dari
keseluruhan ulasan intervensi diatas mengidentifikasi
bukti tambahan tentang pengaruhnya terhadap
imunologis dan virus pada ODHA.

Tinjauan ini dapat menjawab dari tujuan


penelitian yaitu menemukan beberapa literaatur-
literatur yang dapat diberikan untuk mengurangi
tingkat depresi dan jumlah CD4 pasien HIV dan
menunjukan kompleksitas dari beberapa intervensi
yang dapat dilakukan pada ODHA khususnya.

KESIMPULAN Penelitian ini dapat membantu menginformasikan


berbagai jenis intervensi yang dapat dilakukan ODHA
dimasa mendatang. Secara keselurhan, intervensi yang
dilakukan sangat sederhana dan hemat biaya, non-
farmakologis untuk mengurangi tingkat depresi dan
peningkatan jumlah CD4 pada pasien HIV/AIDS.
Intervensi lainnya juga dapat meningkatkan kualitas
hidup, menurunkan tingkat kecemasa, kelamahan dan
meningkatkan efek pengobatan ART pasien ODHA

2.4 jurnal 4

EFEKTIVITAS PEMBERIAN JUS NANAS DAN


JUDUL JUS PEPAYA SEBAGAI PENDAMPING ARV
DALAM MENINGKATKAN KADAR CD4

1. Puspa Wardhani
PENULIS
2. Nurbani

PENERBIT Jurnal Vokasi Kesehatan, Volume II Nomor 1 Januari

18
2016,Hlm. 78 - 83

LATAR BELAKANG HIV adalah singkatan dari “ Human


Immunodeficiency Virus “ . Virus ini perlahan-lahan
menghancurkan Sel Darah Putih ( CD4 Sel ) yang
merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh
manusia . Sistem kekebalan tubuh seseorang
membantu mereka untuk melawan infeksi dan penyakit
. Seperti sel-sel CD4 yang rusak, tubuh kehilangan
kemampuan untuk melawan penyakit dan infeksi
mendapat mudah . Itu stadium lanjut dari HIV, ketika
seseorang memiliki banyak infeksi, disebut Acquired
Immune Deficiency Syndrome ( AIDS ) . Infeksi ini
menyerang tubuh disebut ‘ Infeksi Oportunistik ‘
( Ols ). Setelah HIV memasuki tubuh manusia , mulai
menghancurkan mekanisme pertahanan alami
( imunitas ) yang membantu untuk melawan berbagai
infeksi . HIV bereplikasi sendiri dalam tubuh terus
menerus yang menyebabkan lebih banyak kerusakan
kekebalan . Ketika kekebalan yang rendah,
memberikan patogen seperti bakteri , virus dan parasit
kesempatan untuk menginfeksi tubuh manusia
(Zindagi, 2015). Berbagai upaya riset dari para peneliti
hingga saat ini belum membuahkan obat yang ampuh
untuk mencegah atau menyembuhkan penyakit
HIV/AIDS.

Saat ini, upaya pengobatan yang paling baik


adalah dengan menggunakan pil ARV (Anti Retro-
Viral pill), yang meskipun dapat menahan laju
perkembangan keganasan virus HIV, namun belum
dapat secara tuntas menyembuhkan penyakit AIDS.
Dalam hasil riset yang dikerjakan oleh Maruli dkk
(2010), sari buah nanas dengan kandungan enzim
bromelin-nya ternyata memiliki potensi yang besar

19
sebagai jalan alternatif pengobatan herbal, untuk
mengurangi kesakitan penderita penyakit HIV/AIDS.
Hasil penelitian menunjukkan para pasien HIV AIDS
ini telah mengalami kemajuan yang pesat terhadap
peningkatan CD4 hanya dalam waktu 2-3 bulan
(Maruli, dkk, 2014). Di wilayah Singkawang dan
sekitarnya termasuk Sambas dan Singkawang sampai
tahun 2014, jumlah penderita HIV sebanyak 679
orang dan 777 orang dalam kategori AIDS (Klinik
Mawar, 2014). Data di atas menunjukkan terjadi
peningkatan HIV ke arah AIDS dimana kondisi AIDS
sangat rentan dengan infeksi oppurtunistik Maka untuk
menghambat laju penderita HIV jatuh ke dalam
kondisi AIDS harus segera ditemukan cara untuk
menghambatnya yaitu dengan meningkatkan CD4
penderita agar mendekati normal antara 500 – 1500
sel/uL. Selain itu berdasarkan wawancara dengan 5
orang penderita HIV bahwa mereka belum mengetahui
khasiat buah nanas dan buah pepaya yang dapat
meningkatkan sistem ketahanan tubuh mereka selama
menderita HIV. Selain buah nanas juga ditemukan
kandungan enzim papain dalam pepaya yang
mempunyai khasiat meningkatkan sistem kekebalan
tubuh dengan memperkuat imunoglobulin namun
belum dilakukan penelitian secara maksimal kepada
penderita HIV. Penelitian ini menguji coba jus nanas
dan jus pepaya untuk meningkatkan kadar CD4
penderita HIV. Pe

METODOLOGI Penelitian ini bersifat eksperimen semu dengan desain


Pre test dan Post test Non-equivalent Control Group.
Penelitian dilaksanakan di Klinik Mawar pada bulan
Juli sampai dengan Agustus tahun 2015, pengumpulan
data dilaksanakan pada awal Juli 2015. Populasi pada

20
penelitian ini adalah seluruh penderita HIV berjumlah
679 orang. Pada penelitian ini sampel dihitung untuk
menguji beda mean 2 kelompok independent Jadi
sampel diambil adalah berjumlah 20 orang dan masing
masing kelompok 10 orang. Cara pengambilan sampel
dengan teknik consecutive sampling. Adapun kriteria
inklusi sampel adalah Penderita HIV baik laki-laki
maupun perempuan yang berusia antara 20-50 tahun
dan terdaftar di Klinik Mawar Singkawang, tidak
dalam kondisi infeksi oppurtunistik, tidak menderita
komplikasi organ seperti gangguan ginjal dan hati yang
dibuktikan dengan rekam medik Klinik Mawar, jumlah
CD4 di bawah normal (<800 sel/ul) untuk pasien baru
atau lama dan bersedia jadi responden. Instrumen yang
digunakan pada penelitian ini adalah format
pemerikasaan laboratorium RSUD Dr. Abdul Aziz
Singkawang. Analisis bivariate dilakukan
menggunakan uji chi square, sedangkan untuk variabel
berskala numerik (usia) dilakukan dengan independent
t-test. Analisis bivariat juga digunakan untuk menguji
beda kadar CD4 antar kelompok maupun antara
sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-masing
kelompok.

PEMBAHASAN Hasil uji statistik penelitian ini menunjukkan


bahwa dari hasil penelitian di klinik Mawar RSUD dr.
Abdul Aziz didapatkan hasil menunjukkan adanya
perbedaan kadar CD4 yang bermakna diantara sebelum
dan sesudah pemberian jus nanas dan pepaya pada
kelompok intervensi. Sedangkan pada kelompok
kontrol menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0,867
(p value > 0,05), yang menunjukkan tidak adanya
perbedaan kadar CD4 yang bermakna diantara sebelum
dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol. Hasil

21
analisis ini menunjukkan bahwa pemberian jus nanas
dan pepaya sebagai pendamping ARV efektif
meningkatkan kadar CD4 pada penderita HIV. Hasil
penelitian ini sesuai dengan riset yang dikerjakan oleh
Maruli dkk (2011), sari buah nanas dengan kandungan
enzim bromelin-nya ternyata memiliki potensi yang
besar sebagai jalan alternatif pengobatan herbal, untuk
mengurangi kesakitan penderita penyakit HIV AIDS.
Hasil penelitian menunjukkan para pasien HIV AIDS
ini telah mengalami kemajuan yang pesat terhadap
peningkatan CD4 hanya dalam waktu 2-3 bulan
(Maruli, dkk, 2014). Beberapa studi yang lain
menunjukkan bahwa terapi enzim mengakibatkan
berkurangnya gejala dan memperlambat progresifitas
infeksi virus HIV dan memperbesar kondisi pasien
dari kondisi lain yang mendapat terapi standar seperti
AZT (Zidovudine) yang memiliki waktu terbatas.
Enzim Papain dan bromelain diketahui mempunyai
sifat yang berbeda sebagai enzim proteolitik yang
memiliki campuran spesifik yang dapat membunuh
mikroba. Enzim buah ini memiliki sensitifitas tertentu
dalam tubuh beberapa orang untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik (IJN, 2015).

KESIMPULAN Dengan demikian penelitian ini menunjukkan


bahwa pemberian jus nanas dan pepaya sebagai
pendamping ARV efektif meningkatkan kadar CD4
pada penderita HIV; Rerata selisih kadar CD4 diantara
sebelum dan sesudah perlakuan pada kedua kelompok
menunjukkan perbedaan yang cukup besar, yaitu 27,7
pada kelompok intervensi (peningkatan 5,2% dari CD4
sebelum dilakukan intervensi) dan 0,6 pada kelompok
kontrol (peningkatan 5,2% dari CD4 awal). Uji
statistik dengan independent t-test menghasilkan nilai

22
probabilitas sebesar 0,014 (p value < 0,05), yang
menunjukkan ada perbedaan selisih kadar CD4 yang
bermakna diantara sebelum dan sesudah perlakuan
antar kelompok

2.5 jurnal 5

PENGARUH TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL


FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) TERHADAP
JUDUL PERUBAHAN SKOR DEPRESI PADA ORANG
DENGAN HIV-AIDS (ODHA) DI RUMAH SAKIT
JIWA SUNGAI BANGKONG

1. Christina Dinda Permata Kasih,


PENULIS 2. Arina Nurfianti,
3. Jaka Pradika

1. Universitas Tanjungpura.
PENERBIT 2. Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIK)
Muhammadiyah.

LATAR BELAKANG Penyakit mematikan yang menjadi wabah internasional


sejak pertama kali muncul di dunia salah satunya
adalah HIV-AIDS (Arriza, Dewi & Kaloeti, 2011).
HIV adalah virus yang menyerang sel-sel darah putih
yang berperan pada sistem kekebalan tubuh manusia,
seseorang yang terserang virus HIV tidak dapat
melawan berbagai jenis penyakit yang menyerang
tubuhnya. HIV dapat menyebabkan AIDS
(Katiandagho, 2015).

Mencermati data distribusi tersebut, jelas


sekali banyaknya penyebaran HIV-AIDS di kota
Pontianak, namun penyebaran penyakit HIV-AIDS di
masyarakat layaknya fenomena gunung es.
Permasalahan yang cenderung terjadi pada ODHA

23
menurut Wahyu. Taufik & AsmidirIlyas (2012) yaitu
masalah fisik maupun masalah psikologis. Penyebab
tekanan psikologis inilah yang dapat meningkatkan
depresi pada ODHA (Brandt, Gonzalez, Grover &
Zvolensky, 2013. ODHA yang mengalami depresi
dapat terjadi karena masalah fisik dan berdampak
langsung pada fungsi kekebalan tubuh yang ditandai
dengan penurunan jumlah sel darah putih atau CD4+
dan kepatuhan terhadap pengobatan ARV (Hinkle &
Cheever, 2014; Lombardi, Mizuno & Thornberry,
2010).

Terapi SEFT merupakan salah satu terapi


komplementer, dalam psikologi SEFT diartikan
sebagai suatu metode untuk mengelola potensi yang
sistematis sehingga dapat digunakan untuk beberapa
tujuan dalam meningkatkan kesejahteraan jiwa (Putra,
2015; Safitri & Sadif, 2013). Efektifnya terapi SEFT
tergantung dari spiritual power dan energy psychology
(Putra, 2015).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti


berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang
pengaruh terapi SEFT terhadap perubahan skor depresi
pada ODHA

METODOLOGI Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Metode


penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment design)
dengan rancangantime series. Lokasi penelitian di
Rumah Sakit Jiwa Sungai Bangkong, Pontianak
Kalimantan Barat pada 03-31 Juli 2017. Populasi
dalam penelitian ini adalah ODHA yang berjumlah 525
orang. Pengambilan sampel ini dengan menggunakan
purposive sampling. Sampel pada penelitian ini
berjumlah 22 orang.

24
Jenis data dalam penelitian ini berupa data
kuantitatif yang berupa skor dimana diperoleh dari
perhitungan skor kuesioner yaitu skor depresi. Teknik
pengumpulan data primer dalam penelitian ini
diperoleh dengan melaksanakan pre test yaitu tes
sebelum terapi SEFT dan post test, yaitu tes sesudah
terapi SEFT.

Analisa Bivariat Uji Pengaruh Terapi SEFT


terhadap Perubahan Skor Depresi Analisa bivariat
pada penelitian ini menggunakan uji paired t-test
terhadap 22 responden, dimana dilakukan pengukuran
terhadap skor depresi dan didapatkan hasil bahwa nilai
p = 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh terapi SEFT terhadap perubahan skor depresi
pada ODHA di Rumah Sakit Jiwa Sungai Bangkong,
hal ini dikarenakan ketika dilakukan uji statistik paired
t-test menunjukkan nilai p < 0.05. Berdasarkan
PEMBAHASAN pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa terapi
SEFT pada penelitian ini dapat berpengaruh terhadap
depresi pada ODHA karena terapi SEFT dapat
membuat ODHA menjadi lebih rileks, nyaman, tenang
dan menjadi termotivasi dalam menjalani kehidupan
sehari-hari serta ketika dilakukan pengukuran kembali
skor depresi pada ODHA terjadi perubahan yang
signifikan pada skor depresi, dimana sebelum
dilakukan terapi SEFT skor depresi 14-19 dan setelah
dilakukan terapi SEFT maka skor berubah menjadi 0-
13.

Terdapat pengaruh terapi SEFT terhadap perubahan


KESIMPULAN
skor depresi pada pasien orang dengan ODHA.

BAB III

25
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a. Jurnal 1 “PERUBAHAN KUALITAS HIDUP DAN NILAI CD4+ PASIEN HIV/AIDS


DENGAN PEMBERIAN RAMUAN JAMU IMUNOSTIMULAN DI SRAGEN”

Ramuan jamu memberikan perubahan terhadap kualitas hidup subjek terutama pada
domain psikologi, kemandirian, dan kesehatan umum serta mempertahankan nilai CD4+.
Ramuan jamu imunostimulan dapat diberikan sebagai terapi komplementer bersama terapi
antiretroviral (ARV). Ramuan jamu yang digunakan adalah 14 gram rimpang temulawak
(Curcuma xanthorrhiza), 14 gram temu mangga (Curcuma mangga), dan 14 gram herba
meniran (Phyllantus niruri) dalam bentuk rebusan dibandingkan plasebo. Temulawak
mengandung kurkumin dan xantorrizol yang meningkatkan profilerasi dan diferensiasi sel
imun melalui jalur NFkB. Aktivitas minyak atsiri temulawak juga dapat menstimulasi
proliferasi limfosit. Ekstrak temulawak mempunyai aktivitas tinggi dalam menghambat
radikal bebas yang berpengaruh dalam sistem kekebalan tubuh.9,10 Kurkumin memiliki
aktivitas antioksidan yang tinggi dalam menurunkan jumlah radikal bebas di dalam tubuh.
Selain mengandung kurkumin, temu mangga juga mengandung aktivitas antijamur. Temu
mangga memiliki potensi terkuat di antara jenis Zingiberaceae lain. Hal ini bermanfaat bagi
penderita HIV/AIDS yang mengalami infeksi jamur karena menurunnya daya tahan tubuh

Kelebihan :

1. Metode penelitian pada jurnal yang direview bagus karena pengamatan langsung
kepada pasien
2. pada jurnal ini dilengkapi dengan tabel perbandingan skor hari ke-0 dengan hari ke-
28,Sehingga pembaca mudah dalam memahaminya.
3. Hasil dari kedua uji yang dilakukan dijelaskan secara rinci dalam tabel sehingga
pembaca dapat mengetahui perbedaan yang lebih jelas antara kelompokyang
diberikan jamu dengan kelompok yang diberikan placebo.

Kekurangan :
1. Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam pelaksanaannya. Kualitas hidup
merupakan parameter yang dilihat perbedaannya dalam jangka waktu lama. Intervensi

26
yang diberikan selama 28 hari dapat dikatakan relatif singkat untuk mengetahui
perubahan kualitas hidup dari subjek penelitian.
2. Pada jurnal ini tidak dijelaskan lebih rinci cara pengolahan jamu

b. Jurnal 2 PENGARUH TERAPI DO’A TERHADAP KADAR LIMFOSIT PASIEN


AIDS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. M. HAULUSSY AMBON

Penelitian ini menunjukkan bahwa terapi do’a selama 30 menit dua kali sehari berengaruh
secara signifikan kadar CD4 pasien HIV/AIDS di RSUD dr. M. Haulussy Ambon. Penelitian
ini menggunakan desain Quasi Eksperimen dengan rancangan non randomized control group
design with pre test and post test. Subjek penelitian terdiri dari 20 orang pasien dengan AIDS
dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok perlakukan dan kelompok kontrol. Kelompok
perlakukan diberikan terapi ARV dan terapi do’a. Pertama peneliti mengukur kadar limfosit
(CD4) kemudian diberikan terapi do’a sebanyak 3 kali seminggu selama 20-30 menit sambil
dilanjutkan pemberian ARV, setelah itu diukur lagi kadar CD4 setelah 1 bulan. Untuk
kelompok kedua (kelompok kontrol) dengan pemberian ARV yang dimimum setiap hari
tanpa do’a yang terstruktur, peneliti mengukur kadar CD4 setelah 1 bulan.

Kelebihan

1. Hasil dari kedua uji yang dilakukan dijelaskan dalam tabel sehingga pembaca dapat
mengetahui perbedaan yang lebih jelas antara kelompok control dengan kelompok
pelakuan
2. Penjelasan waktu dalam melakukan terapi spiritual/Doa sangat jelas

Kekurangan

1. Sampel yang digunakan sedikit


2. Tidak dijelaskan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang bersifat
holistic yang meliputi aspek spiritual

c. Jurnal 3 “EFEKTIVITAS INTERVENSI DEPRESI DAN JUMLAH CD4 PADA


ORANG YANG HIDUP DENGAN HIV”

Tujuan penelitian ini menggunakan pendekatan systematic review bertujuan untuk


memperoleh pemahaman yang lebih tentang intervensi terhadap depresi dan jumlah CD4
pasien HIV. Metode systematic review dilakukan dengan mencari literatur-literatur yang

27
terkait dengan tema yang diambil. Pencarian literatur diambil dari scient direct, EBSCO,
proquest dan google scholar. Kata kunci yang dimasukan dalam pencarian artikel ini antara
lain “intervention”, “depression”, “CD4 count patient HIV”. Tujuan dari sistematis ini adalah
untuk memperoleh pemahaman yang lebih tentang intervensi terhadap depresi dan jumlah
CD4 pasien HIV. Tinjauan ini menyarankan intervensi yang didapat sesuai
penelitianpenelitian yang sudah ada dapat dilakukan pada pasien HIV untuk mengatasi
depresi dan jumlah CD4. Baik intervensi standar ataupun non standar terutama gerakan
tubuh, teknik pernapasan dan meditasi, komponen-komponen ini sudah masuk dalam terapi
komplementer yang digunakan dalam memanajemen depresi. Hasil intervensi diatas terdapat
pengaruh yang sigifikan terhadap kelompok yang mendapatkan intervensi. Intervensi diatas
dapat mengurangi tingkat depresi, data 30 peserta (kelompok eksperimen n=14 dan kelompok
kontrol n=16) dianalisis (tingkat partisipasi 75%).

Kelebihan

1. Hasil evidance based praktice disajikan dalam bentuk tabel sehingga pembaca sangat
mudah memahaminya
Kekurangan
1. Intervensi intervensi tidak dijelaskan secara rinci

d. Jurnal 4“EFEKTIVITAS PEMBERIAN JUS NANAS DAN JUS PEPAYA SEBAGAI


PENDAMPING ARV DALAM MENINGKATKAN KADAR CD4 ”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kandungan enzim bromeilin dalam buah
nanas dan kandungan enzim papain dalam buah pepaya dalam meningkatkan kadar CD4
penderita HIV. Penelitian ini bersifat eksperimental semu. Hasil penelitian menunjukkan
perbedaan selisih kadar CD4 yang bermakna sebelum dan sesudah perlakuan antar kelompok
dengan nilai p = 0,014 dan didapatkan perbedaan kadar CD4 yang bermakna diantara
sebelum dan sesudah pemberian jus nanas dan jus pepaya pada kelompok intervensi dengan
nilai p = 0,016. Dengan demikian dapat disimpulkan pemberian terapi jus nanas dan jus
pepaya efektif meningkatkan kadar CD4 penderita HIV di Klinik Mawar RSUD Dr. Abdul
Aziz Singkawang

Kelebihan

1. Metode yang digunakan sangat jelas dan disertai dengan tabel sehingga pembaca
mudah memahami isi jurnal

28
2. Kandungan yang ada didalam papaya dan nanas dijelaskan dengan rinci.

Kekurangan

1. Tidak dijelaskan cara pengolahan dan cara pemberian jus nanas dan jus papaya.

e. Jurnal 5 “PENGARUH TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM


TECHNIQUE (SEFT) TERHADAP PERUBAHAN SKOR DEPRESI PADA ORANG
DENGAN HIV-AIDS (ODHA) DI RUMAH SAKIT JIWA SUNGAI BANGKONG”

Terdapat pengaruh terapi SEFT terhadap perubahan skor depresi pada ODHA di Rumah Sakit
Jiwa Sungai Bangkong. Terapi SEFT dapat direkomendasikan sebagai salah satu terapi
komplementer dalam memberikan asuhan keperawatan pada ODHA yang mengalami depresi.
Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan time series design. Teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan sampel sebanyak 22
responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory (BDI)-
II. Analisa data menggunakan paired t-test.

Kelebihan

1. Metode yang digunakan sangat jelas dan rinci


2. Jurnal dilengkapi dengan tabel sehinga mempermudah pembaca dalam memahami isi
jurnal

Kekurangan

1. Sampel yang digunakan sedikit


2. Kurangnya penjelasan tentang penerapan dari terapi SEFT ini

Berdasarkan 5 jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa terapi komplementer yang dapat
digunakan dan efektif dalam perawatan HIV/AIDS adalah terapi komplemeter
spiritual/terapi Doa,Atau jurnal 2 yang berjudul PENGARUH TERAPI DO’A TERHADAP
KADAR LIMFOSIT PASIEN AIDS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. M.
HAULUSSY AMBON. Karena terapi komplementer yang dilakukan yang didalamnya
terdapat komponen rohani. Praktek-praktek spiritual membantu meringankan gejala dan
dalam beberapa kasus dapat mengubah prognosis penyakit dan yang pastinya terapi ini tidak

29
mengeluarkan biaya artinya terapi ini sangat bisa mebantu ODHA yang ekonomi rendah.
Selain terapi medis sholat, berdo’a dan berzikir dapat meningkatkan kekebalan tubuh
terhadap virus HIV/AIDS, Saat berdo’a seseorang menjadi tenang dan meningkat rasa
percaya diri.Pada kondisi demikian tubuh akan mengeluarkan kortisol, epineprine dan
norepineprin yaitu hormon-hormon yang mengalir keluar dari kelenjar adrenal untuk
menangkal stress.Selain itu terapi doa ini juga dapat meningkatkan kadar limfosit atau CD4
pada pasien HIV/AIDS. CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan
sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. CD4 pada orang dengan sistem
kekebalan yang menurun menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai CD4 dalam
tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya
berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Dengan demikian
peningkatan kadar CD4 menunjukkan peningkatan sistem kekebalan tubuh manusia.Dimana
kesimpulan dari jurnal ini adalah terapi doa mempengaruhi kadar CD4 sebelum dan sesudah
perlakuan yang diberikan bersamaan dengan pemberian ARV. Dan juga dalam jurnal ini
penjelasan tentang waktu dalam melakukan terapi doa sangat jelas yaitu Do’a/zikir dilakukan
pada jam 11 sampai 12 dan 18 sampai 19 dengan cara berdiam dan berdo’a kepada Tuhan
untuk kesembuhan, konsentrasi, pikiran tenang dan jangan mengingat hal-hal duniawi, jangan
berbicara dengan orang lain dan lakukan evaluasi setelah 12 hari.

3.2 Saran

Setelah kita ketahui bahwa terapi komplementer yang efektif dalam perawatan HIV/AIDS
adalah terapi doa/spiritual karena selain memberi rasa nyaman pada pasien terapi ini juga bisa
berpengaruh terhadap peningkatan kadar limfosit dalam tubuh ODHA maka sangat
disarankan terapi ini dijadikan salah satu terapi keperawatan dalam memenuhi kebutuhan
spiritual pasien sehinggan disarankan manajer keperawatan: menyusun kebijakan yang
mengatur bahwa perawat dalam memberikan asuhan keperawatan bersifat holistik meliputi
aspek spiritual, menyediakan format pengkajian spiritual, membuat program agar perawat
dapat melakukan asuhan keperawatan spiritual kepada klien yang dirawat .

DAFTAR PUSTAKA

30
1. Peristiwan R. W. Astana, Danang Ardiyanto, Tofan A. Mana,” Perubahan Kualitas
Hidup dan Nilai CD4+ Pasien HIV/AIDS dengan Pemberian Ramuan Jamu
Imunostimulan di Sragen”, Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Desember 2018 Vol. 7
No. 4, Tersedia online pada: http://ijcp.or.id ISSN: 2252–6218 diakses dari 30 april
2020 diunduh dari
http://journal.unpad.ac.id/ijcp/article/view/15907

2. Wahyuni Aziza,” Pengaruh Terapi Do’a Terhadap Kadar Limfosit Pasien Aids Di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Haulussy Ambo”, Jurusan Analis Kesehatan
Poltekkes Kemenkes Maluku, Jalan Laksdya Leo Wattimena, Waiheru, Ambon JKT,
2018;9(1):7-13,diakses dari 30 april diunduh dari

http://jurnalpoltekkesmaluku.com

3. Richal Grace Zefanya Uly, Untung Sujianto , Madya Sulisno,” Efektivitas Intervensi
Depresi Dan Jumlah Cd4 Pada Orang Yang Hidup Dengan Hiv” Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa,Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah Volume 3 No
1, Hal 17 – 26, Februari 2020, e-ISSN 2621-2978 p-ISSN 2685-9394,diakses dari 30
april diunduh dari
http://journal.ppnijateng.org

4. Puspa Wardhani dan Nurbani, Efektivitas Pemberian Jus Nanas Dan Jus Pepaya
Sebagai Pendamping Arv Dalam Meningkatkan Kadar Cd4, jurnal vokasi kesehatan,
volume II nomor 1 januari 2016,hlm. 78 – 83,diakses dari 5 may diunduh dari

http://ejournal.poltekkes-pontianak.ac.id

5. Christina Dinda Permata Kasih, Arina Nurfianti, Jaka Pradika” Pengaruh Terapi
Spiritual Emotional Freedom Technique (Seft) Terhadap Perubahan Skor Depresi
Pada Orang Dengan Hiv-Aids (Odha) Di Rumah Sakit Jiwa Sungai Bangkong”
Universitas Tanjungpura,Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIK)
Muhammadiyah.Diunduh dari

31
http://jurnal.untan.ac.id

32

Anda mungkin juga menyukai