Anda di halaman 1dari 39

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridho-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan utorial ini dengan lancar. Berdasarkan analisis kelompok pada tutorial
pertemuan pertama, maka hal yang harus dibahas dalam laporan tutorial ini adalah ‘Konsep Keperawatan
Transkultural’
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan ini.
Demikian laporan tutorial ini kami susun dan kami berharap bermanfaat dan dapat mendampingi kita
dalam proses belajar, dan kami juga mengucapkan terima kasih banyak atas dukungan dari teman-teman dan
dosen pembimbing kami.

Jambi, 28 November 2019

Penulis

1
Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................................................................. 1


Daftar isi ............................................................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................................................................... 3
1.4 Manfaat .................................................................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................................................................ 5
2.1 Definisi Keperawatan Transkultural ........................................................................................................... 5
2.2 Tujuan Keperawatan Transkultural ............................................................................................................ 6
2.3 Konsep Keperawatan Transkultural............................................................................................................ 6
2.4 Prinsip Keperawatan Transkultural ............................................................................................................ 9
2.5 Paradigma Keperawatan Transkultural ..................................................................................................... 10
2.6 Model Keperawatan Transkultural Lansia ................................................................................................ 11
2.7 Kompetensi Perawat dalam Keperawatan Transkultural .......................................................................... 12
2.8 Poses Keperawatan Transkultural ............................................................................................................. 12
2.9 Trend dan Issue Keperawatan Transkultural ............................................................................................ 16
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ......................................................................................................... 20
BAB IV PENUTUP......................................................................................................................................... 34
3.1 Simpulan .................................................................................................................................................. 34
3.2 Saran ........................................................................................................................................................ 34
Daftar Pustaka ................................................................................................................................................ 35
Lampiran ......................................................................................................................................................... 36

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam menjalankan tugas sebagai perawat, banyak perubahan-perubahan yang ada baik di
lingkungan maupun klien. Perawat harus menghadapi berbagai perubahan di era globalisasi ini termasuk segi
pelayanan kesehatannya. Perpindahan penduduk menuntut perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan
budayanya dan sesuai dengan teori-teori yang dipelajari.
Dalam ilmu keperawatan, banyak sekali teori-teori yang mendasari ilmu tersebut. Termasuk salah
satunya teori yang mendasari bagaimana sikap perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan. Salah satu
teori yang diaplikasikan dalam asuhan keperawatan adalah teori Leininger tentang “transcultural nursing”.
Dalam teori ini transcultural nursing didefinisikan sebagai area yang luas dalam keperawatan
yang fokusnya dalam komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai
perilaku caring, nursing care, dan nilai sehat sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan
perkembangan ilmu dan humanistik body of knowledge untuk kultur yang universal dalam keperawatan.
Dalam hal ini diharapkan adanya kesadaran terhadap perbedaan kultur berarti perawat yang profesional
memiliki pengetahuan dan praktik berdasarkan kultur secara konsep perencanaan dalam praktik
keperawatan. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan
keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan kultur yang
universal. Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang dimiliki oleh
kelompok tertentu. Kultur yang universal adalah nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan dilakukan
hampir semua kultur (Leininger, 1979).
Leininger mengembangkan teorinya dari perbedaan kultur dan universal berdasarkan kepercayaan
bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat menjadi sumber informasi dan menentukan jenis
perawatan yang diinginkan, karena kultur adalah pola kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap
keputusan dan tindakan. Cultur care adalah teori yang holistik karena meletakan di dalamnya ukuran dari
totalitas kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk sosial struktur, pandangan dunia, nilai kultural,
ekspresi bahasa, dan etnik serta sistem profesional.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasakan latar belakang permasalahan di atas maka perumusan masalah pada laporan ini adalah
“Bagaiman konsep keperawatan transkultural?”.

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan dari laporan ini adalah:
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dari keperawatan transkultural

3
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu memahami definisi dari keperawatan transkultural
b. Mampu memahami tujuan keperawatan transkultural
c. Mampu memahami konsep keperawatan transkultural
d. Mampu memahami prinsip keperawatan transkultural
e. Mampu memahami paradigma keperawatan transkultural
f. Mampu memahami model keperawatan transkultural
g. Mampu memahami kompetensi perawat dalam keperawatan transkultural
h. Mampu memahami proses asuhan keperawatan transkultural
i. Mampu memahami trend dan issue keperawatan transkultural

1.4 Manfaat
a. Bagi Penulis
Mampu meningkatkan wawasan, pengetahuan dan mengaplikasikan asuhan keperawatan transcultural
dalam kehidupan
b. Bagi Pembaca
Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan tentang konsep asuhan keperawatan transkultural
c. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi dan dapat dijadikan referensi makalah dengan materi keperawatan transkultural

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Keperawatan Transkultural (Transcultural Nursing)


Para ilmuan sosial sudah sejak lama mengidentifikasi pemahaman tentang cultural dalam kompetensi
budaya. Dengan tidak adanya definisi secara jelas di bidang medis dan juga penerapan administrasi dari
kompetensi budaya (Aggarwal et al., 2016). Transkultural mengandung arti banyak budaya dan mengandung
makna akan martabat manusia yang terdapat dalam komunitasnya dengan budaya masing-masing daerah
(Muhammedi, 2016).
Pengertian Transkultural bila ditinjau dari makna kata, transkultural berasal dari kata trans dan culture,
trans berarti alur perpindahan, jalan lintas atau penghubung. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, trans
berarti melintang, melintas, menembus, melalui. Culture berarti budaya . Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia kultur berarti kebudayaan, cara pemeliharaan, pembudidayaan, kepercayaan, nilai-nilai dan pola
perilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan pada generasi berikutnya, sedangkan
cultural berarti sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan. Budaya sendiri berarti akal budi, hasil dan adat
istiadat. Kebudayaan berarti hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan,
kesenian dan adat istiadat atau keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan
untuk menjadi pedoman tingkah lakunya. Jadi, transkultural dapat diartikan sebagai lintas budaya yang
mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain atau juga pertemuan kedua nilai-
nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial.
Transkultural nursing adalah suatu area atau wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai
asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini
digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia
(Leininger, 2002).
Keperawatan transkultural adalah formal area dari humanistik dan ilmu pengetahuan dan praktik yang
berfokus pada perawatan budaya secara holistik dan kompetensi atau kemampuan individu atau kelompok
untuk mempertahankan/menjaga kesehatannya dan untuk menerima kekurangan atau kecacatan, dan
menghadapi kematian.
Keperawatan transkultural adalah cabang dari keperawatan yang memfokuskan pada studi komparatif
dan analisis. Budaya yang berkenaan dengan keperawatan, praktik asuhan sehat sakit, keyakinan dan nilai-
nilai dengan tujuan profesionalisme pelayanan asuhan keperawatan untuk individu sesuai dengan budaya
pasien.
Keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisis dan studi
pebandingan tentang perbedaan budaya (Leninger, 1978 dalam Sudiharto, 2007). Keperawatan transkultural
adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada perilaku individu atau kelompok, serta proses
untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural
sesuai latar belakang budaya (Leninger, 1984 dalam Sudiharto, 2007).
5
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku caring. caring adalah esensidari keperawatan,
membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan caring dikatakan sebagai
tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku caring
semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan,masa pertahanan
sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang
berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusiayang utuh. Human caring merupakan fenomena
yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat
lainnya.

2.2 Tujuan Keperawatan Transkultural


Menurut Leniger tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah dalam pengembangan sains dan
ilmu yang humanis sehingga tercipta praktek keperawatan pada kebudayaan yang spesifik. Kebudayaan yang
spesifik adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain
contohnya Suku Osing, Tengger dan Dayak. Sedangkan, kebudayaan yang universal adalah kebudayaan
dengan nilai dan norma yang diyakini dan dilakukan oleh hampir semua kebudayaan seperti budaya olahraga
untuk mempertahankan kesehatan.
Tujuan utama dari transcultural nursing yaitu untuk melihat dari budaya maupun etnis dalam
mempengaruhi komunikasi dan juga diagnosa keperawatan serta pengambilan keputusan dalam pengobatan
yang dilakukan (Roman et al., 2013). Tujuan lain dari transcultural nursing yaitu terciptanya perawat yang
sebanding dengan budaya dengan melalui proses pengembangan terhadap kebudayaan yang kompeten
(Jeffreys, 2010).
Dengan adanya keperawatan transkultural dapat membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu
yang lebih menguntungkan kesehatannya. Perawat juga dapat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan status kesehatan. Misalnya, jika klien yang
sedang hamil mempunyai pantangan untuk makan makanan yang berbau amis seperti ikan, maka klien
tersebut dapat mengganti ikan dengan sumber protein hewani yang lain. Seluruh perencanaan dan
implementasi keperawatan dirancang sesuai latar belakang budaya sehingga budaya dipandang sebagai
rencana hidup yang lebih baik setiap saat. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

2.3 Konsep Keperwatan Transkultural


Jika pemahaman mengenai latar belakang etnik, budaya, dan agama yang berbeda antar klien baik,
maka akan dapat meningkatkan pemberian asuhan keeperawatan secara efektif. Kozier (2004) menjelaskan
beberapa konsep yang berhubungan dengan asuhan keperawatan transkultural ini. Diantaranya:
a. Subkultur
Sebuah subkultur biasanya terdiri dari orang-orang yang mempunyai suatu identitas yang berbeda.
Namun masih dihubungkan dengan suatu kelompok yang lebih besar.

6
b. Enkultural
Enkultural digunakan untuk mendeskripsikan orang yang menggabungkan (persilangan) dua
budaya, gaya hidup, dan nilai-nilai (Giger & Davidhizar, 1999).
c. Keanekaragaman
Keanekaragaman menunjuk pada fakta atau status yang menjadikan perbedaan. Diantaranya, ras,
jenis kelamin, orientasi seksual, etnik kebudayaan, status ekonomi-sosial, tingkat pendidikan, dan lain-
lain.
d. Akulturasi
Proses akulturasi terjadi saat seseorang beradaptasi dengan ciri budaya lain. Anggota dari sebuah
kelompok budaya yang tidak dominan seringnya terpaksa belajar kebudayaan baru untuk bertahan. Hal
ini juga dapat didefinisikan sebagai perubahan pola kebudayaan terhadap masyarakat dominannya
(Spector, 2000).
e. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses seorang individu berkembang identitas kebudayaannya. Asimilasi
berarti menjadi seperti anggota dari kebudayaan yang dominan. Beberapa aspeknya, seperti tingkah
laku, kewarganegaraan, ciri perkawinan, dan sebagainya. Di sini, seseorang atau kelompok kehilangan
beberapa kebudayaan aslinya untuk kemudian membentuk kebudayaan baru bersama dengan yang lain.
Hal ini ditujukan untuk membentuk interaksi yang baik.
Di dalam buku yang berjudul ‘Fundamentals of Nursing Concept and Procedures’ yang ditulis oleh
Kazier Barabara ( 1983 ) mengatakan bahwa konsep keperawatan adalah merupakan suatu bagian dari ilmu
kesehatan dan seni merawat yang meliputi pengetahuan. Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa
sifat seorang manusia yang menjadi target pelayanan dalam perawatan adalah bersifat bio-psycho-social-
spiritual . Oleh karenanya , tindakan perawatan harus didasarkan pada tindakan yang komperhensif sekaligus
holistik.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia
yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma, adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam
kehidupan dengan yang lain. Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu tempat, selalu diulangi,
membuat manusia terikat dalam proses yang dijalaninya. Keberlangsungan terus-menerus dan lama
merupakan proses internalisasi dari suatu nilai-nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter, pola pikir,
pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi
keperawatan ( cultural nursing approach ).
Selain itu ada beberapa konsep lagi yang terkandung dalam transkultural nursing ;
a. Budaya
Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta
memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
b. Nilai Budaya
Nilai budaya dalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan
yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
7
c. Perbedaan Budaya
Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan,
mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan
asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan
terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger,
1985).
d. Etnosentris
Diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki oleh individu
yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik.
e. Etnis
Berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-
ciri dan kebiasaan yang lazim.
f. Ras
Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia.
g. Etnografi
Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi
memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap
individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling
memberikan timbal balik diantara keduanya.
h. Care
Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada
individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun
potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
i. Caring
Caring Adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan
untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
j. Cultural Care
Berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi
yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau
kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam
keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
k. Cultural imposition
Berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan
nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi
daripada kelompok lain.

8
2.4 Prinsip Keperawatan Transkultural
Ada 3 prinsip asuhan keperawatan yaitu :
a. Cultural Care Preservation (Mempertahankan Budaya)
Prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu
menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan. Mempertahankan budaya dilakukan bila
budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan
diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat
meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
b. Cultural Care Accomodation (Negosiasi Budaya)
Prinsip membantu, memfasilitasi dan merefleksasikan cara cara untuk beradaptasi, bernegosiasi
atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu. Intervensi dan implementasi
keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang
lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya
lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang
makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
c. Cultural Care Repatterning (Restrukturisasi Budaya)
Prisip merekonstruksi atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan
dan pola hidup individu kea rah yang lebih baik. Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya
yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang
biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih

2.5 Paradigma Keperawatan Transkultural


Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai cara pandang, keyakinan,
nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang
budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan (Andrew and Boyle, 1995), yaitu manusia, sehat,
lingkungan dan keperawatan.
a. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang
diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984)
manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia
berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
b. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak
pada rentang sehat dan sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks
budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi
dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin
mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).
c. Lingkungan
9
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan,
kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien
dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan
simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah
katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir
tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan
struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam
masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-
aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol
yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa
dan atribut yang digunakan.
d. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang
diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan
memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.

2.6 Model-Model Keperawatan Transkultural


Sejalan berjalannya waktu, keperawatan transkultural mengalami perkembangan oleh beberapa ahli,
diantaranya:
a. Sunrise Model (Leininger)
Sunrise model terdiri dari komponen:
1. Faktor teknbologi (Technological Factors)
a) Persepsi sehat-sakit
b) Kebiassaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan
c) Alasan mencari bantuan/pertolongan medis
d) Alasan memilih pengobatan alternative
e) Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam mengatasi masalah kesehatan
2. Faktor agama atau falsafah hidup (Religious & Philosophical factors)
a) Agama yang dianut
b) Status pernikahan
c) Cara pandang terhadap penyebab penyakit
d) Cara pengobatan / kebiasaan agama yang positif terhadap kesehatan
3. Faktor sosial dan keterikatan kelluarga (Kinship & Social Factors)
a) Nama lengkap & nama panggilan
b) Umur & tempat lahir,jenis kelamin
c) Status, tipe keluarga, hubungan klien dengan keluarga
d) Pengambilan keputusan dalam keluarga

10
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value and lifeways)
a) Posisi / jabatan yang dipegang dalam keluarga dan komunitas
b) Bahasa yang digunakan
c) Kebiasaan yang berhubungan dengan makanan & pola makan
d) Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktifitas kebersihan diri dan aktifitas sehari-hari
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political & legal Factors)
Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya,meliputi:
a) Peraturan dan kebijakan jam berkunjung
b) Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu
c) Cara pembayaran
6. Faktor ekonomi (Economical Factors)
a) Pekerjaan
b) Tabungan yang dimiliki oleh keluarga
c) Sumber biaya pengobatan
d) Sumber lain ; penggantian dari kantor,asuransi dll.
e) Patungan antar anggota keluarga
7. Faktor Pendidikan (Educational Factors)
a) Tingkat pendidikan klien
b) Jenis pendidikan
c) Tingkat kemampuan untuk belajar secara aktif
d) Pengetahuan tentang sehat-sakit
b. Keperawatan Transkultural Model Giger & Davidhizar
Dalam model ini klien/individu dipandang sebagai hasil unik dari suatu kebudayaan,pengkajian
keperawatan transkultural model ini meliputi:
1. Komunikasi (Communication)
Bahasa yang digunakan,intonasi dan kualitas suara,pengucapan (pronounciation), penggunaan
bahasa non verbal, penggunaan ‘diam’
2. Space (ruang gerak)
Space merupakan tingkat rasa nyaman,hubungan kedekatan dengan orang lain,persepsi tentang
ruang gerak dan pergerakan tubuh.
3. Orientasi social (social orientastion)
Budaya, etnisitas, tempat,peran dan fungsi keluarga, pekerjaan, waktu luang, persahabatan dan
kegiatan social keagamaan.
4. Waktu (time)
Penggunaan waktu, definisi dan pengukuran waktu, waktu untuk bekerja dan menjalin hubungan
social, orientasi waktu saat ini, masa lalu dan yang akan datang.

11
5. Kontrol lingkungan (environmental control)
Nilai-nilai budaya, definisi tentang sehat-sakit, budaya yang berkaitan dengan sehat-sakit.
6. Variasi biologis (Biological variation)
Struktur tubuh, warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya seperti; eksistensi enzim dan genetik,
penyakit yang spesifik pada populasi terntentu,kerentanan terhadap penyakit tertentu,
kecenderungan pola makan dan karakteristik psikologis, koping dan dukungan sosial.
c. Keperawatan transkultural model Andrew & Boyle
Komponen-komponenya meliputi:
1. Identitas budaya
2. Ethnohistory
3. Nilai-nilai budaya
4. Hubungan kekeluargaan
5. Kepercayaan agama dan spiritual
6. Kode etik dan moral
7. Pendidikan
8. Politik
9. Status ekonomi dan social
10. Kebiasaan dan gaya hidup
11. Faktor/sifat-sifat bawaan
12. Kecenderungan individu
13. Profesi dan organisasi budaya

2.7 Kompetensi Perawat dalam Keperawatan Transkultural


Kompetensi perawat dalam buku yang berjudul Intercultural Communication In Context terdiri atas
dua komponen yaitu komponen individu yang terdiri atas: motivasi, perilaku, sikap, pengetahuan, serta
kemampuan. Selain itu juga dalam komponen kontekstual antar budaya antara lain konteks historis,
hubungan, budaya, gender dan ras (Martin & Nakayama, 2012). Standar kompetensi perawat berbasis
budaya yaitu: keadilan sosial, pemikiran kritis, pengetahuan tentang lintas budaya, praktik lintas budaya,
sistem kesehatan, advokasi pasien, pelatihan dan pendidikan, komunikasi dan kepemimpinan lintas budaya
(Suroso et al., 2015).

2.8 Proses Asuhan Keperawatan Transultural


Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan
dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (sunrise model). Geisser (1991)
menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan
memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan
dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

12
Matahari terbit sebagai lambang/symbol perawatan. Suatu kekuatan untuk memulai pada puncak dari
model ini dengan pandangan dunia dan keistimewaan struktur sosial untuk mempertimbangkan arah yang
membuka pikiran yang mana ini dapat mempengaruhi kesehatan dan perawatan atau menjadi dasar untuk
menyelidiki berfokus pada keperawatan profesional dan sistem perawatan kesehatan secara umum. Anak
panah berarti mempengaruhi tetapi tidak menjadi penyebab atau garis hubungan. Garis putus-putus pada
model ini mengindikasikan sistem terbuka. Model ini menggambarkan bahwa tubuh manusia tidak
terpisahkan/tidak dapat dipisahkan dari budaya mereka.
Suatu hal yang perlu diketahui bahwa masalah dan intervensi keperawatan tidak tampak pada teori
dan model ini. Tujuan yang hendak dikemukakan oleh Leininger adalah agar seluruh terminologi tersebut
dapat diasosiasikan oleh perawatan profesional lainya. Intervensi keperawatan ini dipilih tanpa menilai cara
hidup klien atau nilai-nilai yang akan dipersepsikan sebagai suatu gangguan, demikian juga masalah
keperawatan tidak selalu sesuai dengan apa yang menjadi pandangan klien. Model ini merupakan suatu alat
yang produktif untuk memberikan panduan dalam pengkajian dan perawatan yang sejalan dengan kebudayan
serta penelitian ilmiah.
Dalam penerapan proses keperawatan, pengetahuan budaya harus dimiliki sebelum mengideintifikasi
kondisi klien. Pada level satu dikaji pengetahuan dan informasi tentang struktur social dan pandangan dunia
terhadap budaya klien. Selanjutnya dibutuhkan informasi tentang bahasa dan lingkungan, teknologi, agama,
filosophi dan kebangsaan, sosial struktur, nilai budaya dan kepercayaan, politik, legal sistem, ekonomi dan
pendidikan. Pengetahuan ini dibutuhkan dalam rangka mengaplikasikan keperawatan pada klien dalam
konteks individu, keluarga, kelompok, comunitas dan institusional (level dua).
Penilaian terhadap nilai kepercayaan, tingkah laku klien, terhadap sistem kesehatan diperlukan
untuk mengidentifikasi kebutuhan klien dalam rangka merumuskan diagnosa keperawatan (level tiga).
Selajutnya setelah ditetapkan suatu diangnosa keperawatan maka disusunlah perencanaan dan implementasi
keperawatan (level empat) yang dalam model ini sebagai nursing care decition and action. Sunrise Model
secara spesifik tidak menjabarkan evaluasi sebagai suatu bagian khusus. Walaupun demikian teori
transcultural nursing makna penting dalam rangka pemenuhan kebutuhan perawatan yang memberikan
keuntungan bagi klien.
a. Pengkajian (assessment)
Sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien (individu, keluarga, kolompok,
komunitas, lembaga) perawat terlebih dulu mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia
(world view) tentang dimensi dan budaya serta struktur sosial yang berkembang di perbagai belahan
dunia (secara global) maupun masyarakat dalam lingkup yang sempit. Dimensi budaya dan struktur
sosial tersebut dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu : teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor sosial
dan kekerabatan, nilai budaya dan gaya hidup, politik dan hukum, ekonomi dan pendidikan.
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Leininger’s Sunrise models”
dalam teori keperawatan transkultural Leininger yaitu :

13
1. Faktor Teknologi (Technological Factors)
Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran untuk menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Berkaitan
dengan pemanfatan teknologi kesehatan, maka perawat perlu mengkaji berupa persepsi individu
tentang persepsi sehat sakit, kebiasaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan
kesehatan saat ini, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang
penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini
2. Faktor keagamaan dan falsafah hidup (Religous and Philosofical Factors)
Agama adalah suatu sistem simbol yang mengakibatkan pandangan dan motivasi yang
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi kuat sekali untuk menempatkan
kebenarannya di atas segalanya bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang perlu
dikaji perawat seperti : agama yang dianut, kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap
kesehatan, berikhtiar untuk sembuh tanpa mengenal putus asa, mempunyai konsep diri yang utuh.
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and Social Factors)
Faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat : nama lengkap dan nama
panggilan dalam keluarga, umur atau tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam anggota keluarga, hubungan klien dengan kepala
keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga.
4. Faktor nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and Lifeways)
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap
baik dan buruk. Hal-hal yang perlu dikaji berhubungan dengan nilai-nilai budaya dan gaya hidup
adalah posisi dan jabatan, bahasa yang digunakan, kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan
makan, makan pantang berkaitan dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang dimanfaatkan dan
persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari.
5. Faktor peraturan dan kebijakan (Polithical and Legal Factor)
Peraturan dan kebijakan yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan
individu dalam asuhan keperawatan transkultural. Misalnya peraturan dan kebijakan yang
berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang menunggu.
6. Faktor ekonomi (Economical Faktor)
Klien yang dirawat dapat memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk
membiayai sakitnya agar segera sembuh. Sumber ekonomi yang ada pada umumnya
dimanfaatkan klien antara lain asurannsi, biaya kantor, tabungan. Faktor ekonomi yang harus
dikaji oleh perawat antara lain seperti pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan.
7. Faktor pendidikan (Educational Factor).
Latar belakang pendidikan individu adalah pengalaman individu dalam menmpuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan individu, maka keyakinannya
harus didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan dapat beradaptasi terhadap budaya yang
sesuai dengan kondisi kesehatannya.
14
Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan meliputi tingkat pendidikan, jenis
pendidikan, serta kemampuan belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga
tidak terulang kembali.

b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah,
diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga
diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu :
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
2. Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
3. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

c. Perencanaan dan Pelaksanaan


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses keperawatan
yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan
pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995).
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995)
yaitu :
1. Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan,
2. Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan
3. Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
Intervensinya terdiri dari:
1. Cultural care preservation/maintenance
a) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
b) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
c) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
2. Cultural careaccomodation/negotiation
a) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
b) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
c) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan
pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
3. Cultual care repartening/reconstruction
a) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya
b) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
c) Gunakan pihak ketiga bila perlu

15
d) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh
klien dan orang tua
e) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan
memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul
rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu.
Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan
klien yang bersifat terapeutik.

d. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai
dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan
budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan
latar belakang budaya klien.

2.9 Trend dan Issue dalam Keperawatan Transkultural


Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan
fakta. Issue adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktannya atau
buktinya.
Contoh trend dan isu dalam keperawatan
a. Telur
Ibu hamil dilarang mengkonsumsi telur, karena dikhawatirkan ASI-nya berbau amis. Mitos
tersebut tidak benar. Telur mengandung protein hewani yang sangat dibutuhkan ibu hamil. Selain itu,
seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan bahaya kolesterol, selain daging, kuning
telur kini termasuk makanan yang dihindari. Padahal, para ahli kini menyimpulkan bahwa telur tidak
mempengaruhi kadar kolesterol secara signifikan. Bukan kolesterol yang mempengaruhi kadar
kolesterol dalam darah, tetapi lemak jenuh. Telur diketahui hanya mengandung sedikit lemak jenuh.
Mengkonsumsi telur bisa memperbaiki kadar lipid (kolesterol) seseorang yang kolesterolnya naik saat
mengkonsumsi makanan kaya kolesterol.
Ada begitu banyak nutrisi penting dalam sebutir telur. Sebut saja choline, yang sangat penting
untuk fungsi otak dan kesehatan. Satu buah kuning telur mengandung lebih dari 25 persen kebutuhan
choline setiap hari. Orang dewasa membutuhkan 425 gram choline per hari, sedangkan anak balita
butuh 250 gram per hari. Sebuah penelitian mengungkapkan konsumsi choline yang cukup bias
menurunkan risiko kanker payudara.
Telur juga mengandung antioksidan serta lutein yang membantu mencegah gangguan penglihatan
akibat penuaan dan katarak. Kadar lutein dalam telur bahkan lebih banyak dibanding pada sayuran
16
berdaun hijau. Telur mempunyai kandungan zat gizi yang cukup tinggi, antara lain mengandung
delapan asam amino esensial yang baik untuk pertumbuhan anak dan kesehatan tubuh. Selain itu, telur
juga mengandung mineral selenium (Se). Pria membutuhkan asupan selenium untuk pembentukan
kualitas dan kuantitas sperma. Satu butir telur dapat menghasilkan 10 persen dari total kebutuhan
tubuh terhadap selenium. Telur juga mengandung vitamin D yang dapat membantu penyerapan
kalsium untuk pembentukan tulang. Selain itu, telur juga mengandung vitamin E. Kombinasi antara
selenium dan vitamin E berperan sebagai antioksidan yang dapat mengurangi risiko kerusakan sel
tubuh akibat radikal bebas.Telur juga diketahui sebagai sumber vitamin B12, vitamin B6, dan folat
yang dibutuhkan untuk kesehatan tubuh dan melindungi sel – sel saraf. Kekurangan vitamin B12 dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan sel – sel saraf. Wanita hamil yang kekurangan vitamin B12
mempunyai risiko anaknya akan mengalami kerusakan pada sistem saraf.
b. Makanan Laut
Mungkin kita sering mendengar ungkapan bahwa ibu hamil dilarang mengkonsumsi ikan laut
karena menyebabkan ASI berbau amis dan luka jahitan sulit kering. Mitos tersebut tidak benar. Justru
ikan laut mengandung protein yang sangat dibutuhkan ibu hamil untuk mengganti sel – sel rusak.
Ada juga pernyataan bahwa salah satu cara menurunkan kolesterol dengan pantang makanan laut.
Tidak perlu menghindari makanan laut sama sekali. Kuncinya adalah konsumsi dalam jumlah wajar
karena makanan laut memang mengandung kolesterol. Kadar kolesterol dalam tubuh sebagian besar
dipengaruhi oleh lemak jenuh dan trans fatty acid. Keduanya ini terdapat dalam daging merah dan
makanan kemasan olahan. Trans fatty acid terdapat di snack kemasan, gorengan, atau margarin yang
berisi minyak hydro genated.
Protein, zat besi, serta asam lemak omega-3 dalam makanan laut bisa membantu meningkatkan
pertumbuhan otak bayi. Menurut penelitian yang dilakukan di Inggris, kekurangan konsumsi makanan
laut selama masa kehamilan bisa mengakibatkan lemahnya kemampuan verbal, gangguan perilaku,
serta masalah tumbuh kembang lain pada anak.
Ikan dan kerang – kerangan saat ini sudah terbukti merupakan makanan yang baik untuk otak.
Makanan – makanan tersebut mengandung asam lemak esensial yang bermanfaat, yakni Omega-3,
serta sejumlah vitamin, mineral,dan asam amino. Asam lemak omega-3 jenin DHA dan EPA yang
banyak ditemukan dalam ikan berminyak terbukti berperan sangat penting untuk kesehatan dan
perkembangan fungsi saraf dan otak. Minyak hati ikan cod yang menjadi favorit pada zaman dulu,
ternyata bukanlah sumber utama lemak esensial untuk anak- anak karena sisa polutan yang tersimpan
dalam hati ikan cod.
Asam lemak esensial tidak dihasilkan di dalam tubuh, karena itu kita harus mendapatkannya dari
luar, yaitu dari makanan. Ada kekhawatiran bahwa makanan modern tidak mengandung cukup lemak
Omega-3. Kekurangan zat gizi ini dikaitkan dengan lemahnya konsentrasi dan memori, disleksia,
masalah perilaku, kesulitan belajar, juga hiperaktif pada beberapa anak yang sensitive.
Ikan juga merupakan sumber kolin, yaitu nutrisi yang diperlukan (bersama lesitin dan vitamin B
kompleks) untuk menghasilkan bahan kimia asetilkolin di otak, agar memori dapat bekerja cepat dan
17
meningkatkan kemampuan belajar. Kerang – kerangan merupakan sumber seng, mineral penting bagi
kemampuan memori dan konsentrasi otak. Penelitian menunjukkan bahwa kekurangan sedikit saja
seng dapat mengakibatkan ketidakseimbangan fungsi mental. Akibatnya, anak menjadi sensitif,
suasana hati mudah berubah, dan hilang nafsu makan. Bila kekurangan tersebut teratasi, biasanya
kemampuan memori akan membaik kembali. Hidangan laut juga mengandung asam amino tirosin,
yang dikaitkan dengan peningkatan energi mental dan kewaspadaan jika digunakan bersama vitamin B
kompleks dalam jumlah cukup, yang penting untuk produksi energi.

c. Nanas dan Pisang


Ibu hamil tidak boleh mengkonsumsi pisang dan nanas. Mitos ini sangat dipercaya oleh sebagian
masyarakat di Jawa, karena bisa mengakibatkan keputihan. Konsumsi pisang dan nanas justru
disarankan karena kaya akan vitamin C dan serat yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan
melancarkan proses pembuangan sisa – sisa pencernaan. Adapun keputihan tidak selalu
membahayakan. Saat hamil maupun setelah melahirkan adalah normal apabila ibu mengalami
keputihan. Kecuali jika keputihan tersebut terinfeksi bakteri, jamur, & virus yang biasanya dengan
keluhan gatal, bau, dan warnanya kekuningan atau kecoklatan.
Mungkin pernah mendengar bahwa nanas dan pisang menyebabkan keputihan? Padahal, tak ada
bukti ilmiahnya. Jadi, sama sekali tidak beralasan karena takut dan membatasi diri untuk
menyantapnya. Apalagi, tidak ada kaitan jelas antara mengonsumsi buah-buahan tersebut dan kerja
organ-organ seksual, baik pria maupun wanita. Nanas dan pisang justru mengandung zat-zat tertentu
yang dibutuhkan tubuh, terutama vitamin C dan kalium dalam pisang yang justru berkhasiat menahan
cairan tubuh. Lagi pula kondisi basah sebetulnya merupakan pertanda alamiah bahwa pihak istri telah
siap menerima kehangatan dari suaminya. Sementara kondisi kering malah akan menimbulkan lecet
dan rasa sakit yang bakal menyiksa keduanya. Boleh dibilang yang paling berperan dalam hal ini
adalah sensitivitas dan kekencangan otot-otot tubuh, terutama otot-otot dasar panggul yang melingkari
tulang organ kelamin. Kedua hal inilah yang amat berperan menentukan daya cengkeram sekaligus
meningkatkan kualitas hubungan suami-istri. Jadi, pada mereka yang sensitivitasnya tidak mengalami
gangguan, tersentuh sedikit saja sudah akan terbangkitkan gairahnya. Jika pun menurun tingkat
kepekaannya, entah pada bagian-bagian tertentu atau justru seluruh tubuh, masih memungkinkan
untuk diterapi lewat pengobatan dan pelatihan. Sambil tak lupa menggali akar permasalahannya
kenapa bisa terjadi demikian, mengingat akibatnya dirasakan secara fisik, meski awalnya bersifat
psikis.
“Nanas mengakibatkan keguguran“ Pendapat ini belum dibuktikan secara medis. Tetapi bagi
beberapa orang, nanas bisa menyebabkan gangguan lambung, terlebih asam lambung memang
meningkat dikala hamil. Tentu orang yang sensitive lambungnya terhadap nanas, sebaiknya
menghindari buah ini dikala hamil. Tetapi bagi mereka yang aman-aman saja terhadap nanas justru
baik menyantap buah ini. Tak lain karena nanas mengandung vitamin A dan C serta mengandung

18
enzim bromelin yang baik untuk mencerna protein. Apalagi bila nanas ada pada acar dan beberapa
masakan dengan variasi olahan menggunakan nanas.
Pisang bisa membuat gemuk. Mungkin pernyataan ini sudah akrab di telinga Anda. Tetapi, apakah
pernyataan ini benar? Pisang merupakan buah yang sarat gizi, hampir tidak mengandung lemak dan
mudah dicerna. Karbohidrat didalam pisang sekitar 23-35%, lemak 0,2% dan seperti bahan nabati
lainnya, pisang bebas kolesterol. Sebanyak 100 gram pisang akan memberikan kalori sebesar 120
kalori.
Buah ini juga kaya kalium dan mengandung magnesium, selenium, besi dan vitamin – vitamin
serta bebas Natrium. Pisang kaya dengan vitamin B-6 yang dibutuhkan untuk kesehatan mental
seseorang. Kekurangan vitamin B-6 ini dapat menyebabkan seseorang mudah lelah dan marah serta
susah tidur.
Mengkonsumsi satu setengah buah pisang setiap hari akan mencukupi kebutuhan tubuh terhadap
vitamin B-6 ini. Menyantap makanan kaya kalium dan vitamin B6, khususnya pisang segar (bukan
pisang rebus atau pisang goreng) juga dapat mengurangi rasa nyeri, ngilu dan sakit pada persendian.
Mengkonsumsi pisang 3-4 kali sehari bahkan dipercaya dapat membantu mengurangi gejala radang
sendi (arthritis). Pisang merupakan makanan kaya kalium. Satu buah pisang berukuran sedang
mengandung 467 mg kalium, yang memberikan 13% kebutuhan kalium harian. Data penelitian
menunjukkan bahwa pengambilan kalium oleh tubuh berhubungan dengan efek penurunan tekanan
darah.
Pada tahun 2001, FDA (Food and Drug Administration; semacam Badan POM di USA),
menyetujui bahwa makanan yang merupakan sumber kalium dan rendah natrium barangkali dapat
mengurangi resiko terjadinya peningkatan tekanan darah dan stroke. Sebagai sumber kalium, pisang
dapat membantu mengurangi resiko peningkatan tekanan darah.
Di dalam New England Journal of Medicine bahkan disebutkan, bahwa mengkonsumsi satu buah
pisang sehari dapat menurunkan resiko stroke sampai 40%. Jika anda merasa lesu di antara waktu
makan, ambil saja pisang. Gula buah yang terkandung di dalamnya (yang tergolong karbohidrat
sederhana), akan mudah dicerna dan masuk ke aliran darah sehingga menghasilkan energi instant.
Selain itu, dengan pasokan kalium dari pisang, jaringan otot akan bertenaga kembali selama beberapa
saat sebelum tubuh mendapatkan pasokan energi darurat dari makanan utama. Karena hal ini pula,
tidak heran jika para atlet terutama atlet tennis seringkali mengkonsumsi pisang sebelum dan pada saat
bertanding untuk pengusir lelah dan pemberi tenaga.
Didalam The Food Pharmacy oleh Jean Carper, pisang bahkan disebut sebagai makanan mujarab
bagi penderita penyakit mag. Barangkali sifat spasmolitik pisang, yang menurunkan kerja lambung
dan mengurangi sekresi enzim serta asam lambung, turut berperan dalam menghasilkan khasiat
ini.Kandungan pektin yang tinggi didalam pisang juga dapat melindungi selaput lendir lambung
terhadap pengaruh asam lambung dan enzim (pepsin). Pisang juga kaya serat makanan atau
karbohidrat kompleks yang akan membantu memperlancar buang air besar dan sangat baik untuk
mencegah kanker usus besar.
19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.Z DENGAN ANEMIA

Kasus
Ny. Z, umur 22 tahun, Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, sedang hamil anak pertama, usia kehamilan 10
minggu, memeriksakan kehamilannya ke rumah sakit dengan keluhan pusing, lemas, pucat sudah 5 hari. Ny.
Z dilakukan pemeriksaan USG dan cek darah. Dari Hasil Pemeriksaan didapat kadar Hemoglobin (Hb)
7mg/dl. Dokter menyimpulkan Ny. Z mengalami Anemia. Kemudian dokter mengkaji pola makan, istirahat,
pola aktifitas sehari-hari.
Dari Hasil pengkajian tersebut, didaerahnya masih percaya pada sihir dan hal-hal yang gaib. Pada saat istri
hamil, suami tidak boleh memancing ikan dan memakan hasil pancingannya karena di percaya nanti
anaknya akan lahir cacat, sementara suami Ny.Z memiliki hobi memancing ikan. Ny. Z selama hamil tidak
pernah makan ikan karena menurut kepercayaannya jika ibu Hamil makan ikan laut ASI nya akan asin. Ny.Z
juga tidak makan telur karena takut luka habis melahirkan akan lama sembuh karena bias gatal. Ny.Z sering
mengkomsumsi jamu yang dianjurkan oleh mertuanya agar setelah bayi lahir tidak amis. Keyakinan tersebut
di patuhi dan diyakini oleh NY. Z dan mertuanya
Dokter memberikan vitamin penambah darah dan menganjurkan Ny. Z mengurangi aktifitas berlebihan
berlebihan, makan-makanan yang sehat.

A. Pengkajian
I. Identitas
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny.Z
b. Jenis kelamin : Perempuan
c. Umur : 22 th
d. Agama : Tidak terkaji dalam kasus
e. Status perkawinan : Menikah
f. Pendidikan : Tidak terkaji dalam kasus
g. Alamat : Tidak terkaji dalam kasus
h. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
i. Tanggal : Tidak terkaji dalam kasus
j. No reg : Tidak terkaji dalam kasus
k. Diagnose medis : Anemia

2. Identitas Penanggung Jawab


Tidak terkaji dalam kasus

20
II. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Ny.Z mengatakan bahwa ia hamil sekitar 10 minggu dan lemah lemas, pusing, pucat sudah 5 hari
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan sering pusing, lemas, dan tampak pucat dan pasien tidak pernah mengkonsumsi
ikan, telur,dan sering mengkonsumsi jamu.
3. Riwayat Kesehtan Dahulu
Tidak terkaji dalam kasus
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak terkaji dalam kasus

III. Riwayat Obstetrik


Saat ini klien sedang hamil yang pertama dengan riwayat kehamilan saat ini adalah Gravida 1 Partus 0
Abortus 0 (G1P0A0), usia kehamilan saat ini adalah 10 minggu.

IV. Riwayat Kebiasaan Sehari – Hari


1. Pola Nutrisi
a. Klien mengatakan tidak mengkonsumsi ikan karena takut anaknya akan lahir cacat dan ASI
menjadi asin
b. Klien mengatakan tidak mengkonsusmsi telur karena takut luka habis melahirkanlama sembuh
karena biasa gatal.

2. Pola Eliminasi
Tidak terkaji dalam kasus

3. Pola Personal Higiene


Tidak terkaji dalam kasus

4. Pola Istirahat Dan Tidur


Tidak terkaji dalam kasus

5. Pola Aktivitas Dan Latihan


Tidak terkaji dalam kasus

6. Pola Kebiasaan Yang Mempengaruhi Kesehatan


a. Klien dan keluarga masih mempercayai hal gaib dan sihir.
b. Klien sering minum jamu supaya saat bayi lahir tidak amis

21
V. Riwayat Psikososial
Keluarga dan pasien menerima kehadiran janin

VI. Pemeriksaan Fisik


1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Compos mentis
c. BB sebelum Hamil : Tidak terkaji dalam kasus
d. BB Hamil : Tidak terkaji dalam kasus
e. BB Sekarang : Tidak terkaji dalam kasus
f. TB : Tidak terkaji dalam kasus
g. Tanda – tanda vital : Tidak terkaji dalam kasus

2. Pemeriksaan Khusus
a. Muka : Pucat
b. Ekstremitas : Lemas

VII. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Laboratorium
Hb :7 gr/dL

VIII. Pengobatan
Vitamin penambah darah

22
23
B. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS: Penurunan konsentrasi Hb Perfusi jaringan perifer tidak efektif
a. Klien mengeluh pusing, lemas, pucat sejak lima
hari yang lalu.
b. Klien mengatakan tidak mengkonsumsi ikan
karena takut bayi lahir cacat dan ASI menjadi
asin
c. Klien mengatakan tidak mengkonsumsi telur
karena takut luka setelah melahirkan akan sulit
sembuh karena bisa gatal
DO:
a. Hb 7 gr/dL
b. Pucat dan lemas
2. DS: Sistem nilai dan budaya Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
a. Klien mengatakan tidak mengkonsumsi ikan
karena taut bayi lahir cacat dan ASI asin
b. Klien mengatakan tidak mengkonsumsi telur
karena takut luka setelah melahirkan sulit
sembuh karena bisa gatal
c. Klien mengatakan lemas dan pusing sejak 5
hari yang lalu
DO:
a. Klien tampak pucat dan lemas
b. Hb 7 gr/dL

24
4. DS : Kebiasaan sering minum jamu Risiko cidera janin
Klien mengatakan sering minum jamu untuk
menghindari bayi amis saat lahir
DO:
-
DS : Kebudayaan dan sistem nilai Ethnosentrism
a. Klien mengatakan tidak konsumsi ikan karena
takut bayi cacat saat lahir dan ASI menjadi asin
b. Klien mengatakan suami tidak boleh pergi
memancing ikan dan memakannya selama istri
hamil jika tidak bayi akan lahir cacat
c. Klien mengatakan tidak mengkonsusmsi telur
karena takut luka setelah melahirkan akan sulit
sembuh karena bisa gatal
DO :
Klien masih mempercayai hal gaib dan sihir

25
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

NO DIANGOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


1 Perfusi jaringan tidak efektif b/d penurunan konsentrasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi
Hb d.d 1x24 jam perfusi jaringan klien adekuat perifer)
DS: dengan kriteria : a. Bangun hubungan saling percaya dengan pasien
a. Klien mengeluh pusing, lemas, pucat sejak lima hari a. Membran mukosa merah b. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
yang lalu. b. Konjungtiva tidak anemis terhadap panas/dingin/tajam/
b. Klien mengatakan tidak mengkonsumsi ikan karena c. Akral hangat c. tumpul
takut bayi lahir cacat dan ASI menjadi asin d. Tanda-tanda vital dalam rentang d. Monitor adanya paretese
c. Klien mengatakan tidak mengkonsumsi telur karena normal e. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika
takut luka setelah melahirkan akan sulit sembuh e. Kadar Hb normal ada lesi atau laserasi
karena bisa gatal f. Gunakan sarung tangan untuk proteksi dan
DO: menghindari cidera
a. Hb 7 gr/dL g. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
b. Pucat dan lemas h. Monitor kemampuan BAB
i. Kolaborasi pemberian analgetik
j. Monitor adanya tromboplebitis
k. Diskusikan menganai penyebab perubahan sensasi
l. Pantau asupan cairan dan nutrisi klien
m. Berikan makanan tinggi protein, zat besi, folat,
vitamin B, vitamnin C
n. Berikan asupan protein hewani pengganti ikan
seperti ayam atau daging
o. Beri pendidikan dan penjelasan pada klien bahwa
makan ikan adalah kebiasaan yang baik dan tidak ada

26
hubungannya dengan kecacatan janin
p. Beri contoh positif tentang kebiasaan mengkonsumsi
ikan dan telur bagi ibu dan janin
q. Beri contoh negative tidak mengkonsumsi ikan bagi
ibu dan janin
r. Berikan penjelasan dengan bahasa yang mudah
dipahami dan diterima klien dan keluarga
s. Memberikan penjelasan dan edukasi dengan sabar

2 Gangguan nutrisi b.d sistem nilai dan budaya d.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC :
DS: 1x24 jam maka kebutuhan nutrisi terpenuhi Nutrition Management
d. Klien mengatakan tidak mengkonsumsi ikan dengan kriteria a. Membangun hubungan saling percaya dengan klien
karena taut bayi lahir cacat dan ASI asin  Klien tidak terlihat lemas dan pucat b. Observasi kebutuhan nutrisi klien
e. Klien mengatakan tidak mengkonsumsi telur  Klien dan keluarga menerima penjelasan c. Tinjau kecukupan nutrisi klien
karena takut luka setelah melahirkan sulit sembuh dari perawat tentang kebutuhan nutrisi d. Identifikasi asupan nutrisi
karena bisa gatal  Klien dan keluarga menerima e. Kaji adanya alergi makanan
f. Klien mengatakan lemas dan pusing sejak 5 hari restrukturisasi mengenai nutrisi f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
yang lalu kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
DO: g. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
c. Klien tampak pucat dan lemas vitamin C
d. Hb 7 gr/dL h. Berikan makanan tinggi protein seperti ayam dan
daging
i. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
j. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi bagi ibu
hamil dan janin
k. Berikan pendidikan kesehatan dan penjelasan pada

27
klien bahwa konsumsi ikan baik untuk ibu da janin
serta tidak akan membuat kecacatan pada bayi dan
justru sebaliknya membuat janin lebih sehat
l. Berikan contoh positif sering konsumsi protein ikan
bagi ibu hamil dan janin
m. Beri contoh negative tidak konsumsi protein ikan pada
ibu hamil dan janin
n. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
o. Minta pasien membuat buku makanannya untuk
dievaluasi pilihan makanan yang pasien pilih
p. Beri penjelasan dengan bahasa yang mudah dipahami
dan diterima klien dan keluarga
q. Berprilaku sabar dalam memberikan pendidikan
kesehatan dan penjelasan

3 Risiko cidera janin b.d sistem nilai dan budaya Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC :
d.d 1x24 jam janin tidak mengalami risiko cidera Elektronik fetal monitoring: Antepartum
DS: dalam kandungan dengan kriteria: a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien dan
Klien mengatakan sering minum jamu untuk  DJJ 120-160 keluarga
menghindari bayi amis saat lahir  Frekuensi perpindahan janin b. Kaji riwayat kehamilan,tentukan faktor resiko yang
DO:-  Nonstress memerlukan pemeriksaan kehamilan untuk mengetahui
keadaan janin
c. Periksa TTV ibu
d. Kaji status janin sebelumnya
e. Periksa TD ibu dan DJJ sebelum memulai memonitor
keadaan janin

28
f. Lakukan meneuver leopard untuk mengetahui posisi
janin
g. Memberikan edukasi maternal yang berkaitan dengan
test antepartum seperti:nonstress test
h. Memberikan penjelasan bahwa minum jamu tidak baik
bagi janin karena takaran dan kandungan jamu tidak
jelas kadar toksisitasnya bagi tubuh
i. Berikan penjelasan bahwa minum jamu bisa meracuni
janin karena takarannya yang tidak baku
j. Berikan alterative lain untuk menjaga kesehatan ibu
dan janin seperti vitamin dan buah-buahan
k. Beri penjelasan dengan bahasa yang mudah dipahami
dan diterima oleh klien dan keluarga
l. Bersikap sabar dalam meberikan edukasi dan
penjelasan

4 Etnosentris b.d kebudayaan dan sistem nilai d.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC :
DS : 3x 24 jam klien mampu mengganti budaya a. Membina hubungan saling percaya dengan keluarga
a. Klien mengatakan tidak konsumsi ikan karena yang negative bagi kesehatan dengan budaya b. Menghormati budaya dan sistem nilai yang pegang
takut bayi cacat saat lahir dan ASI menjadi asin yang benar klien dan keluarga
b. Klien mengatakan suami tidak boleh pergi c. Menilai pasien dan interaksi dengan keluarga.
memancing ikan dan memakannya selama istri d. Cari tahu bagaimana klien lebih suka ditangani.
hamil jika tidak bayi akan lahir cacat e. Memperjelas / menjelaskan tujuan penilaian.
c. Klien mengatakan tidak mengkonsusmsi telur f. Menunjukkan minat yang tulus
karena takut luka setelah melahirkan akan sulit g. Tetap menjadi pendengar yang aktif.
sembuh karena bisa gatal h. Nilai untuk penggunaan cam atau obat tradisional.
DO : i. Tanyakan bagaimana klien mempersepsikan masalah

29
Klien masih mempercayai hal gaib dan sihir yang sedang di alami
j. Beri penjelasan bagi klien mengenai budaya yang
baik bagi kesehatan
k. Beri penjelasan bahwa konsumsi ikan baik untuk
janin dan ibu hamil serta tidak akan menimbulkan
kecacatan pada janin
l. Beri penjelasan bahwa konsumsi jamu dapat
berdampak negative bagi janin karena kadar
toksisitasnya tidak jelas
m. Berikan penjelasan dengan bahasa yang mudah
dimengerti dan diterima klien dan keluarga
n. Bersikap sabar dalam memberikan edukasi dan
penjelasan pada klien

30
D. EVALUASI

NO Diagnosa Keperawatan Evaluasi

1. Perfusi jaringan tidak efektif b/d penurunan Evaluasi kadar Hb pasien


konsentrasi Hb Evaluasi keadaan pasien apakah masih terlihat lemas, pusing dan pucat
Evaluasi pilihan makanan yang dibuat pasien setelah dilakukan intervensi
Evaluasi pemahaman klien tentang pentingnya konsumsi ikan dan telur setelah diberikan edukasi dan
penjelasan
Nilai intervensi apakah masalah sudah teratasi atau belum

2. Gangguan nutrisi b.d kepercayaan tentang budaya Evaluasi status nutrisi pasien
terhadap makanan Evalusai keadaan pasien apakah masih terlihat lemas, pusing dan pucat
Evaluasi apakah klien sudah mau makan ikan dan telur
Evaluasi pilihan makanan yang dibuat pasien setelah dilakukan intervensi
Evaluasi pemahaman klien tentang pentingnya konsumsi ikan dan telur setelah diberikan edukasi dan
penjelasan
Nilai intervensi apakah masalah sudah teratasi atau belum

3. Risiko cidera janin b.d sistem nilai dan budaya Evaluasi apakah klien sudah tidak minum jamu lagi
Evaluasi pemahaman klien tentang bahaya minum jamu setelah diberikan edukasi dan penjelasan
Nilai intervensi apakah masalah sudah teratasi atau belum

4. Ethnosentrism Evaluasi apakah klien dan keluarga sudah meninggalkan budaya yang membahayakan kesehatan

31
Evaluasi penerimaan pasien dan keluarga tentang penjelasan dan edukasi yang diberikan
Evaluasi pemahaman klien tentang bahaya minum jamu dan tidak konsumsi ikan serta telursetelah
diberikan edukasi dan penjelasan
Nilai intervensi apakah masalah sudah teratasi atau belum

32
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Transkultural nursing adalah suatu area atau wilayah keilmuan budaya pada proses belajar dan
keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan,
sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, keoercayaan dantindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khussnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia
(Leininger, 2002).
Sebagai perawat harus memperhatikan kebutuhan pasien dari segi bio-psiko-sosial-spiritual dalam
memberikan asuhan keperawatan yang holistic bagi pasien. Dengan pendekatan budaya penyembuhan pasien
akan lebih cepat. Dalam mengaplikasikan konsep transcultural dalam keperawatan merujuk pada teori
meddeline lininger yaitu model sunrise, budaya dapat dilakukan perkuatan, negosiasi ataupun restrukturisasi.

4.2 Saran
a. Bagi Penulis:
Sebaiknya seorang mahasiswa keperwatan harus mampu memahami dan menerapkan konsep asuhan
keperawatan transkulturall
b. Bagi Pembaca
Sebaiknya lebih memahami dan menerapkan konsep keperawatan transcultural dalam kehidupan
c. Bagi Institusi
Sebaiknya makalah ini dapat dijadikan arsip untuk dikemudian hari dapat digunakan menjadi referensi
pembuatan makalah dengan materi konsep keperawatan transkultural

33
Daftar Pustaka

Andrew . M & Boyle. J.S, (1995), Transcultural Concepts in Nursing Care, 2nd Ed, Philadelphia,
JB Lippincot Company

Folley, Regina & Wurmser, Theresa A (2004). Culture Diversity/A Mobile orksforce Command
Creative Leadership, New Patterships, and Inovative Approaces to Integration.

Giger. J.J & Davidhizar. R.E, (1995), Transcultural Nursing : Assessment and Intervention, 2nd Ed,
Missouri , Mosby Year Book Inc

Leininger. M & McFarland. M.R, (2002), Transcultural Nursing : Concepts, Theories, Research
and Practice, 3rd Ed, USA, Mc-Graw Hill Companies

Tomey, A.M, and Alligood, M.R, 2006, Nursing Theorist Utilization and Aplication, third edition,
Mosby-Inc, St. Louis Missouri

Tomey, A.M, and Alligood, M.R, 2006, Nursing Theorist and Their Work, 6th edition, Mosby-Year
Book, Inc, Missouri

The Basic concepts of Trancultural Nursing.

34
Lampiran

Kasus
Ny. Z, umur 22 tahun, Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, sedang hamil anak pertama, usia kehamilan 10
minggu, memeriksakan kehamilannya ke rumah sakit dengan keluhan pusing, lemas, pucat sudah 5 hari. Ny.
Z dilakukan pemeriksaan USG dan cek darah. Dari Hasil Pemeriksaan didapat kadar Hemoglobin (Hb)
7mg/dl. Dokter menyimpulkan Ny. Z mengalami Anemia. Kemudian dokter mengkaji pola makan, istirahat,
pola aktifitas sehari-hari.
Dari Hasil pengkajian tersebut, didaerahnya masih percaya pada sihir dan hal-hal yang gaib. Pada saat istri
hamil, suami tidak boleh memancing ikan dan memakan hasil pancingannya karena di percaya nanti
anaknya akan lahir cacat, sementara suami Ny.Z memiliki hobi memancing ikan. Ny. Z selama hamil tidak
pernah makan ikan karena menurut kepercayaannya jika ibu Hamil makan ikan laut ASI nya akan asin. Ny.Z
juga tidak makan telur karena takut luka habis melahirkan akan lama sembuh karena bias gatal. Ny.Z sering
mengkomsumsi jamu yang dianjurkan oleh mertuanya agar setelah bayi lahir tidak amis. Keyakinan tersebut
di patuhi dan diyakini oleh NY. Z dan mertuanya
Dokter memberikan vitamin penambah darah dan menganjurkan Ny. Z mengurangi aktifitas berlebihan
berlebihan, makan-makanan yang sehat.

STEP 1
Tidak ditemukan kata sulit

STEP 2
1. Bagai mana cara perawat mengatasi masalah nyonya Z ?
2. Apakah pengaruh budaya mempengaruhi kondisi pasien?
3. Masalah keperawatan apa yang muncul pada kasus?
4. Jelaskan cara ilmiah kepercayaan tidak boleh makan ikan berhubungan dengan kesehatan?
5. Bagai mana cara perawat memahami budaya klien?
6. Bagai mana intervensi perawat meluruskan persepsi pasien?
7. Apakah pendidikan berpengaruh dalam persepsi klien?
8. Asupan makanan yang dapat di berikan untuk memenuhi gizi ibu dan janin selain pada kasus?
9. Bagai mana konsep trasnkultural?

STEP 3
1. pada kasus ini budayanya jelas mempengaruhi pasien (negatif)
2. a) Etnosentris (karan menggap kepercayaannya benar )
b) Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan sistem nilai dan budaya
c) Resiko cedra pada janin
3. Ikan merupakan sumber protein dan berpengaruh positif pada manusia
4. Mempertahan kan budaya,menghargai budaya tersebut
5. a) Menumbuhkan rasa saling percaya
6. b) Menjelaskan ke pasien bahwa ikan baik untuk gizi
7. c) Memberikan contoh-contoh yang positif dan negatif dari budaya tersebut dan edukasi

35
8. Berpengaruh karena jika ibunya memiliki pendidikan yang baik pasti lebih tau bahwa ikan itu
baik untuk ibu dan janin
9. Seperti ikan laut,buncis,sayuran dan buah-buahan
10. Bisa diadopsi,karna jamu memiliki banyak mamfaat untuk ibu hamil, namun lebih baik di
pelajari dulu kandungan jamu apakah baik atau tidak

36
STEP 4 (Mind Mapping)
ANALISA KEPERAWATAN
Step 4 : 1. Etnosentris
2. Resiko gangguan nutrisi
berhubungan dengan sistem nilai
dan budaya.
3. Resiko cedera pada janin b.d budaya
dan sistem nilai
4. Perfusi jaringan perifer tidak efektif
b.d penurunan Hb
PENGKAJIAN : INTERVENSI :
1. Ny. Z (22 tahun) hamil 10 1. Pendekatan kebudayaan
minggu dalama asuhan keperawatan
2. Hb : 7 mg/dL TRANSKULTURAL DALAM
3. Mengalami pusing, lemah, 2. Nutrition Management
KEPERAWATAN
pucat selama 5 hari. 3. Elektronik fetal monitoring
4. Tidak mau makan ikan, dan 4. Peripheral Sensation
telur karena kepercayan.
Management (Manajemen
5. Mau minum jamu karna
kepercayaan. sensasi perifer)
6. Diagnose medis anemia 5. : Antepartum

EVALUASI :
1. Evaluasi keadaan fisik klien apakah masih lemah, pucat dan pusing
2. Evaluasi kadar Hb dalam batas normal
3. Evaluasi TTV dalam batas normal
4. Evaluasi apakah klien sudah meninggalkan kebudayaan yang merusak kesehatan
5. Evaluasi penerimaan klien tentang pendidikan kesehatan dan penjelasan yang telah diberikan
6. Evaluasi pemahaman klien tentang pendidikan kesehatan dan penjelasan yang telah diberikan
37
38
39

Anda mungkin juga menyukai