Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH GLOBALISASI & PERSPEKTIF TRANSKULTURAN,

DIVERSITY DALAM MASYARAKAT DAN TEORI CULTURE CARE


LEININGER
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Bridging Mata Kuliah: Psikososial dan Budaya
Dosen Pembimbing : H. Thoha, BSc, SKM, M.Si

DISUSUN OLEH :

1. Amalia Sholiha
2. Elena Widya Kusumadewi
3. Ellyana Intan Pertiwi
4. Gita Saski Galatia
5. Maryaenah
6. Novi Winri
7. Oriza Sativa Manurung
8. Rinezia Rinza Farizal

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PRODI PROFESI NERS
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia–Nya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan. Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalami
kesulitan yang dikarenakan kurangnya sumber materi. Namun, penulis telah
berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan makalah ini sehingga materi
yang disajikan mampu menjadi referensi dalam proses pembelajaran untuk
mahasiswa keperawatan.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penulisan dan penyusunan makalah ini baik secara langsung
maupun tidak langsung, diantaranya :
1. Bapak H. Thoha, BSc, SKM, M.Si selaku dosen pembimbing dalam mata
kuliah bridging Psikososial dan Budaya.
2. Rekan-rekan kelompok yang telah bekerja sama dalam menyelesaikan
makalah ini.
3. Mahasiswa/i Profesi Ners yang telah memberikan dukungan dan semangat.

Tentunya makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dalam
penulisan maupun penyusunannya, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan untuk kemajuan menjadi lebih baik.

Tangerang, 07 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………… i


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….....ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Penelitian 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Global dan prespektif transkultural........................................................4
B. Diversity dalam masyarakat.....................................................................8
C. Pengaruh keragaman dan kehidupan beragama, bermasyarakat,
bernegara dan kehidupan global 11
D. Problem dekriminasi
....14

E.Contoh keberagaman danalm keperawatan 15


F. Pemecahan masalah dalam masyarakat multikultural 15
G. Teori cultural care
lairninge 16
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan 27
B. Saran 27

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seorang perawat bukanlah tugas yang mudah. Perawat terus ditantang
oleh perubahan-perubahan yang ada, baik dari lingkungan maupun klien.
Dari segi lingkungan, perawat selalu dipertemukan dengan globalisasi.
Sebuah globalisasi sangat memengaruhi perubahan dunia, khususnya di
bidang kesehatan. Terjadinya perpindahan penduduk menuntut perawat agar
dapat menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya. Semakin banyak terjadi
perpindahan penduduk, semakin beragam pula budaya di suatu negara.
Tuntutan itulah yang memaksa perawat agar dapat melakukan asuhan
keperawatan yang bersifat fleksibel di lingkungan yang tepat. Peran perawat
sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat adalah
memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien.
Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut kamus besar bahasa
indonesia artinya tingkah laku, macam jenis, lagu musik langgan, warna
corak ragi, laras. Sehingga kergaman berarti perihal beraga-ragam berjenis-
jenis;perihal ragam hal jeniskergaman yang di maksud di sini suatu kondisi
dalam masyarakat dimana terdapat perbedaaa-perbedaan dalam berbagai
bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan,ideologi,adat
kesoponan serta situasi ekonomi. Suku bangsa yang menempati wilayah
Indonesia dari Sabang sampai Merauke sangat beragam. Sedangkan
perbedaan ras muncul karena adanya mpengelompomkan besar manusia
yang memiliki ciri-ciri biologis lahiriah yang sama seperti rambut, warna
kulit, ukuran-ukuran tubuh, mata, ukuran kepala dan lain sebagainya.
Ilmu keperawatan didasarkan pada suatu teori yang sangat luas. Proses
keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik
keperawatan. Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan
professional yang merupakan suatu bentuk layanan kesehatan yang berdasarkan
pada ilmu dan etika keperawatan. Keperawatan sebagai bagian

1
integral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan
kesehatan. Banyak model konseptual dan teori yang telah dikembangkan
para ahli keperawatan, dimana teori dan model konseptual merupakan suatu
cara untuk memandang, menilai situasi kerja yang menjadi petunjuk bagi
perawat dalam mendapatkan informasi untuk menjadikan perawat peka
terhadap apa yang terjadi dan apa yamg harus dilakukan.
Teori-teori keperawatan juga digunakan dalam praktik, penelitian dan
proses belajar-mengajar dalam bidang keperawatan sehingga perlu
diperkenalkan, disaji dan dikembangkan untuk memperkuat profesi
keperawatan. Perawat perlu memiliki latar belakang pengetahuan baik
secara teoritis maupun empiris terhadap teori-teori keperawatan yang ada,
sehingga perawat dapat memahami dan mengaplikasikan teori-teori
tersebut. Dalam memberikan pelayanan keperawatan yang ada adalah teori
keperawatan yang dikembangkan oleh Madeleine Leininger yang lebih di
kenal dengan teori “trans Cultural”.
B. Tujuan
1.Tujuan Umum
Tujuan umum pada makalah ini untuk mengetahui globalisasi &
perspektif transkulturan, diversity dalam masyarakat dan teori culture
care leininger.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini, yaitu :
a. Untuk mengetahui Pengertian Transkultural
b. Untuk mengetahui Tujuan Penggunaan KeperawatanTranskultural
c. Untuk mengetahui Konsep Dalam Transcultural Nursing
d. Untuk mengetahui Paradigma Keperawatan
e. Untuk mengetahui diversity (keragaman) dalam masyarakat
f. Untuk mengetahui Unsur-unsur Keragaman Dalam Masyarakat
Indonesia
g. Untuk mengetahui Pengaruh Keragaman dam Kehidupan
Beragama, Bermasyarakat, Bernegara, dan Kehidupan Global

2
h. Untuk mengetahui Problem Deskriminasi
i. Untuk mengetahui Contoh Keberagaman dalam Keperawatan
j. Untuk mengetahui Pemecahan Masalah dalam Masyarakat
Multikultural
k. Untuk mengetahui Latar Belakang Teori
l. Untuk mengetaui Definisi Teori Trans Culture
m. Untuk mengetahui Asumsi Dasar Teori Culture
n. Untuk mengetaui Konsep Teori Keperawatan Transcultural
o. Untuk mengetahui Konsep Dalam Teori Transcultural Nursing

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Globalisasi dan Perspektif Transkultural


a. Pengertian Transkultural
Pengertian Transkultural bila ditinjau dari makna kata,
transkultural berasal dari katatrans dan culture, trans berarti alur
perpindahan, jalan lintas atau penghubung. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia; trans berarti melintang , melintas , menembus,
melalui. Culture berarti budaya. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia kultur berarti kebudayaan, cara pemeliharaan,
pembudidayaan. Sedangkan cultural berarti sesuatu yang berkaitan
dengan kebudayaan. Budaya sendiri berarti: akal budi, hasil dan adat
istiadat. Dan kebudayaan berarti hasil kegiatan dan penciptaan batin
(akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat
atau keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk menjadi pedoman tingkah lakunya.
Transkultural dapat diartikan sebagai lintas budaya yang
mempunyaiefek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang
lain atau juga pertemuan kedua nilai–nilai budaya yang berbeda
melalui proses interaksi sosial. Transcultural Nursing merupakan suatu
area yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai– nilai
budaya (nilai budaya yang berbeda, ras, yang mempengaruhi pada
seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada klien /
pasien) menurut Leininger (1991). Leininger beranggapan bahwa
sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-
nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien.
Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan
budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus
memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya

4
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan
budaya kepada manusia
a. Tujuan Penggunaan KeperawatanTranskultural
Menurut Leniger tujuan penggunaan keperawatan transkultural
adalah dalam pengembangan sains dan ilmu yang humanis sehingga
tercipta praktek keperawatan pada kebudayaan yang spesifik. Dengan
adanya keperawatan transkultural dapat membantu klien beradaptasi
terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya.
Perawat juga dapat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan status
kesehatan. Misalnya, jika klien yang sedang hamil mempunyai
pantangan untuk makan makanan yang berbau amis seperti akan,
maka klien tersebut dapat menggantiikan dengan sumber protein
nabati yang lain. Seluruh perencanaan dan implementasi keperawatan
dirancang sesuai latar belakang budaya sehingga budaya dipandang
sebagai rencana hidup yang lebih baik setiap saat. Pola rencana hidup
yang dipilih biasanya yang lebihmenguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut.
b. Konsep Dalam Transcultural Nursing
Konsep dalam transcultural nursing adalah :
1. Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir,
bertindak dan mengambil keputusan.
2. Nilai budaya
Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau
suatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu
dan melandasi tindakan dan keputusan
3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan

5
Merupakan bentuk yang optimal dalam pemberian asuhan
keperawatan
4. Etnosentris
Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi
yang dimiliki individu menganggap budayanya adalah yang
terbaik
5. Etnis
Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya
yang digolongkan menurut cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim
6. Ras
Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal manusia. Jenis ras umum dikenal
kaukasoid, negroid dan mongoloid.
7. Etnografi: Ilmu budaya
Pendekatan metodologi padapenelitian etnografi memungkinkan
perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada
pemberdayaan budaya setiap individu.
8. Care
Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga dan kelompok
dengan adanya kejadian untuk memenuhikebutuhan baik actual
maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas
kehidupan manusia
9. Caring
Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok
pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk
meningkatkan kondisi kehidupan manusia
10. Culture care
Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan
pola ekspresi digunakan untuk membimbing, mendukung atau

6
member kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
mempertahankan kesehatan, sehat dan berkembang bertahan
hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai
11. Cultural imposition
Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan
kepercayaan, praktek dan nilai karena percaya bahwa ide yang
dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain.
c. Paradigma Keperawatan
Paradigma Keperawatan adalah cara pandang, keyakinan, nilai-
nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai latar
belakang budaya (Leininger 1985), terhadap 4 konsep sentral
keperawatan yaitu :
1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang
memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna
untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut
Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk
mempertahankan budayanya pada setiap saat dimana pun dia
berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien
dalam mengisikehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit.
Kesehatan merupakan suatukeyakinan, nilai, pola kegiatan
dalam konteks budaya yang digunakan untukmenjaga dan
memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi
dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai
tujuan yang samayaitu ingin mempertahankan keadaan sehat
dalam rentang sehat-sakit yangadaptif (Andrew and Boyle,
1995).

7
3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena
yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku
klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan
dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat
tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik.
Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh
manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman
padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir
tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun.
Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang
berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau
kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam
lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-
aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan
simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang
menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti
musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian
kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien
sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan
ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.
Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan / mempertahankan budaya, mengakomodasi /
negosiasi budaya dan mengubah / mengganti budaya klien
(Leininger, 1991).
B. Diversity Dalam Masyarakat
1. Pengertian Diversity (Keragaman)
Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut kamus besar
bahasa indonesia artinya tingkah laku, macam jenis, lagu musik

8
langgan, warna corak ragi, laras. Sehingga kergaman berarti perihal
beraga-ragam berjenis-jenis;perihal ragam hal jeniskergaman yang di
maksud di sini suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat
perbedaaa-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa
dan ras, agama dan keyakinan,ideologi,adat kesoponan serta situasi
ekonomi.
2. Unsur-unsur Keragaman Dalam Masyarakat
Indonesia a. Suku Bangsa dan Ras
Suku bangsa yang menempati wilayah indonesia dari
sabang sampai merauke sangat beragam. sedangkan perbedaan
ras muncul karena adanya pengelompokkan besar manusia yang
memiliki ciri-ciri biologis lahiriyah yang sama seperti rambut,
warna kulit, ukuran tubuh, mata, ukuran kepala dan lain
sebagainya. Di indonesia, terutama bagian barat mulai dari
sulawesi adalah termasuk ras mongoloid melayu muda. Kecuali
batak dan toraja yang termasuk mongoloid melayu tua sebelah
timur indonesia termasuk ras austroloid, termasuk bagian NTT.
Sedangkan kelompok terbesar yang tidak termasuk kelompok
pribumi adalah golongan china yang termasuk atratic mongooid
b. Agama dan Keyakinan
Agama mengandung arti ikatan yang harus di pegang dan
di patuhi manusia. Ikatan yang di maksud berasal dari kekuatan
yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak
dapat di tangkap dengan panca indra. Namun mempunyai
pengaruh besar yang besar sekali terhadap kehidupan manusia
sehari-hari . Agama sebagai keyakinan memang sulit di ukur
secara tepat dan rinci.
Hal ini pula yang barang kali menyulitkan para ahli untuk
memberikan definisi yang tepat tentang agama. Namun apapun
bentuknya kepercayaan yang di anggap sebagai agama,
tampaknya memang memilki ciri umum yang hampir sama, baik

9
dalam agama pitif maupun agama monoteisma. Menurut Robert
H. Thouless, fakta menunjukkan bahwa agama berpusat pada
tuhan atau dewa-dewa sebagai ukuran yang menentukan yang
tak boleh di abaikan Masalah agama tak akan mungkin dapat di
pisahkan dari kehidupan masyarakat. Dalam praktiknya fungsi
agama dalam masyarakat antara lain adalah :
1) Berfungsi edukatif: ajaran agama secara yuridis berfungsi
menyuruh dan melarang
2) Berfungsi penyelamat
3) Berfungsi sebagai perdamaian
4) Berfungsi sebagai sosial kontrol
5) Berfungsi sebagai pemupuk ras dan solidaritas
6) Berfungsi tranformatif
7) Berfungsi kreatif
8) Berfungsi sublimatif
Pada dasarnya agama dan keyakinan merupkan usur
penting dalam keragaman bangsa indonesia. Hal ini terlihat dari
banyaknya agama yang di akui di indonesia.
a. Tata Krama
Tata krama yang di anggap sebagai dari bahasa jawa
yang berarti “adat sopan santun, basa basi” pada dasarnya
ialah segala tindakan, prilaku, adat istiadat, tegur sapa,
ucap dan cakap sesuai kaidah atau norma tertentu. Tata
krama di bentuk dan di kembangkan oleh masyarakat yang
terdiri dari aturan-aturan yang kalo di patuhi di harapkan
akan tercipta interaksi sosial yang tertib dan efektif di
dalam masyarakat yang bersangkutan. Indonesia memiliki
keragaman suku bangsa dimana di setiap suku bangsa
memiliki adat tersendiri meskipun kerena adanya
sosialisasi nila-nilai dan norma secara turun menurun dan
berkesinambungan dari generasi ke generasi menyebabkan

10
suatu masyarakat yang ada dalam suatuisuku bangsa yang
sama akan memiliki adat dan kesopanan yang relatif sama.
b. Kesenjangan Ekonomi
Bagi sebagian negara, perkonomian akan menjadi
salah satu perhatian yang harus di tingkatkan namun
umumnya, masyarakat kita berada di golongan tingkat
ekonomi menengah kebawah. Hal ini tentu saja menjadi
sebuah pemicu adanya kesenjangan yang tak dapat di
hindari lagi.
c. Kesenjangan Sosial
Masyarakat indonesia merupakan masyarakat yang
majemuk dengan bermacam tingkat pangkat, dan seterata
sosial yang hierarkis. Hal ini, dapat terlihat dan di rasakan
dengan jelas dengan adanya penggologan orang
berdasarkan kasta. Hal ini yang dapat menimbulkan
kesenjangan sosialyang tidak saja dapat menyakitkan,
namun juga membahayakan bagi kerukunan
masyarakat.Tak hanya itu bahkan menjadi sebuah pemicu
perang antara etnis atau suku.
C. Pengaruh Keragaman dan Kehidupan Beragama, Bermasyarakat,
Bernegara, dan Kehidupan Global
Berdirinya negara indonesia di latar belakangi oleh masyarakat yang
demikian majemuk baik secara eknis, biogarfis, kultural, maupun religius.
Masyarakat tidak dapat mengingkari prulalistik bangsa sendiri. Sehingga
kita perlu memberi tempat bagi berkembangnya kebudayaan suku bangsa
dan kebudayaan beragama yang di anut oleh warga indonesia. Masalah suku
bangsa dan, kesatuan nasional di Indonesia telah menunjukkan kepada kita
bahwa suatu negara yang multi etnik memerlukan suatu kebudayaan
nasional untuk menistasikan peranan identitas nasional dan solidaritas
nasional di antara warganya. Gagasan tentang kebudayaan nasional yang

11
menyangkut kesadaran dan identitas suatu bangsa telah di rancang saat
bangsa kita belum merdeka.
Manusia secara kodrat diciptakan sebagai makhluk yang mengusung
nilai harmoni. Perbedaan yang mewujud baik secara fisik ataupun mental,
sebenarnya merupakan kehendak Tuhan yang seharusnya dijadikan sebagai
sebuah potensi untuk menciptakan sebuah kehidupan yang menjunjung
tinggi toleransi. Dikehidupan Sehari-Hari, Kebudayaan Suku Bangsa dan
kebudayaan agama,bersama-sama dengan pedoman kehidupan berbangsa
dan bernegara, mewarisi perilaku dan kegiatan. berbagai kebudayaan itu
beriringan, saling melengkapi. Bahkan mampu saling menyesuaikan dalam
kehidupan sehari-hari tetapi sering kali yang terjadi malah sebaliknya.
Perbedaa-perbedaan tersebut menciptkan ketegangan hubungan antara
anggota masyarakat. Hal ini di sebabkan oleh sifat dasar yang selalu di
miliki oleh masyarakat majemuk sebagai mana di jelaskan oleh Van de
Berghe:
a) Terjadinya sikmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang seringkali
memiliki kebudayaan yang berbeda.
b) Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga
yang bersifat non komplenter
c) Kurang mengembangkan konsensuf di antar anggota masyarakat
tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.
d) Secara relatif sering kali terjadi konflikdi antara kelompokyang satu
dengan yang lainnya.
e) Secara relatif integrasi tumbuh di atas paksaan yang saling
ketergantungan di dalam bidang ekonomi
f) Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok
yang lain
Realitas di atas harus di akui dengan sikap terbuka logis, dan dewasa
karena dengannya, kemajemukkan yang ada dapat di pertumpul. Jika
keterbukaan dan kedewasaan sikap dikesampingkan, besar kemungkinan

12
tercipta masalah-masalah menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa
seperti:
1) Disharmonisasi
adalah tidak adanya kesesuaian atas keragaman antara manusia
dengan dunia lingkungannya. Disharmonisasi di bawa oleh virus
paparoks yang ada dalam globalisasi. Paket globalisasi begitu
memikat masyarakat dunia dengan tawarannya akan keseragman
global untuk maju bersama dan komunikasi gaya hidup ,manusia yang
bebas dan harmonis dalam tatanan dunia, dengan menyampingkan
keunikan dan keberagaman indonesia sebagai pelaku utama.
2) Perilaku diskriminatif
Terdapat etnis atau kelompok masyarakat tertentu akan muncul
masalah yang lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai bidang yang
tentu saja yang tidak mengentungkan bagi hidup berbangsa dan
bernegara.
3) Eksklusivme dan realisis
Bersumber dari superioritas, alasannya dapat bermacam-macam
antara lain keyakinan bahwa secara koadrati ras/sukunya ke
kelompoknya lebih tinggi dari ras/suku/kelompok lain.
Adanya beberapa hal yang dapat dilakukan memperkecil
masalah yang di akibatkan oleh pengaruh negatif dari keragaman,
yaitu:
1. Semangat religius
2. Semangat nasionalisme
3. Semangat pluralisme
4. Semangat humanisme
5. Dialog antar umat beragama
6. Membangun suatu pola komikasi untuk interaksi maupun
konfigurasi hubungan antara agama,media massa, dan
harmonisasi dunia.

13
Keterbukaan, kedewasaan sikap, pemikiran global yang bersifat
inklusif, kesadaran kebesamaan dalam mengarungi sejarah,
merupakan modalyang menentukan bagi terujudnya sebuah bangsa
yang di bhineka tunggal ika.menyatu dalamkeragaman, dan beragam
dalam kesatuan.Segala bentuk kesenjangan di dekatkan, segala ke
anekaragaman di pandang sebagaikekayaan bangsa milik bersama.
Sikap inilah yang perlu di kembangkan dalampikir masyarakat untuk
menuju indonesia raya merdeka.
D. Problem Deskriminasi
Diskriminasi adalah sebuah tindakan yang melakukan perbedaan
terhadap seseorang atau kelompok orang berdasarkan ras, agama, suku,
etnis, kelompok, golongan, status, dan kelas soaial ekonomi, jenis kelamin,
kondisi fisik tubuh, usia,orientasi seksual, pandangan ideologi dan politik.
serta batas negara, dan kebangsaan seseorang. Tuntutan atas kesamaan hak
bagi setiap manusia di dasarkan pada prinsi-prinsip hak asasi manusia. Sifat
dari HAM adalah universal dan tanpa pengecuali tidak dapat di pisahkan
dan saling tenrgantung. Berangkat dari pemahaman tersebut sikap-sikap
yang didasarkan pada ethnosentrisme, resisme, religius fanatisme, dan
diskrimination harus dipandang sebagai dipandang 8 tindakan yang
menghambat pengembangan kesedarajatan dan demokrasi, penegakan
hukum dalam kerangka pemajuan dan pemenuhan HAM.
Pencantuman prinsip ini pada awal pasal berbagai instrumen hukum
yang mengatur HAM pada dasarnya menunjukkan bahwa diskriminasi telah
menjadi realitas yang promblematik sehingga:
a) Komunitas internasional telah mengakui bahwa diskriminasi masih
terjadi di berbagai belahan dunia
b) Prinsip non-diskriminasi harus mengawali kesepakatan antar bangsa
untuk dapat hidup dalamkebebasan keadilan dan perdamaian
Dalam demokrasi diskriminasi seharusnya telah di tiadakan dengan
adanya kesetaraan dalam bidang hukum, kesedarajatan dalam perlakuan
adalah salah satu wujud ideal dalam kehidupan negara yang demokratis.

14
Akan tetapi berbagai penelitian dan pengkajian menunjukkan bahwa kondisi
di indonesia saat ini belum mencerminkan penerapan asas persamaan di
muka hukum secara utuh. Promblematika lainnya timbul dan harus di
waspadai adalah disentegrasi bangsa dari kajian yang di lakukan terhadap
berbagai kasus dissntegrasi bangsa dan bubarnya sebuah negara dapat di
simpulkan adanya enam faktor utama secara gradualbisa menjadi penyebab
utama proses itu, yaitu:
1) Kegagalan kepemimpinan
2) Krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama
3) Krisis politik
4) Krisis sosial
5) Demoralisasi tentara dan polisi
6) Intervensi asing
E. Contoh Keberagaman dalam Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar
belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditunjukkan memandirikan
individu sesuai dengan budaya klien.
F. Pemecahan Masalah dalam Masyarakat Multikultural
Kemampuan untuk menampung berbagai perbedaan dan
keanekaragaman kebudayaan dalam sebuah kesatuan yang di landasi suatu
ikatan kebersamaan. Salah satu pengembangan konsep toleransi terhadap
keberagaman budaya adalah mewujudkan masyarakat indonesia yang
multikultural dengan bentuk pengakuan dan toleransi, terhadap perbedaan
dalam kesetaraan individual maupun secara kebudayaan. Dalam masyarakat
multikultural, masyarakat anatar suku bangsa dapat hidup berdampingan,
bertoleransi, dan saling menghargai. Selain itu, alternatif penyelesaian
keberagaman budaya yang ada di indonesia di lakukan melalui interaksi
lintas budaya dengan mengembangkan media sosial, seperti pengembangan
lambang-lambang komunikasi lisan maupun tertulis, norma-norma yang di

15
sepakati dan di terima sebagai pedoman bersama, dan perangkat nilai
sebagai kerangka acuan bersama.
G. Teori Culture Care Leininger
1. Latar Belakang Teori
Madeleine Leininger (13 Juli 1925 di Sutton , Nebraska,
Amerika Serikat ) adalah perintis teori keperawatan, pertama kali
diterbitkan pada tahun 1961. Kontribusinya untuk teori keperawatan
melibatkan diskusi tentang apa itu peduli. Terutama, ia
mengembangkan konsep keperawatan transkultural, membawa peran
faktor budaya dalam praktek keperawatan ke dalam diskusi tentang
bagaimana terbaik hadir untuk mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan. Dr Madeleine Leininger memegang gelar akademis
berikut dan judul:
a. PhD – Doctor of Philosophy (cultural and social Anthropology)
PhD – Doctor ofPhilosophy (Antropologi budaya dan sosial).
b. LHD – Doctor of Human Sciences LHD – Dokter Ilmu
Pengetahuan Manusia.
c. DS – Doctor of Science DS – Dokter Sains.
d. RN – Registered Nurse RN – Perawat Terdaftar.
e. CTN – Certified Transcultural Nurse CTN – Perawat
Transcultural Bersertifikat.
f. FRCNA – Fellow of the Royal College of Nursing in Australia
g. FAAN – Fellow American Academy of Nursing

Leininger Madeline adalah seorang antropolog perawat perintis.


Menjabat dekan dari University of Washington, Sekolah Keperawatan
pada tahun 1969, dia tetap dalam posisi itu sampai 1974. janjinya
mengikuti perjalanan ke New Guinea pada tahun 1960 yang membuka
matanya untuk kebutuhan perawat untuk memahami pasien dan latar
belakang budaya mereka dalam rangka untuk menyediakan perawatan.
Dia dianggap oleh beberapa orang sebagai “Margaret Mead
keperawatan” dan diakui di seluruh dunia sebagai

16
pendiri keperawatan transkultural, sebuah program yang dia
menciptakan di Sekolah pada tahun 1974. Dia telah menulis atau
menyunting 27 buku dan mendirikan Journal of Transcultural
Perawatan untuk mendukung penelitian Transcultural Keperawatan
Society, yang ia mulai tahun 1974.
Teman halaman web Leininger Dr sekarang diletakkan di forum
diskusi. Dr Leininger telah menyediakan download dan jawaban atas
berbagai pertanyaan umum. Dewan pengguna didorong untuk
mengirim pertanyaan untuk forum diskusi tentang keperawatan
transkultural, teori, dan risetnya. Dr Leininger senang membantu
mahasiswa dan dia menanggapi pertanyaan sebagai izin waktunya.
Dewan pengguna juga didorong untuk merespon satu sama lain.

Dr Leininger telah menyediakan bahan berikut yang dapat


didownload pada forum diskusi: Enabler Sunrise (Sunrise Model),
Paket Informasi tentang Dr Leininger, Informasi tentang Leininger’s
2005 Dr Awards Terobosan dan Beasiswa, Surat Terbuka untuk
Perawat dengan Informasi Kontak. Madeleine Leininger adalah
pendiri gerakan Transcultural Keperawatan di seluruh dunia Dia tetap
sebagai salah satu penulis paling produktif keperawatan dan otoritas
terkemuka di seluruh dunia dalam bidang perawatan budaya.
Pendidikan Madeliene M. Leininger:

1) Tahun 1948 lulus dari St. Anthony·s School of Nursing, Denver,


CO.
2) Tahun 1950 mendapat BSN dari Benedictine College, Atchison,
KS.M.
3) Tahun 1953 memperoleh MSc Keperawatan dari Catholic
University, Washington, DC.
4) Tahun 1965 mendapat gelar PhD dalam Antropology dari
University of Washington, Seattle.

17
2. Definisi Teori Trans Culture
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan
budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus
memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan
budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Tujuan dari keperawatan transkultural adalah untuk
mengidentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan pemahaman
keperawatan transkultural untuk meningkatkan kebudayaan yang
spesifik dalam pemberian asuhan keperawatan. Asumsi mendasar dari
teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan,
membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Tindakan Caring di katakan sebagai tindakan yang
dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh.
Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir,
dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai
dikala manusia itu meninggal.
Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu
yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang
utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana
ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat
dengan tempat lainnya.
3. Asumsi Dasar Teori Culture
Asumsi mendasar dari teori Transcultural Nursing adalah
perilaku Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan, membedakan,
mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan
Caring di katakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan
dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya
diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam

18
perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala
manusia itu meninggal.
Asumsi mayor untuk mendukung teori cultural care : diversity
and universality yang dikeskan oleh Leininger.
a. Perawatan (caring) yang didasarkan pada kebudayaan adalah
suatu aspek esensial untuk memperoleh kesejahteraan,
kesehatan, pertumbuhan, dan ketahanan, serta kemampuan
untuk menghadapi rintangan maupun kematian.
b. Perawatan yang berdasarkan budaya adalah bagian yang paling
komprehensif dan holisatic untuk mengetahui, menjelaskan,
menginterpretasikan dan memprediksikan fenomena asuhan
keperawatan serta memberikan panduan dalam pengambilan
keputusan dan tindakan perawatan.
c. Keperawatan transcultural adalah disiplin ilmu perawatan
humanistic dan profesi yang memiliki tujuan utama untuk
melayani individu, dan kelompok.
d. Caring yang berdasarkan kebudayaan adalah suatu aspek
esensial untuk mengobati dan menyembuhkan dimana
pengobatan tidak akan mungkin dilakukan tanpa perawatan,
sebaliknya perawatan dapat tetap eksis tanpa pengobatan.
e. Konsep keperawatan cultural arti ekspresi, pola-pola, proses dan
struktur dari bentuk perawatan transkultural yang beragam
dengan perbedaan dan persamaan yang ada.
f. Setiap kebudayaan manusia meiliki pengetahuan dan praktek
perawatan tradisional serta praktik professional yang bersifat
budaya dan individual.
g. Praktik perawatan keyakinan dan nilai budaya dipengaruhi oleh
dan cenderung tertanam dalam pandangan dunia, bahasa,
filosofi, agama, kekeluargaan, sosial, politik, pendidikan,
ekonomi, tehnologi, etnohistory, dan lingkungan kebudayaan.

19
h. Keuntungan, kesehatan dan kepuasan terhadap budaya
perawatan mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan individu,
keluarga, dan kelompok, komunitas di dalam lingkungan.
i. Kebudayaan dan keperawatan yang konggruen dapat terwujud
apabila pola-pola, ekspresi, dan nilai-nilai perawatan digunakan
secara tepat, aman dan bermakna.
j. Perbedaan dan persamaan perawatan culture tetap berada
diantara masyarakat tradisional dan profesional pada setiap
kebudayaan manusia.
k. Konflik cultural, beban praktek kebudayaan, stres kultural
merefleksikan kurangnya untuk memberikan perawatan, rasa
aman, tanggung jawab yang koggruen dengan kebudayaan.
l. Metode penelitian kualitatif ethnonursing memberikan
interpretasi dan temuan yang penting mengenai pemberian
asuhan keperawatan dengan kebudayaan kompleks yang
berbeda.
4. Konsep Teori Keperawatan Transcultural
Keperawatan transcultural merupakan suatu area utama dalam
keperawatan yang berfokus pada study komparatif dan analisis tentang
budaya dan sub budaya yang berbeda di dunia yang menghargai
perilaku caring. Layanan keperawatan, nilai-nilai, keyakinan tentang
sehati sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan
mengembangkan body of knowledge yang ilmiah dan humanistik guna
memberi tempat praktik keperawatan transkultural ini menenkankan
pentingnya peran keperawatan dalam memahami budaya klien.
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien,
baik individu, keluarga, maupun masyarakat, dapat mencegah
terjadinya culture shock maupun culture imposition. Culture shock
terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari atau
beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien).

20
Klien akan merasakan perasaan tidak nyaman, gelisah, dan
disorientasi karena perbedaan nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan.
Sedangkan culture imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan
(perawat), baik secara diam-diam maupun terang-terangan,
memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan dan kebiasaan atau
perilaku yang diilikinya kepada individu, keluarga atau kelompok dari
budaya lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi
dari pada budaya kelopok lain. Leininger menggambarkan teori
keperawatan transkultural matahari terbit, sehingga disebut juga
sebagai sunrise model. Model matahari terbit ini melembagakan
esensi keperawatan dalam transkultural yang menjelaskan bahwa
sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien (individu,
keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu
harus mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (world
view) tentang dimensi dan budaya serta struktur sosial yang
berkembang di berbagai belahan dunia (secara global) maupun
masyarakat dalam lingkup yang sempit.
Dimensi budaya dan struktur sosial tersebut leininger
dipengaruhi oleh tujuh faktor, faktor tersebut antara lain:
a. Faktor tekhnologi
b. Faktor gama dan falsafah hidup
c. Faktor sosial dan kekerabatan
d. Nilai budaya dan gaya hidup
e. Faktor politik dan hukum
f. Faktor ekonomi
g. Faktor pendidikan.
Faktor-faktor tersebut merupakan totalitas dari suatu keadaan,
situasi, atau pngalaman yang memberi arti bagi perilaku manusia,
interpretasi dan interaksi sosial dalam tatanan fisik, ekologi, sosial-
politik, dan /strutur kebudayaan termasuk di dalamnya adalah
etnohistori atau riwayat kebudayaan yang mengacu pada keseluruhan

21
fakta pada masa lampau, kajadaian, dan pengalaman individu,
kelompok, kebudayaan, serta suatu institusi yang difokuskan pada
manusia/masyarakat yang menggambarkan, menjelaskan, dan
menginterpretasikan cara hidup manusia dalam suatu bentuk
kebudayaan tertentu dalam jangka panang maupun pendek.
Semua faktor tersebut berbeda pada setiap negara atau area,
sesuai dengan kondisi masing-masing daerah, dan akan memengaruhi
pola/cara dan praktik keperawatan semau langkah-langkah perawatan
tersebut ditunjukkan untuk pemeliharaan kesehatan holistik,
penyembuhan penyakit dan persiapan menghadapi kematian. Oleh
karena itu, ketujuh faktor tersebut harus dikaji oleh perawat sebelum
memberikan asuhan keperawatan kepada klien sebab masing-masing
faktor memberi pengaruh terhadap ekspresi, pola dan praktik
keperawatan (care expression, patterns, and practices). Dengan
demikian, ketujuh faktor tersebut besar kontribusinya, terhadap
pencapaian kesehatan secara holistik atau kesejahteraan manusia, baik
pada level individu, keluarga, kelompok, komunitas, maupun institusi,
di berbagai sistem kesehatan. Jika disesuaikan dengan proses
keperawatan ketujuh faktor tersebut masuk ke dalam level pertama
yaitu tahap pengkajian.
Peran perawat pada transcultural nursing ini adalah
menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat
awam dengan sistem perawatan profesional melalui asuhan
keperawatan. Oleh karena itu, perawat harus mampu membuat
keputusan dan rencana tindakan keperawatan yang akan diberikan
kepada masyarakat. Jika disesuaikan dengan proses keperawatan, hal
tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan.
1) Culture care preservation/maintenance, yaitu merupakan prinsip
membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya
guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan
gaya hidup yang diinginkan.

22
2) Culture care accomodation, yaitu prinsip membantu,
memfasilitasi atau memperhatikan budaya fenomena ada, yang
merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi atau
mempertimbangkan kondisi kesehatan atau mempertimbangkan
kondisi kesehatan dan gaya hidup individu atau klien.
3) Culture care repatterning / restructuring, yaitu prinsip
merekonstruksikan atau mengubah desain untuk membantu
memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien ke arah
yang lebih baik.
Hasil akhir yang diperoleh melalui keperawatan transkultural
pada asuhan keperawatan adalah tercaoainya culture congruent
nursing care health and well being, yaitu suhan keperawatan yang
kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan kesehatan yang
sensitif, kreatif, serta cara-cara bermakna guna mencapai tingkat
kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
5. Konsep Dalam Teori Transcultural Nursing
Teori Leininger adalah untuk menyediakan langkah-langkah
perawatan yang selaras dengan individu atau kelompok budaya
kepercayaan, praktik, dan nilai-nilai. Pada tahun 1960-an
diamenciptakan budaya kongruen perawatan jangka panjang, yang
merupakan tujuan utama transkultural keperawatan praktek. Budaya
perawatan sebangun adalah mungkin bila tindakan terjadi dalam
hubungan perawat-klien (Leininger, 1981). Leininger
mengembangkan istilah baru untuk prinsip dasar teorinya. Ini definisi
dan prinsip-prinsip istilah kunci untuk memahami teori tersebut. Di
bawah ini adalah ringkasan dasar prinsip yang penting untuk
memahami teori Leininger :
a. Care adalah untuk membantu orang lain dengan kebutuhan nyata
atau diantisipasi dalam upaya untuk memperbaiki kondisi
manusia yang menjadi perhatian atau untuk menghadapi
kematian.

23
b. Merawat adalah tindakan atau kegiatan diarahkan memberikan
perawatan.
c. Budaya mengacu pada belajar, berbagi, dan dipancarkan nilai-
nilai, keyakinan, norma, dan kehidupan dari individu tertentu
atau kelompok yang membimbing mereka berpikir, keputusan,
tindakan, dan cara berpola hidup.
d. Perawatan Budaya mengacu pada beberapa aspek budaya yang
mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk meningkatkan
kondisi manusia atau untuk menangani penyakit atau kematian.
e. Keragaman budaya peduli merujuk pada perbedaan dalam
makna, nilai, pantas tidaknya perawatan di dalam atau di antara
kelompok-kelompok orang yang berbeda.
f. Universalitas peduli Budaya mengacu pada perawatan umum
atau arti serupa yang jelas di antara banyak budaya.
Keperawatan adalah profesi yang dipelajari dengan disiplin
terfokus dengan perawatan fenomena.
g. Worldview mengacu pada cara orang cenderung untuk melihat
dunia atau alam semesta dalam menciptakan pandangan pribadi
tentang hidup.
h. Budaya dan dimensi struktur sosial termasuk faktor yang
berhubungan dengan agama, struktur sosial, politik / badan
hukum, ekonomi, pola pendidikan-terns, penggunaan teknologi,
nilai-nilai budaya, dan ethnohistory yang di fluence tanggapan
budaya manusia dalam konteks budaya.
i. Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang
didefinisikan budaya dan dihargai oleh budaya yang ditunjuk.
j. Pelestarian budaya perawatan atau pemeliharaan mengacu pada
kegiatan pelayanan keperawatan yang membantu orang dari
budaya tertentu untuk menyimpan dan menggunakan inti
kebudayaan nilai perawatan terkait dengan masalah kesehatan
atau kondisi.

24
k. Budaya akomodasi perawatan atau negosiasi merujuk kepada
tindakan keperawatan kreatifyang membantu orang-orang dari
budaya tertentu beradaptasi dengan atau bernegosiasi dengan
lain- ers dalam kesehatan masyarakat dalam upaya untuk
mencapai tujuan bersama dari hasil kesehatan yang optimal
untuk klien dari budaya yang ditunjuk. Memahami Kerja
Theorists Perawat
l. Budaya perawatan restrukturisasi mengacu pada tindakan terapi
yang diambil oleh budaya perawat yang kompeten atau
keluarga. Tindakan ini memungkinkan atau sebagai klien untuk
mengubah perilaku kesehatan pribadi terhadap menguntungkan
hasil sementara menghormati nilai-nilai budaya klien.

Leininger mengusulkan bahwa ada tiga modus untuk


membimbing penilaian asuhan keperawatan, keputusan, atau tindakan
untuk memberikan perawatan yang tepat, bermanfaat, dan bermakna
yaitu :
1) Pelestarian dan / atau pemeliharaan.
2) Akomodasi dan / atau negosiasi.
3) Re - pola dan / atau restrukturisasi.
Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan
care dipengaruhi oleh elemen-elemen berikut yaitu : Struktur sosial
seperti teknologi, kepercayaan dan factor filosofi, sistem sosial, nilai-
nilai cultural, politik dan factor-faktor legal, factor-faktor ekonomi,
dan factor-faktor pendidikan. Faktor sosial ini berhubungan dengan
konteks lingkungan, bahasa dan sejarah etnis, masing-masing sistem
ini merupakan bagian struktur sosial. Pada setiap kelompok
masyarakat; pelayanan kesehatan, pola-pola yang ada dalam
masyarakat dan praktek-praktek. Yang merupakan bagian integral dari
aspek-aspek struktur sosial (Leininger dan MC Farland 2002). Dalam

25
model Sunrisenya Leininger menampilkan visualisasi hubungan antara
beberapa konsep yang disignifikan.
Ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat Leineinger sebagai
bentuk tindakan dari asuhan) merupakan inti dari idenya tentang
keperawatan. Memberikan asuhan merupakan jantung dari
keperawatan. Tindakan membantu didefinisikan sebagai prilaku yang
mendukung. Menurut Leininger bantuan semacam itu baru dapat
benar-benar efektif jika latar belakang budaya pasien juga
dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan dan pemberian asuhan
selalu dikaitkan dengan budaya. Beberapa inti dari model teorinya :
a) Asuhan membantu, mendukung atau membuat seorang
atau kelompok yang memiliki kebutuhan nyata agar mampu
memperbaiki jalan hidup dan kondisinya.
b) Budaya diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai-
nilai kelompok tertentu.
c) Asuhan transkultural perawat secara sadar mempelajari norma-
norma dan nilai-nilai dan cara hidup budaya tertentu dalam
rangka memberikan bantuan dan dukungan dengan tujuan untuk
membantu individu mempertahankan tingkat kesejahteraanya.
d) Diversitas asuhan cultural, Keanekaragaman asuhan kultural
mengakui adanya variasi dan rentang kemungkinan tindakan
dalam hal memberikan bantuan dan dukungan.
e) Universalitas asuhan kultural merujuk pada persamaan atau
karakteristik universal, dalam hal memberikan bantuan dan
dukungan

26
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan asuhan
dipengaruhi oleh elemen-elemen antara lain : struktur sosial seeperti
tehnologi, kepercayaan dan faktor filosofi, sistem sosial, nilai-nilai kultural,
politik dan fakto-faktor legal, faktor-faktor ekonomi dan faktor-faktor
pendidikan.
Faktor sosial ini berhubungan dengan konteks lingkungan, bahasa dan
sejarah etnis, masing-masing sistem ini nerupakan bagian struktur sosial.
Pada setiap kelompok masyarakat : pelayanan kesehatan, pola-pola yang
ada dalam masyarakat dan praktek-praktek yang merupakan baggian
integral dari aspek-aspek struktur sosial.
Dalam model sunrisenya Leineinger menampilkan visualisasi
hubungan antara berbagai konsep yang signifikan. Ide pelayanan dan
perawatan (yang dilihat Leineinger sebagai bentuk tindakan dari
asuhan) merupakan inti dari idenya tentang keperawatan. Memberikan
asuhan merupakan jantung dari keperawatan.
Tindakan membantu didefinisikan sebagai perilaku yang
mendukung. Menurut Leineinger bantuan semacam ini baru dapat benar-
benar efektif jika latar belakang budaya pasien juga dipertimbangkan, dan
bahwa perencanaan dan pemberian asuhan selalu dikaitkan dengan budaya.
B. SARAN
Kami menyadari bahwa kekurangan dalam makalah yang kami buat
di atas merupakan kelemahan dari pada kami, karena terbatasnya
kemampuan kami untuk memperoleh data dan informasi karena terbatasnya
pengetahuan kami.
Jadi yang kamiharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami
dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.

27
Dengan segala pengharapan dan keterbukaan, kami menyampaikan
rasa terima kasih dengan setulus-tulusnya. Akhir kata, kami berharap
agar makalah ini dapat membawa manfaat kepada pembaca.

28
DAFTAR PUSTAKA

Andrew . M & Boyle. J.S, (1995), Transcultural Concepts in Nursing Care,


2nd Ed, Philadelphia, JB Lippincot Company
Bagir, Zainal Abidin, dkk., Harmoni Dalam Keragaman.Yogyakarta.2015
Cultural Diversity in Nursing, (1997), Transcultural Nursing ; Basic Concepts and
Case Studies, Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006 dari
http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing
Fitzpatrick. J.J & Whall. A.L, (1989), Conceptual Models of Nursing :
Analysis and Application, USA, Appleton & Lange
Giger. J.J & Davidhizar. R.E, (1995), Transcultural Nursing : Assessment
and Intervention, 2nd Ed, Missouri , Mosby Year Book Inc
http://www.academia.edu/5611692/Aplikasi_Leininger. Diakses pada tanggal
20/10/2017.

https://melisaoktalieta.wordpress.com/2012/11/13/5/. Diakses pada tanggal


20/10/2017.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/47003/Chapter%20II.pdf;j
sessionid=6E5937DAF8BDC705DC7CE439EE168820?sequence=4. Dia
kses pada tanggal 20/10/2017.

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/afifah/material/transkulturalnursing.pdf. Dia
kses pada tanggal 20/10/2017.

http://alamsyahcare.blogspot.co.id/2011/08/skema-sunrise-leininger.html. Diakses
pada tanggal 20/10/2017.
Iyer. P.W, Taptich. B.J, & Bernochi-Losey. D, (1996), Nursing Process and
Nursing Diagnosis, W.B Saunders Company, Philadelphia
Kusmaryani Rosita Endang .Pendidikan Multikultural sebagai Alternatif
Penanaman Nilai Moral dalam Keberagaman.Yogyakarta.2018
Leininger. M & McFarland. M.R, (2002), Transcultural Nursing : Concepts,
Theories, Research and Practice, 3rd Ed, USA, Mc-Graw
Hill Companies
29
Muhiddur, Pendidikan Multikultural Bagi Masyarakat.2017
Royal College of Nursing (2006), Transcultural Nursing Care of Adult ; Section One
Understanding The Theoretical Basis of Transcultural Nursing Care
Swasono. M.F, (1997), Kehamilan, kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi
dalam Konteks Budaya, Jakarta, UI Press
Tumanggor ,Rusmin.Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 12 No. 2 Tahun 2017

30

Anda mungkin juga menyukai