Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

TEMU 11

“KONSEP SEHAT – SAKIT – KEMATIAN PADA BEBERAPA


BUDAYA WISATAWAN MANCANEGARA”

OLEH:
KELAS B14-B
KELOMPOK 6:

1. Ni Luh Evayani (213221278)


2. Komang Aditya Wedayana (213221279)
3. Ni Wayan Astini (213221280)
4. Ni Luh Ria Anggreni (213221281)
5. Ni Putu Elvian Febriana Putri (213221282)
6. Ni Made Sri Regiantari (213221283)
7. Ni Nyoman Tri Ariwangi (213221284)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI
TAHUN AJARAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telahmelimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Sehat – Sakit – Kematian
Pada Beberapa Budaya Wisatawan Mancanegara” ini dengan lancar. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Transkultural.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menemui beberapa kesulitan
danhambatan, namun berkat bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak,kamidapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis harap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat
bagipembaca, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai “Konsep
Sehat – Sakit – Kematian Pada Beberapa Budaya Wisatawan Mancanegara”
khususnya bagi penulis. Makalah ini masih jauh dari sempurna,maka penulis
harapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih
baik.

Denpasar, April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 3
C. Tujuan .................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4
A. Contoh Fenomena Budaya Eropa Yang Mempengaruhi Asuhan
Keperawatan.................................................................................................. 4
1. Benua eropa......................................................................................... 4
2. Kebudayaan Eropa ............................................................................... 4
3. Gambaran Transkultural nursing di Eropa ............................................. 5
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 10
A. Simpulan .............................................................................................. 10
B. Saran .................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menjadi seorang perawat bukanlah tugas yang mudah. Perawat
terus ditantang oleh perubahan-perubahan yang ada, baik dari lingkungan
maupun klien. Dari segi lingkungan, perawat selalu dipertemukan dengan
globalisasi. Sebuah globalisasi sangat memengaruhi perubahan dunia,
khususnya di bidang kesehatan. Terjadinya perpindahan penduduk menuntut
perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya. Semakin
banyak terjadi perpindahan penduduk, semakin beragam pula budaya di
suatu negara. Tuntutan itulah yang memaksa perawat agar dapat melakukan
asuhan keperawatan yang bersifat fleksibel di lingkungan yang tepat.
Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena
peran perawat adalah memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis,
dan spiritual klien. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh
perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien
terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati
sakaratul maut.
Agama dalam ilmu pengetahuan merupakan suatu spiritual
nourishment (gizi ruhani). Seseorang yang dikatakan sehat secara paripurna
tidak hanya cukup gizi makanan tetapi juga gizi rohaninya harus terpenuhi.
Menurut hasil Riset Psycho Spiritual For AIDS Patient, Cancepatients, and
for Terminal Illness Patient, menyatakan bahwa orang yang mengalami
penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami
penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga
pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapat perhatian
khusus.
Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural dan
globalisasi dalam pelayanan kesehatan, perlu kita ketahui apa arti
kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu system gagasan,

1
tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam
rangka kehidupan masyarakat.
Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman
budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien.
Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya
cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi
dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya.
Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis
yang difokuskan pada perilaku individu/kelompok serta proses untuk
mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau sakit secara fisik
dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. Sedangkan menurut
Leinenger (1978), keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan
keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang
perbedaan budaya.
Tujuan dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi,
menguji, mengerti dan menggunakan norma pemahaman keperawatan
transcultural dalam meningkatkan kebudayaan spesifik dalam asuhan
keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring, caring adalah
esensi dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Perilaku caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga
meninggal dunia. Human caring merupakan fenomena universal
dimana,ekspresi, struktur polanya bervariasi diantara kultur satu tempat
dengan tempat lainnya.
Dalam menjalankan tugas sebagai perawat, banyak perubahan-
perubahan yang ada baik di lingkungan maupun klien. Perawat harus
menghadapi berbagai perubahan di era globalisasi ini termasuk segi
pelayanan kesehatannya. Perpindahan penduduk menuntut perawat agar
dapat menyesuaikan diri dengan budayanya dan sesuai dengan teori-teori
yang dipelajari.
Sama halnya dengan negara Indonesia, negara-negara di benua
Eropa juga memiliki kebudayaannya masing-masing. Hal ini menyebabkan

2
pendekatan yang akan digunakan dalam proses keperawatan tentunya juga
harus menyesuaikan dengan kebudayaan dari benua tersebut.
Dalam ilmu keperawatan, banyak sekali teori-teori yang mendasari
ilmu tersebut. Termasuk salah satunya teori yang mendasari bagaimana
sikap perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan. Salah satu teori yang
diaplikasikan dalam asuhan keperawatan adalah teori Leininger tentang
“transcultural nursing”.

B. Rumusan Masalah
1. Apasajalah contoh fenomena budaya Eropa yang mempengaruhi asuhan
keperawatan ?
2. Bagaimanakah konsep sehat – sakit – kematian menurut budaya Eropa ?
3. Bagaimanakah hospice care pada budaya Eropa ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui contoh fenomena budaya Eropa yang mempengaruhi
asuhan keperawatan.
2. Untuk mengetahui konsep sehat – sakit – kematian menurut budaya
Eropa.
3. Untuk mengetahui hospice care pada budaya Eropa.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Contoh Fenomena Budaya Eropa Yang Mempengaruhi Asuhan


Keperawatan
1. Benua eropa
Eropa secara geologis, dan geografis adalah sebuah semenanjung
atau anak benua (jazirah). Pemisahannya sebagai benua lebih
dikarenakan oleh perbedaan budaya. Batas utara adalah Samudera
Arktik, di barat adalah Samudera Atlantik, dan di selatan dibatasi oleh
Laut Tengah. Batas timurnya masih belum jelas karena pemisahan
benua ini sendiri diawali oleh faktor kebudayaan. Batas yang sering
dipakai sebagai batas benua
Eropa, dan Asia adalah Pegunungan Ural, dan Laut Kaspia.
Benua ini adalah benua terkecil kedua setelah Australia dengan luas
10.180.000 km² sedangkan bila dihitung dari populasinya, benua ini
terletak di urutan ketiga dengan populasi terbanyak (di bawah Asia, dan
Afrika) dengan 742,5 juta jiwa pada tahun 2013 atau sama dengan
seperdelapan penduduk dunia.

2. Kebudayaan Eropa
Banyak ahli budaya mendifinisikan arti budaya dan kebudayaan
ini dengan berbagai argumen, tetapi intinya adalah sama,
koentjaraningrat (1990) menjelaskan bahwa kebudayaan berasal dari
bahasa sangsengkerta buddayah yeng berarti budi atau akal, bisa juga
daya dari budi, sedangkan kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa.
Budaya Eropa, atau kebudayaan Eropa, berakar dalam seni, arsitektur,
musik, sastra, dan filsafat yang berasal dari budaya daerah di
Eropa.Kebudayaan sebagian besar berakar pada apa yang sering
disebut sebagai "warisan budaya umum" yang dimilikinya.

4
Dalam hal keperawatan maupun kesehatan lainnya, beberapa
negara di Eropa juga memiliki kebiasaan pengobatan yang berdasarkan
kepercayaan budaya masing-masing.

3. Gambaran Transkultural nursing di Eropa


a. Orang eropa konsumsi mayat
Kanibalisme bukanlah fenomena ketiga. Keluarga kerajaan
Inggris dilaporkan juga memiliki budaya kanibalisme. Disana
masyarakat dijadikan obat dan budaya ini bertahan hingga ratusan
tahun. Para keluarga bangsawan di Inggris memakan bagian tubuh
manusia, menggunakan darah, daging dan tulang sebagai bagian
pengobatan hingga akhir abad ke-18. Dr Richard Sugg, dalam
bukunya yang berjudul 'Mummies, Cannibals and
Vampires'menyebut, pengobatan dengan bagian tubuh manusia
berasal dari meminum dan memakan bubuk mumi. Pengobatan juga
dengan memakan lemak, daging, tulang, darah, otak dan kulit
manusia. Lumut yang diambil dari tengkorak tentara tewas,
digunakan sebagai obat untuk mimisan. "Jadi kanibalisme ditemukan
bukan hanya di Dunia Baru, tetapi juga di Eropa”.
Bukti-bukti nyata yang ada, katanya diantaranya penolakan
Raja James I terhadap pengobatan mayat, Raja Charles II membuat
obat mayat sendiri, dan Charles I yang mayatnya dibuat menjadi
obat. "Seperti Charles II, pengguna resep dari bahan mayat termasuk
Francis I, dokter bedah Elizabeth I Yohanes Banister, Elizabeth
Grey, Countess of Kent, Robert Boyle, Thomas Willis, William III,
dan Ratu Mary," ucapnya. Menurutnya, obat mayat disajikan sebagai
terapi pada abad pertengahan. Namun masih ada saat revolusi sosial
dan ilmiah dari Inggris di awal abad modern terutama saat
terjadi peperangan. "Ini bertahan hingga abad ke delapan belas." Dia
menyatakan, di masa kejayaan pengobatan mayat, mayat dan tulang
manusia secara rutin diambil dari makam kuburan di Mesir dan
Eropa. "Pada abad ke-18, ada impor besar- besaran tengkorak

5
manusia dari Irlandia ke Inggris. Sulit mengatakan ini tidak lebih
buruk dari pada perdagangan di masa modern."
b. Inggris menggunakan jaring laba-laba untuk pengobatan malaria.
Beberapa puluh tahun yang lalu, negara Inggris sempat
diserang oleh wabah penyakit mematikan yaitu malaria. Malaria
adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama
Plasmodium dan ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi
parasit tersebut. Jika masuk ke dalam tubuh manusia, parasit tersebut
akan berkembang biak ke organ hati kemudian menginfeksi sel
darah merah. Penderita malaria biasanya akan menunjukkan gejala
awal seperti penderita influenza. Namun, jika penyakit ini tidak
ditangani dengan baik maka akan terjadi komplikasi yang
berujung pada kematian.
Mengetahui fakta tersebut, masyarakat Inggris kuno
dahulunya menggunakan gulungan dari jaring laba-laba yang
dibentuk membentuk seperti kapsul dan mengkonsumsinya.
Sayangnya, bukti dari khasiat tablet ini memang telah memudar
beberapa abad lalu. Kini, justru tengah dikembangkan obat sejenis
ini yang menggunakan bahan laba-laba yang masih hidup.
c. Berendam dalam bir untuk awet muda
Republik Ceko terkenal dengan masyarakatnya yang
mengonsumsi lebih banyak bir per kepala dibanding negara lain.
Seperti yang diungkapkan pihak Museum Bir Praha. Sehingga tidak
heran jika di negara ini, tepatnya di Praha terdapat sebuah bir spa
yang membawa Anda untuk berendam dalam bir.
Laciak mengatakan bahwa, proses berendam bir baik untuk
kulit. “Bir sebenarnya sangat sehat. Bir diproduksi di zaman kuno
sebagai obat. Itu tidak dianggap sebagai minuman beralkohol seperti
saat ini. Bir berisi banyak enzim vitamin B,” terangnya.
d. Penggunaan lintah dalam pengobatan
Penggunaan lintah dalam pengobatan dimulai pada sekitar
tahun 2.000 SM dengan dokter dari Yunani dan Roma, di mana

6
lintah digunakan untuk mengobati semua jenis infeksi. Sebenarnya,
terapi lintah diketahui sebelum masa kedokteran modern. Terapi ini
untuk membantu mengatasi kelainan sistem saraf, masalah gigi dan
kulit, serta infeksi. Terapi lintah kembali dikenal di dunia kedokteran
pada tahun 1970-an, di mana digunakan pada tindakan bedah mikro
dan beberapa jenis pengobatan lain. Lintah dipercaya dapat memicu
aliran darah dalam pembuluh kapiler yang baru tersambung, setelah
dilakukan operasi penyambungan organ atau rekonstruksi.
Namun, bukan
Sembarang lintah yang digunakan untuk terapi. Lintah yang
digunakan untuk pengobatan adalah jenis spesies hirudo, yaitu
hirudo medicinalis, hirudo orientalis, hirudo troctina atau hirudo
verbana yang dikembangkan dalam lingkungan khusus. Gigitan
lintah itu biasanya akan meninggalkan bekas berbentuk huruf Y, di
mana nantinya akan sembuh tanpa bekas luka.

Berikut beberapa manfaat lain terapi lintah :


1) Mengencerkan darah dan mencegah penyumbatan.
Lintah yang khusus digunakan untuk pengobatan,
umumnya mengeluarkan air liur yang mengandung lebih
dari 60 jenis protein saat mengisap darah. Ini akan
mengencerkan darah dan meningkatkan peredaran darah di
daerah luka. Peptida dan protein yang dikeluarkan lintah juga
sekaligus mencegah penyumbatan, sehingga dapat
menghindari kematian jaringan.
Tindakan bedah plastik dan bedah mikro banyak yang
memanfaatkan terapi lintah karena dua manfaat tersebut. Terapi
lintah dapat menjaga peredaran darah ke lokasi luka untuk
membantu proses pemulihan. Tindakan bedah yang
menggunakan terapi lintah misalnya operasi melekatkan jari
yang putus, dan operasi rekonstruksi hidung, bibir, telinga, atau
kelopak mata.

7
2) Membantu penanganan gangguan sirkulasi dan penyakit
kardiovaskular.
Terapi lintah yang diketahui sangat efektif meningkatkan
peredaran darah sekaligus mencegah sumbatan, menjadikan
lintah banyak dimanfaatkan untuk mengobati gangguan sirkulasi
darah dan penyakit kardiovaskular. Selain itu, air liur lintah
diduga memiliki efek anestesi, antiperadangan dan
vasodilatasi, atau pelebaran pembuluh darah.
Air liur lintah kini banyak digunakan sebagai campuran
obat tekanan darah tinggi, wasir, varises, dan gangguan kulit. Air
liur lintah juga masih diteliti untuk kemungkinan pengobatan
kanker dan pencegahan penyebaran kanker.
3) Menghindari komplikasi pada penderita diabetes.
Diabetes memiliki risiko komplikasi, termasuk
gangguan pembuluh darah yang memungkinkan terhambatnya
darah mengalir ke tangan, kaki, serta jari-jarinya. Hal ini dapat
menyebabkan jaringan mati, yang merupakan salah satu alasan
dilakukannya tindakan amputasi pada penderita diabetes.
Studi menunjukkan, terapi lintah dapat bermanfaat
mencegah hal ini. Karena terapi lintah mampu memperbaiki
sirkulasi darah sehingga aliran darah dapat mencapai lokasi
jaringan, tanpa menimbulkan risiko sumbatan. Peneliti dalam
studi terkini mengungkap, empat lintah pada tiap sesi terapi
dapat meneka risiko amputasi.
4) Membantu mencegah proses penuaan.
Selain diyakini dapat membantu mempercepat proses
penyembuhan setelah operasi plastik, terapi lintah juga
dimanfaatkan sebagai proses perawatan antipenuaan dengan
membersihkan darah. Hal tersebut yang kemudian dapat
membuat seseorang merasa lebih segar.

8
e. Terapi ikan Garra rufa dari Turki
Garra rufa telah dikenal ratusan tahun oleh masyarakat Turki
sebagai ikan yang dapat mengobati penyakit kulit yang hidup di
sumber air hangat daerah Kangal. Sumber air hangat Kangal pertama
kali diketahui pada tahun 1800, saat seorang pengembala yang
terluka kakinya sering berendam di kolam air hangat itu dan ternyata
lukanya berangsur sembuh. Sejak saat itu, kesembuhannya mendapat
perhatian masyarakat dan pada tahun 1950 oleh pemerintah
administrasi Sivas di Turki membangun beberapa kolam dan
fasilitas pendukung lainnya di daerah tersebut.
Garra rufa Obtusa, juga disebut sebagai Dokter Ikan, adalah
jenis ikan khusus, yang ditemukan di bagian utara dan tengah timur
Tengah. Di negara-negara seperti Turki, masyarakat sudah mulai
breading di baskom raksasa, dan menggunakannya untuk mengobati
penyakit kulit yang parah. Ikan ini memang gemar memakan daging
dan kulit yang sudah mati atau membusuk. Kebiasaan ini muncul
karena Garra Rufa hidup di sumber air panas dengan suhu 30 hingga
34 derajat Celsius. Ketiadaan plankton dan tumbuhan memaksa
mereka untuk memakan kulit mati dari hewan atau manusia yang
berendam di sumber air panas.

9
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya
pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang
perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat
dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan,
dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya
budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Dinegara - negara eropa banyak contoh trasnkultural nursing yang
dapat kita temukan baik yang masih relevan maupun tidak dengan keadaan
zaman sekarang. Seperti, terapi lintah, terapi ikan garra rufa, terapi jaring
laba-laba dan lain-lain.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, kelompok tentunya memiliki
keterbatasan dan kekurangan baik dalam penulisannya maupun materi yang
dipaparkan. Oleh karena itu koreksi dan masukan dari dosen mata kuliah
Keperawatan Transkultural dan teman-teman sekalian semoga bisa
membantu kami untuk terus memperbaiki makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Nurlaila, A., 2011, Jejak Kanibalisme Kerajaan Inggris,


(https://www.viva.co.id/kosmo/222100-jejak-kanibalisme-kerajaan-inggris
diakses tanggal 29 April 2022)

Shutters cok.com, 2014, Pengobatan Unik Dari berbagai Dunia,


(https://www.vemale.com/kesehatan/20618-mitos-pengobatan-unik-dari-
berbagai-dunia.html diakses tanggal 29 April 2022)

Ryani, U.E., 2014, Menikmati Bir Spa di Republik Ceko,


(https://lifestyle.okezone.com/read/2014/11/25/406/1070301/menikmati-
bir-spa-di-republik-ceko. diakses tanggal 29 April 2022)

Kaskus, 2010, Sejarah dan Mengenal Lebih Jauh Ikan Terapi Garra rufa
(https://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000014778851/sejarah-
dan-mengenal-lebih-jauh-ikan-terapi-garra-rufa/ . diakses tanggal 29 April
2022)

Christian II, Febri., 2016, Makalah Transkultural Nursing,


http://www.academia.edu/6525238/Makalah_transcultural_nursing.
diakses tanggal 29 April 2022)

11

Anda mungkin juga menyukai