Anda di halaman 1dari 33

EVIDENCE-BASED PRACTICE

EFEKTIFITAS DAUN PETAI CINA (LEUCAENA


LEUCOCEPHALA) TERHADAP PENYEMBUHAN
LUKA TERBUKA

DISUSUN OLEH :
Alda Afrila Gani
G1B222045

PEMBIMBING AKADEMIK:
Ns. Nurhusna, S. Kep., M.Kep
Ns. Andika Sulisstiawan, S.Kep.,M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Luka merupakan kondisi jaringan kulit yang terputus, robek atau rusak oleh
suatu sebab ataupun kerusakan integritas kulit/jaringan. Berdasarkan penyebabnya,
luka dapat dibagi menjadi luka karena zat kimia, luka termis, dan luka mekanis.
Luka digambarkan sebagai gangguan dalam kontiniutas sel-sel yang kemudian
diikuti dengan penyembuhan luka pada tahap pemulihan. Penyembuhan luka
merupakan suatu proses yang kompleks namun sistematis. Karena proses
penyembuhan luka terdiri dari proses peradangan, repilisasi, kontraksi luka, dan
metabolism kolagen. Penyembuhan luka dipengaruhi oleh beberapa faktor dan
infeksi adalah sebab paling penting dari penghambatan penyembuhan luka karena
infeksi yang dapat menyebabkan inflamasi dan kerusakan jaringan persisten.
Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan
yang disbebkan oleh luka fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik.
Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk
menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cidera dan
mempersiapkan keadaan untuk memperbaiki jaringan. Proses terjadinya inflamasi
dimulai dengan adanya eritema (kemerahan) yang merupakan tahap awal inflamasi,
ditandai dengan berkumpulnya darah pada daerah cidera jaringan akibat pelepasan
mediator kimia tubuh. Tahap kedua adalah edema (pembengkakan), ditandai
dengan merembesnya plasma ke dalam jaringan intestinal pada tempat cidera.
Tahap ketiga adalah kalor (panas) disebabkan oleh bertambahnya pengumpulan
darah atau karena pirogen yang menimbulkan demam. Selanjutnya tahap keempat
adalah dolor (nyeri) disebabkan oleh pelepasan mediator-mediator inflamasi.
Banyak cara yang dapatat dilakukan untuk mempercepat proses inflamasi
pada luka, diantaranya yaitu penggunaan obat-obat antiinflamasi yang merupakan
golongan obat yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan.
Aktivitas ini dapat dicapai melalui berbagai cara yaitu menghambat pembentukan
mediator radang prostaglandin, menghambat migrasi sel-sel leukosit ke daerah
radang, menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel tempat pembentukannya.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antiinflamasi terbagi dalam golongan
steroid dan non steroid. Selain dari penggunaan obat-obatan, perawatan luka juga
dapat menggunakan tumbuh-tumbuhan, karena Indonesia memiliki kekayaan alam
yang berlimpah, menyediakan bahan alami dan ekonomis yang berasal dari
tanaman. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk
mempercepat proses penyembuhan luka adalah daun petai cina (leucaena
leucocephala) yang digerus atau dihaluskan lalu ditempelkan pada luka. Daun petai
cina (leucaena leucocephala) mengandung zat aktif berupa alkaloid, saponin,
flavonoid, mimosin, lektin, protein, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A dan
vitamin B. kandungan yang berperan sebagai antiinflamasi adalah saponin.
Sementara lektin berperan untuk menstimulasi pertumbuhan sel kulit yang baru,
dan antibiotik yang terdapat dalam saponin berperan sebagai penghambat
pertumbuihan bakteri sehingga proses penyembuhan luka akan
semakin cepat.
Dalam Evidence Based Practice (EBP) ini, penulis ingin membahas tentang
Efektifitas Penggunaan Daun Petai Cina (Leucaena Leucocephala) Terhadap
Penyembuhan Luka Terbuka.
1.2 Tujuan Penulisan
Evidence Based Practice (EBP) ini bertujuan untuk mengetahui Efektifitas
Penggunaan Daun Petai Cina (Leucaena Leucocephala) Terhadap Penyembuhan
Luka Terbuka.
1.3 Metode
Dalam penulisan Evidence Based Practice (EBP) ini, penulis menggunakan
media elektronik dan studi pustaka atau studi literature untuk memperoleh
informasi dan analisis mengenai efektivitas Efektifitas Penggunaan Daun Petai
Cina (Leucaena Leucocephala) Terhadap Penyembuhan Luka Terbuka.
Artikel yang berkaitan dengan “Efektifitas Penggunaan Daun Petai Cina
(Leucaena Leucocephala) Terhadap Penyembuhan Luka Terbuka.” Didapatkan
memalui cara ekeltronik denga data based : google, google scholar
Penyusunan Evidence Based Practice (EBP) ini menggunakan kata kunci
sebagai berikut :
1) Penyembuhan luka, leucaena leucocephala, luka terbuka
Hasil pencarian ditemukan sebanyak 100 artikel dari tahun 2018-2022. Namun,
sebanyak 10 artikel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu :
a) Jurnal dari 2018-2022
b) Jurnal memuat Efektifitas Penggunaan Daun Petai Cina (Leucaena
Leucocephala) Terhadap Penyembuhan Luka Terbuka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Luka

2.1.1 Definisi Luka dan Penyembuhannya


Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit. Luka adalah
kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain.
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul seperti : hilangnya seluruh atau
sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan serta pembekuan darah,
kontaminasi bakteri, dan kematian sel. Berdasarkan waktu penyembuhan, luka
dibedakan menjadi :
1) Luka akut : luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan yang telah diharapkan.
2) Luka kronis : luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan,
dapat karena faktor eksogen dan endogen.
Menurut Cohen, luka akut akan mencapai penyembuhan normal melalui
proses penyembuhan yang diharapkan dalam waktu tertentu untuk mencapai
pemulihan integritas anatomi dan fungsi. Luka akut biasanya terjadi pada
individu yang normal, sehat, dan dapat dilakukan penutupan luka secara primer
atau dibiarkan menyembuh secara sekunder. Sebagian besar luka yang terjadi
akibat trauma pada organ atau jaringan dapat dikategorikan sebagai luka akut.
Proses penyembuhan luka bersifat dinamis dengan tujuan akhir pemulihan fungsi
dan integritas jaringan. Dengan memahami biologi penyembuhan luka, kita dapat
mengoptimalkan lingkungan jaringan dimana luka berada Proses penyembuhan
luka merupakan hasil akumulasi dari proses-proses yang meliputi koagulasi,
sintesis matriks dan substansi dasar, angiogenesis, fibroplasias, epitelisasi,
kontraksi, dan remodeling. Tetapi secara garis besar proses kompleks ini dibagi
menjadi tiga fase penyembuhan luka yaitu fase inflamasi, fase proloferasi, dan
fase maturase.
Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini
juga berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka
digambarkan seperti yang terjadi pada luka pembedahan. Menurut Taylor :
1. Fase Inflamasi : Fase inflamasi dimulai setelah perlukaan dan berakhir hari ke
3 – 4. Dua tahap dalam fase ini adalah hemostasis dan fagositosis. Sebagai
hasil adanya suatu konstriksi pembuluh darah, berakibat terjadinya
pembekuan darah untuk menutupi luka. Diikuti vasodilatasi menyebabkan
peningkatan aliran darah ke daerah luka yang dibatasi oleh sel darah putih
untuk menyerang luka dan menghancurkan bakteri dan debris. Lebih kurang
24 jam setelah luka sebagian besar sel fagosit (makrofag) masuk ke daerah
luka dan mengeluarkan faktor angiogenesis yang merangsang pembentukan
anak epitel pada akhir pembuluh luka sehingga pembentukan kembali dapat
terjadi.
2. Fase Proliferasi : Dimulai pada hari ke 3 atau 4 dan berakhir pada hari ke 21.
Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia, dan terdiri dari proses :
• Angiogenesis : Adalah proses pembentukan kapiler baru yang distimulasi
oleh TNF-α2 untuk menghantarkan nutrisi dan oksigen ke daerah luka.
• Granulasi : Yaitu pembentukan jaringan kemerahan yang mengandung
kapiler pada dasar luka (jaringan granulasi). Fibroblas pada bagian dalam
luka berproliferasi dan membentuk kolagen.
• Kontraksi : Pada fase ini, tepi-tepi luka akan tertarik ke arah tengah luka
yang disebabkan oleh kerja miofibroblas sehingga mengurangi luas luka.
Proses ini kemungkinan dimediasi oleh TGF-β.
• Re-epitelisasi : Proses re-epitelisasi merupakan proses pembentukan epitel
baru pada permukaan luka.
3. Fase Maturasi : Fase akhir dari penyembuhan, dimulai hari ke 21 dan dapat
berlanjut sampai luka sembuh secara sempurna. Kolagen baru menyatu,
menekan pembuluh darah dalam penyembuhan luka, sehingga bekas luka
menjadi rata dan tipis

Fase Penyembuhan Luka


2.1.2 Etiologi Luka
Ada beberapa penyebab terjadinya luka, diantaranya :
• Mekanik, contohnya trauma benda tumpul, benda tajam, senjata api dan
bahan peledak
• Fisik, contohnya paparan suhu, panas, dingin dan paparan listrik
• Kimia, contohnya paparan zat asam dan basa.
2.1.3 Klasifikasi Luka
Secara garis besar luka dapat digolongkan menjadi :
1) Luka terbuka : Yaitu luka yang terpapar oleh udara karena adanya kerusakan
pada kulit tanpa atau disertai kerusakan jaringan di bawahnya. Luka terbuka
merupakan jenis luka yang banyak dijumpai. Jenis-jenis luka terbuka antara
lain:
a. Luka Lecet (Abrasi atau Ekskoriasis) : Yaitu luka yang mengenai lapisan
kulit paling atas (epidermis) yang disebabkan oleh gesekan kulit dengan
permukaan yang kasar.
b. Luka Insisi atau Luka Iris/Sayat (Vulnus scissum) : Yaitu luka yang terjadi
karena teriris oleh benda yang tajam dan rata seperti silet atau pisau. Tepi
luka tampak teratur. Misalnya luka operasi.
c. Luka Robek (Laserasi atau Vulnus laceratum) : Yaitu luka yang
disebabkan oleh benturan keras dengan benda tumpul. Tepi luka biasanya
tidak teratur.
d. Luka Tusuk (Vulnus punctum) : Yaitu luka yang disebabkan oleh benda
runcing yang menusuk kulit, misalnya jarum atau paku.
e. Luka karena Gigitan (Vulnus morsum) : Yaitu luka yang terjadi akibat
gigitan hewan atau manusia. Bentuk luka tergantung dari bentuk dan
susunan gigi yang menggigit.
f. Luka Tembak : Yaitu luka karena peluru dari tembakan senjata api
g. Luka Bakar (combustio) : Yaitu luka yang terjadi karena kontak dengan
api atau benda panas lainnya, zat kimia, terkena radiasi, aliran listrik atau
petir.
2) Luka Tertutup : Yaitu cedera pada jaringan di mana kulit masih utuh atau
tidak mengalami luka. Misalnya :
a. Luka Memar (Contusio) : Merupakan cedera pada jaringan dan
menyebabkan kerusakan kapiler sehingga darah merembes ke jaringan
sekitarnya. Biasanya disebabkan oleh benturan dengan benda tumpul.
b. Hematoma : Adalah pengumpulan darah setempat (biasanya
menggumpal) di dalam organ atau jaringan akibat pecahnya dinding
pembuluh darah
Berdasarkan lamanya penyembuhan, luka dapat digolongkan menjadi :
1) Luka Akut : Yaitu luka yang baru terjadi yang dapat sembuh sesuai dengan
lama fase penyembuhan yang normal (waktu penyembuhan luka dapat
diperkirakan). Contoh : luka lecet, luka robek, luka operasi tanpa komplikasi.
2) Luka Kronik : Yaitu luka yang telah berlangsung lama karena mengalami
kegagalan dalam proses penyembuhan yang normal atau luka yang sering
kambuh (waktu penyembuhan luka tidak dapat diperkirakan). Contoh : ulkus
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka, antara lain :
1) Usia : Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua.
Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat
mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.
2) Nutrisi : Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh.
Klien memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A,
dan mineral seperti Fe, Zn. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi
luka dan penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose tidak
adekuat.
3) Keadaan Luka : Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan
efektifitas penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
4) Infeksi : Luka yang terinfeksi akan membutuhkan waktu lebih lama untuk
sembuh. Tubuh selain harus bekerja dalam menyembuhkan luka, juga harus
bekerja dalam melawan infeksi yang ada, sehingga fase inflamasi akan
berlangsung lebih lama dan menambah ukuran luka (besar dan/atau dalamnya
luka).
5) Oksigenasi : Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita
anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume
darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan
oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
6) Obat : Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti
neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang
lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka, dan obat
tradisional seperti daun petai cina (leucaena leucocephala).
2.1.5 Derajat Luka
Berdasarkan kualitas deskriptif luka dibagi menjadi tiga yaitu :
• Stadium I : Hilangnya atau rusaknya kulit pada lapisan epidermis/lecet.
• Stadium II : Hilangnya atau rusaknya kulit pada lapisan epidermis hingga
lapisan dermis bagian atas.
• Stadium III : Hilangnya atau rusaknya kulit dari lapisan dermis bagian bawah
hingga lapisan subkutis.
• Stadium IV : Hilangnya atau rusaknya seluruh lapisan kulit hingga otot dan
tulang.
2.2 Konsep Daun Petai Cina (Leucaena Leucocephala)
2.2.1 Klasifikasi Petai Cina (Leucaena Leucocephala)
Sejak zaman dahulu, masyarakat Indonesia dan negara-negara Asia telah
mengenal dan memanfaatkan daun petai cina sebagai obat-obatan diantaranya
sebagai obat luka. Daun petai cina juga sudah dikenal masyarakat dan
dimanfaatkan sebagai obat bengkak, dengan cara dikunyah-kunyah atau diremas-
remas, kemudian ditempelkan pada bagian yang bengkak. Masyarakat Meksiko
dan Zimbabwe memanfaatkan daun petai cina untuk pakan ternak yang dapat
meningkatkan produksi susu ternak. Sedangkan di Peru, tidak hanya daunya saja
tetapi kulit batang, dan bunga petai cina yang digunakan sebagai antiseptik
(Bussmann, et al., 2010). Di Thailand, pucuk daun petai cina digunakan untuk
mengobati diare (Chanwitheesuk et al., 2005). Petai cina (Leucena leucocephala)
adalah tumbuhan yang memiliki batang pohon keras dan berukuran tidak besar.
Daunnya majemuk dan terurai dalam tangkai berbilah ganda. Bunganya
berjambul berwarna putih sering disebut cangkaruk.
Menurut Ajo tanaman petai cina (Laucaena leucocephala) dalam
sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabelas
Famili : Fabaceae
Genus : Leucaena
Species : Leucaena Leucocephala
2.3.1 Kandungan Kimia Daun Petai Cina (Leucaena Leucocephala)
Petai cina memiliki banyak manfaat dan kegunaan. Manfaat dan
kegunaan tersebut petai cina memiliki banyak kandungan diantaranya adalah
Alkoloid, Flavonoid, dan Tanin (Sartinah, 2010). Petai cina sangat berpotensi
untuk dikembangkan menjadi obat-obat tradisional dan untuk penyakit infeksi
karena, kandungan dan manfaat yang masih sangat banyak dan masih belum
banyak diketahui dan dikembangkan.
Alkoloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri, dengan cara
mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga
lapisan dinding sel tidak berbentuk secara utuh dan mengaibatkan kematian sel.
Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa
kompleks terhadap protein ekstraseluler yang mengganggu intergritas membran
sel bakteri. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang memiliki sifat kooggulator
protein. Tanin dapat mengerutkan dinding sel atau membran sel sehingga
mengganggu permebilitas sel tidak dapat melakukan aktifitas hidup sehingga
pertumbuhan terhambat atau mati. Senyawa yang terkandung dalam isolat aktif
daun petai cina merupakan senyawa yang dapat menghambat antibakteri dan
berasal dari daun petai cina. Senyawa tersebut adalah lupeol yang terdpat pada
daunnya saja.
2.4.1 Manfaat Petai Cina (Leucaena Leucocephala)
Petai cina memiliki banyak manfaat mulai dari akar, batang, daun, biji
dan bunganya. Biji dan daun dapat digunakan sebagai obat diabetes (kencing
manis), patah tulang, cacingan, bisul, terlambat haid, radang ginjal (nephiritis)
dan susah tidur. Daun petai cina dapat digunakan sebagai pakan ternak dan
batang pohonnya dimanfaatkan sebagai perabot dan kayu bakar. Selain itu
bijinya juga dapat dimanfaatkan sebagai makanan tradisional seperti botok.
2.3 Tinjauan Literatur
No Peneliti dan Introduction Method Result Discussion Conclusion
Judul
1. Marissa Herani Penelitian ini Ekstrak daun petai cina Hasil uji tabung pada Hasil uji tabung pada ekstrak Daun petai cina
Praja, Rasmi bertujuan untuk dapat di identifikasi ekstrak daun petai cina daun petai cina (Laucaena glauca)
Zakiah menguji kandungan senyawa menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa ekstrak memiliki efektivitas yang
Oktarlina efektivitas daun aktifnya dengan uji ekstrak mengandung mengandung senyawa tinggi dan telah dipercaya
Judul : petai cinta tabung dan uji KLT senyawa saponin, tannin, saponin; alkaloid tanin dan memiliki khasiat dalam
Uji efektivitas (Leucaena alkaloid, dan flavonoid flavonoid.Kandungan menangani antiiflamasi
daun petai cina Leucocephala) utamanya yaitu saponin yang pada luka
(Leucaena sebagai berperan dalam aktivitas bengkak.Kandungan
Leucocephala) antiinflamasi farmakologikal yang saponin dalam daun petai
sebagai dalam berfungsi sebagai antibiotik cina berperan penting
antinflamasi pengobatan luka dan antiiflamasi.Dengan sebagaipembentukan
dalam bengkak melalui metode maserasi kolagen dalam
pengobatan daun petai cina yang selain penyembuhan luka
luka bengkak dapat digunakan sebagai bengkak.Sehingga daun
pakan ternak juga dapat petai cina dapat
digunakan sebagai suatu digunakan sebagai
ekstrak yang dapat alternatif dalam
digunakan sebagai obat menangani luka bengkak
alternatif dalam penanganan
luka bengkak
2. Ahyana penelitian ini Rancangan dalam Uji OneWay Annova Daun lamtoro diketahui Berdasarkan penelitian
Fitrian, bertujuan untuk penelitian ini merupakan terhadap jumlah mengandung senyawa dan pengolahan data
Achmad mengetahui jenis penelitian murni vaskulermenunjukkan metabolit flavonoid yang statistic dapat
Bashori,I.Ketut pengaruh (true experiment), dengan bahwa terdapat perbedaan memiliki aktifitas, anti disimpulkan bahwa
Sudiana pemberian desain penelitian the antar kelompok perlakuan bakteri dan scavenger ekstrak daun lamtoro
Judul : ekstrak daun randomized post test only yang ditunjukkan dengan radikal bebas sehingga dapat merangsang
Efek lamtoro dalam control group design. nilai sig.0,000 (P<0,05). berpotensi sebagai anti terjadinya angiogenesis
Angiogenesis berbagai Pemilihan kelompok Uji post hoc LSD diperoleh inflamasi. Selain flavonoid pada luka tkus insisi.
gel ekstrak konsentrasi menggunakan teknik acak hasil bahwa pada hari ke kandungan terpen,coumarin
daun lamtoro dalam yang dibagi menjadi 8 3 pemberian ekstrak daun dan sterol juga dilaporkan
(Leucaena meningkatkan kelompok dengan jumlah lamtoro (Leucaena ada dalam ekstrak daun
Leucocephala) angiogenesis 6 ekor tiap kelompok. leucocephala) 15% belum lamtoro (Leucaena
pada luka insisi pada luka insisi Pada semua kelompok secara signifikan leucocephala) yang
tikus meningkatkan berpotensi sebagai anti
menggunakan diolehsikan gel sebanyak pembentukan pembuluh oksidan. Senyawa kimia
model tikus. 100mg 1x sehari. darah, sedangkan ekstrak yang terkandung dalam daun
daun lamtoro (Leucaena lamtoro (Leucaena
leucocephala) 30% dan leucocephala), terutama
45% dapat meningkatkan senyawa polisakarida
pembentukan vaskuler dilaporkan dapat
pada hari ke 3, dan meningkatkan limfosit serta
pemberian ekstrak daun kapasitas dan aktifitas
lamtoro (Leucaena makrofag dibandingkan
leucocephala) dosis dengan kontrol sehingga
15%,30% dan 45% secara berpotensi sebagai
signifikan meningkatkan imunomodulator. Makrofag
jumlah pembentukan merupakan sel yang berperan
pembuluh darah pada hari penting dalam proses
ke 5. penyembuhan luka pada fase
inflamasi.

3. Alumni Penelitian ini Jenis penelitian yang Berdasarkan hasil Pemberian larutan daun petai Berdasarkan hasil
STKIP-PGRI bertujuan untuk digunakan yaitu penelitian diperoleh nilai cina (Leucaena penelitian dapat
Lubuk linggau, mengetahui penelitian deskriptif yaitu 33,33, yang nilainya leucocephala) diharapkan disimpulkan bahwa
Dosen STKIP- pengaruh larutan kuantitatif dengan metode lebih besar dari yaitu 2,87 dapat membuat proses terdapat pengaruh
PGRI Lubuk daun petai cina eksperimen laboratorium. (untuk = 0,05). penyembuhan luka larutan daun petai cina
linggau (Leucaena Penelitian ini Sehingga hasil data berlangsung lebih cepat (Leucaena
Judul : leucocephala) menggunakan Rancangan penelitian ini sembuh dibandingkan leucocephala) terhadap
Pengaruh terhadap Acak Lengkap yang menunjukkan bahwa ada dengan dibiarkan sembuh penyembuhan luka
larutan daun penyembuhan terdiri dari 5 kelompok pengaruh pemberian secara alami atau dengan sayat pada mencit (Mus
petai cina luka sayat pada perlakuan dan 5 larutan daun petai cina menggunakan obat-obatan musculus). Serta
(Leucaena mencit (Mus pengulangan. Teknik (Leucaena leucocephala) modern. Adapun berdasarkan uji statistik
Leucocephala) musculus). pengumpulan data terhadap penyembuhan keuntungan penggunaan dan hasil pengamatan
terhadap dilakukan dengan cara luka sayat pada mencit obat tradisional yaitu bahan konsentrasi larutan
penyembuhan pengamatan yang (Mus musculus) bakunya mudah diperoleh, daun petai cina
luka sayatan dilakukan selama 8 hari. biaya yang dikeluarkan (Leucaena
pada mencit Data penelitian yang relatif murah, dan dampak leucocephala) yang
(Mus diperoleh di hitung negatif yang ditimbulkan optimum diperoleh dari
musculus) menggunakan uji lebih sedikit jika konsentrasi 30g/L
normalitas, homogenitas, dibandingkan dengan dengan pemberian 30
Anava Satu Jalur, serta menggunakan obat-obatan mL, dengan rata-rata
dilakukan uji lanjut. modern. 0,46. Hal tersebut dapat
Hal ini terbukti dari hasil dilihat dari hasil uji
penelitian yang telah hipotesis yang
dilakukan menunjukkan diperoleh bahwa >
bahwa proses kesembuhan (33,33 > 2,87).
luka menggunakan larutan
daun petai cina (Leucaena
leucocephala) memiliki
tingkat kesembuhan yang
sangat baik. Hal ini
disebabkan oleh bahan aktif
yang terkandung pada daun
petai cina (Leucaena
leucocephala) yaitu
alkaloid, saponin, flavonoid,
dan tanin
4. Risty Elia Penelitian ini Penelitian ini bersifat Berdasarkan hasil Daun lamtoro (leucaena Berdasarkan hasil
Eritriana, bertujuan untuk eksperimental penelitiandidapatkan leucocephala l) diketahui penelitian dan
Azizah Hana menganalisis laboratorik, memakai perbandingan antar mengandung beberapa pengolahan data
Rosiana, Yulia efektivitas rancangan acak lengkap kelompok tidak ada senyawa antara lain statistik dapat di
Tantri, Endri pemberian salep (RAL). Populasi perbedaan signifikan saponin, tanin, alkaloid, simpulkan, secara klinis
(5)
Ekayamti ekstrak daun penelitian ini adalah (p>0,05), kecuali pada dan flavonoid. Selain dan secara statistik
Judul : lamtoro mencit putih jantan kelompok (P3) vs flavanoid, ektrak daun pemberian ekstrak daun
Efektivitas (Leucaena (rattus norvegicus) galur Kelompok (P5) dengan lamtoro (leucaena lamtoro 20% lebih
ekstrak daun leucocephala l) wistar yang dilukai pada p=0,016 (p<0,005). Hasil leucocephala l) dilaporkan efektif mempercepat
lamtoro sebagai bagian punggung. Sampel analisis tersebut dapat juga terdapat kandungan proses penyembuhan
(Leucaena alternatif yang digunakan adalah 25 disimpulkan bahwa terpen, coumarin dan sterol luka abrasi pada mencit
Leucocephala) penyembuhan ekor mencit putih jantan terdapat perbedaan yang berfungsi sebagai putih jantan
(9),(10)
sebagai luka abrasi dengan umur 2-3 bulan signifikan pada pada antioksidan. Saponin dibandingkan dengan
Alternatif dan berat badan sekitar kelompok P3 vs kelompok berfungsi menstimulasi kelompok perlakuan
penyembuhan 150 gr-200 gr. Sampel P5, yang berarti bahwa vascular Endhorelial yang hanya diberikan
luka abrasi dibagi dalam 5 kelompok ekstrak salep daun lamtoro Growt Factor (VEGF), basis salep. Namun
perlakuan (P1, P2, P3, P4, 20% efektif mempercepat mempercepat fase pada kelompok
P5) dimana masing- penyembuhan luka abrasi inflamasi dan proses perlakuan yang lain
masing kelompok terdiri penyembuhan luka. Tannin yaitu ekstrak salep 10%,
atas 5 ekor mencit. bermanfaat sebagai 15%, dan bethadine
Kelompok (P1) dioleskan astrigen dimana astrigen secara statistik tidak
salep ekstrak daun akan menyebabkan terdapat perbedaan
lamtoro 10%, kelompok permeabilitas mukosa akan yang bermakna dalam
(P2) dioleskan salep berkurang dan ikatan antar proses penyembuhan
ekstrak daun lamtoro mukosa menjadi kuat luka babras mencit.
15%, kelompok (P3) sehingga mikrooranisme
dioleskan salep ekstrak dan zat kimia iritan tidak
daun lamtoro 20%, dapat masuk pada luka.
kelompok (P4) dioleskan Senyawa Tannin
obat bethadine, dan mengandung senyawa anti
kelompok (P5) hanya bakteri dimana senyawa
diberikan basis salep. tersebut membantu
mengkerutkan dinding sel
atau membran sel sehingga
menghambat permeabilitas
bakteri untuk berkembang.
5. Maria Penelitian ini Metodologi penelitian ini Hasil uji yang pertama Pada kondisi dan keadaan Kesimpulan yang
Chrisdianne, bertujuan untuk merupakan penelitian didapatkan varians data normal, luka akan didapatkan pada
Wulan mengetahui eksperimental laboratorik p=0.031(p<0.05) untuk K- mengalami penyembuhan penelitian ini,
Bunganaen, I perbandingan dengan desain “true P1 yakni terdapat secara normal melalui berdasarkan hasil analisis
nyoman efektivitas experimental design post perbedaan yang signifikan. beberapa fase penyembuhan perbandingan efektivitas
pemberian test only control group Sedangkan pada hasil uji luka, diantaranya pemberian ekstrak daun
Saputra, I made ekstrak daun design”. Data diuji secara yang kedua antara K-P2 hemostasis dan inflamasi, lamtoro (Leucaena
Artawan lamtoro statistik menggunakan uji didapatkan varians data proliferasi dan leucocephala) dan salep
Judul : (Leucaena nonparametrik yaitu p=0.058 (p>0.05) sehingga neovaskularisasi serta gentamisin terhadap
Studi leucocephala) Kruskal-Wallis. Hewan diketahui bahwa tidak maturasi dan re-epitelisasi. penyembuhan luka sayat
Komperatif dan salep uji diberi perlakuan luka terdapat perbedaan yang Proses penyembuhan luka kulit mencit (Mus
efektivitas gentamisin sayat dengan panjang signifikan. Pada hasil secara normal, dapat juga musculus) tidakterdapat
pemberian terhadap luka 2 cm dan kedalaman analisis uji yang ketiga dipengaruhi oleh berbagai perbedaan signifikan
ekstrak daun penyembuhan mencapai dermis. Sampel yakni antara P1- faktor yang menghambat terhadap penyembuhan
lamtoro luka sayat kulit dibagi 3 kelompok yakni P2didapatkan varians data proses penyembuhan luka, luka sayat antara 3
(Leucaena mencit (Mus kelompok kontrol dengan nilai p=0.549 sehingga diperlukan kelompok perlakuan
Leucocephala) musculus) diberikan aquades, (p>0.05). Hasil ini pengobatan yang dapat yakni kelompok yang
dan salep kelompok perlakuan 1 menjelaskan bahwa tidak menjaga dan mempercepat diberi aquades,
gentamisin diberikan ekstrak daun terdapat perbedaan yang proses penyembuhan luka. kelompok yang diberi
terhadap lamtoro dan kelompok bermakna antara kelompok Oleh karena itu, penelitian ekstrak daun lamtoro dan
penyembuhan perlakuan 2 diberikan yang diberi ekstrak daun ini menggunakan ekstrak kelompok yang diberi
luka sayat kulit salep gentamisin. Setiap lamtoro dengan kelompok daun lamtoro untuk salep gentamisin.
mencit (mus kelompok terdiri atas 5 yang diberik salep mengetahuiefeknya
musculus) ekor mencit (Mus terhadap penyembuhan luka
yang dibandingkan dengan
musculus) sehingga total gentamisin dari waktu salep gentamisin dan
sampel adalah 15 ekor penyembuhan luka. diberikan intervensi luka
sayat dan pengobatan pada
mencit (Mus musculus)
selama 14 hari.
6. Siti, Dina, Pria Penelitian Jenis penelitian True Berdasarkan hasil uji Hasil ini dikarenakan daun Perawatan luka bakar
Wahyu bertujuan untuk Eksperimen dengan Independent t-test petai cina (Leucaena grade II dengan
Ramadhan mengetahui metode Comparative denganskala leucocephala) mempunyai menggunakan bobok
Judul : efektivitas daun Design.Sampel terdiri rasio,menunjukkan sifat-sifat yang sangat daun petai cina 2 hari
Efektivitas petai cina dari 18 tikus putih dibagi bahwa rata-rata menguntungkan dan sangat lebih efektif
daun petai cina (Leucaena 2 kelompok perlakuan, penyembuhan bagus untuk perawatan luka. dibandingkan bobok daun
(Leucaena leucocephala) teknik sampling menggunakan bobok Salah satu kandungan daun jarak pagar.
Leucocephala) dan daun jarak menggunakan random daun petai cina = 12,78 petai cina yaitu Alkaloid
dan daun jarak pagar (Jatropha sampling. Variabel hari = 13 hari, sedangkan sebesar 11,2% mempunyai
pagar (jatropha curcas) terhadap independen dalam rata-rata penyembuhan daya antiseptik yaitu
curcas) proses penelitian adalah menggunakan bobok mencegah kerusakan yang
terhadap proses penyembuhan perawatan dengan daun jarak pagar = 15,33 disebabkan oleh bakteri atau
penyembuhan luka bakar grade lumatan daun petai cina hari = 15 hari. Hasil uji jamur. Untuk
luka bakar II pada tikus dan lumatan daun jarak Independent t-test menghilangkan nyeri yang
grade II pada putih (Rattus pagar sedangkan variabel menunjukkan signifikan biasa timbul selama proses
tikus putih norvegicus) dependen adalah proses (ρ) = 0,0001 < α = 0,01 , peradangan daun petai cina
(rattus penyembuhan luka bakar ρ<α maka H1 diterima juga memiliki kandungan
norvegicus) grade II. berarti ada perbedaan Flavonoid sebesar 12,5%
antara lumatan daun yang berfungsi sebagai
petai cina dan lumatan analgesik. Selain sebagai
daun jarak pagar analgesik, Flavonoid
terhadap luka bakar berfungsi sebagai agen
derajad II dalam yang dalam mencegah inflamasi
menunjukkan selisih 2 dan menangkap serta
hari. menetralkan radikal bebas
seperti ROS (reactive
oxygen species) yang terkait
dengan gugus OH fenolik
sehingga dapat memperbaiki
keadaaan jaringan yang
rusak dengan kata lain proses
inflamasi dapat
terhambat
7. Syaifuddin Adapun tujuan Metode: Sumber artikel Berdasarkan review pada daun lamtoro atau petai Daun petai cina
Kurnianto, dari literature yang digunakan didapat literatur yang telah cina mempunyai beberapa mempunyai potensi
Achlish review ini adalah dari pencarian melalui dilakukan didapatkan kandungan zat metabolit sebagai intervensi
Abdillah, untuk Google Scholar, Ebscho bahwa penggunaan daun sekunder yaitu Tannin, keperawatan
Zainal Abidin mengetahui dan CINAHL, dan Pro Quest petai cina secara topikal saponin serta flavonoid yang komplementer
Judul : membandingkan mulai tahun 2011 sampai dapat mempercepat waktu telah dibuktikan dengan cara penyembuhan luka
Daun petai cina dari beberapa dengan 2017. Setelah penyembuhan luka bakar. uji fitokimia oleh Awe et al. bakar yang menunjang
(Leucaena jurnal, apakah didapatkan, kemudian Hal ini juga ditunjang Kandungan metabolit kinerja terapi
Leucocephala) daun petai cina dilakukan penilaian dengan hasil uji statistik sekunder tersebut diduga farmakologis utama
sebagai (Leucaena artikel sampai tahap dari beberapa penelitian mempengaruhi tahapan bagi luka bakar
intervensi Leucocephala) pembuatan literature yang menunjukkan bahwa proses penyembuhan luka walaupun belum
keperawatan efektif review daun petai cina efektif bakar. saponin dan tanin dilakukan uji secara
komplementer digunakan dalam mempercepat akan membantu kinerja klinis pada manusia.
dalam sebagai penyembuhan luka bakar neutrofil dalam mengatasi
mempercepat intervensi dengan p< 0,05. infeksi karena flavonoid
penyembuhan keperawatan bekerja sebagai antibakteri
luka bakar komplementer dengan mekanisme kerja
dalam mendenaturasi protein sel
mempercepat bakteri sehingga dapat
penyembuhan merusak sel dinding bakteri
luka bakar. dan tidak dapat diperbaiki
lagi.
Tanin menghambat
proliferasi mikroba oleh
denaturasi protein yang
terlibat dalam metabolisme
mikroba. Sedangkan saponin
berperan sebagai anti bakteri
dengan menghancurkan
lapisan lilin dari bakteri,
sehingga merusak bakteri.
8. Yeyen Yessica Penelitian ini Penelitian ini bersifat Basis krim yang dihasilkan Proses penyembuhan yang Berdasarkan hasil
Manapode, bertujuan untuk eksperimental memiliki karakteristik diberikan krim ekstrak daun penelitian dan analisis
Paulina V.Y mengetahui uji laboratorium, memakai warna yang khas yaitu lamtoro 8% memberikan statistik disimpulkan
Yamlean, Sri efektivitas rancangan acak lengkap putih seperti susu. Basis efek paling cepat, karena bahwa krim ekstrak
Sudewi ekstrak daun (RAL) yang terdiri atas yang telah dibuat kemudian lebih banyaknya kandungan daun Lamtoro dapat
Judul : lamtoro 5 (lima) kelompok ditambahkan dengan zat aktif yang dapat memberikan efek daya
(Laucaena perlakuan dan masing- masing- masing membantu proses penyembuhan luka
Uji efektivitas glauca) dalam masing perlakuan konsentrasi yaitu 2%, 4%, penyembuhan luka bakar. bakar pada kelinci.
sediaan krim bentuk sediaan sebanyak 2 (dua) kali. dan 8%. Krim dibuat Hal ini dipengaruhi adanya Konsentrasi krim
ekstrak daun krim dengan Jumlah kelinci yang dengan konsentrasi kandungan flavonoid, tanin, ekstrak daun Lamtoro
lamtoro tingkatan digunakan sebanyak 5 tersebut karena protein, lemak, kalsium, 2% telah memberikan
(Leucaena kosentrasi 2%, ekor, masing-masing berdasarakan syarat fosfor, besi dan vitamin (A, efek penyembuhan dan
Leucocephala) 4% dan 8% kelinci diberikan luka Farmakope Edisi III bahwa B dan C) di dalam daun semakin meningkat
terhadap luka untuk bakar dengan diameter penambahan zat aktif yang lamtoro yang membantu konsentrasi yakni 4%
bakar pada penyembuhan 1,5 cm, dengan diperbolehkan dalam suatu terjadinya reaksi dan 8% yang terkandung
kelinci luka bakar pada pembagian perlakuan sediaan tidak melebihi 8%. peradangan, antibiotik dan menunjukan semakin
(Orytolagus kelinci. sebagai berikut : Hasil penelitian menujukan membantu dalam efektif dan mempercepat
Cuniculus) Perlakuan A : Luka bahwa di hari ke-1 sampai pembentukan jaringan sel hari proses
bakar dioleskan krim hari ke-7 pengamatan luka baru. sedangkan krim penyembuhan.
ekstrak daun Lamtoro bakar mengalami ekstrak daun lamtoro 4%
2% pengecilan diameter. memiliki kemiripan efek
Perlakuan B : Luka Disimpulkan bahwa penyembuhan dengan
bakar dioleskan krim konsentrasi krim ekstrak kontrol positif dan krim
ekstrak daun Lamtoro daun lamtoro 2% telah ekstrak daun lamtoro 2%
4% memberikan efek memberikan efek
Perlakuan C : Luka penyembuhan dan semakin penyembuhan lebih cepat
bakar dioleskan krim meningkat konsentrasi dibandingkan dengan
ekstrak daun Lamtoro yakni 4% dan 8% yang kontrol negatif yang tidak
8% terkandung menunjukan mengandung kandungan zat
Perlakuan D : semakin efektif dan aktif.
Luka mempercepat proses
bakar peyembuhan.
dioleskan
Bioplacenton (kontrol
positif)
Perlakuan E : Luka
bakar dioleskan dasar
krim (kontrol negatif)

9. Syaifuddin Tujuan Rancangan penelitian hasil uji ANOVA pada Menurut peneliti, hasil Pengobatan luka bakar
Kurnianto, penelitian ini ini merupakan jenis true variabel lama waktu penelitian yang telah didapat dengan menggunakan
Kusnanto, adalah untuk experiment, dengan penyembuhan luka sesuai dengan tinjauan teori ekstrak daun petai cina
Padoli menjelaskan desain penelitian the mempunyai nilai p-value < yang telah ada bahwa 30% lebih efektif
Judul : perbedaan randomized post test 0,05 yang berarti terdapat pemberian ekstrak daun daripada ekstrak daun
efektifitas only control group perbedaan lama waktu pegagan 25% dan ekstrak pegagan 25% dalam
Penyembuhan pemberian design. Pada rancangan penyembuhan luka bakar daun petai cina 30% penyembuhan luka bakar
luka bakar ekstrak daun ini menggunakan pada kelompok perlakuan memberikan pengaruh pada pada tikus putih (Rattus
pada tikus pegagan 25% sampel tikus putih dan kontrol. Hasil uji penyembuhan luka bakar norvegicus) yang
putih dengan dengan (Rattus norvegicus) Duncan pada variabel lama tikus putih daripada dibuktikan dengan waktu
menggunakan pemberian yang telah disesuaikan waktu penyembuhan luka kelompok kontrol yang penyembuhan luka bakar
ekstrak daun ekstrak daun dengan kriteria inklusi menunjukkan bahwa sembuh secara alami, namun yang paling cepat.
pegagan petai cina 30% yang ditetapkan yaitu: kelompok ekstrak daun pada penelitian ini luka
(Centellah terhadap galur Sprague dawley; petai cina 30% mempunyai bakar yang diberikan
penyembuhan usia yang sama yaitu ± 3 perbedaan secara perawatan luka
luka bakar. sampai dengan 4 bulan; bermakna dengan menggunakan ekstrak daun
berat badan 150 - 200 kelompok yang lainnya. petai cina 30% ebih cepat
gram; Jenis kelamin Kelompok ekstrak daun mengalami penyembuhan
yang sama yaitu jantan; pegagan 25% dan basis gel daripada yang diberikan
dalam kondisi sehat tidak mempunyai perawatan luka dengan
ditandai dengan perbedaan secara menggunakan ekstrak daun
gerakannya aktif dan bermakna, namun pegagan 25%. Percepatan
tidak menyendiri di kelompok ekstrak daun penyembuhan luka bakar
sudut kandang, bulu pegagan 25% mempunyai pada kelompok ekstrak daun
bersih dan halus, mata perbedaan secara petai cina 30% terjadi
jernih, tidak bermakna dengan dikarenakan dikarenakan
mengeluarkan cairan kelompok kontrol. pada ekstrak daun petai cina
abnormal dari mata, Kelompok basis gel dan 30% mengandung tiga
telinga, anus dan tanpa kontrol tidak mempunyai metabolit sekunder yaitu
ada kecacatan serta perbedaan secara flavonoid, tanin dan saponin,
tidak mengalami bermakna sedangkan ekstrak daun
penyusutan BB hingga Dengan demikian pegagan 25% mengandung
10% pada masa penggunaan ekstrak flavonoid dan saponin.
aklimatisasi; dan daun petai cina 30%
diinduksi luka memberikan
bakar derajat II dangkal. dampak perbedaan
Jumlah sampel berjumlah secara bermakna
28 ekor yang dihitung terhadap lama waktu
berdasarkan rumus penyembuhan luka
Federer dan dibagi bakar daripada
menjadi empat kelompok penggunaan ekstrak
dengan menggunakan daun pegagan 25%.
teknik random sampling.
1.4 Pembahasan
Luka terbuka Yaitu luka yang terpapar oleh udara karena adanya
kerusakan pada kulit tanpa atau disertai kerusakan jaringan di bawahnya. Luka
terbuka merupakan jenis luka yang banyak dijumpai. Jenis-jenis luka terbuka
antara lain terdiri dari luka lecet (abrasi atau ekskoriasis), luka insisi atau luka
iris/sayat (vulnus scissum), luka robek (laserasi atau vulnus laceratum), luka
tusuk (vulnus punctum), luka karena gigitan (vulnus morsum), luka tembak, luka
bakar (combustio). Proses penyembuhan luka dibagi menjadi tiga fase, yaitu
fase inflamasi, fase proliferasi atau epitelisasi, dan terakhir fase maturase atau
remodeling. Setelah ketiga tahap fase itu dilalui maka proses penyembuhan
akan terjadi dan jaringan luka akan sembuh seperti sebelumnya.

Berdasarkan beberapa penelitian diperoleh hasil bahwa petai cina


(Leucaena leucocephala) effektif digunakan untuk mempercepat proses
penyembuhan luka, hal ini dikarenakan petai cina (Leucaena leucocephala)
mempunyai sifat-sifat yang sangat menguntungkan dan sangat bagus untuk
perawatan luka. Dari berbagai literatur juga disebutkan bahwa penggunaan daun
petai cina dapat mempercepat proses penyembuhan pada luka terbuka seperti
pada luka sayat dan luka bersih, maupun pada luka bakar. Mengutip para
ilmuwan sebelumnya, kemampuan menyembuhkan luka diduga karena
Alkaloid, Saponin, Flavonoid, Lektin, dan Tanin. Pada tahap pertama
penyembuhan luka ada proses inflamasi yang terjadi selama 0-4 hari. Dalam
fase inflamasi ini, benda-benda asing khususnya bakteri dapat menimbulkan
peradangan persisten dan memperlambat penyembuhan luka. Salah satu
kandungan daun petai cina yaitu Alkaloid sebesar 11,2% mempunyai daya
antiseptik yaitu mencegah kerusakan yang disebabkan oleh bakteri atau jamur.
Selanjutnya untuk menghilangkan nyeri yang biasa timbul selama proses
peradangan daun petai cina juga memiliki kandungan Flavonoid sebesar 12,5%
yang berfungsi sebagai analgesik. Selain sebagai analgesik, Flavonoid
berfungsi sebagai agen dalam mencegah inflamasi dan menangkap serta
menetralkan radikal bebas seperti ROS (reactive oxygen species) yang terkait
dengan gugus OH fenolik sehingga dapat memperbaiki keadaaan jaringan yang
rusak dengan kata lain proses inflamasi dapat terhambat. Pada tahap
pembentukan jaringan granulasi tampak pembuluh darah baru yang
mengandung granula dari jaringan yang mengalami kerusakan. Daun petai cina
terdapat kandungan Saponin 6,74%, Lektin 7,92%, dan Tanin 13,34% yang
berfungsi meningkatkan pembentukan pembuluh darah baru dan memacu
pembentukan kolagen dengan adanya protein sehingga dapat mempercepat
proses penyembuhan luka. Selain itu daun petai cina dapat mengurangi
timbulnya jaringan parut atau bekas luka pada kulit.
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Dari hasil telusur dan telaah evidence based practice (EBP) terkait
efektifitas daun petai cina (leucaena leucocephala) terhadap penyembuhan luka
terbuka maka dapat disimpulkan bahwa daun petai cina (leucaena
leucocephala) efektif digunakan untuk mempercepat proses penyembuhan pada
luka terbuka.
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada masyarakat dan tenaga medis untuk
dapat menggunakan intervensi penggunaan daun petai cina (leucaena
leucocephala) dalam melakukan perawatan luka. Saran untuk peneliti
selanjutnya yaitu untuk dapat melakukan penelitian dengan topik yang sama
namun dengan metode yang berbeda dan dengan jumlah sampel yang lebih
banyak.
4.3 Implikasi penelitian
a. Keperawatan
Penelitian ini menunjukkan effektifitas penggunaan daun petai cina
(leucaena leucocephala) terhadap penyembuhan luka terbuka. Penelitian ini
penting untuk menambah pertimbangan intervensi bagi perawat dalam
menangani klien yang mengalami luka terbuka.
b. Pendidikan
Meningkatnya pengetahuan dan pembelajaran bagi institusi pendidikan
tentang effektifitas penggunaan daun petai cina (leucaena leucocephala)
terhadap penyembuhan luka terbuka
c. Rumah Sakit
Sebagai arahan untuk memberikan pelayanan dan meningkatkan mutu
pelayanan dalam pengendalian luka terbuka pada pasien
d. Pembaca
Hasil literature review ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan dan masukan
dalam pembangunan ilmu dimasa yang akan dating.
DAFTAR PUSTAKA
1. Praja MH, Oktarlina RZ, “Daun Petai Cina (Leucaena Leucocephala) Sebagai
Antiinflamasi dalam Pengobatan Luka Bengkak”, Majority, Vol.5, no.5, 2016
2. Fitrian Ahyana, Bashori Achgmad,”Efek Angiogenesis Gel Ekstrak Daun Petai
Cina (Leucaena Leucocephala) pada Luka Insisi Tikus”, Jurnal Biasains
Pascasarjana, Vo.20,2018
3. Alumni STKIP-PGRI Lubuk linggau, Dosen STKIP-PGRI Lubuk linggau,
“Pengaruh Larutan Daun Petai Cina (Leucaena Leucocephala) terhadap
Penyembuhan Luka Sayat pada Mencit (Mus Musculus)”
4. Eritriana ER,Dkk,”Efektivitas Ekstrak Daun Lamtoro (Leucaena
Leucocephala) sebagai Alternatif Penyembuhan Luka Abrasi”, Jurnal
Penelitian Kesehatan Suara Forikes”, Vol.10, No.4, 2019
5. Chrisdianne Maria,Dkk,”Studi Komparatif Efektivitas Pemberian Ekstrak Daun
Lamtoro (Leucaena Leucocephala) dan Salep Gentamisin Terhadap
Penyembuhan Luka Sayat Kulit Mencit (Mus Musculus),Cendana Medical
Journal, Edisi.18, No.3,2019
6. Rohmah SN,Dkk,”Efektivitas Daun Petai Cina (Leucaena Leucocephala) dan
Daun Jarak Pagar (Jatropha Curcas) Terhadap Proses Penyembuhan Luka Bakar
Grade II pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus)”, Jurnal Ilmu Keperawatan,
Vol.4, No.1, 2016
7. Kurnianto S,Dkk, “Daun Petai Cina (Leucaena Leucocephala) sebagai
Intervensi Keperawatan komplementer dalam Mempercepat Penyembuhan
Luka Bakar : A Literatur Review
8. Manapode YS,Dll,” Uji Efektivitas Sediaan Krim Ekstrak Daun Petai Cina
(Leucaena Leucocephala) terhadap luka Bakar pada Kelinci (Orytolagus
Cuniculus)”, Jurnal Ilmiah Farmasi, Vol.5, No.3, 2016
9. Kurnianto,Dkk,”Penyembuhan Luka Bakar pada Tikus Putih dengan
Menggunakan Ekstrak Daun Pegagan (Centella Asiatica) 25% dan ekstrak
Daun Petai Cina (Leucaena Leucocephala) 30%
10. Anggriani, N. 2008.Uji Efek Antiinflamasi Akut Ekstrak Daun Jarak Pagar
(Jatropha curcas L.) Pada Tikus Putih. Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas
Katolik Widya Mandala, Surabaya.
11. Amirah, S., R. Kosman & R. N. Y. 2014. Uji Efek Anti-Inflamasi Ekstrak N-
Butanol Dan Etil Asetat Daun Petai Cina (Leucaena Leucocephala (Lamk.)De
Wit) Pada Mencit Jantan (Mus Musculus) Yang Diinduksi Dengan
Karagen.Bionature Journal 15 (2).

Anda mungkin juga menyukai