Anda di halaman 1dari 25

KEPERAWATAN GERONTIK

LOGBOOK
TUTOR KASUS 1

Dosen Pembimbing :
Ns. Nurlinawati, S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh :

ALDA AFRILA GANI


G1B118060

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN AJARAN 2021/2022
KASUS TUTOR 1
Bertambahnya UHH menjadi 72 tahun pada tahun 2014 maka jumlah penduduk
lansia akan meningkat. Lansia akan mengalami proses menua, hal ini merupakan
alami dengan konsekuensi timbulnya masalah fisik dan psikososial. Agar lansia
bisa mencapai kehidupan sehat, mandiri, dan produktif di usia senja maka
dibutukan cabang ilmu Gerontologi, geriatrik, dan keperawatan gerontik yang
bertujuan meningkatkan kemandirian Activity Daily Living (ADL) dengan upaya
promotif, preventif, dan rehabilitatif. Perawat gerontik memiliki peran dan fungsi
yaitu sebagai care provider, advocat, educator, counselor, motivator, case
mananger, consultant, researcher dan collaborator.

STEP 1
Identifikasi Istilah
1. Gerontologi
2. Geriatrik
3. Care Provider
4. ADL
5. UHH

Jawab :

1. - Gerintologi adalah studi ilmiah tentang efek penuaan dan penyakit


berhubungan dengan penuaan pada manusia.

-Ilmu geriontologi ilmu yang mempelajari aspek penuaan dari segi


fisik,mental,sosial,dan juga kaitannya dengan teknologi.

2. - Gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada


ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang bersifat konprehensif terdiri dari bio-
psiko- sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut
usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat (UU RI No.38 tahun 2014). Pengertian lain dari keperawatan
gerontik adalah praktek keperawatan yang berkaitan dengan penyakit pada
proses menua (Kozier, 1987)

Geriatri merupakan salah satu cabang dari geronologi dan medis yang
mempelajari khusus aspek kesehatan dari lanjut usia, baik yang ditinjau dari
segi promotif, preventuf, kuratif maupun rehabilitatif yang mecakup
kesehatan badani, jiwa dan sosial, serta penyakit cacat (Artinawati, 2014)

3. Pemberi asuhan (care provider) Ini adalah peran perawat yang utama, yakni
memberi pelayanan perawatan pada pasien yang membutuhkan sesuai dengan
prinsip dan etika perawat. Sebagai care provider, perawat dapat memberi
bantuan fisik maupun psikologis bagi pasien, agar kondisi kesehatannya
membaik.
4. ADL (Activity of Daily Living) adalah aktivitas pokok bagi perawatan diri.
ADL(Activity of Daily Living) meliputi antara lain ke toilet, makan,
berpakaian, berpindah tempat dan mandi (Ediwati, 2013).
5. UHH adalah umur harapan hidup.

Umur harapan hidup yang merupakan salah satu indikator derajat kesehatan
dan kualitas hidup masyarakat, dengan adanya peningkatan umur harapan
hidup saat lahir dapat diindikasikan adanya keberhasilan pembangunan pada
sektor kesehatan.

STEP 2

Identifikasi Masalah

1. Bagamaina peran perawat sebagai care provider?


2. Apa perbedaan dari ilmu gerontologi, geriatrik, dan keperawatan gerontik ?
3. Bagaimana penerapan peran perawat pada fungai perawat gerontik? Jelaskan
contohnya?
4. Jelaskan apa saja upaya promotif dan preventif dalam upaya peningkatan
kemandirian ADL pada lansia! Apa saja tanda" penuaan pada lansia?
5. Dalam proses penuaan ,bagaimana seorang perawat dalam mencegah
penyakit pada lansia?dengan melakukan pemeriksaan apa dalam mendeteksi
sedini mungkin bila terjadi penyakit!

STEP 3

Analisa Masalah

1. Dalam perannya sebagai care provider, perawat bertugas untuk :

 Memberi kenyamanan dan rasa aman bagi klien


 Melindungi hak dan kewajiban klien agar tetap terlaksana dengan
seimbang
 Memfasilitasi klien dengan anggota tim kesehatan lainnya
 Berusaha mengembalikan kesehatan klien

Peran perawat yang utama, yakni memberi pelayanan perawatan pada


pasien yang membutuhkan sesuai dengan prinsip dan etika perawat.
Sebagai care provider, perawat dapat memberi bantuan fisik maupun
psikologis bagi pasien, agar kondisi kesehatannya membaik.

2. Gerontologi, adalah cabang ilmu yang membahas tentang proses penuaan


atau masalah yang timbul pada orang lansia. Sedangkan geriatri berarti
berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada lansia.
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang bersifat konprehensif
terdiri dari bio-psikososio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada
klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.

3. Peran dan fungsi perawat gerontik :

 Sebagai care giver atau pemberi asuhan keperawatan secara langsung


 Sebagai pendidik klien lansia
 Sebagai motivator klien lansia
 Sebagai advokasi klien lansia
 Sebagai konselor atau memberi konseling pada klien lansia.

Penerapan peran perawat :

1) Peran perawat dalam lingkungan psikososial


 Aspek sosial dari kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan saling
berhubungan secara komplek.
 kontak interpersonal yang penuh arti, hubungan, harga diri, otonomi,
menentukan nasib sendiri, jarak pribadi dan privasi juga diperlukan
memberikan dukungan pertumbuhan dan kemandirian fungsinya
2) Peran perawat dalam lingkungan fisik

 menyediakan fasilitas lingkungan fisik yang hangat, terang, dapat


menstimulasi sendiri pada perawatan panjang
 kemudahan mengakses kelengkapan fasilitas keamanan fasilitas dan
pembagian kamar.

4. Upaya promotif
Upaya untuk menggairahkan semangat hidup dan meningkatkan derajat
kesehatan lansia. Kegiatannya berupa:

 Penyuluhan kesehatan
 Bimbingan rohani pada lansia
 Rekreasi
 Kegiatan lomba antar lansia di dalam atau antar panti werdha.
 Penyebarluasan informasi tentang kesehatan lansia di panti maupun
masyarakat luas melalui berbagai macam media.

Upaya preventif

Upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit-penyakit


yang disebabkan oleh proses penuaan dan komplikasinya. Kegiatannya
adalah sebagai berikut:
 Pemeriksaan berkala yang dapat dilakukan dipanti oleh petugas
kesehatan yang datang ke panti secara periodik atau di Puskesmas
dengan menggunakan KMS lansia.
 Penjaringan penyakit pada lansia, baik oleh petugas kesehatan di
puskesmas maupun petugas panti yang telah dilatih dalam
pemeliharaan kesehatan lansia.
 Pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas
panti yang menggunakan buku catatan pribadi.
 Melakukan olahraga secara teratur
 Mengelola diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai dengan
kondisi kesehatannya masing-masing.
 Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
 Mengembangkan kegemarannya agar dapat mengisi waktu dan tetap
produktif.
 Melakukan orientasi realita, yaitu upaya pengenalan terhadap
lingkungan sekelilingnya agar lansia dapat lebih mampu
mengadakan hubungan dan pembatasan terhadap waktu, tempat, dan
orang secara optimal.

Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan fungsional pada lansia


adalah dengan senam lansia, karena manfaat senam lansia bagi
kesehatan adalah sebagai upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Manfaat tersebut ditinjau secara fisik, psikis dan sosial.
Manfaat fisik senam lansia menjaga tekanan darah tetap stabil,
meningkatkan daya tahan tubuh, menjaga berat badan ideal,
menguatkan tulang dan otot, meningkatkan kelenturan tubuh dan
meningkatkan kebugaran.

5. Tanda penuaan yang sangat khas adalah rambut yang beruban, kulit keriput
karena usia bertambah tua, rambut rontok pada lansia, mudah lupa, dan
berbagai risiko penyakit lansia yang semakin meningkat. Orang yang
bertambah tua, lebih mungkin memiliki hipertensi, penyakit jantung,
osteoporosis, atau kadar kolesterol tinggi. Ini karena pembuluh darah jantung
yang berkurang fleksibilitasnya, penumpukan plak akibat kolesterol, dan
kepadatan tulang yang menurun.
Selain itu;

 sulit tidur
 merasa kurang bertenaga
 punggung tangan keriput
 rambut rontok dan beruban
 mata mulai lelah

6. Periksa TTD, cek kolesterol secara berkala, mengatur porsi makan dan yang
mengandung karbohidrat 3x sehari, mengatur aktivitas dan istirahat dan tidur
1-6 jam.
STEP 4
MIND MAPPING

Bertambah UHH

Penduduk lansia akan meningkat

Timbul masalah fisik dan


Psikososial

Ilmu Gerontologi, Geriatrik, dan


Kep Gerontik

Meningkatnya ADL

Upaya Promotif, Prefentif &


Rehabilitatif

Peran dan Fungsi perawat


Gerontik

“Konsep Dasar Keperawatan


Gerontik”
STEP 5
Learning Objective
-
STEP 6
Belajar Mandiri
1. Definisi Keperawatan Gerontik
Keperawatan gerontik adalah salah satu bentuk pelayanan profesionalyang
didasarkan lmu dan kiat keperawatan gerontik yang berbentuk Biopsikososial
spiritual yang komperhensip, ditujukan pada lanjut usia baik sehat maupun sakit
pada tingkatan individu, keluarga, kelompok/pantiatau masyarakat. Menua atau
menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. 
Proses  menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.Menjadi tua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah  melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua.  Tiga tahap berbeda, baik secara
biologis maupun secara psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya : kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak
proporsional.
WHO dan undang-undang No 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
pada Bab I pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia
permulaan tua.  Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan
luar tubuh yang berakhir dengan kematian. Dalam buku ajar Geriatri, Prof. Dr. R.
Boedhi Darmojo dan Dr.H.hadi Martono (1994) mengatakan  bahwa “ menua “
(menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia secara
bertahap/perlahan mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ.  Kondisi ini
dapat memengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia, termasuk kehidupan
seksualnya. Proses menua merupakan  proses yang terus menerus /berkelanjutan
secara alamiah dan umumnya di alami oleh semua makhluk hidup. Misalnya
dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot susunan saraf, dan jaringan
lain,hingga tubuh “ mati“ sedikit demi sedikit.
Kecepatan proses menua pada setiap individu pada organ tubuh tidak sama.
Adakalanya seseorang belum tergolong lanjut usia / masih muda, tetapi telah
menunjukan kekurangan yangMencolok (Deskripansi).  Adakalanya pula orang
telah tergolong lanjut usia, tetapi penampilannyua masih sehat, segar bugar, dan
badan tegap.  Walaupun demikian harus diakui ada beberapa penyakit yang
sering dialami lanjut usia.  Manusia secara lambat dan progresif  akan kehilangan
daya tahan terhadap infeksi,  dan akan menempuh semakin banyak distorsi
meteoritic dan structural  yang disebut sebagai penyakit degeneratif. Misalnya
hipertensi, arteriosclerosis,  diabetes mellitus, dan kanker, yang akan  
menyebabkan berakhir hidup dengan episode terminal yang dramatis, misalnya
stroke,  infark miokard,  koma asidotik, kanker metastasis, dan sebagainya.
2. Tujuan Keperawatan Gerontik
Adapun tujuan dari gerontologi adalah (Maryam, 2008):
1. Membantu individu lanjut usia memahami adanya perubahan pada dirinya
berkaitan dengan proses penuaan
2. Mempertahankan, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan lanjut
usia baik jasmani, rohani, maupun social secara optimal
3. Memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan lanjut usia
4. Memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari-hari
5. Mengembalikan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
6. Mempercepat pemulihan atau penyembuhan penyakit
7. Meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia
dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, sesuai dengan
keberadaannya dalam masyarakat
Tujuan dari geriatrik menurut Maryam (2008) adalah sebagai berikut:
1. Mempertahankan derajat kesehatan pada lanjut usia pada taraf yang
setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan akticitas fisik dan mental
3. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan
menegakkan diagnosis yang tepat dan dini bila mereka menemukan
kelainan tertentu
4. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lanjut usia yang menderita
suatu penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan
yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian
secara maksimal)
5. Bila para lanjut usia sudah tidak dapat disembuhkan dan bila mereka
sudah sampai pada stadium terminal, ilmu ini mengajarkan untuk tetap
memberi bantuan yang simpatik dan perawatan dengan penuh pengertian
(dalam akhir hidupnya, memberi bantuan moral dan perhatian yang
maksimal sehingga kematiannya berlangsung dengan tenang).
Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia,
mempertahankan fungsi tubuh, serta membantu lansia menghadapi kematian
dengan tenang dan damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik
(Maryam, 2008).
3. Fungsi perawat gerontik
Perawat memiliki banyak fungsi dalam memberikan pelayanan prima
dalam bidang gerontik. Menurut eiopoulus (2005), fungsi dari perawat
gerontologi adalah :
1. Guide persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing
orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat)
2. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua)
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same (menghormati
hakorang yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang
sama)
4. Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan
mendorong kualitas pelayanan)
5. Notice and reduce risks to health and well being (memerhatikan serta
menguragiresiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan)
6. Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi
pelayanankesehatan)
7. Open channels for continued growth (membuka kesempatan untuk
pertumbuhan selanjutnya)
8. Listen and support (mendengarkan dan member dukungan)
9. Offer optimism encouragement and hope (memberikan semangat,
dukungan, dan harapan)
10. Generate,support,use,and participate in research (menghasilkan, mendukung
menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian)
11. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality
(membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya)
12. understand the unique physical, emotical,social,spiritual aspect of each
other (saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, social, dan
spiritual)
13. Recogni$e and encourage the appropriate management of ethical concern
(mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya
bekerja) support and comfort through the dying process (memberikan
dukungan dakenyamanan dalam menghadapi proses kematian)
14. Educate to promote self care and optimal independence (mengajarkan untuk
meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal)

4. Peran Perawat Gerontik


a. provider of care Perawat klinis melakukan perawatan langsung kepada
klien, baik di rumah sakit dengan kondisi akut, rumah perawatan, dan
fasilitas perawatan jangka panjang. Lansia biasanya memiliki gejala yang
tidak la8im yang membuat rumit diagnose dan perawatannya. Maka perawat
klinis perlu memahami tentang proses penyakit dan sindrom yang biasanya
muncul di usia lanjut termasuk faktor resiko, tanda dan gejala, terapi
medikasi, rehabilitasi, dan perawatan di akhir hidup.
b. Peneliti Level yang sesuai untuk melakukan penelitian adalah level 5 atau
baccalaureate level. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas perawatan
klien dengan metode evidence based practice. Penelitian dilakukan dengan
mengikuti literature terbaru, membacanya, dan mempraktekkan penelitian
yang dapat dipercaya dan valid. 5edangkan perawat yang berada pada level
undergraduate degrees dapat ikut serta dalam penelitian seperti membantu
melakukan pengumpulan data.
c. Manajer Perawat harus memiliki keahlian dalam kepemimpinan,
manajemen waktu, membangun hubungan, komunikasi, dan mengatasi
perubahan. Sebagai dalam mengembangkan dan melaksanakan program
perawatan khusus dan protocol untuk orang tua di rumah sakit. Perawat
gerontik berfokus pada peningkatan kualitas perawatan dan kualitas hidup
yang mendorong perawat menerapkan perubahan inovatif dalam pemberian
asuhan keperawatan di panti jompo dan setting perawatan jangka panjang
lainnya.
d. Advokat Perawat membantu lansia dalam mengatasi adanya ageism yang
sering terjadi di masyarakat. Ageism adalah diskriminasi atau perlakuan
tidak adil berdasarkan umur seseorang. seringkali para lansia mendapat
perlakuan yang tidak adil atau tidak adanya kesetaraan terhadap berbagai
layanan masyarakat termasuk pada layanan kesehatan. 0amun, perawat
gerontology harus ingat bahwa menjadi advokat tidak berarti membuat
keputusan untuk lansia, tetapi member kekuatan mere ka untuk tetap
mandiri dan menjaga martabat, meskipun di dalam situasi yang sulit.
e. Edukator Perawat harus mengambil peran pengajaran kepada lansia,
terutama sehubungan dengan modifikasi dalam gaya hidup untuk mengatasi
konsekuensi dari gejala atipikal yang menyertai usia tua. Perawat harus
mengajari para lansia tentang pentingnya pemeliharaan berat badan,
keterlibatan beberapa jenis kegiatan fisik seperti latihan dan manajemen
stres untuk menghadapi usia tua dengan kegembiraan dan kebahagiaan.
Perawat juga harus mendidik lansia tentang cara dan sarana untuk
mengurangi risiko penyakit seperti serangan jantung, stroke, diabetes,
alzheimer,dementia, bahkan kanker.
f. Motivator Perawat memberikan dukungan kepada lansia untuk memperoleh
kesehatan optimal, memelihara kesehatan, menerima kondisinya. Perawat
juga berperan sebagai inovator yakni dengan mengembangkan strategi
untuk mempromosikan keperawatan gerontik serta melakukan riset
penelitian untuk mengembangkan praktik keperawatan gerontik.
g. Manajer kasus Manajemen kasus adalah metode intervensi lain yang dapat
mengurangi penurunan fungsional klien lansia berisiko tinggi dirawat di
rumah sakit. -mumnya, manajemen kasus disediakan bagi klien yang
mendapatkan berbagai perawatan yang berbeda.
5. Praktik dan Pendidikan Keperawatan Gerontik
1. Melakukan pra interaksi sehingga terbina dan terpelihara hubungan
terapeutik antara perawat dan klien.
2. Mengkaji status kesehatan klien meliputi riwayat keperawatan, pemeriksaan
fisik dan hasil diagnostic.
3. Merumuskan rencana keperawatan (masalah keperawatan, diagnosa
keperawatan, tuijuan / kriteria hasil dan tindakan keperawatan ) dalam
meningkatkan kesehatan klien lanjut usia.
4. Merawat klien lanjut usia dengan masalah kesehatan pada system
pernafasan, kardiovaskular, perkemihan, mobilisasi, persyarafan (multi
patologis), masalah hubungan social dan cultural, masalah psikologis,
masalah konsep diri, maupun melakukan perawatan menjelang ajal pada
lanjut usia.
5. Melaksanakan tindakan – tindakan keperawatan yang sesuai dan tepat
berdasarkan kondisi klien.
6. Memberikan pendidikan kesehatan pada lansia dan keluarga dengan tepat.
7. Menggunakan upaya prevensi primer, sekunder, tertier dalam tindakan
keperawatan.
8. Menggunakan berbagai sumber daya, kerjasama antar disiplin, kemampuan
keluarga and fasilitas kesehatan dimasyarakat dalam melaksanakan tindakan
keperawatan.
9. Mengevaluasi asuhan keperawatan berdasarkan pada hasil yang diharapkan
dan melakukantindak lanjut.
10. Mendokumentasikan proses keperawatan yang telah dilakukan.

6. Strategi Pendidikan untuk Menyesuaikan Efek Fisik Penuaan


Strategi pendidikan untuk menyesuaikan efek fisik penuaan dapat dilakukan
dengan upaya promotif dan upaya preventif diantaranya :
a. Upaya promotif
Upaya untuk menggairahkan semangat hidup dan meningkatkan
derajat kesehatan lansia agar tetap berguna, baik bagi dirinya, keluarga,
maupun masyarakat. Kegiatannya berupa:
1) Penyuluhan kesehatan danatau pelatihan bagi petugas panti mengenai
hal-hal: Masalah gizi dan diet, perawatan dasar kesehatan,
keperawatan kasus darurat, mengenal kasus gangguan jiwa, olahraga,
teknik-teknik berkomunikasi.
2) Bimbingan rohani pada lansia, kegiatannya antara lain :Sarasehan,
pembinaan mental dan ceramah keagamaan,pembinaan dan
pengembangan kegemaran pada lansia di panti werdha.
3) Rekreasi
4) Kegiatan lomba antar lansia di dalam atau antar panti werdha.
5) Penyebarluasan informasi tentang kesehatan lansia di panti maupun
masyarakat luas melalui berbagai macam media.
b. Upaya preventif
Upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit-
penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan dan komplikasinya.
Kegiatannya adalah sebagai berikut:
1) Pemeriksaan berkala yang dapat dilakukan dipanti oleh petugas
kesehatan yang datang ke panti secara periodik atau di Puskesmas
dengan menggunakan KMS lansia.
2) Penjaringan penyakit pada lansia, baik oleh petugas kesehatan di
puskesmas maupun petugas panti yang telah dilatih dalam
pemeliharaan kesehatan lansia.
3) Pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas
panti yang menggunakan buku catatan pribadi.
4) Melakukan olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan dan
kondisi masingmasing.
5) Mengelola diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai dengan
kondisi kesehatannya masing-masing.
6) Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
7) Mengembangkan kegemarannya agar dapat mengisi waktu dan tetap
produktif.
8) Melakukan orientasi realita, yaitu upaya pengenalan terhadap
lingkungan sekelilingnya agar lansia dapat lebih mampu mengadakan
hubungan dan pembatasan terhadap waktu, tempat, dan orang secara
optimal.

7. Lingkup Peran dan Tanggung jawab peran perawat gerontic


Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua
macam, yaitu peran secara umum dan peran spesialis. Peran secara umum yaitu
pada berbagai setting, seperti rumah sakit, rumah, nursing home, komunitas,
dengan menyediakan perawatan kepada individu dan keluarganya (Hess,
Touhy, & Jett, 2005). Perawat bekerja di berbagai macam bentuk pelayanan dan
bekerja sama dengan para ahli dalam perawatan klien mulai dari perencanaan
hingga evaluasi. Peran secara spesialis terbagi menjadi dua macam yaitu
perawat gerontik spesialis klinis/gerontological clinical nurse specialist (CNS)
dan perawat gerontik pelaksana/geriatric nurse practitioner (GNP). Peran CNS
yaitu perawat klinis secara langsung, pendidik, manajer perawat, advokat,
manajemen kasus, dan peneliti dalam perencanaan perawatan atau
meningkatkan kualitas perawatan bagi klien lansia dan keluarganya pada setting
rumah sakit, fasilitas perawatan jangka panjang, outreach programs, dan
independent consultant. Sedangkan peran GNP yaitu memenuhi kebutuhan
klien pada daerah pedalaman; melakukan intervensi untuk promosi kesehatan,
mempertahankan, dan mengembalikan status kesehatan klien; manajemen
kasus, dan advokat pada setting klinik ambulatori, fasilitas jangka panjang, dan
independent practice.

8. Tanggung jawab Perawat Gerontik


a. Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal
b. Membantu klien lansia untuk memelihara kesehatannya • Membantu klien
lansia menerima kondisinya
c. Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara
manusiawi sampai dengan meninggal.

9. Sifat Pelayanan Keperawatan Gerontik


a. Independent ( Layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri )
Independent / mandiri artinya asuhan keperawatan dilakukan secara
mandiri oleh profesi keperawatan dalam membantu lanjut usia dalam
pemenuhan kebutuhan dasar lanjut usia.
b. Interdependent
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan di antara tim satu dengan lainnya. Fungsi ini dapat terjadi
apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian
pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita
yang mempunyai penyakit kompleks.
c. Humanistik ( Secara manusiawi )
Humanistik artinya didasarkan nilai-nilai kemanusiaan dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap lansia. Contoh perilaku yang
manusiawi adalah empati, simpati, terharu, dan menghargai kehidupan.
Humanisme ini mendapat tempat yang khusus ndalam keperawatan.
d. Holistik ( Secara keseluruhan )
Holistik lanjut usia merupakan bagian masyarakat dan keluarga
sehingga asuhan keperawatan gerontik harus memperhatikan aspek social
budaya keluarga dan masyarakat. Holistik merupakan salah satu konsep
yang mendasari tindakan keperawatan yang meliputi dimensi fisiologis,
psikologis, sosiokultural, dan spiritual.

10. Model Keperawatan Gerontik Menurut Ahli


a. Model Konseptual Adaptasi Callista Roy
Model adaptasi Roy merupakan salah satu teori keperawatan yang berfokus
pada kemampuan adaptasi klien terhadap stressor yang dihadapinya. Dalam
penerapannya Roy menegaskan bahwa individu adalah makhluk
biopsikososial sebagai satu kesatuan utuh yang memiliki mekanisme
koping untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Roy
mendefinisikan lingkungan sebagai semua yang ada di sekeliling kita dan
berpengaruh pada perkembangan manusia. Sehat adalah suatu keadaan atau
proses dalam menjaga integritas diri, respon yang menyebabkan penurunan
integritas tubuh menimbulkan adanya suatu kebutuhan dan menyebabkan
individu berespon terhadap kebutuhan tersebut melalui upaya atau prilaku
tertentu. Menurutnya peran perawat adalah membantu pasien beradaptasi
terhadap perubahan yang ada.
b. Model Konseptual Human Being Rogers
Marta Rogers (1992) mengungkapkan metaparadigma lansia. Dia
menyajikan lima asumsi tentang manusia. Setiap manusia diasumsikan
sebagai kesatuan yang dengan individualitas. Manusia secara kontinyu
mengalami pertukaran energi dengan lingkungan. Manusia mampu
abstraksi, citra, bahasa, pikiran, sensasi, dan emosi. Manusia diidentifikasi
dengan pola dan mewujudkan karakteristik dan perilaku yang berbeda dari
bagian dan yang tidak dapat diprediksi dengan pengetahuan tentang bagian
- bagiannya.
c. Model Konseptual Keperawatan Neuman
Neuman menyatakan bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara
utuh dan keperawatan adalah sebuah profesi yang unik yang
mempertahankan semua variabel yang mempengaruhi respon klien
terhadap stressor. Melalui penggunaan model keperawatan dapat
membantu individu, keluarga dan kelompok untuk mencapai dan
mempertahankan level maksimum dari total wellness. Keunikan
keperawatan adalah berhubungan dengan integrasi dari semua variabel
yang mana mendapat perhatian dari keperawatan . Neuman (1981)
menyatakan bahwa dia memandang model sebagai sesuatu yang berguna
untuk semua profesi kesehatan dimana mereka dan keperawatan mungkin
berbagi bahasa umum dari suatu pengertian. Neuman juga percaya bahwa
keperawatan dengan perspektif yang luas dapat dan seharusnya
mengkoordinasi pelayanan kesehatan untuk pasien supaya fragmentasi
pelayanan dapat dicegah.
d. Model Konseptual Keperawatan Henderson
Fokus keperawatan pada teori Henderson adalah klien yang memiliki
keterikatan hidup secar individual selama daur kehidupan, dari fase
ketergantungan hingga kemandirian sesuai dengan usia, keadaan, dan
lingkungan. Perawat merupakan penolong utama klien dalam
melaksanakan aktivitas penting guna memelihara dan memulihkan
kesehatan klien atau mencapai kematian yang damai. Bantuan ini diberikan
oleh perawat karena kurangnya pengetahuan kekeuatan, atau kemauan
klien dalam melaksanakan 14 komponen kebutuhan dasar.
e. Model Konseptual Budaya Leininger
Model konseptual Leininger sering disebut sebagai Trancultural Nursing
Theory atau teori perawatan transkultural. Pemahaman yang benar pada diri
perawat mengenai budaya klien, baik individu, keluarga, kelompok,
maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture shock atau culture
imposition. Culture shock terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba
mempelajari atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya
tertentu (klien). Klien akan merasakan perasaan tidak nyaman, gelisah dan
disorientasi karena perbedaan nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan.
Sedangkan culture imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan
(perawat), baik secara diam-diam maupun terang-terangan, memaksakan
nilai-nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya
kepada individu, keluarga, atau kelompok dari budaya lain karena mereka
meyakini bahwa budayanya lebih tinggi daripada budaya kelompok lain.
f. Model Konseptual Perilaku Johnson
Teori Dorothy Johnson tentang keperawatan (1968) berfokus pada
bagaimana klien beradaptasi terhadap kondisi sakitnya dan bagaimana
stress actual atau potensial dapat mempengaruhi kemampuan beradaptasi.
Tujuan dari keperawatan adalah menurunkan stress sehingga klien dapat
bergerak lebih mudah melewati masa penyembuhannya (Johnson, 1968).
Teori Johnson berfokus pada kebutuhan dasar yang mengacu pada
pengelompokkan perilaku berikut:
a) Perilaku mencari keamanan
b) Perilaku mencari perawatan
c) Menguasai diri sendiri dan lingkungan sesuai dengan standar
internalisasi prestasi
d) Mengakomodasi diet dengan cara yang diterima secar sosial dan
cultural
e) Mengeluarkan sampah tubuh dengan cara yang diterima secara
sosial dan cultural
f) Perilaku seksual dan identitas peran
g) Perilaku melindungi diri sendiri
Menurut Johnson, perawat mengkaji kebutuhan klien berdasarkan
kategori perilaku diatas, yang disebut subsistem perilaku. Dalam kondisi
normal klien berfungsi secara efektif didalam lingkungannya.Akan tetapi
ketika stres mengganggu adaptasi normal, perilaku klien menjadi tidak
dapat diduga dan tidak jelas.Perawat mengidentikasi ketidakmampuan
beradaptasi seperti ini dan memberikan asuhan keperawatan untuk
mengatasi masalah dalam memenuhi kebutuhan tersebut.

g. Model Konseptual Self Care Orem


Konsep keperawatan Orem mendasari peran perawat dalam memenuhi
kebutuhan klien untuk mencapai kemandirian dan kesehatan yang optimal.
a) Teori Self care deficit
Inti dari teori ini menggambarkan manusia sebagai penerima
perawatan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan dirinya
dan memiliki berbagai keterbatasan-keterbatasan dalam mencapai taraf
kesehatannya.
b) Teori Self care
Ketika klien tidak mampu melakukan perawatan dirinya sendiri maka
deficit perawatan diri terjadi dan perawat akan membantu klien untuk
melakukan tugas perawatan dirinya
c) Teori nursing system
Perawat menentukan, mendesain, dan menyediakan perawatan yang
mengatur kemampuan individu dan memberikannya secara terapeutik
sesuai dengan tiga tingkatan

11. Batasan Umur Lanjut Usia


Menurut pendapat berbagai ahli dalam Nugroho (2010), batasan-
batasan umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut :
1) Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam bab 1 pasal 1 ayat
2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai 60 tahun ke
atas”.
2) Menurut World Health Organizazion (WHO), usia lanjut dibagi menjadi
empat kriteria berikut : seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila
usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatupenyakit, namun merupakan
tahap lanjut dari suatu proses 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74
tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old)
ialah di atas 90 tahun.
3) Menurut Dra. Jos Madani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu
pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase verilities) ialah 40-
55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase
senium) ialah 65 hingga tutup usia.
4) Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, masa lanjut usia (geriatric
age) yaitu >65 tahun atau 7 tahun. Masa lanjut usia itu sendiri dibagi
menjadi tiga batasan umur yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80
tahun) dan old-old (>80 tahun)

Menurut Pinem (2009) dalam Harahap (2013), seseorang dikatakan usia


lanjut apabila telah berumur 60 tahun ke atas. Diantara usia lanjut yang
berumur 60 tahun ke atas dikelompokkan menjadi tiga yang terdiri dari :
young old (60-69), old (70-79 tahun) dan old-old (80 tahun ke atas).

12. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia


Menurut Maryam (2011), perubahan yang terjadi pada lansia meliputi :
1. Perubahan Fisik
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia meliputi perubahan dari
tingkat sel sampai sistem organ tubuh yaitu sistem persyarafan,
pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan temperatur
tubuh, gastrointestinal, respirasi, genitourinaria, endokrin integumen
muskuloskeletal.
2. Perubahan Mental
Lansia secara umum akan mengalami penurunan fungsi kognitif
dan psikomotor. Faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu :
perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan, dan
lingkungan. Segi mental emosional lansia sering muncul perasaan
pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, adanya kekacauan
mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut
ditelantarkan karena tidak berguna lagi.
3. Perubahan Psikososial
Reaksi lansia terhadap masalah yang muncul sangat beragam,
tergantung kepada kepribadian individu yangbersangkutan. Masalah yang
akan muncul adalah pensiun. Apabila seseorang telah mengalami pensiun,
maka ia akan kehilangan teman, pekerjaan, dan status. Lansia merasakan
atau sadar akan kematia nnya, sehingga lansia menimbulkan perasaan
cemas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2011). Konsep Dasar Keperawatan Gerontik. Diakses pada tanggal 23
Oktober 2012 dari http://ebookbrowse.com/konsep-dasar-keperawatan-
gerontik-doc-d189511678

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

Samsun, Ahmad. (2011). Keperawatan Gerontik. Diakses pada tanggal 22 Oktober


2012 dari http://id.scribd.com/doc/57506594/Makalah-Keperawatan-Gerontik-i

Sri, Nina. (2010). Keperawatan Dasar. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2012 dari
http://cheezabluesecret.multiply.com/journal

NANDA, 2014. North American Nursing Diagnosis Association, Nursing Diagnosis,


Definition dan Classification 2015-2017. Pondicherry, India.

Sarif La Ode. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik Berstandar Nanda, NIC, NOC,
Dilengkapi dengan Teori dan Contoh Kasus Askep. Jakarta: Nuha
MedikAnonim. (2011). Konsep dasar keperawatan Gerontik .diakses pada
tanggal 23 oktober-dasar-keperawatan-gerontik-doc-d189511678

Anda mungkin juga menyukai