DOSEN PENGAMPU :
YUS NILAWATI,S.Kep.,M.Kep.
DISUSUN OLEH
FAJAR : G1B118061
Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat, karunia
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN RDS (RESPIRATORY DISTRESS SYNDROM)” ini
dengan baik. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas dari mata kuliah keperawatan anak 1 oleh ibu
Yusnila wati S.Kep,Ns,M.Kep
Saya menyadari atas kekurangan dalam pembuatan makaah ini, sehingga akan menjadi suatu
kehormatan besar bagi saya apabila mendapatkan kritikan dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan makalah ini.
Demikian akhir kata dari saya, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan menambah
wawasan bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN......................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Tujuan........................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Konsep Teoritis.........................................................................................
B. Asuhan Keperawatan.................................................................................
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSATAKA................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan pernapasan yang sering ditemukan pada bayi baru lahir (BBL) termasuk
Respiratory Distress Syndrome (RDS) atau Idiopatic Respiratory Distress Syndrome (IRDS) yang
terdapat pada bayi premature. Sindrom gawat nafas pada neonatus (SGNN) dalam bahasa inggris
disebut respiratory distress syndrome, merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau
hiperkapnea. Sindrom ini dapat trerjadi karena ada kelainan di dalam atau diluar paru. Oleh
karena itu, tindakannya disesuaikan sengan penyebab sindrom ini. Beberapa kelainan dalam paru
yang menunjukan sindrom ini adalah pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit membram
hialin (PMH), pneumonia, aspirasi, dan sindrom Wilson-Mikity (Ngastiyah, 1999).
Kegawatan pernafasan (Acute Respiratory Distress syndrome) pada anak merupakan
penyebab utama kematian pada bayi baru lahir, diperkirakan 30% dari semua kematian neonatus
disebabkan oleh penyakit ini atau komplikasinya. Penyakit ini terjadi pada bayi prematur,
insidennya berbanding terbalik dengan umur kehamilan dan berat badannya. 60-80% terjadi pada
bayi yang umur kehamilannya kurang dari 28 minggu, 15-30% pada bayi antara 32-36 minggu,
sekitar 3% pada bayi yang lebih dari 37 minggu (http://repository.usu.ac.id).
B. Tujuan
Tujuan penyusun dalam penyusunan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum
dan tujuan khusus, dimana :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan memahami tentang
konsep dasar tentang RDS (Respiratory Distress Sydrom) dan asuhan keperawatan pada bayi
yang benar dengan RDS.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengetahui dan memahami tentang konsep dasar tentang RDS (Respiratory
Distress Sydrom) yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi dan pathways,
manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan
b. Dapat mengidentifikasi konsep asuhan keperawatan yang benar pada bayi dengan RDS
(Respiratory Distress Sydrom) yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, dan
perencanaan keperawatan.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Konsep Teoritis
1. Pengertian
RDS (Respiratory Distress Syndrom) adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi
pada bayi prematur dengan tanda-tanda takipnea (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada
udara kamar, yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak
yang spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi
dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA (Stark,1986).
Sindrom distres pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan
atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai Hyaline
Membrane Disesae (Suryadi dan Yuliani, 2001).
2. Etiologi
Penyebab terjadinya RDS yaitu kurang/tidak adanya surfaktan dalam paru-paru. Namun
terdapat faktor predisposisi, diantaranya :
1) Bayi dari ibu diabetes
2) Persalinan sebelum umur kehamilan 37 minggu
3) Kehamilan multijanin
4) Persalinan SC
5) Persalinan cepat
6) Asfiksia
7) Stress dingin
8) Riwayat bayi sebelumnya terkena RDS
Kekurangan nutrisi
4. Manifestasi Klinis
Menurut Martin, 1999 manifestasi klinis pada bayi yang menderita RDS dantaranya :
a. Kesulitan dalam memulai respirasi normal
b. Dengkingan (grunting) pada saat ekspirasi, diamati pada saat bayi tidak dalam keadaan
menangis (disebabkan oleh penutupan glotis) merupakan tanda/indikasi awal penyakit,
berkurangnya dengkingan mungkin merupakan tanda pertama perbaikan.
c. Refraksi sternum dan interkosta
d. Nafas cuping hidung
b. Sianosis pada udara kamar
c. Respiarasi cepat atau kadang lambat jika sakit parah
d. Auskultasi; udara yang masuk berkurang
e. Edema ekstremitas
f. Pada foto rontgen ditemukan retikulogranular, gambaran bulat-bulat kecil dengan corakan
bronkogram udara.
5. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat RDS yaitu antara lain :
a. Ruptur Alveoli
Bila dicurigai terjadi kebocoran udara (pneumothorak, pneumomediastinum,
pneumopericardium, emfisema intersisiel), pada bayi dengan RDS yang tiba-tiba
memburuk dengan gejala klinis hipotensi, apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis
yang menetap.
b. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang memburuk dan adanya
perubahan jumlah leukosit dan trombositopeni. Infeksi dapat timbul karena tindakan
invasif seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat respirasi.
c. Perdarahan intrakranial dan leukomalasia periventrikular.
Perdarahan intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi
terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
d. PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan komplikasi bayi dengan
RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi surfaktannya
6. Penatalaksanaan
a. Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:
1) Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
2) Furosemiduntuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan caiaran paru
3) Fenobarbital
4) Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen
5) Metilksantin ( teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan untuk pemberhentian
dari pemakaian ventilasi mekanik. (cusson,1992)
Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam pengobatan RDS
adalah pemberian surfaktan eksogen (derifat dari sumber alami misalnya manusia,
didapat dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi bisa juga berbentuk surfaktan buatan).
b. Penunjang/diagnostik
1) Seri rontgen dada, untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi diaphragma dengan
overdistensi duktus alveolar.
2) Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas.
3) Data laboratorium
4) Profil paru :
a) untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan cairan amnion (untuk janin yang
mempunyai predisposisi RDS) Lecitin/Sphingomielin (L/S) ratio 2 : 1 atau lebih
mengindikasikan maturitas paru Phospatidyglicerol : meningkat saat usia gestasi
35 minggu
b) Analisa Gas Darah, PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari 60 mmHg,
saturasi oksigen 92% – 94%, pH 7,31 – 7,45
c) Level pottasium, meningkat sebagai hasil dari release potassium dari sel alveolar
yang rusak.
c. Diit
Makanan peroral sebaiknya tidak diberikan dan bayi diberi cairan intravena yang yang
disesuaikan dengan kebutuhan kalorinya. Pemberian cairan ini bertujuan untuk
memberikan kalori yang cukup, menjaga agar bayi tidak mengalami dehidrasi,
mempertahankan pengeluaran cairan melalui ginjal dan mempertahankan keseimbangan
asam basa tubuh. Dalam 48 jam pertama biasanya cairan yang diberikan terdiri dari
glukosa atau dekstrose 10% dalam jumlah 100 ml/kg BB/hari. Dengan pemberian secara
ini diharapkan kalori yang dibutuhkan (40 kkal/kg BB/hari) untuk mencegah katabolisme
tubuh dapat terpenuhi.
B. Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 Maret 2020 pukul 07.00 WIB pada
bayi Ny.A dengan RDS di ruang Bakung (Perinatologi) RSUD Radden
Mattaher,Jambi. Data pasien didapatkan dari wawancara terhadap keluarga
pasien dan dari data medis pasien.
1. Identitas pasien
Alamat :Telanaipura,Jambi
Agama : Islam
No.RM 780763
2. Penanggung jawab
Nama : Tn. S
Usia : 29 Tahun
Alamat : Telanaipura,Jambi
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan pasien : Orang tua
3. Keluhan Utama
Sesak nafas (+)
7. Riwayat Psikososial
Ny. A sering menengok anaknya keruang Bakung bagian isolasi
neonatus.
8. Riwayat Antenatal
9. Riwayat Natal
Bayi Ny. A lahir pada tanggal 29 Januari 2020 jam 16.00 WIB secara
spontan. Ny. A mengatakan air ketuban sudah keluar sejak sebelum
melahirkan. Ny.A mengatakan umur kehamilannya baru ± 34 minggu,
karena air ketubannya sudah keluar, maka oleh dokter bayi Ny. A harus
segera dikeluarkan.
10. Riwayat Post Natal
a) Apgar Score
APGAR 1 5
0 1 2
SCORE Menit Menit
tidak denyut
100 100 2 2
ada jantung
tidak tak
Baik pernapasan 1 1
ada teratur
lemah sedang Baik tonus otot 1 2
tidak peka
merintih Menangis 0 1
ada rangsang
Merah
biru jambu Merah warna 1 1
putih ujung-2 jambu
biru
jumlah 5 7
c) Lingkar kepala : 30 cm
e) Panjang badan : 40 cm
f) Lingkar dada : 26 cm
g) Lingkar perut : 25 cm
h) Anus : positif
a) Pola pernapasan
Bayi Ny. A memakai pempers dan ditimbang tiap kali ganti pempers.
Bayi Ny. A sudah BAK dan BAB warna hitam lembek (mekonium).
d) Pola Aktivitas dan Istirahat
Ny. A tidak merokok, tidak memiliki kebiasaan untuk diet ketat, Ny. A
tidak memiliki pantangan makanan tertentu ketika hamil, Ny. A tidak
ketergantungan maupun mengonsumsi obat psikotropika maupun
alkohol/minuman keras.
f) Hubungan Psikologis
tangis merintih
Pemeriksaan tibuh :
Kulit : Warna kulit kemerahan degan ekstermitas kebiruan,
tidak ikterus, sianosis, terdapat sedikit lanugo pada dahi
dan sekitar pipi, kulit tipis.
Kepala : Rambut hitam,tipis,Tidak ada lesi, sutura terlihat.
Mata : Sklera mata putih, konjungtiva merah muda.
Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung, lubang hidung 2,
terpasang O2 NCPAP 40 % PEEP 5 l/mnt.
Mulut : Bibir merah, tidak ditemukan stomatitis, mukosa bibir
kering.terpasang OGT.
Telinga : Tidak ada deformitas, lubang telinga bersih, simetris.
Leher : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Thorax : Simetris (kanan kiri sama), tarikan intercosta (+),
retraksi dada (+), dada cekung kebawah (di bawah px),
RR= 68x/menit, ditemukan suara nafas ronki.
Cardio : HR = 184x/menit
12 LYM% 58,3 % 19 – 48
13 MXD% 7,7 % 0 -12
14 NEUT% 34,0- % 40 – 74
15 LYM# 6,8 103/ul 1 – 3,7
16 MXD# 0,9 103/ul 0 – 1,2
16 NEUT# 4,0 103/ul 1,5 – 7
17 Gol Darah O - -
14. Terapi
29-03-2020 :
Infus TPN IL
Injeksi :
Ampicillin-Sulbactam 2x85 mg (hari 2)
Gentamicyn 1x7,5 mg (hari 2)
DATA FOKUS
- takipnea (+),
- sianosis
- KU: Lemah
- RR = 68 x/menit
- Suhu = 36,70 C
- HR = 186 x/menit
- BB:1650gr
- sianosis
- KU: Lemah
- RR = 68 x/menit
- Suhu = 36,70 C
- HR = 186 x/menit
- sianosis
- KU: Lemah
- RR = 68 x/menit
- Suhu = 36,70 C
- HR = 186 x/menit
- BB:1650gr
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih
dan ronchi (-)
Intervensi
Kolaboratif
- BC seimbang
Intervensi Rasional
- Suhu 36,5-37,5 °C
WIB RR : 48 x/Menit
HR : 154 x/menit
DS : -
18.00 3 Mengecek residu lambung, DO : - Residu 1 cc lendir, ASI
DS : -
21.15 1,2,4 Mengukur suhu , RR, HR DO : Suhu : 36,8 0C
WIB RR : 44 x/Menit
HR : 150 x/menit
DS : -
23.00 1 Memberikan terapi O2 DO : - Pasien terpasang headbox
WIB DS : -
Tanggal 3 Mengecek residu lambung, DO : - Residu 0.5 cc lendir
2 dan memasukan sesuai diet bening dibuang, ASI 5
April pasien. cc dimasukan melalui
2020 OGT
03.00 DS : -
WIB
06.00 3 Mengecek residu lambung, DO : - Residu 1,5 cc lendir
WIB RR : 40 x/Menit
HR : 148 x/menit
DS : -
09.00 1 Memberikan terapi O2 DO : - Pasien terpasang headbox
WIB headbox 2 liter/menit 2 liter/menit. Kulit tidak
mengalami sianosis,
Memonitor tanda-tanda akral hangat, warna kulit
sianosis, Memonitor warna kemerahan
kulit DS : -
09.00 1 Memberikan terapi O2 DO : - Pasien terpasang headbox
WIB DS : -
10.15 3 Mengecek residu lambung, DO : - R esidu 1 cc lendir
WIB RR : 48 x/Menit
HR : 154 x/menit
DS : -
18.00 3 Mengecek residu lambung, DO : - Residu 1 cc lendir, ASI
DS : -
21.15 1,2,4 Mengukur suhu , RR, HR DO : Suhu : 36,8 0C
WIB RR : 44 x/Menit
HR : 150 x/menit
DS : -
23.00 1 Memberikan terapi O2 DO : - Pasien terpasang headbox
WIB DS : -
Tanggal 3 Mengecek residu lambung, DO : - Residu 0.5 cc lendir
03 dan memasukan sesuai diet bening dibuang, ASI 5
April pasien. cc dimasukan melalui
2020 OGT
Jam DS : -
03.00
WIB
06.00 3 Mengecek residu lambung, DO : - Residu 1,5 cc lendir
kulit DS : -
WIB DS : -
10.15 3 Mengecek residu lambung, DO : - Residu 1 cc lendir
E. EVALUASI
No Tanggal/jam Dx Evaluasi
1. 04 April 2020 I S: -
- RR=55x/menit
- RR : 55x/m
- HR : 147x/m
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Intervensi
3. 15 Januari 2013 III S:-
12.00 WIB O : - ASI 5 cc masuk melalui OGT
- BB 1400 gram
- Timbang BB / hari
4. 04 April 2020 IV S:-
- RR : 55 x/m
- Suhu : 36.80 C
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom distres pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem
pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS
dikatakan sebagai Hyaline Membrane Disesae. Penyebab terjadinya RDS
yaitu kurang/tidak adanya surfaktan dalam paru-paru. Namun terdapat
beberapa faktor predisposisi, yaitu bayi dari ibu diabetes, persalinan sebelum
umur kehamilan 37 minggu, kehamilan multijanin, persalinan SC, persalinan
cepat, asfiksia, stress dingin, dan riwayat bayi sebelumnya terkena RDS.
Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya
untuk berfungsi sebagai organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini merupakan
faktor kritis dalam terjadi RDS, ketidaksiapan paru menjalankan fungsinya
tersebut disebabkan oleh kekurangan atau tidak adanya surfaktan. Manifestasi
klinis pada bayi yang menderita RDS dantaranya yaitu kesulitan dalam
memulai respirasi normal, dengkingan (grunting) pada saat ekspirasi, refraksi
sternum dan interkosta, nafas cuping hidung, dan sianosis pada udara kamar.
Komplikasi yang timbul akibat RDS yaitu antara lain ruptur alveoli, dapat
timbul infeksi, perdarahan intrakranial dan leukomalasia periventrikular.
Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi yaitu Bronchopulmonary
Dysplasia (BPD) dan retinopathy prematur. Pengobatan yang biasa diberikan
selama fase akut penyakit RDS adalah antibiotika, furosemid, fenobarbital,
vitamin E, metilksantin (teofilin dan kafein). Pemeriksaan penunjang pada
RDS yaitu seri rontgen dada, bronchogram udara, data laboratorium, dan
profil paru. Diet untuk pasien dengan RDS yaitu
B. Saran
Pembaca sebaiknya tidak hanya membaca dari materi makalah ini saja karena
masih banyak referensi yang lebih lengkap yang membahas materi dari
makalah ini. Oleh karena itu, pembaca sebaiknya membaca dari referensi dan
literatur lain untuk menambah wawasan yang lebih luas tentang materi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Riezkhy. 2014. Sindrom Gangguan Pernafasan. https://riezkhyamalia.
files.wordpress.com/2014/11/sindrom-gangguan-pernafasan.pdf (Diunduh
pada tanggal 5 Oktober pukul 06:45 WIB)
Surasmi, Asrining, dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC
Suriadi dan Yuliani, R. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak, edisi 1. Jakarta :
CV Sagung Seto