Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PATOFISIOLOGI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Patofisiologi

Dosen Mata Kuliah : Budi Siswanto, S.Kep,Ners., M.Sc

NAMA : DESTI LESTARI

NIM : P27901119011

1 A D3 KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES BANTEN

JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

PRODI DIII KEPERAWATAN 2019/2020


PROSES PENYEMBUHAN LUKA

1. PROSES PENYEMBUHAN LUKA

Proses Penyembuhan Luka


Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan yang mati/rusak
dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi. Luka dikatakan
sembuh apabila permukaannya dapat bersatu kembali dan didapatkan kekuatan jaringan
yang mencapai normal.
Penyembuhan luka dapat terjadi secara:
1. Per Primam, yaitu penyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan bertautnya tepi
luka biasanya dengan jahitan.
2. Per Sekundem, yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan per primam. Proses
penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap
terbuka. Biasanya dijumpai pada luka-luka dengan kehilangan jaringan,
terkontaminasi/terinfeksi. Penyembuhan dimulai dari lapisan dalam dengan
pembentukan jaringan granulasi.
3. Per Tertiam, atau Per Primam tertunda yaitu luka yang dibiarkan terbuka selama
beberapa hari setelah tindakan debridemen setelah diyakini bersih, tetapi luka
dipertautkan (4-7 hari).
Setiap kejadian luka, mekanisme tubuh akan mengupayakan mengembalikan
komponen-komponen jaringan yang rusak tersebut dengan membentuk struktur baru
dan fungsional sama dengan keadaan sebelumnya. Proses penyembuhan tidak hanya
terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh
faktor endogen (seperti: umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, kondisi
metabolik).
Pada dasarnya proses penyembuhan ditandai dengan terjadinya proses pemecahan atau
katabolik dan proses pembentukan atau anabolik. Setiap proses penyembuhan luka akan
terjadi melalui 3 tahapan yang dinamis, saling terkait dan berkesinambungan serta
tergantung pada tipe/jenis dan derajat luka. Sehubungan dengan adanya perubahan
morfologik, tahapan penyembuhan luka terdiri dari:
1. Fase inflamasi :
-          Hari ke 0-5
-          Respon segera setelah terjadi injuri
-          Pembekuan darah
-          Untuk mencegah kehilangan darah
-          Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa.
-          Fase awal terjadi hemostasis
-          Fase akhir terjadi fagositosis
-          Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi
2. Fase proliferasi :
-          Hari 3 – 14
-          Disebut juga dengan fase granulasi adanya pembentukan jaringan granulasi pada
luka
-          Luka nampak merah segar, mengkilat
-          Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblas, sel inflamasi, pembuluh
darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid
-         Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan  lapisan
epidermis pada tepian luka
-          Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi
3. Fase maturasi atau remodelling
-          Berlangsung dari beberapa minggu sampai dengan 2 tahun
-          Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta   peningkatan
kekuatan jaringan (tensile strength)
-          Terbentuk jaringan parut (scar tissue)
-          50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya
-          Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi
jaringan yang mengalami perbaikan.
2. SEL-SEL YANG BERPERAN DALAM PROSES PENYEMBUHAN LUKA
A. Pada fase inflamasi  :
1. Sel leukosit (netrofil) untuk memfagosit sel / benda asing.
2.Netrofil digantikan oleh sel makrofag yang fungsinya : sintesa kolagen, membentuk
jaringan granulasi dan fibroblas, memproduksi growth factor, dan pembentukan kapiler.
B. Pada fase proliferasi :
1.   Sel fibroblas mengeluarkan substansi ( kolagen, elastin, hyaluronic acid, 2 fibronectin
),berperan dalam membangun ( rekonstruksi) jaringan baru (granulasi).
2.  Pada proses epithelisasi, fibroblas mengeluarkan keratinocyte growth factor.
C. Pada fase maturasi
1.   Fibroblas meninggalkan jaringan granulasi

Komplikasi Penyembuhan Luka


Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan eviscerasi.

1. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah
pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya
berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak
di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan adanya pelepasan jahitan, darah sulit membeku pada garis
jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain). Waspadai
terjadinya perdarahan tersembunyi yang akan mengakibatkan hipovolemia. Sehingga balutan
(dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah
pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu. Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan
luka dan perawatan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi
pembedahan juga mungkin diperlukan.
3. Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence adalah
terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah
irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, ,multiple trauma, gagal untuk
menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami
dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 – 5 hari setelah operasi sebelum kollagen
meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan
balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan
perbaikan pada daerah luka.

Anda mungkin juga menyukai