Anda di halaman 1dari 7

Resume: Perawatan Luka

Oleh: Nur Azizah, 1806140211, PKMB-2 Kelas-E

Luka adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan akibat cedera atau
pembedahan. Luka dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses
penyembuhan, dan lama penyembuhan.

a. Berdasarkan sifat, luka dapat diklasifikasikan seperti abrasi, kontusio, insisi,


laserasi, terbuka, penetrasi, puncture, sepsis, dan lain-lain.
b. Berdasarkan struktur lapisan kulit, meliputi luka superfisial (yang melibatkan
lapisan epidermis), partial thickness (melibatkan lapisan epidermis dan dermis),
dan full thickness ( melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia, dan
bahkan sampai ke tulang).
c. Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga:
1) Penyembuhan primer (healing by primary intention). Luka yang tepinya
bisa menyatu kembali, permukaan bersih, dan tidak ada jaringan yang
hilang. Luka ini biasanya terjadi setelah suatu insisi.
2) Penyembuhan sekunder (healing by secondary intention). Luka yang
sebagian jaringan hilang, proses penyembuhan berlangsung mulai dari
pembentukan jaringan granulasi di dasar luka dan sekitarnya.
3) Delayed primary healing. Luka yang penyembuhannya berlangsung
dengan lambat, sering disertai infeksi, dan diperlukan penutupan secara
manual.
d. Berdasarkan lama penyembuhannya, dapat dibedakan menjadi dua yaitu luka akut
dan luka kronik.
1) Luka akut yaitu luka yang penyembuhannya terjadi dalam kurun waktu 2-
3 minggu. Contoh: luka insisi yang penyembuhannya berlangsung normal.
2) Luka kronik yaitu segala jenis luka yang penyembuhannya berlangsung
sekitar 4-6 minggu dan tidak terdapat tanda-tanda sembuh. Luka kronik
merupakan luka yang telah gagal untuk melanjutkan melalui proses
penyembuhan yang teratur dan tepat waktu untuk menghasilkan integritas
yang baik selama 3 bulan. Luka kronis terbagi menjadi 5 berdasarkan
penyebabnya:
1. Infusiensi vena
2. Perfusi arteri
3. Diabetes
4. Pressure ulcer
5. Faktor sistemik (nutrisi, penurunan imunitas, infeksi)

Jenis-Jenis Luka Kronik

1. Luka vena
2. Luka tekan
3. Luka diabetes
4. Luka arteri

Tahapan Penyembuhan Luka:

1. Inflamasi
- Durasi waktunya 3 sampai 6 hari

- Respons segera setelah terjadi injuri berupa pembekuan darah untuk mencegah
kehilangan darah
- Hemostasis hasil dari vasokontriksi pembuluh darah yang lebih besar di
daerah yang terkena, retraksi (penarikan kembali) pembuluh darah yang
terluka, pengendapan fibrin (jaringan ikat), dan pembentukan gumpalan darah
di area tersebut.
- Peningkatan pasokan darah ke daerah luka
- Daerah luka tampak memerah dan edema
- Terjadi fagositosis yaitu proses makrofag menelan mikroorganisme dan puing-
puing seluler )
- Pembentukan tunas epitel di ujung pembuluh darah yang terluka
- Karakteristik: tumor, rubor, dolor, color, fuctio laesa
2. Proliferasi
- Berlangsung 3 atau 4 hingga 21 hari pasca cedera

- Pembentukan kolagen yang dapat menambah kekuatan tarik pada luka


sehingga kemungkinan luka akan menutup semakin meningkat.
- Pertumbuhan kapiler di seluruh area luka sehingga meningkatkan suplai darah
- Muncul jaringan granulasi yang rapuh dan mudah berdarah akibat
perkembangan jaringan kapiler
- Luka tampak merah segar dan mengkilat
- Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi: fibroblas, sel inflamasi, pembuluh
darah baru, fibroektin, dan asam hlaluronat
- Epitelisasi ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian luka
- Pembentukan eschar akibat area luka tertutup oleh protein plasma kering dan
sel-sel mati
- Muncul jaringan parut
3. Maturasi
- Berlangsung pada hari ke-21 sampai 1 atau 2 tahun pasca cedera

- Terbentuk kolagen baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan


kekuatan jaringan (tensile strenght)
- Bekas luka semakin kuat
- Terbentuk jaringan parut
- Timbul bekas luka hipertrofik atau keloid pada orang yang berkulit gelap
- Pengurangan bertahap aktivitas seluler dan vaskularisasi jaringan yang
mengalami perbaikan

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka, sebagai berikut:

1. Status imunologi atau kekebalan tubuh


Peran sistem kekebalan tubuh dalam proses ini tidak hanya untuk
mengenali dan memerangi antigen baru dari luka tetapi juga untuk proses
regenerasi luka.
2. Kadar gula darah
Peningkatan gula darah akibat hambatan sekresi insulin, seperti pada
penderita diebetes melitus, juga menyebabkan nutrisi tidak dapat masuk
ke dalam sel, akibatnya terjadi penurunan protein dan kalori tubuh.
3. Rehidrasi dan pencucian luka
Dengan dilakukan rehidarasi dan pencucian luka, jumlah bakteri di dalam
luka akan berkurang, sehingga jumlah eksudat yang dihasilkan bakteri
akan berkurang.
4. Nutrisi
Nutrisi memainkan peran tertentu dalam penyembuhan luka. Misalnya,
vitamin C sangat penting untuk sintesis kolagen, vitamin A meningkatkan
epitelisasi, dan seng (zinc) diperlukan untuk mitosis sel dan proliferasi
sel. Semua nutrisi, termasuk protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan
mineral, baik melalui dukungan parenteral maupun enteral, sangat
dibutuhkan. Malnutrisi menyebabkan berbagai perubahan metabolik yang
mempengaruhi penyembuhan luka.
5. Kadar albumin darah
Albumin sangat berperan untuk mencegah edema, albumin berperan besar
dalam penentuan tekanan onkotik plasma darah. Target albumin dalam
penyembuhan luka adalah 3,5-5,5 g/dl.
6. Suplai oksigen dan vakulerisasi
Oksigen merupakan prasyarat untuk proses reparatif, seperti proliferasi
sel, pertahanan bakteri, angiogenesis, dan sintesis kolagen. Penyembuhan
luka akan terhambat bila terjadi hipoksia jaringan.
7. Nyeri
Rasa nyeri merupakan salah satu pencetus peningkatan hormon
glukokortikoid yang menghambat proses penyembuhan luka.

Kunci keberhasilan perawatan luka:

1. Mengidentifikasi dan mengobati etiologi luka


2. Mengetahui faktor penyembuhan luka
3. Mengetahui faktor lokal luka (kering, infeksi, maserasi (lukanya lembab, basah,
jaringan kaya mau lepas), nekrosis (warna lebih gelap), trauma, dan edema
4. Mengetahui faktor sistemik (usia, obesitas, penyakit kronis, radioterapi, penurunan
daya tahan tubuh, status nutrisi, vascular insufficiencies)
5. Berpusat pada pasien (pasien bukan menjadi objek perawatan luka tetapi libatkan
pasien dalam penyembuhan, lihat respons pasien), holistik, interdisipliner, dan
berbasis bukti (modern dressing)

Pengkajian Luka

1. Status nutrisi pasien: BMI (body mass index), kadar albumin


2. Status vaskuler: Hb, TcO2
3. Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan imunosupresan yang lain
4. Penyakit yang mendasari: diabetes atau kelainan vaskulerisasi lainnya7
5. Kondisi luka:
a) Warna dasar luka
Dasar pengkajian berdasarkan warna: slough (yellow), necrotic tissue (black),
infected tissue (green), granulating tissue (red), epithelialising (pink).
b) Lokasi, ukuran, dan kedalaman luka
c) Eksudat dan bau
d) Tanda-tanda infeksi
e) Keadaan kulit sekitar luka: warna dan kelembapan
f ) Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung

Berdasarkan warna luka, metode yang digunakan dikenal dengan RYB (Red
Yelllow Black)

1) Luka dasar merah

Tujuan perawatan  mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan


lembab, mencegah trauma/perdarahan, dan , mencegah eksudat.

2) Luka dasar kuning

Tujuan perawatan  meningkatkan sistem autolisis debriment agar luka


bewarna merah, eksudat terkontrol, menghilangkan bau tidak sedap, dan
mengurangi/menghindari infeksi.
3) Luka dasar hitam

Tujuan perawatan  membersihkan jaringan mati dengan debriment baik


autolisis maupun pembedahan.

Diagnosis keperawatan:

a. Gangguan integritas kulit (luka meliputi epidermis dan dermis  sekitar 1-3 mm
tergantung ketebalan kulit orang)
b. Gangguan integritas jaringan (luka sudah sampai ke subkutaneous, jaringan lemak)

Prinsip dan kaidah penyembuhan luka dengan modern dressing

Luka perlu dipertahankan dalam suasana lembab dengan alasan sebagai berikut:

a. Mempercepat fibrinolisis. Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan
lebih cepat oleh neutrofil dan sel endotel dalam suasana lembap.
b. Mempercepat angiogenesis. Keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan
merangsang pembentukan pembuluh darah lebih cepat.
c. Menurunkan risiko infeksi; kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika
dibandingkan dengan perawatan kering.
d. Mempercepat pembentukan growth factor. Growth factor berperan pada proses
penyembuhan luka untuk membentuk stratum korneum dan angiogenesis.
e. Mempercepat pembentukan sel aktif.

Jenis-Jenis Modern Dressing berdasarkan jenis luka:

1. Epitelisasi  luka-luka akut dengan klasifikasi primary bisa menggunakan tulle


dressing low adherent dengan basis paraffin atau oitment dengan mempertahankan
kelembaban luka
2. Granulasi  Bisa menggunakan jenis hydrocolloid. Ini bisa digunakan pada luka
superficial dengan menyerap eksudat ringan sampai sedang pada fase granulasi
3. Infeksi  Menggunakan sorbact yang bisa menyerap organisme-organisme penyebab
infeksi dan mampu menyerap eksudat
4. Slough (eksudat banyak & kerusakan luka lebih dalam)  menggunakan alginate.
Memiliki efek hemostasis yang bisa menghentikan perdarahan luka. Selain itu juga
pake siltec. Siltec memiliki daya serap yang tinggi secara
5. Debriment  menggunakan hydrogel yang dapat meminimalisir alergi.

Daftar Pustaka

Kartika, R. W. (2015). Perawatan Luka Kronis dengan Modern Dressing. 42(7), 546–550.

Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., & Hall, A. M. (2013). Fundamentals of Nursing
8th edition. Missouri: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai