Anda di halaman 1dari 4

Overview Sistem Pencernaan yang Berhubungan dengan Penyakit Cholelithiasis

Oleh: Nur Azizah, 1806140211, KMB II – Kelas A, azizahna.1507@gmail.com

Tubuh manusia terdiri dari berbagai macam sistem, salah satunya yaitu sistem
pencernaan yang dibentuk oleh saluran cerna dan organ pencernaan tambahan. Sistem ini
berfungsi memindahkan nutrient, air, dan elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam
lingkungan internal tubuh (Sherwood, 2010). Kita perlu memperhatikan makanan yang kita
makan sebab bila nutrisi dalam makanan tersebut tidak seimbang maka dapat mempengaruhi
proses metabolisme yang ada di dalam tubuh sehingga dapat menimbulkan gangguan
pencernaan. Gangguan pencernaan bisa terjadi di berbagai organ pencernaan, salah satu yaitu
di organ kantung empedu. Penyakit yang biasa menyerang kantung empedu ini ialah
kolelitiasis atau batu empedu. Oleh karena itu, penulis ingin membahas lebih dalam mengenai
kantung empedu yang beperan sebagai organ sistem pencernaan yang berhubungan dengan
penyakit kolelitiasis.

Sistem pencernaan dibentuk oleh saluran cerna dan organ pencernaan tambahan seperti
kelenjar liur, pankreas eksokrin, dan sistem empedu yang terdiri dari hati dan kantung
empedu (Sherwood, 2010). Saluran cerna merupakan suatu tabung atau selang yang
panjangnya sekitar 4,5 meter ketika kontraksi normal. Organ-oran saluran cerna meliputi
mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus (terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum),
usus besar (terdiri dari sekum, apendiks, kolon, dan rectum), serta anus (Sherwood, 2010).
Masing-masing organ tersebut melaksanakan fungsi pencernaan secara spesifik.

Sumber: (Tortora, G. J., & Derrickson, B., 2012)


Kantung empedu merupakan organ pencernaan tambahan yang berbentuk seperti buah
pir dengan panjang sekitar 7-10 cm (3-4 inchi) yang terletak di kuadran kanan atas perut
tepatnya di bagian bawah permukaan posterior hati (Tortora, G. J., & Derrickson, B., 2012).
Kantung empedu menjadi bagian dari sistem bilier, dimana sistem ini merupakan rangkaian
saluran di dalam hati, kantong empedu, dan pankreas yang bermuara di usus kecil (Jones
MW, Small K, Kashyap S, et al., 2020). Sistem empedu terdiri dari dua komponen yaitu
komponen intrahepatik dan komponen ekstrahepatik. Kantung empedu termasuk kedalam
komponen ekstrahepatik (Jones MW, Small K, Kashyap S, et al., 2020).

Sumber gambar: Lemone, Burke, Bauldoff, Gubrud, Jones, L., Hales, … Searl. (2017)

Sumber: Jones MW, Hannoodee S, Young M. (2020)


Secara anatomis, kantung empedu ditutupi oleh perpanjangan kapsul hati (kapsul
Glisson), bagian fundusnya lebar dan diameternya mengecil memasuki bagian tubuh utama
(Jones MW, Hannoodee S, Young M., 2020). Badan kantung empedu mengecil ke
infundibulum kemudian terhubung ke leher dan saluran kistik. Saat memasuki bagian distal
kantung empedu dan saluran kistik, terdapat katup spiral Heiter yang bertanggung jawab
dalam membantu pengosongan kantung empedu dengan stimulasi saraf dan hormonal (Jones
MW, Hannoodee S, Young M., 2020). Selain itu juga terdapat kantung empedu infundibulum
yang disebut kantong Hartman (Jones MW, Hannoodee S, Young M., 2020). Saluran empedu
merupakan saluran- saluran kecil diantara hepatosit yang bergabung dan akhirnya
membentuk saluran hati kanan dan kiri, yang bersatu dan keluar dari hati sebagai saluran hati
umum (Tortora, G. J., & Derrickson, B., 2012). Duktus hati komunis bergabung dengan
saluran kistik (kandung kemih) dari kantong empedu untuk membentuk saluran empedu
komunis. Dari sini, empedu masuk ke usus kecil untuk ikut dalam pencernaan.

Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan dan memusatkan empedu, yang


dilepaskan ke duodenum selama proses pencernaan. Empedu diproduksi oleh sel hepatosit
hati, yang berfungsi untuk membantu pencernaan dan penyerapan lipid (Jones MW, Small K,
Kashyap S, et al.,2020). Empedu merupakan cairan alkali yang terdiri dari kolesterol,
bilirubin, air, garam empedu, fosfolipid, dan ion. Garam empedu adalah turunan kolesterol
yang secara aktif di sekresikan ke dalam empedu. Setelah ikut serta dalam pencernaan dan
penyerapan lemak, sebagian besar garam empedu di serap kembali ke dalam darah

Empedu secara terus menerus disekresikan oleh hati dan dialihkan ke kantung
empedu di antara waktu makan. Setelah makan, empedu masuk ke duodenum akibat efek
kombinasi pengosongan kantung empedu dan peningkatan sekresi empedu oleh hati. Jumlah
empedu yang di sekresikan per hari berkisar 250 ml sampai 1 Liter, bergantung pada derajat
perangsangan oleh mekanisme transport aktif khusus yang terletak di ileum terminal
(Sherwood, 2010). Dari sini garam empedu dikembalikan ke sistem porta hati. Daur ulang
garam empedu antara hati dan usus halus disebut sirkulasi enterohepatik.

Bilirubin adalah produk sisa yang dieksresikan ke dalam empedu yang merupakan
pigmen empedu utama yang berasal dari penguraian sel darah merah usang (Sherwood,
2020). Bilirubin adalah pigmen bewarna kuning yang menyebabkan empedu bewarna kuning.
Bilirubin yang terkandung dalam empedu pada akhirnya akan berjalan melalui sistem
gastrointestinal dan memberikan warna kuning pada urin dan warna coklat pada tinja,
masing-masing melalui produk pemecahan urobilin dan stercobilin (Jones MW, Small K,
Kashyap S, et al., 2020). Apabila tidak terjadi sekresi bilirubin akibat ductus biliaris
tersumbat total oleh batu empedu, tinja akan bewarna putih keabuan.

Masalah yang dapat muncul pada organ kantung empedu ini adalah kolelitiasis.
Kolelitiasis merupakan istilah untuk batu empedu di kantung empedu yang terbentuk sebagai
akibat dari ketidakseimbangan unsur-unsur empedu dan kondisi stasis bilier (empedu tidak
mengalir). Batu empedu diklasifikasikan sebagai batu kolesterol karena kandungan sebagian
besar kandungan dari batu tersebut adalah kolesterol. Batu empedu dapat bermigrasi ke
saluran empedu kistik atau komunis, hal ini dikenal dengan istilah koledocholitiasis) (Lewis,
S.L.,Dirksen, S.R., Heitkemper, M.M., & Bucher, L., 2014). Kolelitiasis dan koleodholitiasis
dapat menyebabkan kolesistitis (radang kantung empedu).

Daftar PustakaXJones MW, Hannoodee S, Young M. (2020). Anatomy, Abdomen and Pelvis,
Gallbladder. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing -. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459288/

Jones MW, Small K, Kashyap S, et al. (2020). Physiology, Gallbladder. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482488/

Lemone, Burke, Bauldoff, Gubrud, Jones, L., Hales, … Searl. (2017). Medical Surgical
Nursing: Critical Thinking for Person Centered Care (3rd ed., Vol. 1–3). Meoulborne:
Pearson.

Lewis, S.L.,Dirksen, S.R., Heitkemper, M.M., & Bucher, L.(2014).Medical Surgical


Nursing: Assesment and Management of Clinical Problems (9th ed). Missouri: Elsevier
Mosby.

Sherwood, L. (2010). Human Physyology: From Cells to Systems (7th ed.). USA:
Brooks/Cole CENGANGE Llearning.

Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2012). Principles of Anatomy & Physiology (13th ed.). New
Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai