Kompetensi Dasar :
1. Menerapkan perawatan luka dasar
a. Menjelaskan definisi luka
b. Melakukan klasifikasi jenis luka
c. Menganalisis proses penyembuhan luka
d. Menyelidiki factor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka
e. Melakukan manajemen perawatan luka modern
f. Melakukan pengkajian luka
g. Mendiagnosis jenis luka
h. Mengimplementasikan balutan luka modern
Materi :
1. Definisi luka
Secara definisi suatu luka (vulnus) adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan
oleh karena adanya cedera atau pembedahan.
Berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua yaitu: akut dan kronis.
Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 2-3 minggu.
Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak ada tanda-tanda untuk
sembuh dalam jangka lebih dari 4-6 minggu.
Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan berlangsung
sesuai dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan luka kronis
jika mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau jika
menunjukkan tanda-tanda infeksi.
Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi
tumpang tindih (overlap)
Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta
penyebab luka tersebut
a. Status Imunologi
Daya tahan tubuh yang rendah akan menghambat pertumbuhan sel dan
jaringan baru sehingga penyembuhan luka pun menjadi terhambat.
b. Kadar gula darah (impaired white cell function)
Kadar gula daah yang tinggi sebagai tanda penyakit diabetes akan
berpengaruh terhadap kadar oksigen yang berkurang.
Hiperglikemia mengganggu kemampuan leukosit melakukan fagositosis dan
uga mendorong pertumbuhan bakteri penyebab infeksi yang dapat
menghambat penyembuhan luka.
c. Hidrasi (slows metabolism)
Keseimbangan cairan tubuh yang terganggu menyebabkan seseorang
mengalami dehidrasi sehingga aliran sirkulasi pun menjadi lambat.
d. Nutritisi
Merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel, terutama kandungan
protein untuk pertumbuhan sel dan jaringan baru.
Penyembuhan luka yang secara normal memerlukan nutrisi yang tepat. Proses
fisiologi penyembuhan luka bergantung pada ketersediaan protein, vitamin
(terutama vitamin A dan C), mineral renik zink dan tembaga.
Kolagen adalah protein yang terbentuk dari asam amino yang diperoleh
fibroblast dari protein yang dimakan.
Vitamin C dibutuhkan untuk mensintesis kolagen. Vitamin A dapat mengurangi
efek steroid pada penyembuhan luka. Zink diperlukan untuk pembentukan
epitel, sintesis kolagen (zink) dan menyatukan serat – serat kolagen.
e. Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure –
oedema)
Kadar albumin darah yang rendah meningkatkan tekanan koloid osmotik
sehingga menyebabkan oedema yang dapat menghambat proses
pembentukan jaringan baru untuk penyembuhan luka
f. Suplai oksigen dan vaskularisasi
Suplai oksigen dan sirkulasi darah yang baik sangat berperan dalam proses
penyembuhan luka, karena sel jaringan yang mengalami luka membutuhkan
oksigen dan sel darah untuk pertumbuhan jaringan baru yang baik.
Hal – hal yang dapat mengurangi suplai oksigen dan aliran darah diantaranya
kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, berat badan berlebih atau obesitas.
g. Nyeri (causes vasoconstriction)
Nyeri dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah sehingga aliran darah
menjadi berkurang dan sirkulasi darah pun berkurang. Jika hal ini terjadi, maka
penyembuhan luka dan pembentukan jaringan baru pun menjadi terhambat.
h. Corticosteroids (depress immune function)
Obat – obatan jenis steroid dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh
sehingga proses penyembuhan luka pun menjadi terhambat.
6. Pengkajian luka
a. Kondisi luka
1) Warna dasar luka
a) Slough (yellow)
b) Necrotic tissue (black)
c) Infected tissue (green)
d) Granulating tissue (red)
e) Epithelialising (pink)
2) Lokasi, ukuran (panjang, lebar, diameter) dan kedalaman luka
3) Eksudat
4) Odor
5) Tanda-tanda infeksi
b. Keadaan kulit sekitar luka : warna dan kelembaban
c. Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung
d. pengkajian Status nutrisi klien : BMI, kadar albumin
e. pengkajian Status vascular : Hb, TcO2
f. Pengkajian Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan
immunosupresan yang lain
g. Penyakit yang mendasari : diabetes atau kelainan vaskularisasi lainnya
Diagnosis jenis luka ditentukan berdasarkan penyebab, derajat kedalaman luka, jenis luka akut
atau kronis dan warna dasar luka.
Contoh diagnosis luka :
a. Kontusio akut
b. Luka laserasi akibat kecelakaan
c. Luka tusuk (puncture) terkena paku
d. Combustio grade II 15 %
e. Luka tekan dengan necrotic tissue
f. Ulkus diabetikum pedis kronis
g. Dan lain - lain
8. Perencanaan
Tujuan dari perencanaan perawatan luka dengan menggunakan TIME Management ini
adalah menyiapkan dasar luka (Wound Bed Preparation) agar luka dapat sembuh
secara optimal sesuai dengan prinsip perawatan luka yang lembab.
a. Pemilihan Balutan Luka
Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan
yang sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini
dimulai dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter
(bapak perawatan luka lembab) pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam
jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan
luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan
suasana lembab ini antara lain :
1) Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil
dan sel endotel dalam suasana lembab.
2) Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih
pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.
3) Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan
kering
4) Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk
stratum corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih
cepat terbentuk dalam lingkungan yang lembab.
5) Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan
limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.
Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut luka
harus memenuhi kaidah-kaidah berikut ini :
1) Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka
(absorbing)
2) Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi
resiko terjadinya kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal)
3) Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration)
4) Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan
5) Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian
antibiotic ke seluruh bagian luka (Hartmann, 1999; Ovington, 1999)
1) Film Dressing
a) Semi-permeable primary atau secondary dressings
b) Clear polyurethane yang disertai perekat adhesive
c) Conformable, anti robek atau tergores
d) Tidak menyerap eksudat
e) Indikasi : luka dgn epitelisasi, low exudate, luka insisi
f) Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak
g) Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm
2) Hydrocolloid
a) Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers
b) Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough
c) Occlusive –> hypoxic environment untuk mensupport angiogenesis
d) Waterproof
e) Indikasi : luka dengan epitelisasi, eksudat minimal
f) Kontraindikasi : luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV
g) Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel
3) Alginate
a) Terbuat dari rumput laut
b) Membentuk gel diatas permukaan luka
c) Mudah diangkat dan dibersihkan
d) Bisa menyebabkan nyeri
e) Membantu untuk mengangkat jaringan mati
f) Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita
g) Indikasi : luka dengan eksudat sedang s.d berat
h) Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering
i) Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan
4) Foam Dressings
a) Polyurethane
b) Non-adherent wound contact layer
c) Highly absorptive
d) Semi-permeable
e) Jenis bervariasi
f) Adhesive dan non-adhesive
g) Indikasi : eksudat sedang s.d berat
h) Kontraindikasi : luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam
i) Contoh : Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva
5) Terapi alternative
a) Zinc Oxide (ZnO cream)
b) Madu (Honey)
c) Sugar paste (gula)
d) Larvae therapy/Maggot Therapy
e) Vacuum Assisted Closure
f) Hyperbaric Oxygen
9. Implementasi balutan luka modern
a. Luka dengan eksudat & jaringan nekrotik (sloughy wound) – warna dasar luka
kuning (yellow)
1) Bertujuan untuk melunakkan dan mengangkat jaringan mati (slough tissue)
2) Sel-sel mati terakumulasi dalam eksudat
3) Untuk merangsang granulasi
4) Mengkaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
5) Balutan yang dipakai antara lain: hydrogels, hydrocolloids, alginates
dan hydrofibre dressings
b. Luka Nekrotik – warna dasar luka hitam (black)
1) Bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan nekrotik (eschar)
2) Berikan lingkungan yg kondusif u/autolysis
3) Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
4) Balutan yang dapat dipakai antara lain : Hydrogels, hydrocolloid dressings
c. Luka terinfeksi – warna dasar luka hijau (green)
1) Bertujuan untuk mengurangi eksudat, bau dan mempercepat penyembuhan luka
2) Identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka
3) Wound culture – systemic antibiotics
4) Kontrol eksudat dan bau
5) Ganti balutan tiap hari
6) Balutan yang dapat dipakai antara lain : Hydrogel, hydrofibre, alginate,
metronidazole gel (0,75%), carbon dressings, silver dressings
d. Luka Granulasi – warna dasar luka merah (red)
1) Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan yang baru,
jaga kelembaban luka
2) Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
3) Moist wound surface – non-adherent dressing
4) Treatment overgranulasi
5) Balutan yang dapat dipakai antara lain : Hydrocolloids, foams, alginates
e. Luka epitelisasi – warna dasar luka pink
1) Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk “re-surfacing”
2) Balutan yang dapat dipakai antara lain : Transparent films, hydrocolloids
3) Balutan tidak terlalu sering diganti
f. Balutan kombinasi