Anda di halaman 1dari 8

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Kompetensi Dasar :
1. Menerapkan perawatan luka dasar
a. Menjelaskan definisi luka
b. Melakukan klasifikasi jenis luka
c. Menganalisis proses penyembuhan luka
d. Menyelidiki factor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka
e. Melakukan manajemen perawatan luka modern
f. Melakukan pengkajian luka
g. Mendiagnosis jenis luka
h. Mengimplementasikan balutan luka modern

2. Melaksanakan perawatan luka dasar


a. Mendemonstrasikan pengkajian luka
b. Menujukkan jenis luka
c. Mempraktikan perawatan luka sesuai jenis luka

Materi :

1. Definisi luka

Secara definisi suatu luka (vulnus) adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan
oleh karena adanya cedera atau pembedahan.

2. Klasifikasi jenis luka

Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses


penyembuhan dan lama penyembuhan.

Klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi :


a. Superfisial thickness,, yang melibatkan lapisan epidermis; 
b. Partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan dermis; dan 
c. Full thickness yang melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan
bahkan sampai ke tulang. 

Adapun klasifikasi berdasarkan sifat yaitu :


a. Abrasi, luka akibat gesekan permukaan kasar (luka lecet)
b. Kontusio, luka akibat benturan benda tajam (luka memar / lebam)
c. insisi, luka karena irisan benda tajam, seperti pisau (luka sayat / iris).
d. laserasi, luka akibat benturan benda tumpul (luka robek)
e. penetrasi, luka akibat tusukan benda tajam yang menembus hingga organ tubuh
bagian dalam, seperti organ system cerna, system nafas, atau organ tubuh
bagian dalam yang lain (luka tembus)
f. puncture, luka akibat tusukan benda tajam yang hanya mengenai lapisan kulit
hingga lemak sub kutan (luka tusuk)
g. orsum, luka akibat gigitan binatang atau manusia (luka gigit)
h. thermal, luka akibat paparan suhu yang ekstrem, seperti air panas,, bahan kimia,
radiasi, atau suhu yang sangat dingin (frostbite)

Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu :


a. Healing by primary intention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu
insisi, tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari
bagian internal ke ekseternal.
b. Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung
mulai dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.
c. Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi,
diperlukan penutupan luka secara manual.

Berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua yaitu: akut dan kronis.

Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 2-3 minggu.

Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak ada tanda-tanda untuk
sembuh dalam jangka lebih dari 4-6 minggu.

Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan berlangsung
sesuai dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan luka kronis
jika mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau jika
menunjukkan tanda-tanda infeksi.

3. Proses penyembuhan luka

Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi
tumpang tindih (overlap)

Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta
penyebab luka tersebut

Fase penyembuhan luka :


a. Fase inflamasi :
1) Hari ke 0 – 5
2) Respon segera setelah terjadi injuri  pembekuan darah  untuk mencegah
kehilangan darah
3) 24 jam pertama  saat terjadi perlukaan,  Neutrophil, Monocytes,  dan
Macrophage bertugas mengontrol pertumbuhan bakteri  dan membuang 
jaringan mati (mempersiapkan dasar luka)
4) Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa
5) Fase awal terjadi haemostasis
6) Fase akhir terjadi fagositosis
7) Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi
b. Fase proliferasi or epitelisasi
1) Dimulai  sejak 24 jam setelah terjadi luka dan mungkin berlanjut hingga 21
hari
2) DItandai dengan 3 keadaan :
a) Granulasi
b) Epitelisasi
c) Pembentukan kolagen
3) Disebut juga dengan fase granulasi karena adanya pembentukan jaringan
granulasi pada luka
4) Masa granulasi luka nampak merah segar, mengkilat
5) Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi,
pembuluh darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid
6) Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan
epidermis pada tepian luka
7) Pembentukan lapisan epitel adalah untuk menutupi dan melindungi luka
dari bakteri dan kehilangan cairan
8) Pada masa ini sangat penting untuk  menciptakan  lingkungan luka yang
lembab agar mempercepat proses pertumbuhan jaringan epitel
9) Lapisan ini sangat  rapuh  dan mudah  hancur  dengan irigasi luka yang
memiliki tekanan tinggi atau pembersihan luka yang kasar.
10) Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi
11) Pada masa pembentukan kolagen sangat membutuhkan oksigen, zat besi,
vitamin C, seng, magnesium dan protein
c. Fase maturasi atau remodeling
1) Berlangsung dari beberapa minggu s.d 2 tahun
2) Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta
peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength)
3) Terbentuk jaringan parut (scar tissue)  50-80% sama kuatnya dengan
jaringan sebelumnya
4) Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and
vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan

4. Factor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka

a. Status Imunologi
Daya tahan tubuh yang rendah akan menghambat pertumbuhan sel dan
jaringan baru sehingga penyembuhan luka pun menjadi terhambat.
b. Kadar gula darah (impaired white cell function)
Kadar gula daah yang tinggi sebagai tanda penyakit diabetes akan
berpengaruh terhadap kadar oksigen yang berkurang.
Hiperglikemia mengganggu kemampuan leukosit melakukan fagositosis dan
uga mendorong pertumbuhan bakteri penyebab infeksi yang dapat
menghambat penyembuhan luka.
c. Hidrasi (slows metabolism)
Keseimbangan cairan tubuh yang terganggu menyebabkan seseorang
mengalami dehidrasi sehingga aliran sirkulasi pun menjadi lambat.
d. Nutritisi
Merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel, terutama kandungan
protein untuk pertumbuhan sel dan jaringan baru.
Penyembuhan luka yang secara normal memerlukan nutrisi yang tepat. Proses
fisiologi penyembuhan luka bergantung pada ketersediaan protein, vitamin
(terutama vitamin A dan C), mineral renik zink dan tembaga.
Kolagen adalah protein yang terbentuk dari asam amino yang diperoleh
fibroblast dari protein yang dimakan.
Vitamin C dibutuhkan untuk mensintesis kolagen. Vitamin A dapat mengurangi
efek steroid pada penyembuhan luka. Zink diperlukan untuk pembentukan
epitel, sintesis kolagen (zink) dan menyatukan serat – serat kolagen.
e. Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure –
oedema)
Kadar albumin darah yang rendah meningkatkan tekanan koloid osmotik
sehingga menyebabkan oedema yang dapat menghambat proses
pembentukan jaringan baru untuk penyembuhan luka
f. Suplai oksigen dan vaskularisasi
Suplai oksigen dan sirkulasi darah yang baik sangat berperan dalam proses
penyembuhan luka, karena sel jaringan yang mengalami luka membutuhkan
oksigen dan sel darah untuk pertumbuhan jaringan baru yang baik.
Hal – hal yang dapat mengurangi suplai oksigen dan aliran darah diantaranya
kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, berat badan berlebih atau obesitas.
g. Nyeri (causes vasoconstriction)
Nyeri dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah sehingga aliran darah
menjadi berkurang dan sirkulasi darah pun berkurang. Jika hal ini terjadi, maka
penyembuhan luka dan pembentukan jaringan baru pun menjadi terhambat.
h. Corticosteroids (depress immune function)
Obat – obatan jenis steroid dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh
sehingga proses penyembuhan luka pun menjadi terhambat.

5. Manajemen perawatan luka modern

Konsep perawatan luka modern mempertimbangkan penampilan luka, bukan


penyebab luka. Penampilan luka berbeda, penanganan berbeda
Paling penting dalam   manajemen  perawatan luka adalah  ”preparasi  luka”  
(persiapan penampilan dasar luka).
Untuk itu diperlukan pengetahuan  dasar   tentang penampilan luka.
Pada konsep perawatan luka modern, manajemen perawatan luka akut dan kronis
adalah dengan menggunakan metode 3 M, yaitu :
a. Mencuci luka
b. Membuang jaringan mati (nekrotik)
c. Memilih balutan yang tepat

Namun semuanya tetap harus melalui proses keperawatan yang komprehensif


meliputi pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan yang tidak kalah
penting adalah dokumentasi.

6. Pengkajian luka

a. Kondisi luka
1) Warna dasar luka
a) Slough (yellow)
b) Necrotic tissue (black)
c) Infected tissue (green)
d) Granulating tissue (red)
e) Epithelialising (pink)
2) Lokasi, ukuran (panjang, lebar, diameter) dan kedalaman luka
3) Eksudat
4) Odor
5) Tanda-tanda infeksi
b. Keadaan kulit sekitar luka : warna dan kelembaban      
c. Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung
d. pengkajian Status nutrisi klien : BMI, kadar albumin
e. pengkajian Status vascular : Hb, TcO2
f. Pengkajian Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan
immunosupresan yang lain
g. Penyakit yang mendasari : diabetes atau kelainan vaskularisasi lainnya

7. Diagnosis jenis luka

Diagnosis jenis luka ditentukan berdasarkan penyebab, derajat kedalaman luka, jenis luka akut
atau kronis dan warna dasar luka.
Contoh diagnosis luka :
a. Kontusio akut
b. Luka laserasi akibat kecelakaan
c. Luka tusuk (puncture) terkena paku
d. Combustio grade II 15 %
e. Luka tekan dengan necrotic tissue
f. Ulkus diabetikum pedis kronis
g. Dan lain - lain
8. Perencanaan

Langkah pertama dalam melakukan perencanaan perawatan luka adalah menyiapkan


dasar luka dengan menggunakan metode TIME Manajemen yang terdiri dari :
a. Tissue management (manajemen jaringan dasar luka),
b. Inflamation control (control inflamasi),
c. Moisture balance (kelembaban seimbang), dan
d. Epitelial edge (pembentukan epitel tepi luka) .

Tujuan dari perencanaan perawatan luka dengan menggunakan TIME Management ini
adalah menyiapkan dasar luka (Wound Bed Preparation) agar luka dapat sembuh
secara optimal sesuai dengan prinsip perawatan luka yang lembab.
a. Pemilihan Balutan Luka
Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan
yang sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini
dimulai dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter
(bapak perawatan luka lembab) pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam
jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan
luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan
suasana lembab ini antara lain :
1) Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil
dan sel endotel dalam suasana lembab.
2) Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih
pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.
3) Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan
kering
4) Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk
stratum corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih
cepat terbentuk dalam lingkungan yang lembab.
5) Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan
limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.

Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut luka
harus memenuhi kaidah-kaidah berikut ini :
1) Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka
(absorbing)
2) Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi
resiko terjadinya kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal)
3) Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration)
4) Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan
5) Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian
antibiotic ke seluruh bagian luka (Hartmann, 1999; Ovington, 1999)

Dasar pemilihan terapi harus berdasarkan pada :


1) Apakah suplai telah tersedia?
2) Bagaimana cara memilih terapi yang tepat?
3) Bagaimana dengan keterlibatan pasien untuk memilih?
4) Bagaimana dengan pertimbangan biaya?
5) Apakah sesuai dengan SOP yang berlaku?
6) Bagaimana cara mengevaluasi?

b. Jenis-jenis balutan dan terapi alternative lainnya

1) Film Dressing
a) Semi-permeable primary atau secondary dressings
b) Clear polyurethane yang disertai perekat adhesive
c) Conformable, anti robek atau tergores
d) Tidak menyerap eksudat
e) Indikasi : luka dgn epitelisasi, low exudate, luka insisi
f) Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak
g) Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm
2) Hydrocolloid
a) Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers
b) Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough
c) Occlusive –> hypoxic environment untuk mensupport angiogenesis
d) Waterproof
e) Indikasi : luka dengan epitelisasi, eksudat minimal
f) Kontraindikasi : luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV
g) Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel
3) Alginate
a) Terbuat dari rumput laut
b) Membentuk gel diatas permukaan luka
c) Mudah diangkat dan dibersihkan
d) Bisa menyebabkan nyeri
e) Membantu untuk mengangkat jaringan mati
f) Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita
g) Indikasi : luka dengan eksudat sedang s.d berat
h) Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering
i) Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan
4) Foam Dressings
a) Polyurethane
b) Non-adherent wound contact layer
c) Highly absorptive
d) Semi-permeable
e) Jenis bervariasi
f) Adhesive dan non-adhesive
g) Indikasi : eksudat sedang s.d berat
h) Kontraindikasi : luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam
i) Contoh : Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva
5) Terapi alternative
a) Zinc Oxide (ZnO cream)
b) Madu (Honey)
c) Sugar paste (gula)
d) Larvae therapy/Maggot Therapy
e) Vacuum Assisted Closure
f) Hyperbaric Oxygen
9. Implementasi balutan luka modern

a. Luka dengan eksudat & jaringan nekrotik (sloughy wound) – warna dasar luka
kuning (yellow)
1) Bertujuan untuk melunakkan dan mengangkat jaringan mati (slough tissue)
2) Sel-sel mati terakumulasi dalam eksudat
3) Untuk merangsang granulasi
4) Mengkaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
5) Balutan yang dipakai antara lain: hydrogels, hydrocolloids, alginates
dan hydrofibre dressings
b. Luka Nekrotik – warna dasar luka hitam (black)
1) Bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan nekrotik (eschar)
2) Berikan lingkungan yg kondusif u/autolysis
3) Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
4) Balutan yang dapat dipakai antara lain : Hydrogels, hydrocolloid dressings
c. Luka terinfeksi – warna dasar luka hijau (green)
1) Bertujuan untuk mengurangi eksudat, bau dan mempercepat penyembuhan luka
2) Identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka
3) Wound culture – systemic antibiotics
4) Kontrol eksudat dan bau
5) Ganti balutan tiap hari
6) Balutan yang dapat dipakai antara lain : Hydrogel, hydrofibre, alginate,
metronidazole gel (0,75%), carbon dressings, silver dressings
d. Luka Granulasi – warna dasar luka merah (red)
1) Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan yang baru,
jaga kelembaban luka
2) Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
3) Moist wound surface – non-adherent dressing
4) Treatment overgranulasi
5) Balutan yang dapat dipakai antara lain : Hydrocolloids, foams, alginates
e. Luka epitelisasi – warna dasar luka pink
1) Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk “re-surfacing”
2) Balutan yang dapat dipakai antara lain : Transparent films, hydrocolloids
3) Balutan tidak terlalu sering diganti
f. Balutan kombinasi

Anda mungkin juga menyukai