Anda di halaman 1dari 33

KONSEP DASAR LUKA

A. PENEGERTIAN
a. Luka yaitu suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh,
yang dengan menyebabkan terganggunya fungsi tubuh shg
dengan mengganggu aktivitas sehari-hari
b. Luka adalah rusaknya struktur & fungsi anatomis normal akibat
proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal &
mengenai organ tertentu
c. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu,
zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan (R.Sjamsu
Hidayat, 1997)
d. uka adalah tergggunya (disruption) integritas normal dari kulit &
jaringan dibawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja,
tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superfisial atau
dalam (Koiner & Taylan)

B. KLASIFIKASI LUKA
Berdasarkan sifatnya :
a) Luka akut
Adalah luka yang sembuh sesuai dengan periode waktu yang
diharapkan atau dengan kata lain sesuai dengan konsep penyembuhan
luka akut dengan dikatagorikan sebgaLuka akut pembedahan , contoh
insisi, eksisi dan skin graft
Luka bukan pembedahan, contoh lika bakar
Luka akut factor lain , contoh abrasi, laserasi, atau imnjuri pada
lapisan kulit superfisial
b) Luka kronis
Adalah luka yang proses penyembuhannya mengalami keterlambatan
atau bahkan kegagalan
. Contoh luka dekubitus, luka diabetes dan leg ulcer.
 Berdasarkan kehilangan jaringan.
1. Superficial : luka hanya terbatas pada lapisan epodermis
2. Parsial (partial thickness) luka meliputi epidermi dan dermis
3. Penuh(full thickness) luka meliputi epidermis, dermis dan jaringan sub
kutan bahan dengan juga melibatkn otot, tendon, dan tulang
 Berdasarakan stadium
1. Stage 1
Lapisan epidermis utuh, namun terdengan eritema atau perubahan warna
2. Stage 2
Kehlangan kulit superficial dengan kerusakan lapisan epidermis dan
dermis, eritema di jaringan yang nyeri panas, dan edema.
3. Stage 3
Kehilangan jaringan sampai dengan jaringan sub kutan, dengan
terbentuknya rongga (cavity), eksudat sedang samapi banyak
4. Stage 4
Hilangnya jaringan sub kutan dengan terbentuknya rongga yang
melibatkan otot, tendon, dan atau tulang. Eksudat sedang sampai
banyak.

 Berdasarkan mekanisme terjadinya


1) Luka Insisi (incised wounds), terjadi karena teriris oleh
instrument yang tajam. Misalny ayang terjadi akibat
pembedahan. Luka bersih (aseptic), biasanya tertutup oleh sutura
atau setelahseluruh pembuluh darah yang luka di ikat (ligasi).
2) Luka memar (contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh
suatu tekanan dan dikarakteristikan oleh cedar pada jaringan
lunak, perdarahan dan bengaak
3) Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan
dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4) Luka tusuk (punctured wound), terjadi akibat adanya benda
seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan
diameter yang kecil.
5) Luka gores (lacerated wound), terjadi akibat benda yang tajam
seperti oleh kaca / kawat.
6) Luka tembus (penetrating wound), luka yang menembus organ
tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil
tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
7) Luka bakar (Combutsio), luka yang disebabkan oleh trauma
panas, listrik, kimiawi, radiasi atau suhu dingin yang ekstrim
 Berdasarkan penampilan
1) Nekrotik, (hitam), Eschar yang mengeras dan nekrotik, mungkin
kering atau lembab
2) Sloughy (kuning), jaringan mati yang fibrous
3) Terinfeksi (kehijauan), terdengan tanda-tanda klinis adanya
infeksi seperti nyeri, panas, bengkak, kemerahan dan
peningkatan eksudat.
4) Granulasi (merah), jaringan granulasi yang sehat
5) Epitalisasi (pink), terjadi epitelisasi.

C. PROSES PENYEMBUHAN LUKA


Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringanyang
mati/rusak dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi
Penyembuhan luka meliputi 2 kategori yaitu : Pemulihan jaringan → Regenerasi
jaringan pulih seperti semula baik struktur maupun fungsi Repair → Pemulihan
atau penggantian oleh jaringan Ikat ( Mawardi Hasan, 2002)

Fase penyembuhan luka terdiri dari


1) Fase koagulasi dan inflamasi (0-3 hari)
Koagulasi merupakan respon yang pertama terjadi sesaat setelah luka
terjadi dan melibatkan platelet. Pengeluaran platelet menyebabkan
vasokontriksi. Proses ini bertujuan untuk hemostasis sehingga mencegah
perdarahan lebih lanjut.
Fase inflamasi selanjutnya terjadi beberapa menit setelah luka terjadi
berlanjut sekitar 3 hari. Fase inflamasi memungkinkan pergerakan
leukosit (utamanya Neutrifil). Neotrofil selanjutnya memfagosit dan
membunuh bakteri dan masuk ke matriks fibrin dalam persiapan
pembentukkan jaringan baru .
2) Fase proliferasi / rekonstruksi (2-24hari)
Apabila tidak ada infeksi / kontaminasi pada fase inflamasi, maka proses
penyembuhan selanjutnya memasuki tahapan proliferasi / rekonstruksi.
Tujuan utama fase ini adalah : Proses granulasi (untuk mengisi ruang
yang kosong pada luk Angiogenesis (pertumbuhan kapiler baru) Secara
klinis akan tampak kemerahan pada luka. Angiogenesis terjadi
bersamaan dengan fibrioplasia. Tanpa proses angiogenesis sel-sel
penyembuhan tidak dengan bermigrasi, replikasi, melawan infeksi dan
pembentukkan atau deposit komponen matriks baru.
Proses konstriksi (untuk menarik kedua tepi luka agar saling berdekatan).
Menurut Hunt (2003) konstraksi adalajh peristiwa fisiologi yang
menyebabkan terjadinya penutupan pada luka terbuaka. Konstraksi
terjadi bersamaan dengan sintesis kolagen. Hasil konstraksi dari kolagen
akan tamp
.Fase Remodilling atau MAturasi (24 hari – 3 tahun)
Fase ini merupakan fase terakhir dan terpanjang pada proses
penyembuhan luka. Aktifitas sintesis dan degradasi kolagen berada
dalam keseimbangan. Serabut-serabut kolagen meningkat secara berthap
dan bertambah tebal kemudian disokong oehproteinase untuk perbaikan
sepanjang garis luka.kolagen menjadi unsure yang utama pada matriks.
Serabut kolagen menyebardengan saling terikat dan menyatu serta
berangsur=angsur menyokong pemulihan jaringan.
Akhir dari penyembuhan didengankan parut luka yang matang yang
mempunyai kekuatan 80% disbanding kulit normal.
D. TIPE-TIPE PENYEMBUHAN LUKA
a) Primery Intention Healing
Jaringan yang hilang minimal, tepi luka dengan dirapatkan kembali melalui
jahitan, klip atau plester.
b) Delayed Primery Intention Healing
Terjadi ketika luka terinfeksi atau terkena benda asing yang menghambat
penyembuhan.
c) Secondary Healing
d) Proses penyembuhantertunda dan hanya bisa terjadi melalui proses granulasi,
kontraksi dan epitelisasi. Secondary healing menghasilkan scar.
Tipe Penyembuhan Luka
1. Penyembuhan Primer
1. Penyembuhan luka tanpa terdengannya proses infeksi & biasanya
terjadi pada luka superfisial.
2. Biasanya tepi luka ditauntukan dengan jahitan
3. Penyembuhan primer ini ditandai tidak tampak tanda inflamasi,
sesudah 48 jam luka menutup & tidak terdengan tepi luka pada hari
ke 7 & ke 9.

2. Penyembuhan sekunder
a) Terjadi pada luka yang luas, tepi luka berjauhan shg terbentuk rongga
yang diisi oleh bekuan darah & jar.nekrotik
b) Ditandai dengan terdengannya :
c) Jar.granulasi Pucat atau tidak ada kemajuan penyembuhan luka, terlalu
basah atau terlalu kering
d) Ukuran luka ; tidak berubah atau meluas sesudah pus dikeluarkan
e) eksudat, menebal atau dengan tanpa bau
f) Jar. Epitel : Tidak terdengan atau terdengan disekitar luka

3. Penyembuhan Tertier
1. Luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah tindakan
debridemen, setelah diyakini bersih tepi luka dipertauntukan
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN
LUKA
1. Vaskularisasi
2. mempengaruhi luka karena luka m’butuhkan peredaran darah yang
baik untuk pertumbuhan atau perbaikan sel
3. Usia
Kecepatan perbaikan sel berlangsung dengan pertumbuhan atau
kematangan usia seseorang. Namun selanjutnya proses penuaan dpt
menurunkan sistem perbaikan sel sehingga dengan memperlambat
proses penyembuhan luka
4. Anemia
Memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel
membutuhkan kadar protein yang cukup. Oleh sebab itu org yang
mengalami kekurangan kadar Hb dalam darah akan mengalami proses
penyembuhan yang lebih lama.
5. Penyakit
Adanya penyakit spt diabetes melitus & ginjal dpt memperlambat
proses penyembuhan luka
6. Nutrisi
merupakan unsur utama dlm membantu perbaikan sel, terutama
karena terdengan kandungan zat gizi didalamnya. Contoh : vit A
diperlukan untuk membantu proses epitelisasi atau penutupan luka &
sintesis kolagen; Vit B kompleks sbg kofaktor pada sistem enzim
yang mengatur metabolisme protein, karbohidariat & lemak; Vit C dpt
berfungsi dbg fibroblas, mencegah timbulnya infeksi & membentuk
kapiler2 darah; Vit K membantu sintesis protrombin & berfungsi sbg
zat pembekuan darah
7. Kegemukan, obat-obatan, merokok & stres mempengaruhi proses
penyembuhan luka. Org yang terlalu gemuk, banyak mengkonsumsi
obat2an, merokok atau stres akan mengalami proses penyembuhan yang
lebih lama.
Faktor2 Yang Mengganggu Penyembuhan Luka

Efek Fisiologis Implikasi Keperawatan

USIA
Penuaan dpt menganggu semua tahap Instruksikan klien untuk berhati2
penyembuhan luka agar tidak terjadi cedera
Perubahan vaskuler menganggu sirkulasi kedaerah Bersiap untuk melakukan
luka perawatan luka untuk waktu
Penurunan fungsi hati menganggu sintesis faktor yang lbh lama
pembekuan

Respons inflamasi lambat Ajarkan tehnik2 perawatan luka


Pembentukan antibodi & limfosit menurun pada orang yang merawat klien
Jaringan kolagen kurang lunak dirumah
Jaringan parut kurang elastic

MALNUTRISI Beri diet seimbang yang kaya


Semua fase penyembuhan luka terganggu protein, karbohidariat, lemak,
Stres akibat luka atau trauma yang parah akan vit.A & C serta mineral (contoh
meningkatkan kebutuhan nutrisi zink, tembaga)
Beri kalori & cairan yang
adekuat

OBESITAS Observasi adanya tanda2 infeksi


Jaringan lemak kekurangan suplai darah untuk luka & eviserasi pada klien
melawan infeksi bakteri & untuk mengirimkan dengan obesitas
nutrisi serta elemen seluler yang berguna dlm
penyembuhan luka
GANGGUAN OKSIGENASI
Tekanan oksigen arteri yang rendah akan
menganggu sintesis kolagen & pembentukan sel Berikan zat besi yang adekuat.
epitel Vit B12 & asam folat. Monitor
Jika sirkulasi lokal aliran darah buruk, jaringan jumlah hematokrit & Hb pada
gagal memperoleh oksigen yang dibutuhkan klien yang memiliki luka

MEROKOK
Merokok mengurangi jumlah Hb fungsional dlm Dorong klien untuk tidak
darah shg menurunkan oksigenasi jaringan merokok dengan cara
Merokok dpt meningkatkan agregasi trombosit & menjelaskan akibatnya pada
menyebabkan hiperkoagulasi penyembuhan luka
Merokok menganggu mekanisme sel normal yang
dpt meningkatkan pelepasan oksigen ke dlm
jaringan
OBAT-OBATAN
Steroid menurunkan respons inflamasi &
memperlambat sintesis kolagen
Obat2an antiinflamasi menekan sintesis protein, Observasi klien yang menerima
kontraksi luka, epitelisasi & inflamasi obat2an ini dengan hati2 karena
Penggunaan antibiotik dlm waktu lama dpt tanda2 inflamasi mungkin tidak
meningkatkan risiko terjadinya superinfeksi akan terlihat jelas
Obat2an kemoterapi dpt menekan fungsi sum2 Vit. A dengan bekerja melawan
tulang, menurunkan jumlah leukosit, & mggu efek steroid
respon inflamasi
DIABETES
Penyakit kronik menyebabkan timbulnya penyakit
pembuluh darah kecil yang dpt mggu perfusi
jaringan
Diabetes menyebabkan Hb memiliki afinitas yang
lebih besar untuk oksigen shg Hb gagal melepaskan
oksigen ke jaringan Instruksikan klien diabetes untuk
Hiperglikemia mggu kemampuan leukosit utk mencegah kulit potong atau luka
melakukan fagositosis & juga mendorong Beri tindakan pencegahan berupa
pertumbuhan infeksi jamur & ragi yang berlebihan perawatan kaki
RADIASI Kontrol gula darah utk
Proses p’bentukan jar. parut vaskuler & fibrosa akn mengurangi perubahan fisiologis
t’jadi pada jar kulit yang tidak teradiasi yang berhubungan dengan
Jar. mudah rusak & kekurangan oksigen diabetes
STRES LUKA
Muntah, distensi abdomen & usaha pernapasan dpt
menimbulkan stres pada jahitan operasi & merusak Observasi secara ketat adanya
lapisan luka komplikasi luka pada klien yang
Tekanan mendadak yang tidak terduga pada luka menjalani pembedahan setelah
insisi akan menghambat pembentukan sel endotel dilakukan radiasi
& jaringan kolagen

Kontrol mual dengan pemberian


antiemetik
Jaga kepatenan selang nasogaster
& aliran cairan yang keluar utk
mencegah akumulasi sekresi
Instruksikan & bantu klien
menekan luka abdomen saat
klien batuk

Manajemen Luka yang tidak Tepat - Gunakan tekhnik pembalutan


yang tepat
Psikososial - Gunakan antiseptik solution
- Buruknya pemahaman & penerimaan trhd dengan tepat
program pengobatan Berikan pemahaman yang baik
- Kecemasan yang berkaitan dengan perubhan kepada klien
pada pekerjaan, penghasilan, hub. Pribadi & body
image
F. FAKTOR PENYULIT
1. Faktor Petuga Kesehatan
2. Cara insisi luka
3. Factor Pasien
4. Malnutrisi seperti difesiensi protein, pada usia lanjut
5. Defisiensi vitamin C, menyebabkan gangguan pembentukan kolagen
, luka mudah terinfeksi dan gangguan proses inflamasi.
6. Defisiensi vitamin A, mengakibatkan perlambatan proses re-
epitelialisasi dan sintesa kolagen.
7. Defisiensi vitamin K, mengakibatkan gangguan hemostasis pada fase
inflamasi
8. Defisiensi Zink (Zn), mengakibatkan gangguan proliferasi sel dan
sintesa kolagen
9. Penyakit penyerta seperti DM, DVT dan kelainan pembentukkan
10. Obat-obatan seperti anti infalation dariugs.

G. MASALAH YANG TERJADI PADA LUKA


1. Infeksi, terjadi bila terdengan tanda2 seperti kulit kemerahan,
demam atau panas, rasa nyeri & timbul bengkak, jaringan di
sekitar luka mengeras, serta adanya kenaikan leukosit
2. Dehiscene, merupakan pecahnya luka sebagian at seluruhnya yang
dpt dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kegemukan,
kekurangan nutrisi, terjadinya trauma dll. Sering ditandai dengan
kenaikan suhu tubuh (demam), takikardia & rasa nyeri pada
daerah luka
3. Eviceration, yaitu menonjolnya organ tubuh bagian dalam kearah
luar melalui luka. Hal ini dpt terjadi jika luka tidak segera
menyatu dengan baik akibat proses penyembuhan yang lambat
4. Perdarahan, ditandai dengan adanya perdarahan disertai
perubahan tanda vital seperti kenaikan denyut nadi, kenaikan
pernapasan, penurunan tekanan darah, melemahnya kondisi tubuh,
kehausan, serta keadaan kulit yang dingin & lembab

H. PERDARAHAN PADA
1. Pengertian
Keluarnya darah dari suatu kerusakan integritas jaringan baik dari dalam /
luar tubuh
Peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena pembuluh darah tsb
mengalami kerusakan (benturan fisik, sayatan)

2. Klasifikasi sumber perdarahan

a. Perdarahan rambut (kapiler)


Sebagai akibat dari luka superfisial, darah yang keluar merembes
perlahan & berwarna merah terang. secara normal perdarahan dpt
dikontrol dengan mekanisme pembekuan tubuh itu sendiri.
b. Perdarahan Vena
Dpt dikenali dengan merah berwarna gelap mengalir dari luka, jika
terkena vena besar maka kehilangan darah akan cepat menyebabkan
kematian
c. Perdarahan nadi (arteri)
Darah yang berasal dari pembuluh nadi keluar memancar sesuai dengan
denyutan nadi & berwarna merah terang
d. Jenis2 Perdarah
e. Perdarahan Luar
Perdarahan yang tampak/terlihat jelas keluar dari luka t’buka
f. Perdarahan Dalam
I. Biasanya tak terlihat & kulit tidak tampak rusak
II. Kadang2 t’lihat berada dibawah p’mukaan kulit tampak memar
III. Bentuk lain dari perdarahan dalam adalah perdarahan tertutup
3. Penanganan
a) Perlindungan terhadap infeksi pada penangan perdarahan :
b) Pakai APADA agar tidak terkena darah atau cairan tubuh korban
c) Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu
memberi perawatan
d) Cucilah tangan segera setelah selesai merawat
e) Dekontaminasi atau buang bahan yang sudah ternoda dengan darah
atau cairan tubuh korban
4. Metode Pengontrolan Perdarahan (mengendalikan perdarahan luar)
1). Penekanan Langsung
a. Penekanan yang keras & digunakan secara langsung diatas
luka
b. Dilakukan secara terus menerus sampai balutan
penekanannya mantap dipasang
c. Umumnya perdarah akan berhenti setelah 5-15 menit.Bila
belum berhenti dengan ditambah penutup lain, tanpa
melepas penutup pertama
2). Elevasi (Tinggikan posisi luka & lakukan bersamaan dgn tekanan
langsung )
3). Penekanan pada titik tekan (Arteri)
Penekanan dpt dilakukan pada ujung arteri yang sesuai & tempat m
yang sering dilakukan adalah :
a. Arteri Temporalis : Depan teling .luka pada kulit kepala
b. Arteri Fasialis : Dibawah dagu, sekitar 2,3 cm sebelah dlm dagu
perdarahan sekitar hidung & daerah mul
c. Arteri Karotis Kolumna : Sisi samping trakea, & dilakukan dlm
jangka pendek sewaktu jalan napas pasien harus diobservasi serta
tidak blh dilakukan pada kedua arteri karotis secara bersamaan
d. Arteri sub Klavia : Dibawah kedua sisi sub klavia, dilakukan ps
posisi melintang dibelakang dan kira2 setengah panjang
klavikula
e. Arteri Brakhialis : 1/3 jarak bahu & sikut antara biseps & triseps
f. Arteri Femoralis : Pada lipatan paha & dilakuakan secara keras
g. Arteri Radialis-Ulnaris : Radialis (pergelangan tangan disamping
ibu jari), ulnaris (pada daerah anterior yang berhadapan)
4). Tornikuet
a) Penangan perdarahan hebat
b) Dilepaskan tiap 5 menit setiap 20 menit pemasangan & dilepaskan
setelah 2 Kerugian pemasangan
c) Nyeri yang bertambah
d) Jika terlalu kencang maka jaringan pada luka akan menjadi rusak
terutama saraf dan pembuluh darah
e) Bila tidak kencang maka perdarahan akan meningkat
f) Tornikuet kemungkinan akan terus terpasang & akan terlupakan
g) Petunjuk pemasangan
h) Gunakan balutan yang sesuai -- Dipasang pada daerah luka &
dikencangkan secukup
i) Catat waktu pemasangan
j) Jangan gunakan simpul mati, kirim korban secepatnya
k) Perawatan Perdarahan
l) Pada perdarahan besar
m) Jangan buang waktu hanya untuk mencarai penutup luka
n) Tekan langsung dengan tangan (sebaiknya menggunakan sarung
tangan)
o) Pertahankan dan tekan cukup kuat
p) Rawat luka setelah perdarahan terkendali
q) Pada perdarahan ringan/terkendali
r) Gunakan tekanan langsung dengan penutup luka
s) Tekan sampai perdarahan terkendali
t) Pertahankan penutup luka & balut
u) Sebaiknya jangan melepas penutup luka atau balutan pertama
v) Pada perdarahan dalam atau curiga ada perdarahan dalam :
w) Baringkan & istirahatkan penderita
x) Buka jalan napas & pertahankan
y) Periksa berkala pernapasan & denyut nadi
z) Perawatan syok bila terjadi syok atau diduga akan terjadi syok
aa) Jangan beri makan & minum
bb) Rawatlah cedera berat lainnya bila ada
cc) Bila ada berikan oksigen
dd) Rujuk ke fasilitas kesehat

MACAM-MACAM LUKA DAN PENANGANANNYA


Jenis Luka:

1. Berdasarkan Tingkat Kontaminasi Luka.

Luka Bersih (Clean Wounds). Yang dimaksud dengan luka bersih adalah luka
bedah tak terinfeksi yang mana luka tersebut tidak terjadi proses peradangan
(inflamasi) dan juga infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan
urinari tidak terjadi
Luka bersih terkontaminasi (Clean-contamined Wounds). Jenis luka ini adalah
luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan
dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi.
Luka terkontaminasi (Contamined Wounds) adalah luka terbuka, fresh, luka
akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau
kontaminasi dari saluran cerna.
Luka kotor atau infeksi (Dirty or Infected Wounds) adalah terdapatnya
mikroorganisme pada luka. Dan tentunya kemungkinan terjadinya infeksi pada
luka jenis ini akan semakin besar dengan adanya mikroorganisme tersebut.

2. Berdasarkan Kedalaman Dan Luasnya Luka.

1. Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema). Luka jenis ini


adalah luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
2. Stadium II : Luka "Partial Thickness". Luka jenis ini adalah hilangnya
lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis.
Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti halnya abrasi,
blister atau lubang yang dangkal.
3. Stadium III : Luka "Full Thickness". Luka jenis ini adalah hilangnya kulit
keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang
dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang
mendasarinya. Luka ini timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang
dalam dengan atau tanpa merusak jaringan di sekitarnya.
4. Stadium IV : Luka "Full Thickness". Luka jenis ini adalah luka yang telah
mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi /
kerusakan yang luas.

3. Berdasarkan Waktu Penyembuhan Luka.

a. Luka Akut. Luka akut adalah jenis luka dengan masa penyembuhan sesuai
dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.
b. Luka Kronis. Luka kronis adalah jenis luka yang yang mengalami
kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan
endogen.

MACAM LUKA DAN PENANGANANYA

1. Vulnus excoriasi (Luka lecet)

A. Pengertian : Jenis luka yang satu ini derajat nyerinya


biasanya lebih tinggi dibanding luka robek, mengingat luka
jenis ini biasanya terletak di ujung-ujung syaraf nyeri di kulit.
B. Cara penanganan : Pertama yang harus dilakukan adalah
membersihkan luka terlebih dahulu menggunakan NaCl
0,9%, dan bersiaplah mendengar teriakan pasien, karena jenis
luka ini tidak memungkinkan kita melakukan anastesi, namun
analgetik boleh diberikan. Setelah bersih, berikan
desinfektan. Perawatan jenis luka ini adalah perawatan luka
terbuka, namun harus tetap bersih, hindari penggunaan
IODINE salep pada luka jenis ini, karena hanya akan menjadi
sarang kuman, dan pemberian IODINE juga tidak perlu
dilakukan tiap hari, karena akan melukai jaringan yang baru
terbentuk.

2. Vulnus punctum (Luka tusuk)


1. Pengertian : Luka tusuk biasanya adalah luka akibat logam, nah
yang harus diingat maka kita harus curiga adalanya bakteri
clostridium tetani dalam logam tersebut.
2. Cara penanganan : Hal pertama ketika melihat pasien luka tusuk
adalah jangan asal menarik benda yang menusuk, karena bisa
mengakibatkan perlukaan tempat lain ataupun mengenai pembuluh
darah. Bila benda yang menusuk sudah dicabut, maka yang harus
kita lakukan adalah membersihkan luka dengan cara menggunakan
H2O2, kemudian didesinfktan. Lubang luka ditutup menggunakan
kasa, namun dimodifikasi sehingga ada aliran udara yang terjadi.

3. Vulnus contussum (luka kontusiopin)

1. Pengertian : luka kontusiopin adalah luka memar, tentunya jangan


diurut ataupun ditekan-tekan, karena hanya aka mengakibatkan
robek pembuluh darah semakin lebar saja.
2. Cara penanganan : Yang perlu dilakukan adalah kompres dengan air
dingin, karena akan mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah,
sehingga memampatkan pembuluh-pembuluh darah yang robek.

4. Vulnus insivum (Luka sayat)

1. Pengertian : luka sayat adalah jenis luka yang disababkan karena


sayatan dari benda tajam, bisa logam maupun kayu dan lain
sebgainya. Jenis luka ini biasanya tipis.
2. Cara penanganan : yang perlu dilakukan adalah membersihkan dan
memberikan desinfektan.
5. Vulnus schlopetorum

1. Pengertian : jenis luka ini disebabkan karena peluru tembakan, maka


harus segera dikeluarkan tembakanya.
2. Cara penanganan : jangan langsung mengeluarkan pelurunya,
namun yang harus dilakukan adalah membersihkan luka dengan
H2O2, berikan desinfektan dan tutup luka. Biarkan luka selama
setidaknya seminggu baru pasien dibawa ke ruang operasi untuk
dikeluarkan pelurunya. Diharapkan dalam waktu seminggu posisi
peluru sudah mantap dan tak bergeser karena setidaknya sudah
terbentuk jaringan disekitar peluru.

6. Vulnus combustion (luka bakar)

1. Pengertian : adalah luka yang disebabkan akibat kontaksi antara


kulit dengan zat panas seperti air panas(air memdidih), api, dll.
2. Cara penanganan : Penanganan paling awal luka ini adalah alirkan
dibawah air mengalir, bukan menggunakan odol apalagi minyak
tanah. Alirkan dibawah air mengalir untuk perpindahan kalornya.
Bila terbentuk bula boleh dipecahkan, perawatan luka jenis ini
adalah perawatan luka terbuka dengan tetap menjaga sterilitas
mengingat luka jenis ini sangat mudah terinfeksi. Dan ingat
kebutuhan cairan pada pasien luka bakar.

7. Luka gigitan.

1. Pengertian : luka jenis ini disebabkan dari luka gigitan binatang,


seperti serangga, ular, dan binatang buas lainya. Kali ini luka gigitan
yang dibahas adalah jenis luka gigitan dari ular berbisa yang
berbahaya.
2. Cara penanganan : mengeluarkan racun yang sempat masuk ke
dalam tubuh korban dengan menekan sekitar luka sehingga darah
yang sudah tercemar sebagian besar dapat dikeluarkan dari luka
tersebut. Tidak dianjurkan mengisap tempat gigitan, hal ini dapat
membahayakan bagi pengisapnya, apalagi yang memiliki luka
walaupun kecil di bagian mukosa mulutnya. Sambil menekan agar
racunnya keluar juga dapat dilakukan pembebatan( ikat) pada bagian
proksimal dari gigitan, ini bertujuan untuk mencegah semakin
tersebarnya racun ke dalam tubuh yang lain. Selanjutnya segera
mungkin dibawa ke pusat kesehatan yang lebih maju untuk
perawatan lanjut.

8. Laserasi atau Luka Parut.

1. Pengertian : Luka parut disebabkan karena benda keras yang


merusak permukaan kulit, misalnya karena jatuh saat berlari.
2. Cara penanganan : Cara mengatasi luka parut, bila ada perdarahan
dihentikan terlebih dahulu dengan cara menekan bagian yang
mengeluarkan darah dengan kasa steril atau saputangan/kain bersih.
Kemudian cuci dan bersihkan sekitar luka dengan air dan sabun.
Luka dibersihkan dengan kasa steril atau benda lain yang cukup
bersih. Perhatikan pada luka, bila dijumpai benda asing ( kerikil,
kayu, atau benda lain ) keluarkan. Bila ternyata luka terlalu dalam,
rujuk ke rumah sakit. Setelah bersih dapat diberikan anti-infeksi
lokal seperti povidon iodine atau kasa anti-infeksi.

9. Terpotong atau Teriris

1. Pengertian : Terpotong adalah bentuk lain dari perlukaan yang


disebabkan oleh benda tajam, bentuk lukanya teratur dan dalam,
perdarahan cukup banyak, apalagi kalau ada pembuluh darah arteri
yang putus terpotong.
2. Cara penanganan : menangani perdarahan terlebih dahulu yakni
dilakukan dengan menekan bagian yang mengeluarkan darah
dengan menggunakan kasa steril atau kain yang bersih. Bila ada
pembuluh nadi yang ikut terpotong, dan cukup besar, dilakukan
pembalutan torniquet. Pembalutan dilakukan dengan menempatkan
tali/ikat pinggang/saputangan pada bagian antara luka dan jantung
secara melingkar, kemudian dengan menggunakan sepotong
kayu/ballpoint tali/ikat pinggang/saputangan tadi diputar sampai
lilitannya benar-benar kencang. Tujuan cara ini untuk menghentikan
aliran darah yang keluar dari luka. Setelah itu, luka ditutup dan
rujuk ke rumah sakit. Pembebatan torniquet dilakukan pada lengan
atas atau paha. Pembebatan di tempat lain tidak akan efektif. Pada
luka yang teriris dioles anti infeksi kemudian ditutup kasa steril.

PENANGANAN LUKA (secara umum)

Dalam penanganan luka, sudah umum diketahui bahwa salah satu yang harus
dilakukan adalah tindakan debridement. Debridement bertujuan untuk membuat
luka menjadi bersih sehingga mengurangi kontaminasi pada luka dan mencegah
terjadinya infeksi. Debridement bisa dilakukan dengan beberapa cara, dari yang
kurang invasif hingga invasif, yaitu debridement secara biologik, mekanik,
otolitik, enzimatik, dan surgical.

PROSES PENYEMBUHAN LUKA


1. Fase Inflamasi

adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang
terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan
perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri
untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan.
2. Fase Proliferatif

adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel.
Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada
persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama
proses reonstruksi jaringan.
3. Fase Maturasi

Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang
lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah ; menyempurnakan terbentuknya
jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas
sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringa
mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen
bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut
akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan.
s
TEKHNIK PERAWATAN LUKA
A. Prinsip-prinsip perawatan luka
1. Pembersihan dan pencucian luka
a. Luka kering (tidak mengeluarkan cairan) dibersihkan dengan tekhnik
swabbing yaitu ditekan & digosok pelan2 menggunakan kasa steril
atau kasa bersih yang dibasahi dengan air steril atau NaCl 0,9%.
b. Luka basah (mudah berdarah) dibersihkan dengan tekhnik irrigasi
yaitu di semprot Lembut dengan air steril atau NaCl (klu tidak ada
bisa diganti dengan air matang). Kalau memungkinkan bisa direndam
selama 10 menit dlm larutan kalium permanganat (PK) 1:10.000 (1 gr
bubuk PK dilarutkan dlm10 liter air) atau dikompres larutan PK
1:10.000 atau rivanol 1:1000 menggunakan kain kasa.
c. cairan antiseptik sebaiknya tidak digunakan , kecuali jika terdengan
infeksi (dpt merusak fibroblast, menimbulkan alergi,bahkan
menimbulkan luka dikulit sekitarnya).
2. Memilih pembalut
luka merupakan sarana vital untuk mengatur kelembaban kulit, menyerap
cairan yang berlebih, mencegah infeksi & membuang jaringan mati.
Pembalut yang dipakai disesuaikan dengan kondisi/keadaan luka.
contoh pembalut :
a) Pembalut yang mengandung calsium alginate : berbahan rumput laut,
menjadi gel jika bercampur cairan luka, menyerap cairan luka,
merangsang proses pembekuan darah, mencegah kontaminasi bakteri
pseudomonas.
b) Hydarioactive gel → membantu proses pelepasan jaringan mati
c) Hydariocoloid → Mempertahankan kelembaban luka, menyerap cairan,
menghindari infeksi → Luka merah, bengkak atau mengalami infeksi
d) Nystatin yang dikombinasikan dengan metronidazole & tepung
maizena → mengurangi iritasi/lecet, menyerap cairan yang tidak terlalu
berlebihan & mengurangi bau tidak
3. Tidak boleh membuat sebuah luka menjadi luka baru (berdarah lagi) →
memulai perawatan dari awal lagi Yang penting diperhatikan dlm merawat luka
adalah selalu menjaga kebersihan → mencuci tangan dengan sabun sebelum &
sesudah merawat luka, selalu menjaga kebersihan luka, menjaga agar
pembalut/penutup luka selalu bersih & kering. Hindari tindakan menggaruk luka
atau kulit disekitar luka
B. Luka baru
a. Luka baru yang kotor → dibersihkan dengan air & sabun & dikeringkan
dengan kain bersih atau kasa steril.
b. Bila luka dangkal & terdengan dibagian yang tidak bergerak dibiarkan
terbuka → proses penyembuhan cepat
c. Bila luka bersih tidak usah pakai antiseptik atau salep antibiotik. Bila luka
kotor sebaiknya ditutup dengan kasa steril
d. Luka operasi → mempercepat penyembuhan dijaga agar tidak terkena air

C. Luka Basah
a. M’hilangkan nanah
Nanah → bakteri, dengan pembedahan, membuka serta mengalirkan
nanah → mengurangi pembentukan nanah dibersihkan dengan cairan
fisiologis → kalau basah bisa diganti beberapa kali
b. Menjaga kelembaban luka
Stlh jar. Mati dibersihkan & nanah dikeluarkan → keluarnya cairan
bening (tahap penyembuahan luka dimulai). Semasih cairan ini b’lebih
→ dikurangi utk mengeringkan luka dengan kasa steril.
c. Menunjang masa penyembuhan
Penyembuhan luka tidak hanya bergantung dari perawatannya saja tapi
dilihat apa yang mendasari terbentuknya luka kronis. → faktor2 yang
mempengaruhi penyembuhan luka
Pengertian Perawatan Luka Perinium

Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia


(biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai
dengan sehat (Aziz, 2004). Perineum adalah daerah antara kedua belah
paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2000). Post Partum adalah
selang waktu antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ
genetik seperti pada waktu sebelum hamil (Mochtar, 2002). Perawatan
perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara
paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara
kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada
waktu sebelum hamil.

Tujuan Perawatan Perineum

Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah


mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.

Sedangkan menurut Moorhouse et. al. (2001), adalah pencegahan


terjadinya infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari
setelah kelahiran anak atau ssaborsi.

Bentuk Luka Perineum

Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :

1. Rupture

Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya


jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu
pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur
sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan. (Hamilton,
2002).
2. Episotomi

Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk


memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya
kepala bayi (Eisenberg, A., 1996).

Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan


vagina yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini
dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek teregang oleh
kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anestasi
lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestasi epiderual. Insisi
episiotomi dapat dilakukan di garis tengah atau mediolateral. Insisi
garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh
darah besar dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah diperbaiki
(Jones Derek, 2002).

Pada gambar berikut ini dijelaskan tipe episotomi dan rupture yang
sering dijumpai dalam proses persalinan yaitu :

1. Episiotomi medial

2. Episiotomi mediolateral

Sedangkan rupture meliputi

1. Tuberositas ischii

2. Arteri pudenda interna

3. Arteri rektalis inferioi

Lingkup Perawatan

Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi


organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme
yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari
perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut)
(Feerer, 2001).

Sedangkan menurut Hamilton (2002), lingkup perawatan perineum


adalah

1. Mencegah kontaminasi dari rektum

2. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma

3. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.

Waktu Perawatan

Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah

1. Saat mandi

Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah
terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan
yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan
penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.

2. Setelah buang air kecil

Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar
terjadi kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu
pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan
perineum.

3. Setelah buang air besar.

Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran


disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari
anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses
pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.

Penatalaksanaan

1. Persiapan

a. Ibu Pos Partum

Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi


dengan posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri
dengan posisi kaki terbuka.

b. Alat dan bahan

Alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung atau


shower air hangat dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah air hangat, pembalut nifas baru dan antiseptik
(Fereer, 2001).

2. Penatalaksanaan

Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan


anak mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah
infeksi, dan meningkatkan penyembuhan dengan prosedur
pelaksanaan menurut Hamilton (2002) adalah sebagai berikut:

a. Mencuci tangannya

b. Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat

c. Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah


mengarah ke rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam
kantung plastik.

d. Berkemih dan BAB ke toilet


e. Semprotkan ke seluruh perineum dengan air

f. Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke


belakang.

g. Pasang pembalut dari depan ke belakang.

h. Cuci kembali tangan

3. Evaluasi

Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan


adalah:

a. Perineum tidak lembab

b. Posisi pembalut tepat

c. Ibu merasa nyaman

Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Perineum

1. Gizi

Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap


proses penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan
sangat membutuhkan protein.

2. Obat-obatan

a. Steroid : Dapat menyamarkan adanya infeksi dengan menggangu


respon inflamasi normal.

b. Antikoagulan : Dapat menyebabkan hemoragi.

c. Antibiotik spektrum luas / spesifik : Efektif bila diberikan segera


sebelum pembedahan untuk patolagi spesifik atau kontaminasi
bakteri. Jika diberikan setelah luka ditutup, tidak efektif karena
koagulasi intrvaskular.

3. Keturunan

Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya


dalam penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi
adalah kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga
menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi penipisan
protein-kalori.

4. Sarana prasarana

Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam


perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan
perineum, misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptik.

5. Budaya dan Keyakinan

Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum,


misalnya kebiasaan tarak telur, ikan dan daging ayam, akan
mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi
penyembuhan luka.
Dampak Dari Perawatan Luka Perinium

Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat


menghindarkan hal berikut ini

1. Infeksi

Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat


menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan
timbulnya infeksi pada perineum.

2. Komplikasi

Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran


kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada
munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada
jalan lahir.

3. Kematian ibu post partum

Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya


kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum
masih lemah (Suwiyoga, 2004).
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PERAWATAN LUKA
Tujuan 1. Mempercepat proses penyembuhan luka
Mencegah luka bertambah parah
Indikasi Pada pasien DM tanpa luka

Prosedur A. Tahap Pra-interaksi


1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada.
2. Persiapan alat:
a. Sarung tangan
b. Sabun cuci luka
c. Pinset anatomi
d. Pinset sirurgi
e. Gunting jaringan
f. Gunting perban
g. Kasa steril
h. Kasa gulung
i. Pengalas
j. Plester
k. Cairan NaCl
l. Bengkok
m. Kapas lidi
n. Kom kecil
o. Plastik sampah
p. Obat topikal atau modern dressing untuk luka
sesuai dengan kebutuhan.

B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik.
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien.
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan.

C. Tahap Kerja
1. Berikan privacy kepada klien.
2. Berikan posisi yang nyaman kepada klien sebelum
melakukan tindakan.
3. Cuci tangan sebelum melakuan tindakan, gunakan
sarung tangan bersih dan masker bila perlu.
4. Pasang perlak
5. Lepaskan verban/balutan dengan cara menyentuh
bagian luarnya saja. Jika kotor, gunakan pinset untuk
mengangkat verban/balutan.
6. Jika verban/balutan menempel pada luka, basahi
dengan larutan NaCl, buka kalau sudah longgar.
7. Buang verban/balutan yang kotor ke dalam kantong
tahan air untuk dibakar.
8. Ganti sarung tangan jika di rasa sangat kotor.
9. Gunakan pinset untuk memegang gumpalan kasa.
Pertahankan ujung pinset agar tetap steril.
10. Ambil kasa steril, kemudian masukan kedalam kom
yang berisi dengan NaCl, peras kasa dan bersikan luka
dengan sekali usap area sekitar luka.
11. Buang kasa yang digunakan untuk membersihkan
setiap kali sekali mengsusap luka.
12. Ambil lagi kasa steril, basahi dengan NaCl, kemudian
peras gunakan kasa untuk membersikan area luka,
lakukan dengan cara mulai dari atas atau dekat dengan
luka dan terus makin keluar.
13. Ambil kasa steril berikan NaCl dan sabun untuk
mencuci luka.
14. Gosok permukaan luka dengan lembut guna membantu
melepaskan benda asing pada luka sebelum
mengaplikasikan balutan.
15. Bersihkan sisa sabun dengan membilasnya dengan
cairan NaCl dan kasa steril.
16. Lakukan beberapa kali hingga luka bersih.
17. Lakukan pengkajian luka.
18. Jika ada jaringan mati gunakan gunting jaringan untuk
memotong dan membuang jaringan tersebut.
19. Berikan modern dressing sesuai dengan hasil
pengkajian pada luka
20. Jika menggunakan foam sesuaikan dengan bentuk luka
dan setidaknya perbatasan 1 cm di sekitar luka.
Minimal 2 cm tergantung pada tingkat keparahan luka.
Jika menggunakan salep/gel gunakan kapas lidi untuk
mengaplikasikan,
21. Kemudian tempelkan kasa kering diatasnya. Gunakan
kasa untuk menutupi area luka dan sekitarnya.
22. Rekatkan kasa dengan mengunakan plester luka hingga
rapi.
23. Lepaskan sarung tangan.
24. Cuci tangan

D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan.
2. Berpamitan dengan klien.
3. Membereskan alat-alat.

Anda mungkin juga menyukai