Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH JANTUNG KORONER

Di susun oleh

1. FARUK ABIDIN
2. VEBBIA AINUR QORIAH
3. WINDA ANNURIL JANNAH

KEPERAWATAN

SMKS KESEHATAN YANNAS HUSADA BANGKALAN

TAHUN AJARAN 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................


1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................
1.3 Tujuan .......................................................................................................
1.4 Manfaat .....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................
2.1 Anatomi Fisiologi ......................................................................................
2.2 Definisi ......................................................................................................
2.3 Etiologi ......................................................................................................
2.4 Patofisiologi ...............................................................................................
2.5 Patway .......................................................................................................
2.6 Manifestasi Klinis ......................................................................................
2.7 Patogenesis Aterosklerosis ........................................................................
2.8 Faktor Resiko .............................................................................................
2.9 Komplikasi .................................................................................................
2.10 Cara pengobatan ......................................................................................
2.11 Cara Pencegahan ......................................................................................
2.12 Prognosis ................................................................................................
2.13 Askep
BAB III PENUTUP .................................................................................................
3.1 Kesimpulan ................................................................................................
3.2 Saran ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “PENYAKIT JANTUNG KORONER”
ini dapat selesai tepat waktu.
Dan saya juga mau mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu IRVINA yang
telah membimbing dalam mata pelajaran ini. Makalah ini masih sangat banyak
kekurangannya. Untuk itu, saya berharap kritik dan saran dari ibu demi perbaikan
makalah yang akan di buat lagi.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyusun makalah ini.

Bangkalan , 22 januari 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyebab tunggal
terbesar kematian di negara maju dan di negara berkembang. Menurut statistik dunia,
ada 9.4 juta kematian setiap tahun yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskular
dan 45% kematian tersebut disebabkan oleh penyakit jantung coroner. Davidson
Christopher (2003).

Penelitian lain menunjukkan secara global, 1/3 pria dan 1/4 wanita mengalami
penyakit jantung koroner. Ada 3.8 juta pria dan 3.4 juta wanita setiap tahunnya meninggal
akibat penyakit jantung koroner. Risiko penyakit jantung koroner meningkat 50% pada
laki-laki dan 33% pada wanita usia 40 tahun (Lennep, 2001). Pada tahun 2009, ada
sebanyak 16.419 kematian di antara orang Asia dan Kepulauan Pasifik karena penyakit
kardiovaskular. Dari jumlah tersebut, 7.752 disebabkan oleh PJK. Menurut data
WHO,Department of Measurement and Health Information, angka kematian PJK di
Asia Timur adalah 480 per 100.000 dalam satu tahun. Davidson Christopher (2003).

Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 menunjukkan penyakit jantung


koroner berada pada posisi ketujuh tertinggi PTM (Penyakit Tidak Menular) di
Indonesia. Prevalensi penyakit jantung koroner berdasarkan diagnosis dokter Indonesia
sebesar 0.5%, sedangkan berdasarkan gejala (tanpa diagnosis dokter) sebesar 1.5%.
WHO memperkirakan kematian akibat PJK di Indonesia mencapai 17.5% dari total
kematian di Indonesia.

Faktor-faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner


adalah merokok, hiperkolesterolemia, hipertensi, diabetes melitus, obesitas, usia,
jenis kelamin dan riwayat keluarga. Di Amerika Serikat, PJK menurun sebanyak lebih
dari 50% pada tahun 1968-1996. Penurunan ini disebabkan karena adanya penurunan
faktor risiko dan peningkatan terapi. Studi epidemiologi menunjukkan adanya manfaat
dari intervensi terhadap faktor risiko PJK.

Menurut Krishnan( 2013), terjadi 9.4% kematian akibat hipertensi disertai penyakit
jantung koroner pada tahun 2008 di Amerika. Selain itu, ada penelitian yang
membuktikan 50% penyakit jantung koroner di negara berkembang terjadi disebabkan oleh
hipertensi. Ini menunjukkan hipertensi adalah satu faktor risiko utama terjadinya
penyakit jantung coroner.
Menurut WHO dan The International Society of Hypertension, terdapat 600
juta penderita hipertensi di seluruh dunia dan 300 juta di antaranya meninggal setiap tahun
atau sekitar 50% pasien hipertensi mengalami kematian. Di Amerika Serikat,
diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Dari semua orang yang
menghidap hipertensi, hanya 61% yang mendapat pengobatan.
Menurut WHO, prevalensi hipertensi pada tahun 2008 tertinggi adalah
di wilayah Afrika (46%) dan terendah di wilayah Amerika (35%).
Sementara kejadian hipertensi di Indonesia sebesar 42,7% pada laki-laki dan 3 9,2%
pada perempuan.
Menurut Riskesdas 2013 Kementerian Kesehatan RI, prevalensi hipertensi di
Indonesia pada usia di atas 18 tahun mencapai 29,8%. Prevalensi ini semakin bertambah
seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi hipertensi pada golongan umur 55-64 tahun,
65-74 tahun dan >75 tahun, masing-masing mencapai 53,7%, 63,5%, dan 67,3%.
Statistik menunjukkan prevalensi usia standar hipertensi pada orang dewasa di
Indonesia sebesar 42.7% pada laki-laki dan 39.2% pada wanita.
Hipertensi merupakan faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian
PJK. Dalam penelitian Kuklina (2010), menunjukkan pada 2,587 pasien PJK ada
sebesar 286 orang (10,9%) yang mengalami hipertensi di Amerika.
Hipertensi yang tidak terkontrol cenderung mengakibatkan komplikasi
lain seperti stroke, aterosklerosis, aneurisma, sindroma metabolik, dan penyakit
ginjal. Penyakit jantung koroner juga mempunyai komplikasi-komplikasi
tersendiri seperti aritmia, gagal jantung kongestif, infark miokardial, dan kematian. Ini
berarti pasien penyakit jantung koroner yang disertai dengan hipertensi harus diberi
perhatian yang lebih baik karena, pasien ini mendapatkan komplikasi
Dari kedua penyakit tersebut. Oleh karena itu, peneliti membuat
penelitianmengenai berapa besar jumlah pasien penyakit jantung koroner yang disertai
dengan hipertensi dan meneliti karakteristik hipertensi pada pasien penyakit jantung
koroner.
Menurut survei awal yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik, jumlah pasien
penyakit jantung koroner pada tahun 2013 adalah 729 orang. Jumlah pasien penyakit
jantung koroner dari September 2013 hingga November 2013 adalah 102 orang pasien.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Penyakit Jantung Koroner ?
2. Bagaimana penyebab dan gejala Penyakit Jantung Koroner ?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit jantung koroner?
5. Bagaimanakah cara pengobatan dan pencegahan dari Penyakit Jantung Koroner ?
6. Bagaimana pencegahan penyakit jantung koroner?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi dari Penyakit Jantung Koroner.
2. Untuk mengetahui peneyebab, gejala, dan diagnosis Penyakit jantung Koroner.
3. Untuk mengetahui pencegahan penyakit jantung coroner
4. Untuk mengatahui faktor – faktor risiko Penyakit Jantung Koroner.
5. Untuk mengetahui cara pengobatan dan pencegahan Penyakit Jantung Koroner

1.4 Manfaat

1. Bagi masyarakat

Sebagai tambahan informasi dan pengetahuan di bidang kesehatan mengenai


penyakit jantung koroner, yang dapat di gunakan dalam kehidupan sehari – hari
dalam upaya pencegahan maupun pengendalian penyakit tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Fisiologi

Pembuluh darah koroner terdapat di bagian pangkal aorta (ortic root). Secara garis besar
pembuluh darah koroner terdiri atas dua yaitu: Pembuluh darah koroner kiri dan
pembuluh darah koroner kanan. Pembuluh darah koroner kiri bercabang dua yaitu :left
anterior decending (LAD) dan left circumplex (LCX). Pembuluh koroner terdiri dari 3
lapisan, yaitu tunika intima (lapisan dalam), tunika media (lapisan tengah), dan tunika
adventisia (lapisan luar), tunika intima terdiri dari 2 bagian, lapisan tipis sel-sel endotel
merupakan lapisan yang memberikan permukaan licin antara darah dan dinding arteri
serta lapisan subendhotelium, sel-sel endhotel ini memproduksikan zat-zat seperti
prostaglandin, heparin dan activator plasminogen yang membantu mencegah agregasi
trombosit dan vasokonstriksi. Selain itu endotel juga mempunyai daya regenerasi cepat
untuk memelihara daya anti trombogenik arteri. Jaringan ikat menunjang lapisan
endotel dan memisahkannya dengan lapisan yang lain.

Tunika media merupakan lapisan otot di bagian tengah dinding arteri yang mempunyai
3 bagian: bagian sebelah dalam disebut membrane elastic internal, kemudian jaringan
fibrus otot polos dan sebelah luar membrane jaringan elastic eksterna. Lapisan tebal otot
polos dan jaringan kolagen, memisahkan jaringan membrane elastic eksterna. Dan yang
terakhir ini memisahkan tunika media dengan adventisia. Tunika adventisia umumnya
mengandung jaringan ikat dan dikelilingi oleh vasa vasorum yaitu jaringan arteriol.
(Anwar, 2004)

Dalam keadaan normal arteri koronaria dapat mengalirkan darah hampir 10% dari curah
jantung per menit yaitu kira-kira 50-75ml darah per 100 gram miokard. Dalam keadaan
stress atau latihan maka timbul aliran cadangan koroner (coronary flow reserve) dimana
aliran koroner bisa sampai 240ml per 100 gram miokard. Pada keadaan stenosis maka
aliran cadangan koroner dapat mempertahankan aliran basal (basal flow) di sebelah
distal stenosis. Pada stenosis 70% atau lebih tetap saja aliran distal stenosis (distal flow)
tidak mencukupi pada saat stress atau latihan, sehingga menyebabkan iskemia (Shujuan,
2010)
Salah satu penyakit jantung koroner adalah kebiasaan makan makan makanan
berlemak tinggi terutama lemak jenuh. Agar lemak mudah masuk dalam peredarah
darah dan di serap tubuh maka lemak harus diubah oleh enzim lipase menjadi gliserol
(Yenrina, Krisnatuti, 1999).
Aterosklerosis adalah suatu keadaan arteri besar dan kecil yang ditandai oleh
endapan lemak, trombosit, makrofag dan leukosit di seluruh lapisan tunika intima dan
akhirnya ke tunika media (Elizabeth J. Corwin, 2009, 477).

Penyakit jantung koroner dapat disebabkan oleh beberapa hal :


a. Penyempitan (stenosis) dan penciutan (spasme) arteri koronaria, tetapi penyempitan
terhadap akan memungkinkan berkembangnya koleteral yang cukup sebagai pengganti.
b. Aterosklerosis, menyebabkan sekitar 98% kasus PJK
c. Penyempitan arteri koronaria pada sifilis, aortitis takayasu, berbagai jenis arteritis yang
mengenai arteri coronaria, dll.
Salah satu penyakit jantung akibat insufiensi aliran darah koroner yaitu, Angina pectoris
dan infark miokardium.
1. Angina pectoris
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi
sebagai respon, terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel
miokardium. Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke
rahang, atau ke daerah abdomen (Elizabeth J .corwin, 2009, 492).
a. Ateriosklirosis
b. Spasmearterikoroner
c. Anemia berat
d. Artritis
e. Aorta insufisiensa

Adapun jenis-jenis angina :


a. Angina stabil
Disebut juga angina klasik, terjadi jika arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat
berdilatasi untuk meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen meningkat.
Peningkatan jantung dapat menyertai aktivitas misalnya berolahraga atau naik tangga.
b. Angina prinzmental
Terjadi tampa peningkatan jelas beban kerja jantung pada kenyataannya sering timbul
pada waktu beristirahat atau tidur. Pada angina prinzmental terjadi spasme arteri
koroner yang menimbulkan iskemi jantung di bagian hilir. Kadang-kadang tempat
spasme berkaitan dengan arterosklerosis.
c. Angina tak stabil
Adalah kombinasi angina stabil dengan angina prinzmental ; dijumpai pada individu
dengan perburukan penyakit arteri koroer. Angina ini biasanya menyertai peningkatan
beban kerja jantung; hal ini tampaknya terjadi akibat arterosklerosis koroner, yang
ditandi oleh trombus yang tumbuh dan mudah mengalami spasme.

2. Infark miokardium
Terlepasnya plak arteriosklerosis dari salah satu arteri koroner dan kemudian
tersangkut di bagian hilir sehingga menyumbat aliran darah ke seluruh
miokardium yang di perdarahi oleh pembuluh tersebut. Infark miokardium
juga dapat terjadi jika lesi trombosit yang melekat di arteri menjadi cukup
besar untuk menyumbat total aliran ke bagian hilir, atau jika suatu ruang
jantung mengalami hipertrofi berat sehingga kebutuhan oksigen tidak dapat
terpenuhi. (Elizabet J. Corwin, 2009,

2.2 Definisi

Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya kelainan pada
pembuluh koroner yakni pembuluh nadi yang mengantarkan darahke aorta ke jaringan
yang melindungi rongga-rongga jantung (Yenrina, Krisnatuti, 1999).
Penyakit jantung koroner dalam suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan,
penyumbatan atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyakit jantung koroner diakibatkan
oleh penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah koroner. Penyempitan atau
penyumbutan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai
dengan rasa nyeri (Yenrina, Krisnatuti, 1999).
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya kelainan pada
pembuluh koroner yakni pembuluh nadi yang mengantarkan darahke aorta ke jaringan
yang melindungi rongga-rongga jantung (Kartohoesodo, 1982).
jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang ruang terletak rongga
dada, di bawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri stemum (Elizabeth
J.Corwin, 2009, 441).
Penyakit jantung koroner adalah gangguan yang terjadi pada jantung akibat suplai
darah ke Jantung yang melalui arteri koroner terhambat. Kondisi ini terjadi karena arteri
koroner (pembuluh darah di jantung yang berfungsi menyuplai makanan dan oksigen
bagi sel-sel jantung) tersumbat atau mengalami penyempitan karena endapan lemak
yang menumpuk di dinding arteri (disebut juga dengan plak). Proses penumpukan
lemak di pembuluh arteri ini disebut aterosklerosis dan bisa terjadi di pembuluh arteri
lainnya, tidak hanya pada arteri koroner. Arteri koroner adalah pembuluh darah di
jantung yang berfungsi menyuplai makanan bagi sel-sel jantung. Davidson Christopher
(2003).
Berkurangnya pasokan darah karena penyempitan arteri koroner menimbulkan
rasa nyeri di dada (gejala ini dikenal dengan istilah angina). Umumnya hal ini terjadi
setelah penderita melakukan aktivitas fisik yang berat atau saat mengalami stress. Bila
arteri koroner tersumbat dan darah sama sekali tidak bisa mengalir ke ja ntung,
penderita bisa mengalami serangan jantung, dan ini dapat terjadi kapan saja, bahkan
ketika penderitanya dalam keadaan tidur. Penyakit jantung koroner menyebabkan
kemampuan jantung memompa darah ke seluruh tubuh melemah. Dan jika darah tidak
mengalir secara sempurna ke seluruh tubuh, maka penderitanya akan merasa sangat
lelah, sulit bernafas (paru-paru dipenuhi cairan), dan timbul bengkak-bengkak di kaki
dan persendian. Davidson Christopher (2003).
2.3 Etiologi
Penyebab jantung koroner adalah karena penumpukan zat lemak secara berlebihan di
lapisan dinding nadi pembuluh koroner, yang dipengaruhi oleh pola makan yang kurang
sehat. Kecanduan rokok, hipertensi, kolesterol tinggi juga dapat menjadi penyebab
penyakit jantung koroner.4
Salah satu penyebab utamanya adalah aterosklerosis koroner yaitu proses penimbunan
lemak dan jaringan fibrin, gangguan fungsi dan struktur pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya aliran darah ke miokard.
Aterosklerosis adalah penyakit arteri yang berkembang secara perlahan, dengan
penebalan tunika intima yang terjadi akibat disfungsi endotel, inflamasi vaskular,
terbentuknya lipid kolesterol, kalsium, dan debris seluler pada dinding pembuluh darah.
Pembentukan ini akan menghasilkan plak, remodelling pembuluh darah, obstruksi
lumen pembuluh darah akut dan kronik, abnormalitas aliran darah dan menurunnya
suplai oksigen ke organ target.34
Adanya aterosklerosis koroner dimana terjadi kelainan pada intima bermula berupa
bercak fibrosa (fibrous plaque) dan selanjutnya terjadi ulserasi, pendarahan, kalsifikasi
dan trombosis. Perjalanan dalam kejadian aterosklerosis tidak hanya disebabkan oleh
faktor tunggal, akan tetapi diberati juga banyak faktor lain seperti : hipertensi, kadar
lipid, rokok, kadar gula darah yang abnormal.

Penyebab jantung koroner adalah karena penumpukan zat lemak secara


berlebihan di lapisan dinding nadi pembuluh koroner, yang dipengaruhi oleh pola
makan yang kurang sehat. Kecanduan rokok, hipertensi, kolesterol tinggi juga dapat
menjadi penyebab penyakit jantung koroner.
Makanan mempengaruhi kadar kolesterol total dan karena itu makanan juga
mempengaruhi resiko terjadinya penyakit arteri koroner. Merubah pola makan (dan bila
perlu mengkonsumsi obat dari dokter) bisa menurunkan kadar kolesterol. Menurunkan
kadar kolesterol total dan kolesterol LDL bisa memperlambat atau mencegah
berkembangnya penyakit arteri koroner.
Menurunkan kadar LDL sangat besar keuntungannya bagi seseorang yang
memiliki faktor resiko berikut:
 Merokok sigaret
 Tekanan darah tinggi
 Kegemukan
 Malas berolah raga
 Kadar trigliserida tinggi
 Keturunan
 Steroid pria (androgen).

Penyakit jantung yang diakibatkan oleh penyempitan pembuluh nadi koroner ini
disebut penyakit jantung koroner. Penyempitan dan penyumbatan ini dapat menghentikan
aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri. Dalam kondisi lebih
parah kemampuan jantung memompanya darah dapat hilang. Hal ini akan merusak system
golongan irama jantung dan berakibat dengan kematian (Krisatuti dan Yenrina, 1999).
Salah satu penyakit jantung koroner adalah kebiasaan makanmakanan berlemak tinggi
terutama lemak jenuh. Agar lemak mudah masuk dalam peredarah darah dan diserap tubuh
maka lemak harus diubah oleh enzim lipase menjadi gliserol. Sebagian sisa lemak akan
disimpan di hati dan metabolisme menjadi kolesterol pembentuk asam empedu yang
berfungsi sebagai pencerna lemak, berarti semakin meningkat pula kadar kolesterol dalam
darah. Penumpukan tersebut dapat menyebabkan (artherosklerosis) atau penebalan pada
pembuluh nadi koroner (arteri koronoria).
Kondisi ini menyebabkan kelenturan pembuluh nadi menjadi berkurang, serangan
jantung koroner akan lebih mudah terjadi ketika pembuluh nadi mengalami penyumbatan
ketika itu pula darah yang membawa oksigen ke jaringan dinding jantung pun terhenti
(Sulistiani, W, 2005).
Penyakit jantung coroner (PJK) ternyata bukan ditimbulkan oleh satu penyebab
saja. Hasil penyelidikan medis mengungkapkan bahwa ada serangkaian keadaan yang
memungkinkan Anda terkena PJK, dan inilah yang dinamakan factor risiko.

2.4 Patofisiologi

Fase penyakit jantung koroner dapat diketahui berdasarkan hubungan antara gejala
klinis dengan patologi endotelium yangdapat dilihat secara angioskopi. Pada permulaan
penyakit akan tampak lapisan lemak pads permukaan pembuluh darah. Bila lesi melebar
akan menyebabkan obstruksi parsial oleh plak yang permukaannya licin. Bila
plakbertambah besar aliran koroner akan berkurang dan menyebabkan angina stabil.
Beberapa plak akan mengalami ulserasi dan menyebabkan kumpulan platelet pada
tempat tersebut. Kumpulan platelet tersebut akan mengakibatkan lepasnya
vasokonstriktor koroner secara periodik dari aliran darah dan menyebabkan angina yang
laju (accelerated angina) yaitu bentuk peralihan dari angina stabil ke angina tak stabil.
Bila emboli yang lepas cukup besar akan menyebabkan kematian yang mendadak.
Kumpulan platelet yang menempel dapat membentuk trombus kecil. Bila trombus
cukup besar dan menyebabkan obstruksi total akan menjadi infark miokard. Setelah
terjadi infark, trombus akan lisis oleh proses endogen. Ulserasi endotelium menyembuh
dalam beberapa minggu. Proses penyembuhan kadang-kadang tidak seluruhnya
sempurna, seringkali trombus yang tersisa membentuk sumbatan dalam pembuluh darah
sehingga timbul kembali angina stabil. Plak tersebut dapat ruptur kembali, dan
seterusnya
Jadi mekanisme pencetus yang mengubah status seorang penderita dengan gejala klinis
stabil menjadi gawat seperti infark miokard akut sangat berhubungan erat dengan
patogenesis ate rosklerosis, agregasi platelet,trombosis intra koroner serta vasospasme
koroner. Maka bagi penderita penyakit koroner dengan aliran darah koroner terganggu,
penanganan utamanya adalah revaskularisasi dan reperfusi, baik secara mekanik
maupun medikamentosa

2.5 Patway
2.6 Manifestasi klinis

 Sesak napas mulai dengan napas yang terasa pendek sewaktu melakukan
aktivitas yang cukup berat, yang biasanya tak menimbulkan keluhan. Makin
lama sesak makin bertambah, sekalipun melakukan aktivitas ringan.
 Klaudikasio intermiten, suatu perasaan nyeri dan keram di ekstremitas bawah,
terjadi selama atau setelah olah raga, Peka terhadap rasa dingin
 Perubahan warna kulit.
 Nyeri dada kiri seperti ditusuk-tusuk atau diiris-iris menjalar ke lengan kiri.
 Keringat dingin dan berdebar-debar
 Dada rasa tertekan seperti ditindih benda berat, leher rasa tercekik.
 Denyut jantung lebih cepat
 Mual dan muntah
 kelemahan yang luar biasa
2.7 PATOGENESIS ATEROSKLEROSIS
Menurut kelompok studi WHO (1958), aterosiderosis adalah suatu kombinasi perubahan
tunika intima pembuluh darah arteri yang bervariasi, yang terdiri dari penimbunan
setempat lemak, kompleks karbohidrat, darah dan produk darah, jaringan fibrosa,
penimbunan kalsium bersama-sama dengan perubahan tunika media. Seperti diketahui
struktur normal dinding arteri terdiri dari tunika intima, tunika media dan tunika
adventisia. Pada proses aterosklerosis prinsipnya yang terlibat adalah tunika intima
walaupun perubahan sekunder dapat juga dijumpai pads tunika media. Tiga tipe lesi
aterosklerosis klasik yang dapat dijumpai adalah garis lemak, plak fibrosa dan lesi
kompleks. Garis lemak ditandai oleh penimbunan lemak setempat, sejumlah kecil sel otot
polos intima dan tidak menyebabkan obstruksi ataupun gejala. Garis lemak ini bersifat
reversibel dan dapat menjadi plak fibrosa. Plak fibrosa adalah lesi yang karakteristik,
nampak keputihan dan menonjol ke dalam lumen arteri. Plak fibrosa dapat berkembang
menjadi lesi kompleks yaitu plak fibrosa yang berubah karena adanya perdarahan,
fibrosis dan kalsifikasi, ulserasi ataupun trombosis. Sifat khan lesi ini adalah kalsifikasi
dan sering dihubungkan dengan kejadian oklusi.
Aterosklerosis merupakan spektrum dari reaksi arteri akibat beberapa faktor yang
mempengaruhi dinding pembuluh darah dan menyebabkan kelainan melalui mekanisme
yang berbeda pada subyek yang berbeda bahkan tempat yang berbeda pada subyek yang
sama.

Teori dan mekanisme terbentuknya aterosklerosis :

1. Mekanisme Infiltrasi Lipid


Teori ini menerangkan bahwa plasma protein termasuk LDL dan VLDL secara
kontinu masuk ke dalam pembuluh darah melalui endotel. LDL yang berlebihan akan
tertimbun di dalam dinding arteri. Produk dari metabolisme lipoprotein ini terutama
kolesterol bebas; kolesterol bebas dan kolesterol ester akan menyebabkan reaksi
fibrokalsifikasi.

2. Permeabilitas Tunika Intima dan Kerusakan Sel Endotel


Perubahan permeabilitas tunika intima terhadap lipoprotein dan kerusakan sel
endotel merupakan faktor penting terbentuknya aterosklerosis. Dari percobaan
diketahui bahwa kerusakan endotel dapat disebabkan oleh panas, dingin, mekanik
(kateter) yang mempercepat proses aterosklerosis pads keadaan hiperkolesterolemi.
Kerusakan endotel ataupun perubahan permeabilitas juga dapat terjadi akibat
aglutinasi platelet yang melepaskan vasoaktif amin, dari area yang mengalami stres
hemodinamik, hipertensi dan kompleks antigen-antibodi.

3. Mekanisme Trombogenik
Perkembangan lebih lan jut proses aterosklerostik dapat menyebabkan oklusi total
yang erat hubungannya dengan ruptur plak, agregasi platelet, terbentuknya trombus
serta vasospasme koroner. Ruptur plak akan menyebabkan pelepasan ATP dan ADP
dari sel-sel yang rusak. ATP dan ADP mengaktifkan platelet sehingga terjadi adesi.
Platelet kemudian melepaskan tromboksan A2 dan terutama ADP yang mengaktifkan
platelet di sekitarnya untuk beragregasi dan membentuk gumpalan trombus.

4. Mekanisme Hemodinamik
Mekanisme ini menerangkan hubungan lokalisasi dan pembentukan aterosklerosis.
Plak ateroma terutama sering didapatkan di daerah percabangan pembuluh darah.
Pada pembuluh darah koroner, ateroma lebih jelas pads bagian proksimal dari tiga
cabang utama epikardial arteri koronaria yang jelas bergerak pads setiap denyut
jantung. Arteri penderita hipertensi menunjukkan peningkatan permeabilitas terhadap
molekul lipoprotein. Faktor mekanis ini dapat mempengaruhi perubahan tunika
intima dan merangsang pembentukan mikro trombi

5. Perdarahan Kapiler
Teori Wintemitz (1938) menerangkan bahwa lipid pads lesi aterosklerotik berasal
dari perdarahan berulang pads plak akibat ruptur kapiler lumen pembuluh darah
maupun vasa vasorum. Walaupun mekanisme ini tidak ada hubungannya dengan
permulaan pembentukan lipid akan tetapi mekanisme ini dapat menambah
penimbunan lipid dan fibrosis pads plak yang sudah terbentuk. Paterson menjelaskan
bahwa frekuensi dan adanya perdarahan kapiler dalam plak merupakan mekanisme
untuk terjadinya obstruksi akut arteri koroner.
6. Migrasi Lipofag (Makrofag)
Teori ini diperkuat oleh Leary; penimbunan kolesterol pada arteri adalah akibat
lipofag yang beredar dalam darah melakukan penetrasi pads tunika intima. Sel ini
diduga melakukan penetrasi ke dalam endotelium atau melekat pads permukaan
sehingga menutupi endotelium

2.8 Faktor Resiko

Faktor risiko penyakit jantung koroner ada yang membaginya dalam faktor risiko
primer (independen) dan sekunder (Kasiman, 1997; Krismi, 2002), yaitu:
1. Faktor risiko primer; faktor ini dapat menyebabkan gangguan arteri berupa
aterosklerosis tanpa harus dibantu oleh faktor lain (independen), termasuk faktor risiko
primer, yaitu hiperlidemi, merokok, dan hipertensi.

2. Faktor risiko sekunder; Faktor ini baru dapat menimbulkan kelainan arteri bila
ditemukan faktor lain secara bersamaan, termasuk factor risiko sekunder, yaitu
diabetes melitus (DM), obesitas, stres, kurang olah raga, alkohol, dan riwayat
keluarga.
Dalam penelitiannya, Tjokroprawiro (2001) menyebutkan ada 34 faktor risiko
yang bertanggung jawab terhadap kualitas sel endotel dan pembuluh darah, yang
selanjutnya juga bertanggung jawab terhadap kualitas hidup manusia itu sendiri.
Ke-34 faktor risiko tersebut adalah :

1. Faktor resiko Penyakit Jantung Koroner


1. Genetik
2. Insulin resistensi
3. Intoleransi glukosa
4. Asam urat
5. Lipid
6. Obesitas
7. Merokok
8. Hipertensi
9. Inaktivitas fisik
10. Agregasi platelet
11. Stres
12. Jenis kelamin
13. Usia
14. Fibrinogen

2.9 komplikasi

 Serangan jantung yang mengancam jiwa menyebabkan infark


myocardium (kematian otot jantung) karena persediaan darah tidak cukup.
 Angina pectoris yang tidak stabil, syok dan aritmia
 Gagal jantung kongestif
 Tekanan Darah Tinggi (hipertensi)
 Diabetes

2.10 Cara pengobatan

Pada prinsipnya pengobatan PJK ditujukan untuk agar terjadi keseimbangan


lagi antara kebutuhan oksigen jantung dan penyediaannya. Aliran darah melalui
arteri koronaria harus kembali ada dan lancar untuk jantung. Pengobatan awal
biasanya segera diberikan tablet Aspirin yang harus dikunyah. Pemberian obat ini
akan mengurangi pembentukan bekuan darah di dalam arteri koroner. Pengobatan
penyakit jantung koroner adalah meningkatkan suplai (pemberian obat-obatan
nitrat, antagonis kalsium) dan mengurangi demand (pemberian beta bloker), dan
yang penting mengendalikan risiko utama seperti kadar gula darah bagi penderita
kencing manis, optimalisasi tekanan darah, kontrol kolesterol dan berhenti
merokok.

Jika dengan pengobatan tidak dapat mengurangi keluhan sakit dada,


maka harus dilakukan tindakan untuk membuka pembuluh koroner yang
menyempit secara intervensi perkutan atau tindakan bedah pintas koroner
(CABG). Intervensi perkutan yaitu tindakan intervensi penggunaan kateter halus
yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah untuk dilakukan balonisasi yang
dilanjutkan pemasangan ring (stent) intrakoroner.

2.11 Cara Pencegahan

Banyak upaya yang dilakukan oleh negara berkembang untuk menjadi lebih
baik, yaitu dilaksanakan pengadaan makanan dan program gizi, program aktivitas
fisik atau olahraga, anti merokok, program anti hipertensi yang sebaiknya
dipromosikan dengan segera.

Secara primer, program pencegahan secara primordial mendapat prioritas


tinggi sejak itu dan dapat diraih oleh popualsi yang besar. Strategi ini melibatkan
peran ibu dalam pendidikan kesehatan. Yang kedua, seseorang dengan resiko
tinggi dapat dicegah dengan melakukan pelayanan kesehatan ke rumah sakit
secara murah dan hal itu sebaiknya lebih ditingkatkan.
 Jalani pola hidup sehat
 Hindari dan berhenti merokok
 Hindari makanan berkolestrol tinggi agar terhindar dari penyakit jantung
koroner
 Luangkan waktu untuk berolahraga setiap hari atau menciptakan gerakan-
gerakan kecil
 Istirahat teratur dan cukup
Dengan menghindari makanan berkolestrol dan berlemak adalah cara bijak untuk
mencegah penyakit jantung koroner. Sebab lemak dan kolestrol inilah yang nantinya
akan menutupi dinding pembuluh darah arteri yang memasok makanan ke jantung.
Ketika anda telah di diagnosis mengidap penyakit jantung, sebaiknya untuk segera
mencari pengobatan penyakit janntung koroner yang tepat. Dengan menggunakan bahan
herbal seperti jus buah manggis atau produk obat jantung herbal yang banyak di
temukan di toko obat. Dengan menggunakan obat berbahan herbal, tentunya akan
sangat aman dan tanpa efek samping. Selain itu anda juga bisa segera memeriksakannya
ke dokter secara medis.

2.12 Prognosis

Penyakit jantung koroner masih merupakan pembunuh utama di banyak negara tidak
hanya negara industri maju, seperti Amerika dan negara Eropa hal ini pun berlaku di
negara kita. Setelah terdiagnosa sebagai penderita pjk oleh dokter, baik yang hanya
memerluka pengobatan, yang sudah dibalon maupun yang sudah menjalani bedah pintas
koroner. Pasien masih memiliki kesempatan hidup tanpa kekawatiran yang berlebihan
dan yang terpenting penyakinya tidak memburuk. Termasuk disini, pasien dapat bekerja
kembali, berolahraga, dan boleh menikmati makanan kesukaannya. Pengendalian Faktor
Resiko Penyakit jantung koroner sangat berhubungan dengan faktor resiko tersebut
dapat memperbaiki kualitas hidup dan memperkecil resiko kambuh atau memberatnya
penyakit

Depresi pada pasien setelah mengalami miokardial infarksion tampak gejala prognosis
yang lebih penting dari penyakit arteri koroner. Walaupun, gejala utamanya berlainan
dengan peristiwa depresi yang tidak luar biasa setelah miokardial infarksion, gejala
depresi ini lebih umum. Terdapat hubungan antara kejadian depresi dan resiko,
pengaruh alami dalam waktu yang panjang, dan kejadian depresi pada jarak waktu yang
teratur, hal ini menunjukkan bahwa depresi berlangsung terus-menerus pada
karakteristik psikologi. Komplikasi iskemia dan infark antara lain gagal jantung
kongestif, syok kardiogenik, disfungsi otot papilaris defek septum ventrikel, rupture
perdarahan masif di kantong jantung (dinding nekrotik yang tipis pecah tamponade
jantung), aneurisme ventrikel, tromboembolisme, pericardium perikarditis, Sindrom
Dressler, dan aritmia (Anonim, 2010).

2.13Askep

1. Pengkajian Keperawatan
A. Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan Tachycardia
dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).

B. Sirkulasi

Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi,
diabetes melitus.
- Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau
terlambatnya capilary refill time, disritmia.
- Suara jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya
kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya.

- Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris yang
tidak berfungsi.

- Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi cardia).
Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal.

- Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga


timbul dengan gagal jantung.

- Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.

C. Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.

D. Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan
perubahan berat badan.

E. Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan aktivitas.

F. Neuro sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.

G. Kenyamanan
– Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau
dengan nitrogliserin.
– Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke
lengan, rahang dan wajah.
– Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di
alami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai,
perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama jantung,
ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.
H. Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit
pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat
atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau
juga merah muda/ pink tinged.

I. Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.

J. Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke,

hipertensi, perokok.

2. Diagnose keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan penumpukan asam laktat ischemia miokardium.


2. Gangguan rasa aman : Cemas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
3. Curah jantung menurun b.d Perubahan kontraktilitas miokardial atau perubahan
inotropik, perubahan frekuensi, irama, konduksi jantung, perubahan struktural. (mis:
kelainan katup, aneurisma ventrikel)

3.Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
1. Nyeri berhubungan Setelah 1. kaji 1. data tersebut dapat
Dengan dulakukan dokumentasi membantu menentukan
penumpukan asam tindakan dan laporakan : penyebab dan efek
laknat ischemia keperawatan a. keluhan nyeri dada serta
miokardium selama 1X24 jam pasien merupakan garis dasar
pasien tidak mengenai untuk membandingkan
mengalami nyeri nyeri dada gejala pasca terapi :
dengan keriteria: meliputi a. terapi terdapat
– Pasien tidak lokasi, radiasi berbagai kondisi yang
mengeluh nyeri durasi nyeri berhubungan dengan
dada dan factor nyari dada terdapat
– Pasien yang temuan klinik yang
tampak tenang memmpengaru khas pada nyeri dada
dan dapat hi nyeri iskhemik
beristirahat b. efek nyeri b. infark mikard
– TTV dalam dada pada menurunkan
batas normal perfusi kontraktilitas jantung
– Tekanan hemodinamik dan komplience
darah: 110- kardiovaskuler ventrikel dan dapat
120/60-80 mm terhadap menimbulkan disritmia
Hg jantung,otak,gi (curah jantung
– RR: 16 -20 njal. menurun)
X /menit 2. monitoring mengakibatkan tekanan
– HR : 60 - EKG darah dan perkusi
100X . menit 3. monitoring jaringan menurun
– T: 36,5- TTV frekuensi jantung dapat
37,5 c 4. Berikan O2 meningkat sebagai
Keluaran urin sesuia kondisi mekanisme kompensasi
baik yaitu 1-2 cc pasien untuk mempertahankan
/kg bb /jam 5. berikan curah jantung.
posisi 2. mengetahui adanya
semifowler . perubahan gambaran
6. Anjurkan EKG dan adanya
pasien untuk komplikasi AMI.
bedrest total 3. peningkatan TD
selama nyeri HR,RR, menandakan
dada timbul. nyeri yang sangat di
7. berikan rasakan oleh pasien.
lingkungan 4.terapi O2 dapat
yang tenang meningkatkan suplay
aktifitas O2 ke jantung ,
perlahan dan 5. membantu
tindakan yang memaksimalkan
nyaman . komplience paru.
8. berikan 6. menurunkan
terapi sesuai konsumsi O2.
program 7. menurunkan
rangsang eksternal.
8. untuk proses
penyembuhan pasien.
2. Gangguan rasa aman Setelah dilakukan 1. berikan 1. dengan mengetahui
: Cemas b.d tindakan penjelasan faktor resiko , pasien dan
kurangnya keperawatan tentang factor- keluarga dapat mencegah
pengetahuan tentang selama 2X24 jam faktor resiko dan memodifikasi gaya
penyakit pasien timbulnya CAD : hidup yang lebih sehat.
menunjukan: merokok, diet 2. pasien akan meraas
-Pasien ataupun tinggi kolesterol dihargai.
kel;uarga tenang , DM , 3. dengan mengetahui
-pasien dan Hipertensi , prosedur pasien dan
keluarga dapat stress. keluarga akan
mengetahui dan 2. berikan berpartisipasi dalam
dukungan melakukan tindakan
menyebutkan
emosional: disamping itu juga dapat
kembali tentang
sikap hangat menurunkan tingkat
penyakit yang di dan empati cemas pasien.
derita pasien cara 3. jelaskan 4. meningkatklan
pencegahan dan setiap prosedur pengetahuan pasien
yang akan Dan keluarga sehingga
perawatannya.
dilakukan pada keluarga dapat
pasien dan mengantisipasi serangan
keluarga. ulang
4. berikan 5. untuk mengetahui dan
penjelasan mengevaluasi tingkat
tentang keberhasilan dari
perawatan
intervensi yang telah
pasien dirumah
dilakukan.
:
-Pengaruh CAD
-Proses
penyembuhan
-Jenis-jenis
pengobatan
-Pengaruh obat-
obatan
-pembatasan
diet : rendah
kolesterol
-olahraga 3/
seminggu :
jogging , aerobic
-stop merokok
-manajement
stress
-saat BAB tidak
mengejan
5. kaji ulang
tingkat cemas
3. Curah jantung setalah dilakukan 1. Auskultasi 1. Biasanya terjadi
menurun b.d tindakan nadi apical, kaji tachycardia untuk
Perubahan keperawatan, klien frekuensi, irama mengkompensasi
kontraktilitas menunjukkan jantung. penurunan kontraktilitas
miokardial atau adanya penurunan 2. Catat jantung.
perubahan inotropik, curah jantung. bunyi jantung. 2. S1 dan s2 lemah,
perubahan frekuensi, Kriteria Hasil: 3. Palpasi karena menurunnya kerja
irama, konduksi – Frekuensi nadi perifer. pompa S3 sebagai aliran
jantung, perubahan jantung meningkat 4. Pantau ke dalam serambi yaitu
struktural. (mis: – Status tekanan darah. distensi. S4 menunjukkan
kelainan katup, Hemodinamik 5. Pantau inkopetensi atau stenosis
aneurisma ventrikel) stabil keluaran urine, katup.
– Haluaran catat 3.Untuk mengetahui
Urin adekuat penurunan fungsi pompa jantung
– Tidak terjadi keluaran, dan yang sangat dipengaruhi
dispnu kepekatan atau oleh CO dan pengisisan
– Akral Hangat konsentrasi jantung.
urine. 4.Untuk mengetahui
6. Kaji fungsi pompa jantung
perubahan pada yang sangat dipengaruhi
sensori contoh: oleh CO dan pengisisan
letargi, bingung, jantung.
disorientasi, 5.Dengan menurunnya
cemas dan CO mempengaruhi suplai
depresi. darah ke ginjal yang juga
7. Berikan mempengaruhi
istirahat semi pengeluaran hormone
recumbent aldosteron yang berfungsi
(semi-fowler) pada proses pengeluaran
pada tempat urine.
tidur. 6.Menunjukkan tidak
8. Kolaborasi adekuatnya perfusi
dengan dokter serebral sekunder
untuk terapi, terhadap penurunan
curah jantung.
oksigen, obat
7.Memperbaiki
jantung, obat
insufisiensi kontraksi
diuretic dan jantung dan menurunkan
cairan. kebutuhan oksigen dan
penurunan venous
return.
8.Membantu dalam
proses kimia dalam tubuh

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit jantung koroner adalah gangguan yang terjadi pada jantung akibat suplai
darah ke Jantung yang melalui arteri koroner terhambat. Kondisi ini terjadi karena arteri
koroner (pembuluh darah di jantung yang berfungsi menyuplai makanan dan oksigen
bagi sel-sel jantung) tersumbat atau mengalami penyempitan karena endapan lemak
yang menumpuk di dinding arteri (disebut juga dengan plak). Proses penumpukan
lemak di pembuluh arteri ini disebut aterosklerosis dan bisa terjadi di pembuluh arteri
lainnya, tidak hanya pada arteri koroner. Arteri koroner adalah pembuluh darah di
jantung yang berfungsi menyuplai makanan bagi sel-sel jantung.

2. Penyebab jantung koroner adalah karena penumpukan zat lemak secara berlebihan di lapisan
dinding nadi pembuluh koroner, yang dipengaruhi oleh pola makan yang kurang sehat.
Kecanduan rokok, hipertensi, kolesterol tinggi juga dapat menjadi penyebab penyakit jantung
koroner. Makanan mempengaruhi kadar kolesterol total dan karena itu makanan juga
mempengaruhi resiko terjadinya penyakit arteri koroner. Merubah pola makan (dan bila perlu
mengkonsumsi obat dari dokter) bisa menurunkan kadar kolesterol. Menurunkan kadar
kolesterol total dan kolesterol LDL bisa memperlambat atau mencegah berkembangnya
penyakit arteri koroner. Menurunkan kadar LDL sangat besar keuntungannya bagi seseorang
yang memiliki faktor resiko berikut:
a. Merokok sigaret
b. Tekanan darah tinggi
c. Kegemukan
d. Malas berolah raga
e. Kadar trigliserida tinggi
f. Keturunan
g. Steroid pria (androgen).
2. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan dan
masih menjadi masalah, baik di negara maju maupun berkembang Di belahan negara dunia,
penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu pada orang Amerika dewasa.
Setiap tahunnya, di Amerika Serikat 478000 orang meninggal karena penyakit jantung
koroner, 1,5 juta orang mengalami serangan jantung, 407000 orang mengalami operasi
peralihan, 300000 orang menjalani angioplasti. Di Eropa diperhitungkan 20.000-40.-000
orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. Penyakit jantung, stroke, dan aterosklerosis
merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus
bertambah. Ketiga kategori penyakit ini tidak lepas dari gaya hidup yang kurang sehat, yang
banyak dilakukan seiring dengan berubahnya pola hidup.
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Federasi Jantung Sedunia
(World Heart Federation) memprediksi penyakit jantung akan menjadi penyebab utama
kematian di negara-negara Asia pada tahun 2010. Saat ini, sedikitnya 78% kematian
global akibat penyakit jantung terjadi pada kalangan masyarakat miskin dan menengah.
Berdasarkan kondisi itu, dalam keadaan ekonomi terpuruk maka upaya pencegahan
merupakan hal terpenting untuk menurunkan penyakit kardiovaskuler pada 2010. Di
negara berkembang dari tahun 1990 sampai 2020, angka kematian akibat penyakit
jantung koroner akan meningkat 137 % pada laki-laki dan 120% pada wanita,
sedangkan di negara maju peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada laki-laki dan
29% pada wanita. Di tahun 2020 diperkirakan penyakit kardiovaskuler menjadi
penyebab kematian 25 orang setiap tahunnya. Oleh karena itu, penyakit jantung koroner
menjadi penyebab kematian dan kecacatan nomer satu di dunia.

3. Faktor – faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner


a. Memasuki usia 45 tahun bagi pria. Sangat penting bagi kaum pria untuk menyadari
kerentanan mereka dan mengambil tindakan positif untuk mencegah datangnya penyakit
jantung.
b. Bagi wanita, memasuki usia 55 tahun atau mengalami menopause dini (sebagai akibat
operasi).
c. Wanita mulai menyusul pria dalam hal risiko penyakit jantung setelah mengalami
menopause.
d. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga. Riwayat serangan jantung di dalam keluarga
sering merupakan akibat dari profil kolesterol yang tidak normal.
e. Diabetes. Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya
level gula darah, namun karena kondisi komplikasi jantung mereka.
f. Merokok. Resiko penyakit jantung dari merokok setara dengan 100 pon kelebihan berat
badan jadi tidak mungkin menyamakan keduanya.
g. Tekanan darah tinggi (hipertensi).
h. Kegemukan (obesitas). Obesitas tengah (perut buncit) adalah bentuk dari kegemukan.
Walaupun semua orang gemuk cenderung memiliki risiko penyakit jantung, orang
dengan obesitas tengah lebih-lebih lagi.
i. Gaya hidup buruk. Gaya hidup yang buruk merupakan salah satu akar penyebab
penyakit jantung - dan menggantinya dengan kegiatan fisik merupakan salah satu
langkah paling radikal yang dapat diambil.
4. Cara Pengobatan Penyakit Jantung Koroner Pengobatan penyakit jantung koroner
tergantung jangkauan penyakit dan gejala yang dialami pasien.
a. Perubahan Gaya Hidup
b. Pengendalian faktor resiko utama penyakit jantung coroner.
c. Terapi Medis Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung.
d. Intervensi Jantung Perkutan
e. Operasi Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG)

3.2 Saran
Penyakit Jantung Koroner dapat menyerang kepada siapa saja, bukan hanya kepada
usia lanjut saja, namun pada usia yang masih sangat muda sekalipun penyakit
jantung dapat menyerang. Jadi, apabila kita tidak ingin terkena penyakit berbahaya
ini maka kita harus mulai dengan berperilaku hidup sehat.
1. Gaya hidup seimbang dan menghindari risiko stres.
2. Mengonsumsi makanan berserat, jangan makan berlebihan serta kontrol kolesterol,
kontrol tekanan darah dan gula darah, serta kontrollah kesehatan secara rutin.
3.Hentikan kebiasaan merokok, karena merokok menyebabkan elastisitas pembuluh
darah berkurang sehingga meningkatkan pengerasan pembuluh darah arteri yang
memicu stroke.
4. Berolahraga yang teratur, istirahat cukup.

DAFTAR PUSTAKA

Adam Sagan, 2009. Coronary Heart Disease Risk Factors and Cardiovascular Risk in
Physical Workers and Managers. . (http://wordpress.com/2010/0509.html) Di akses
Pada Tanggal 11 November 2016
Barbara C long. (1996). Perawatan Medical Bedah. Pajajaran Bandung.

Carpenito J.L. (1997). Nursing Diagnosis. J.B Lippincott. Philadelpia.

Carpenito J.L. (1998.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 EGC. Jakarta.

Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3


EGC. Jakarta.
Anonim.2010.IschemicHeartDisease–
IHDhttp://www.arupconsult.com/assets/print/IHD.pdf. Diakses tanggal 19
November 2012.

Anda mungkin juga menyukai