Anda di halaman 1dari 13

DIAGNOSTIC

PERITONEAL
LAVAGE
TUJU
AN
Setelah menyelesaikan teknik operasi
diagnostic peritoneal lavage ini, residen bedah
akan mampu :
1. Mengetahui indikasi dan kontra-indikasi
dari diagnostic peritoneal lavage
2. Melakukan prosedur Seldinger dan prosedur
tertutup untuk diagnostic peritoneal lavage
3. Menguraikan komplikasi prosedur ini
DEFI
NISI
-Prosedur yang dilakukan dengan cepat tapi
invasif
-98% sensitif untuk perdarahan intra-abdomen
-Dilakukan pada penderita dengan
hemodinamik abnormal dan menderita multi-
trauma
-Dilakukan bila fasilitas ultrasound atau CT
scan tidak tersedia
KONTRAIN
DIKASI
a. Mutlak
 adanya indikasi untuk laparotomi
b. Relatif
- operasi abdomen sebelumnya
- kegemukan yang tidak sehat
- cirrhosis yang lanjut
- koagulopathy yang sudah ada
sebelumnya
- Ada 3 macam tehnik infraumbilikal :
1. terbuka
2. tertutup (Seldinger)
3. semiopen
- Penderita dengan fraktur pelvis atau kehamilan tua 
dipilih tehnik supraumbilikal terbuka  tujuan :
1. mencegah memasuki hematoma panggul
2. mencegah merusak uterus yang membesar
- Bila ditemukan : darah, isi usus, serat sayuran, atau
cairan empedu melalui kateter pencuci  Laparotomi
- Pencucian dilakukan dengan RL 1000 ml hangat
- Dilakukan penekanan abdomen dan log roll  RL
bercampur dengan isi abdomen
- Cairan yang keluar dikirim ke laboratorium  analisa
kuantitatif
- Bila RBC ≥ 100.000/mm3 ; WBC ≥ 500/mm3 ;
ALAT -
1.BAHAN
Hand scoen steril : 2 pasang
2. Doek bolong : 1 buah
3. Lidocain : 5 ampul
4. Spuit 5 cc steril : 1 buah
5. Pisau bistouri no.23/15/11 : 1 buah
6. Klem Pean bengkok : 1 buah
7. Klem Kocher : 2 buah
8. Pinset anatomis/Chirurgis : 1 buah
9. Gunting diseksi/halus : 1 buah
10.Gunting benang/kasar : 1 buah
11.Kateter dialisis peritoneum : 1 buah
12.Nald vooder : 1 buah
13.Cairan RL/NS : 2 labu
14.Kawat pemandu fleksibel : 1 buah
TEHNIK
OPERASI
A. Tehnik Terbuka
Sebelumnya pasien dilakukan dekompresi dengan
pemasangan kateter urin dan NGT
1. Dilakukan tindakan a dan antiseptik pada
lapangan operasi
yi : antara umbilikus dengan simpisis pubis
2. Dilakukan anestesi infiltrasi di garis tengah dan
1/3 jarak dari umbilikus ke simpisis
3. Dibuat insisi vertikal di kulit dan jaringan
bawah kulit sampai ke fascia
4. Klem tepi-tepi fascia, angkat, dan buat insisi di
peritoneum
5. Masukkan kateter dialisis peritoneum ke dalam
rongga peritoneum  dorong ke daerah pelvis
7. Bila darah Ө  masukkan 10 ml/kgBB larutan
RL/NS hangat (sampai 1 liter) ke dalam
peritoneum melalui tube intravena yang disambung
kateter dialisis
8. Guncang abdomen perlahan-lahan untuk
menyalurkan cairan ke seluruh rongga
peritoneum dan meningkatnya pencampurannya
dengan darah
9. Bila penderita stabil  tunggu 5-10 menit
sebelum di drainage
10. Lakukan drainage dengan cara menaruh cairan
RL/NS di lantai dan membiarkan cairan perut
mengalir ke luar abdomen  pastikan bahwa tempat
itu diberi lubang udara supaya aliran cairan dari
abdomen lancar
11. Kirimkan contoh ke laboratorium untuk dihitung
RBC, WBC
12. Pencucian yang negatif  tidak berarti tidak ada
TEHNIK
B.OPERASI
Tehnik Tertutup
Sebelumnya pasien dilakukan dekompresi dengan
pemasangan kateter urin dan NGT
1. Dilakukan tindakan a dan antiseptik pada
lapangan operasi
yi : antara umbilikus dengan simpisis pubis
2. Dilakukan anestesi infiltrasi di garis tengah dan
1/3 jarak dari umbilikus ke simpisis
3. Angkat kulit dikedua sisi tempat untuk
pemasukan jarum dengan jari atau pinset
4. Masukkan jarum ukuran #18G yang disambung
dengan spuit tembus kulit dan jaringan bawah
kulit  bila sampai di fascia akan ada tahanan
 tambah tekanan  fascia akan tembus
5. Dorong jarum beveled masuk ke rongga
6. Ujung kawat pemandu yang lentur dimasukkan
melalui jarum ukuran #18G sampai ketemu
perlawanan atau masih ada 3 cm di luar jarum
 jarum dikeluarkan dari rongga abdomen
hingga hanya kawat pemandu yang tinggal
7. Dibuat insisi kulit kecil di tempat masuknya
kateter  kateter DPL dimasukkan diatas kawat
pemandu ke dalam rongga peritoneum  kawat
pemandu dikeluarkan dari rongga abdomen hingga
yang tinggal hanya kateter pencucian
8. Selanjutnya sama seperti tehnik tertutup no.6 -
12
TEHNIK OPERASI
C. Teknik Semiopen
1. Dilakukan tindakan a dan antiseptik pada lapangan operasi :
antara umbilikus dengan simpisis pubis
2. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan menggunakan lidokain ,
kemudian dilakukan insisi setengah lingkaran di satu sisi
umbilicus (infraumbilicus) seperti pada gambar A. Keuntungan
membuat insisi di tempat ini yaitu relatif avaskular,
preperitoneal fat yang lebih tipis, dan perlekatan peritoneum di
tempat ini adalah yang terbanyak karena merupakan obliterasi
dari A. Umbilicalis dan urachus.

3. Insisi diperdalam ke linea alba , kemudian diklem . Setelah itu


kateter dialysis dimasukkan ke dalam rongga peritoneum dengan
menggunakan trocar. Kateter diarahkan ke arah pelvis
4. Selanjutnya sama seperti tehnik tertutup no.6 - 12
KOMPLI
KASI
1. Pendarahan sekunder pada injeksi anestesi lokal,
insisi kulit, atau jaringan bawah kulit yang akan
memberikan false positif
2. Peritonitis akibat perforasi usus
3. Robek kandung kencing (kalai kandung kencing
tidak dikosongkan sebelum prosedur)
4. Cedera pada struktur abdomen dan
retroperitoneum lain yang memerlukan perawatan
pembedahan
5. Infeksi luka di daerah pencucian (late
complication)
Tinjauan
Pustaka
1. Pedoman Teknik Operasi – “OPTEK” oleh
Puruhito dkk
Penerbit : Airlangga University Press Surabaya
2. Checkliste Ambulante Chirurgie oleh Peter Klaue
Penerbit : Hipokrates A division of EGC Medical
Publisher Jakarta
3. Advanced Trauma Life Support oleh American
College of Surgeons
Dicetak oleh Komisi Trauma IKABI

Anda mungkin juga menyukai