Anda di halaman 1dari 44

PROGRAM

MANAJEMEN
FASILITAS DAN KESELAMATAN
RUMAH SAKIT

RUMAH SAKIT AL ISLAM BANDUNG


LEMBAR PENGESAHAN

PROGRAM
MANAJEMEN FASILITAS DAN KESEHATAN
RUMAH SAKIT AL ISLAM BANDUNG

Disahkan di :
Bandung, 8 Januari 2022

Dr. H. Muhammad Iqbal, Sp.PD


Direktur
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Assalaamu’alaikum wr.wb

Segala puji bagi Alloh SWT yang dengan sifat Rahman dan Rahim nya kita selalu ada dalam lin-
dungan dan pemeliharaanNYA, tidak lupa juga kita haturkan shalawat serta salam kepada
Habibana Rosululloh Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan semoga kita menjadi
umatnya sampai akhir zaman.

Segala puji bagi Alloh SWT yang dengan sifat Rahman dan Rahim nya kita selalu ada dalam lin-
dungan dan pemeliharaanNYA, tidak lupa juga kita haturkan shalawat serta salam kepada
Habibana Rosululloh Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan semoga kita menjadi
umatnya sampai akhir zaman.

Alhamdulilah Program Manajemen Fasilitas dan Kesehatan di Rumah Sakit Al Islam Bandung
dapat tersusun secara keseluruhan. Program ini dibuat dengan maksud untuk menjadi pegangan
atau standar dalam pelaksanaan kegiatan Manajemen Fasilitas dan Kesehatan di Rumah Sakit Al
Islam Bandung, tentunya dengan bersinergi antar Bidang dan Instalasi dalam mendukung
kegiatan lintas sektoral.

Akhirnya semoga Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan dan ridhonya dalam setiap amal
perbuatan kita dalam melaksanakan program ini, Aamiin.

Wassalaamu”alaikum wr.wb

Bandung, Desember 2021

Dr. Ahmad Iffa Maududy Sp.B


Ketua Komite

ii
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN..................................................................................................................1
II. LATAR BELAKANG............................................................................................................1
III. TUJUAN UMUM DAN KHUSUS........................................................................................3
A. TUJUAN UMUM...........................................................................................................3
B. TUJUAN KHUSUS........................................................................................................4
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN.............................................................4
A. KEGIATAN POKOK......................................................................................................4
B. RINCIAN KEGIATAN...................................................................................................4
V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN.............................................................................4
A. Manajemen Risiko K3RS................................................................................................4
B. Keselamatan dan Keamanan di Rumah Sakit.................................................................6
C. Pelayanan Kesehatan Kerja...........................................................................................10
D. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari Aspek Keselamatan dan
Kesehatan Kerja...................................................................................................................12
E. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran....................................................................13
F. Pengelolaan Prasarana Rumah Sakit Dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja..20
G. Pengelolaan Peralatan Medis Dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja.............20
H. Kesiapsiagaan Menghadapi Kondisi Darurat atau Bencana.........................................20
I. Pendidikan dan Pelatihan K3RS...................................................................................22
VI. SASARAN...........................................................................................................................23
VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN...........................................................................29
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORANNYA............................29
IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN........................................29

iii
PROGRAM
MANAJEMEN FASILITAS DAN KESEHATAN
RUMAH SAKIT AL ISLAM

I. PENDAHULUAN
Rumah Sakit Al Islam Bandung sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat merupakan tempat kerja yang memiliki risiko tinggi terhadap keselamatan
dan kesehatan sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan menyatakan bahwa pengelola tempat kerja wajib melakukan segala
bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan
pemulihan bagi tenaga kerja.
Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekenomi masyarakat yang harus
tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain dituntut
mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang bermutu, rumah sakit juga dituntut
harus melaksanakan dan mengembangkan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
rumah sakit seperti yang tercantum dalam buku Standar Pelayanan Rumah Sakit dan
terdapat dalam instrument akreditasi rumah sakit.
Program kerja Manajemen Fasilitas dan Kesehatan (MFK) diharapkan mampu
mengelola dan meminimalisir potensi risiko di lingkungan dimana pasien dirawat dan
staff bekerja. Untuk itu diperlukan juga peran serta dari manajemen, seluruh karyawan
dan semua orang yang berada di rumah sakit saat terlaksananya program.

II. LATAR BELAKANG


MFK merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
khususnya dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM rumah sakit, pasien,
pengunjung/pengantar pasien, masyarakat sekitar rumah sakit. Hal ini secara tegas
dinyatakan didalam Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal
(1) yakni “Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit wajib dilakukan
akreditasi secara berkala minimal tiga (3) tahun sekali. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
termasuk salah satu standar pelayanan yang dimulai dalam akreditasi rumah sakit.
Selain itu seperti yang tercantum dalam pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi,
bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan yang memenuhi
unsur Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Rumah Sakit merupakan tempat kerja yang memiliki risiko tinggi terhadap
keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia RS, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan RS seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 66 Tahun 2016.

III.TUJUAN UMUM DAN KHUSUS


A. TUJUAN UMUM
Terwujudnya penyelenggaraan Manajemen Fasilitas dan Kesehatan secara
optimal, efektif, efisien dan berkesinambungan.

B. TUJUAN KHUSUS
1. Memberikan jaminan Keselamatan memberikan jaminan bahwa bangunan,
prasarana, lingkungan, properti, teknologi medis dan informasi, peralatan, dan sistem
tidak menimbulkan risiko fisik bagi pasien, keluarga, staf, dan pengunjung.
2. Memberikan Keamanan yaitu perlindungan terhadap properti milik rumah sakit,
pasien, staf, keluarga, dan pengunjung dari bahaya kehilangan, kerusakan, atau
pengrusakan oleh orang yang tidak berwenang.
3. Melakukan pengelolaan dan pengendalian bahan B3 yaitu mengidentifikasi,
menganalisis dan mengendalikan seluruh bahan berbahaya dan beracun dan
limbahnya di rumah sakit sesuai dengan standar keamanan dan peraturan perundang-
undangan.
4. Rumah sakit menerapkan proses untuk pencegahan, penanggulangan bahaya
kebakaran dan penyediaan sarana jalan keluar yang aman dari fasilitas sebagai
respons terhadap kebakaran dan keadaan darurat lainnya.
5. Untuk menjamin peralatan medis dapat digunakan dan layak pakai maka rumah sakit
perlu melakukan pengelolaan peralatan medis dengan baik dan sesuai standar serta
peraturan perundangan yang berlaku.
6. Mempersiapkan rumah sakit untuk dapat menghadapi dan menangani kemungkinan
terjadinya bencana. sistem dan peralatan untuk mendukung layanan penting bagi
keselamatan pasien..
7. Keadaan darurat yang terjadi, epidemi, atau bencana alam akan berdampak pada
rumah sakit. Proses penanganan bencana dimulai dengan mengidentifikasi jenis
bencana yang mungkin terjadi di wilayah rumah sakit berada dan dampaknya
terhadap rumah sakit yang dapat berupa kerusakan fisik, peningkatan jumlah
pasien/korban yang signifikan, morbiditas dan mortalitas tenaga Kesehatan, dan
gangguan operasionalisasi rumah sakit.
8. Kegiatan konstruksi, renovasi, pembongkaran, dan pemeliharaan di rumah sakit
dapat berdampak pada semua orang dalam area rumah sakit. Namun, pasien mungkin
menderita dampak terbesar. Misalnya, kebisingan dan getaran yang terkait dengan
aktivitas ini dapat memengaruhi tingkat kenyamanan pasien, dan debu serta bau
dapat mengubah kualitas udara, yang dapat mengancam status pernapasan pasien
9. Mengurangi risiko kerugian secara materi dan terlebih jiwa manusia dari
kemungkinan bahaya kebakaran dan sejenisnya.
10. Terpeliharanya semua system utilitas rumah sakit. Sistem utilitas disebut juga sistem
penunjang yang mencakup jaringan listrik, air, ventilasi dan aliran udara, gas medik
dan uap panas. Sistem utilitas yang berfungsi efektif akan menunjang lingkungan
asuhan pasien yang aman. Selain sistim utilitas perlu juga dilakukan pengelolaan
komponen kritikal terhadap listrik, air dan gas medis misalnya perpipaan, saklar,
relay/penyambung, dan lain-lainnya
11. Staf perlu dididik dan dilatih untuk menjalankan perannya dalam mengidentifikasi
dan mengurangi risiko, melindungi orang lain dan diri mereka sendiri, serta
menciptakan fasilitas yang aman, selamat dan terjamin.
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
A. KEGIATAN POKOK
Program Fasilitas dan Kesehatan di Rumah Sakit Al Islam Bandung

B. RINCIAN KEGIATAN
1. Manajemen Risiko Kesehatan dan keselamatan kerja Rumah sakit (K3RS)
2. Keselamatan di rumah sakit
3. Keamanan di Rumah Sakit
4. Pelayanan Kesehatan Kerja
5. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari Aspek Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
6. Proteksi Kebakaran
7. Pengelolaan Peralatan Medis Dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja
8. Penanganan kedaruratan dan bencana: Risiko diidentifikasi dan respons terhadap
epidemi, bencana, dan keadaan darurat direncanakan dan efektif, termasuk
evaluasi integritas struktural dan non struktural lingkungan pelayanan dan
perawatan pasien
9. Sistem utilitas: Listrik, air, gas medik dan sistem utilitas lainnya dipelihara untuk
meminimalkan risiko kegagalan pengoperasian.
10.Konstruksi dan renovasi: Risiko terhadap pasien, staf, dan pengunjung
diidentifikasi dan dinilai selama konstruksi, renovasi, pembongkaran, dan
aktivitas pemeliharaan lainnya
11.Pendidikan dan Pelatihan Seluruh staf di rumah sakit dan para tenant/penyewa
lahan dilatih dan memiliki pengetahuan tentang K3, termasuk penanggulangan
kebakaran
12.Pengawasan pada para tenant/penyewa lahan yang melakukan kegiatan di dalam
area lingkungan rumah sakit.
V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
A. Manajemen Risiko K3RS
a. Melakukan Identifikasi Bahaya Potensial
1) Fisik, contohnya kebisingan, suhu, getaran, lantai licin.
2) Kimia, contohnya formaldehid, alkohol, ethiline okside, bahan pembersih
lantai, desinfectan, clorine.
3) Biologi, contohnya bakteri, virus, mikroorganisme, tikus, kecoa, kucing dan
sebagainya.
4) Ergonomi, contohnya posisi statis, manual handling, mengangkat beban.
5) Psikososial, contohnya beban kerja, hubungan atasan dan bawahan, hubungan
antar pekerja yang tidak harmonis.
6) Mekanikal, contohnya terjepit mesin, tergulung, terpotong, tersayat, tertusuk.
7) Elektrikal, contohnya tersengat listrik, listrik statis, hubungan arus pendek
kebakaran akibat listrik.
8) Limbah, contohnya limbah padat medis dan non medis, limbah gas dan
limbah cair.
b. Melakukan analisis risiko
c. Melaksanakan Evaluasi Risiko
1) Inspeksi periodik serta monitoring aspek keselamatan dan higiene industri
2) Wawancara nonformal dengan pekerja
3) Pemeriksaan kesehatan
4) Pengukuran pada area lingkungan kerja
5) Pengukuran sampel personal
d. Pengendalian Risiko
1) Containment, yaitu mencegah pajanan dengan:
a) Desain tempat kerja
b) Peralatan safety (biosafety cabinet, peralatan centrifugal)
c) Cara kerja
d) Dekontaminasi
e) Penanganan limbah dan spill management
2) Biosafety Program Management, support dari pimpinan puncak yaitu
Program support, biosafety spesialist, institutional biosafety committee,
biosafety manual, OH program, Information & Education
3) Compliance Assessment, meliputi audit, annual review, incident dan accident
statistics. Safety Inspection dan Audit meliputi :
a) Kebutuhan (jenisnya) ditentukan berdasarkan karakteristik pekerjaan
(potensi bahaya dan risiko)
b) Dilakukan berdasarkan dan berperan sebagai upaya pemenuhan standar
tertentu
c) Dilaksanakan dengan bantuan cheklist (daftar periksa) yang dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan jenis kedua program tersebut
4) Investigasi kecelakaan dan penyakit akibat kerja
a) Upaya penyelidikan dan pelaporan KAK dan PAK di tempat kerja
b) Disertai analisis penyebab, kerugian KAK, PAK dan tindakan pencegahan
serta pengendalian KAK, PAK
c) Menggunakan pendekatan metode analisis KAK dan PAK.
5) Fire Prevention Program
a) Risiko keselamatan yang paling besar & banyak ditemui pada hampir
seluruh jenis kegiatan kerja, adalah bahaya dan risiko kebakaran
b) Dikembangkan berdasarkan karakteristik potensi bahaya & risiko
kebakaran yang ada di setiap jenis kegiatan kerja
6) Emergency Response Preparedness
a) Antisipasi keadaan darurat, dengan mencegah meluasnya dampak dan
kerugian
b) Keadaan darurat: kebakaran, ledakan, tumpahan, gempa, social
cheos,bomb treat dll
c) Harus didukung oleh: kesiapan sumber daya manusia, sarana dan
peralatan, prosedur dan sosialisasi

B. Keselamatan dan Keamanan di Rumah Sakit


Langkah-langkah keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit
b. Identifikasi dan penilaian risiko yang komprehensif menyangkut keselamatan
(lantai licin, terjebak lift, lift anjlok, dan lain-lain) dan keamanan (pencurian,
penculikan bayi, kerusuhan, dan lain-lain)
c. Pemetaan area berisiko terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan di Rumah
Sakit.
d. Melakukan upaya pengendalian dan pencegahan lain pada kejadian tidak aman
1) Menghilangkan kondisi yang tidak standar, contohnya:
a) Tidak cukup batas pengaman atau pagar
b) Tidak cukup atau benar alat pelindung diri
c) Alat atau material rusak
d) Tempat kerja atau gerakan terbatas
e) Bahaya kebakaran atau peledakan
f) Lingkungan kerja, bahaya gas, uap, asap dan lain-lain
g) Bising, radiasi, suhu ekstrim
h) Kurangnya penerangan
i) Kurang ventilasi
2) Menghilangkan tindakan yang tidak standar, contohnya:
a) Operasikan mesin atau alat tanpa ijin
b) Operasikan tidak sesuai SOP, misalnya kecepatan
c) Lalai mengingatkan
d) Lalai mengamankan
e) Melepas atau membuat pengaman alat tidak berfungsi
f) Memakai alat yang rusak atau tidak semestinya
g) Lalai memakai APD
h) Tidak sesuai dalam meletakkan/mengangkat/ mengambil posisi
i) Merawat peralatan yang sedang beroperasi
j) Bercanda
k) Dalam pengaruh alkohol atau narkoba
3) Mengurangi unsur kesalahan oleh manusia, contohnya:
a) Tidak cukup kemampuan fisik atau mental
b) Stres fisik atau mental
c) Kurang pengetahuan (tidak memahami SOP)
d) Kurang keterampilan
e) Motivasi yang salah
4) Mengurangi unsur kesalahan dari pekerjaan, contohnya:
a) Tidak cukup kepemimpinan atau pengawasan
b) Tidak cukup engineering
c) Tidak cukup pembelian
d) Tidak cukup perawatan
e) Rusak atau aus (wear and tear)
f) Salah penggunaan
5) Mengurangi unsur kesalahan dari pengendalian, contohnya:
a) Program tidak sesuai atau cukup (kurang pengawasan dan pengarahan)
b) Standar program tidak cukup atau spesifik
c) Pelaksanaan program tidak sesuai standar
6) Sosialisasi enam unsur keamanan, meliputi sarana, lingkungan, tempat,
prosedur, tindakan dan anggaran
7) Memastikan prinsip kewaspadaan standar:
a) Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD), sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dilakukan.
b) Cara kerja aman, dengan selalu berpedoman pada Standar Operasional
Prosedur (SOP), serta dilindungi oleh peraturan-peraturan yang ada.
c) Pengelolaan lingkungan untuk selalu menyesuaikan dengan lingkup
pekerjaan yang dilakukan, dengan substitusi, eliminasi dan administrasi.
d) Penempatan pasien yang tepat, dengan pemberian pengaman tempat tidur
yang cukup, pegangan khusus pada kamar mandi, dengan tujuan
menghindari pasien jatuh (patient safety).
e) Pencegahan kecelakaan dan cidera, dengan pemberian atau penempatan
tanda-tanda bahaya atau risiko yang jelas di setiap sudut Rumah Sakit,
agar memudahkan pasien, staf dan pengunjung mendapatkan pelayanan
yang diharapkan.
f) Pemeliharaan kondisi yang aman, dengan mensosialisasikan kode-kode
yang disepakati dan harus dipahami oleh seluruh pekerja (kebijakan
diserahkan kepada unit kerja terkait), untuk menjamin keamanan Rumah
Sakit, sebagai contoh :
- Kode merah untuk bahaya kebakaran
- Kode biru untuk serangan jantung atau kondisi tidak sadar
- Kode hitam untuk penculikan bayi
- Kode orange untuk kondisi darurat
8) Menginspeksi semua bangunan perawatan pasien dan memiliki rencana untuk
mengurangi risiko yang sudah jelas dan menciptakan fasilitas fisik yang aman
bagi pasien, keluarga pasien, staf dan pengunjung.
9) Melakukan dokumentasi pemeriksaan fasilitas fisiknya yang terbaru, akurat
terhadap fasilitas fisiknya.
10) Melakukan pengkajian keselamatan dan keamanan selama terdapat proyek
konstruksi dan renovasi serta penerapan strategi-strategi untuk mengurangi
risiko.
11) Melakukan pemantauan dan pengamanan area-area yang diidentifikasi
berisiko keamanan.
12) Memastikan semua staf, pegawai pihak ketiga, dan vendor sudah
diidentifikasi.
13) Memberikan tanda pengenal sementara selama di area Rumah Sakit.
14) Semua area berisiko tinggi keamanan dan area-area yang terbatas sudah
diidentifikasi, didokumentasi dan
15) dipantau serta terjaga keamanannya. Contohnya ruang bayi, ICU, utililitas,
dan lain-lain.
16) Rencana dan anggaran Rumah Sakit disusun dengan memperhatikan
kebutuhan yang menunjang aspek keselamatan dan keamanan.
17) Rencana dan anggaran Rumah Sakit disusun untuk perbaikan atau
penggantian sistem, bangunan, atau komponen-komponen yang diperlukan
agar fasilitas dapat beroperasi dengan selamat, aman, dan efektif secara
berkesinambungan.
18) Pimpinan Rumah Sakit menerapkan anggaran sumber daya yang sudah
ditetapkan untuk menyediakan fasilitas yang selamat dan aman sesuai dengan
rencana-rencana yang sudah disetujui.
19) Memastikan perlindungan setiap orang yang ada di Rumah Sakit terhadap
kerugian pribadi dan dari kehilangan atau kerusakan properti.
20) Mengelola, memelihara dan mensertifikasi sarana, prasarana dan peralatan
Rumah Sakit, terutama penyediaan listrik, air, pembuangan limbah, ventilasi
dan pengelolaan gas medik

C. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


a. Identifikasi dan Inventarisasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang di
Rumah Sakit
1) Mengidentifikasi jenis, lokasi, dan jumlah semua Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal ciri-ciri dan
karakteristiknya. Diperlukan penataan yang rapi dan teratur, hasil identifikasi
diberi label atau kode untuk dapat membedakan satu dengan lainnya.
2) Mengawasi pelaksanakan kegiatan inventarisasi, penyimpanan, penanganan,
penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
b. Menyiapkan dan Memiliki Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety
Data Sheet)
Informasi mengenai bahan-bahan berbahaya terkait dengan penanganan yang
aman, prosedur penanganan tumpahan, dan prosedur untuk mengelola pemaparan
sudah yang terbaru dan selalu tersedia.
c. Menyiapkan sarana keselamatan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3):
1) Lemari Bahan Berbahaya dan Beracun (B3);
2) Penyiram badan (body wash);
3) Pencuci mata (eyewasher);
4) Alat Pelindung Diri (APD);
5) Rambu dan Simbol Bahan Berbahaya dan Beracun (B3); dan
6) Spill Kit
d. Pembuatan Pedoman dan Standar Prosedur Operasional Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) yang Aman
1) Menetapkan dan menerapkan secara aman bagi petugas dalam penanganan,
penyimpanan, dan penggunaan bahan- bahan dan limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3).
2) Menetapkan dan menerapkan cara penggunaan alat pelindung diri yang sesuai
dan prosedur yang dipersyaratkan sewaktu menggunakannya.
3) Menetapkan dan menerapkan pelabelan bahan-bahan dan limbah berbahaya
yang sesuai.
4) Menetapkan dan menerapkan persyaratan dokumentasi, termasuk surat izin,
lisensi, atau lainnya yang dipersyaratkan oleh peraturan yang berlaku.
5) Menetapkan mekanisme pelaporan dan penyelidikan (inventigasi) untuk
tumpahan dan paparan, Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
6) Menetapkan prosedur untuk mengelola tumpahan dan paparan.
e. Penanganan Keadaan Darurat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
1) Melakukan pelatihan dan simulasi tumpahan Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3).
2) Menerapkan prosedur untuk mengelola tumpahan dan paparan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3).
3) Menerapkan mekanisme pelaporan dan penyelidikan (inventigasi) untuk
tumpahan dan paparan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

D. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran


a. Identifikasi Area Berisiko Bahaya Kebakaran dan Ledakan
1) Mengetahui potensi bahaya kebakaran yang ada di tempat kerja, dengan
membuat daftar potensi-potensi bahaya kebakaran yang ada di semua area
Rumah Sakit.
2) Mengetahui lokasi dan area potensi kebakaran secara spesifik, dengan
membuat denah potensi berisiko tinggi terutama terkait bahaya kebakaran.
3) Inventarisasi dan pengecekan sarana proteksi kebakaran pasif dan aktif
a) proteksi kebakaran secara aktif, contohnya APAR, hidran, detektor api,
detektor asap, sprinkler, dan lain-lain.
b) proteksi kebakaran secara pasif, contohnya jalur evakuasi, pintu darurat,
tangga darurat, tempat titik kumpul aman, ram, kompartemen, dan lain-
lain.
b. Pemetaan Area Berisiko Tinggi Kebakaran dan Ledakan
1) Peta area risiko tinggi ledakkan dan kebakaran
2) Peta keberadaan alat proteksi kebakaran aktif (APAR, hydrant)
3) Peta jalur evakuasi dan titik kumpul aman
4) Denah lokasi di setiap gedung
c. Pengurangan Risiko Bahaya Kebakaran dan Ledakan
1) Sistim peringatan dini;
2) Tanda-tanda dan/ atau rambu evakuasi;
3) Akses keluar, akses evakuasi, dan area tempat titik kumpul aman;
4) Penyediaan alat evakuasi untuk gedung bertingkat;
5) penempatan bahan mudah terbakar aman dari api dan panas;
6) Pengaturan konstruksi gedung sesuai dengan prinsip keselamatan dan
Kesehatan Kerja, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
7) Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang mudah terbakar dan
gas medis;
8) Pelarangan bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping
pasien, dan pengunjung yang dapat menimbulkan kebakaran (peralatan
masak-memasak);
9) Larangan merokok.
10) Inspeksi fasilitas/area berisiko kebakaran secara berkala
11) Menyusun kebijakan, pedoman dan SPO terkait keselamatan kebakaran
d. Pengendalian Kebakaran
1) Alat pemadam api ringan
2) Deteksi asap dan api
3) Sistim alarm kebakaran
4) Penyemprot air otomatis (sprinkler)
5) Pintu darurat
6) Jalur evakuasi
7) Tangga darurat
8) Pengendali asap
9) Tempat titik kumpul aman
10) Penyemprot air manual (Hydrant)
11) Pembentukan tim penanggulangan kebakaran
a) Tim Penanggulangan Kebakaran Tingkat RS
b) Tim Penanggulangan Kebakaran Tingkat Unit RS
12) Pelatihan dan sosialisasi
e. Simulasi Kebakaran
Minimal dilakukan 1 tahun sekali untuk setiap gedung. Hal penting yang perlu
diperhatikan dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran:
1) Rumah Sakit perlu menguji secara berkala rencana penanganan kebakaran dan
asap, termasuk semua alat yang terkait dengan deteksi dini dan pemadaman
serta mendokumentasikan hasil ujinya.
2) Bahaya terkait dengan setiap pembangunan di dalam/berdekatan dengan
bangunan yang dihuni pasien. Yaitu dengan melakukan :
a) Melakukan pemantauan, terutama yang terkait dengan penggunaan bahan-
bahan mudah terbakar, penggunaan sumber panas / api dan
b) Melakukan sosialisasi terhadap pihak ketiga/kontraktor terkait pencegahan
kebakaran.
3) Jalan keluar yang aman dan tidak terhalang bila tejadi kebakaran (jalur
evakuasi), yaitu dengan melakukan :
a) Menyediakan Jalur darurat yang digunakan jika terjadi kebakaran secara
aman dan selamat.
b) Memastikan jalur darurat tidak boleh terhalang oleh benda apapun atau
yang dapat menghalangi jalannya proses evakuasi.
c) Jalur tersebut harus sesuai standar, dimulai dari penerangan yg cukup,
rambu dan petunjuk yang jelas dan mudah terbaca, penekan asap keluar.
4) Sistem peringatan dini, sistem deteksi dini, smoke, heat, ion atauflame
detector, alarm kebakaran, dan patroli kebakaran, antara lain :
a) Seperangkat alat yang merupakan sistem dari pemadam kebakaran yang
terintegrasi yang harus dipahami oleh setiap pegawai yang ada dilokasi
atau area tersebut
b) Seperangkat alat yang merupakan sistem dari pemadam kebakaran yang
terintegrasi bersifat otomatis yang merupakan bagian dari proteksi aktif
yang disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c) Patroli kebakaran dilakukan secara rutin
d) Sosialisasi bagi semua karyawan yang ada dilokasi atau area tersebut.
5) Mekanisme penghentian/supresi (suppression) seperti selang air, supresan
kimia (chemical suppressants) atau sistem penyemburan (sprinkler).
Merupakan sistem pemadam kebakaran secara aktif, baik dilakukan secara
otomatis maupun manual dan saling terintegrasi dalam suatu area atau lokasi.
Jenis antara lain APAR (Alat Pemadam Api Ringan), APAB (Alat Pemadam
Api Beroda), hydran dan springkler serta sistem penanggulangan kebakaran
satu tempat dengan menggunakan gas. Sistem proteksi kebakaran:
a) Sarana Proteksi Pasif
- Membatasi bahan-bahan mudah terbakar
- Suatu upaya yang dilakukan dengan cara memisahkan bahan-bahan yang
mudah terbakar dari sumber panas atau api dan juga mengurangi volume
atau jumlah bahan yang mudah terbakar pada area-area tertentu dimana
gudang penyimpanannya cukup kecil dan tidak tahan api. Struktur tahan
api dan kompartemenisasi bangunan (fire stop, fire retardant, fire damper)
- Merupakan upaya proteksi dengan memasukkan standar baku terhadap
struktur bangunan agar tahan api dan juga kompartemenisasi agar tidak
terjadi perambatan asap dan api ke area lainnya.
- Penyediaan sarana evakuasi untuk penghuni.
- Merupakan upaya untuk mengurangi risiko banyaknya korban dan juga
sebagai upaya dalam memindahkan orang dari tempat yang terbakar ke
tempat yang lebih aman melalui jalur atau akses evakuasi yang disediakan.
Dimana sarana tersebut harus sesuai standar.
- Penyediaan kelengkapan penunjang evakuasi.
- Kelengkapan penunjang dalam melakukan evakuasi bisa berupa lampu
darurat, rambu exit, kipas penekan asap dan rambu atau tanda jalur
evakuasi yang mudah terlihat.
- Kondisi halaman bangunan dan akses pemadam bagi ketersediaannya area
kepada mobil dinas pemadam kebakaran yang jelas dan tidak terhalang.
- Halaman atau lokasi titik kumpul aman harus ditentukan yang dilengkapi
dengan rambu dan tersedia,
- Akses bagi petugas pemadam kebakaran harus disediakan baik itu lokasi
maupun upaya agar memudahkan manuver kendaraan.
b) Sarana Proteksi Aktif
- Sistem deteksi dan alarm kebakaran
- Merupakan sistem yang terdiri dari detektor panas, detektor asap, detektor
nyala dan detektor ion yang tersambung dengan manual control fire alarm.
- Alat pemadam api ringan
- Sistem pemadam berbasis bahan kimia dan ringan, yang digunakan pada
tahap awal terjadinya kebakaran dengan volume api kecil dan digunakan
oleh satu orang.
- Automatic sprinkler system, hydrant, hose-reel
- Sistem pemadam berbasis air yang digunakan untuk penanggulangan
kebakaran.
- Pemadam api khusus pada area ruang server, gizi, gudang obat dan
disesuaikan dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
- Bisa ditempatkan pada area atau lokasi khusus dan bersifat mandiri berdiri
sendiri dan juga harus dipertimbangkan aspek keamanan dan ramah
lingkungannya.
- Sarana bantu: sumber air-pompa-genset/sumber daya darurat yang
disesuaikan dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
- Merupakan sarana penunjang operasi dari sistem aktif yang harus selalu
tersedia dan siap pakai.
c) Sistem Proteksi Pasif
- Sarana jalan ke luar dan komponen-komponennya terdiri atas tanda keluar,
lampu darurat, pintu kebakaran, tangga darurat bertekanan, alat bantu
evakuasi dan lain sebagainya.
- Pembatasan terhadap bahan tidak mudah terbakar
- Sistem pengendalian dan manajemen asap.
- Merupakan upaya yang dilakukan untuk mengendalikan asap saat
terjadinya kebakaran terutama untuk area yang berada di tangga darurat,
atau ruang bertekanan lainnya.
- Kondisi halaman bangunan dan akses pemadam
Halaman bangunan biasanya digunakan sebagai titik kumpul aman dengan
dilengkapi rambu dan hal lainnya yang diperlukan seperti lampu
penerangan darurat, dapat dijadikan tempat penampungan sementara atau
penanganan awal pada korban. Selain itu juga pada halaman atau jalan
yang ada dibangunan harus diperhatikan akses atau manuver dari
kendaraan dinas pemadam kebakaran.
- Sistem proteksi pasif harus dilakukan dan dibuat adanya perencanaan dan
perancangan dari awal dalam hal desain, material pembentuk maupun
pengawasannya oleh K3 dan satuan kerja terkait.
d) Fire Safety Management, terdiri atas:
- Pemeriksaan dan pemeliharaan peralatan proteksi kebakaran, yang harus
dilakukan secara berkala sesuai ketentuan.
- Pembentukan tim fire dan emergency yang merupakan kebijakan pimpinan
dalam upaya pencegahan kebakaran dan penanggulangan kebakaran saat
kondisi darurat.
- Pembinaan dan pelatihan tim fire dan emergency yang merupakan upaya
untuk meningkatkan kompetensi dari setiap pegawai dalam hal mencegah
dan menaggulangi bahaya kebakaran.
- Penyusunan Fire Emergency Plan (FEP) yang merupakan pedoman bagi
area atau lokasi tersebut dalam upayanya mencegah dan pengendalian
kebakaran.
- Latihan kebakaran dan evakuasi yang merupakan simulasi yang dilakukan
secara rutin yang mendekati kejadian sebenarnya sekaligus juga dengan
melakukan upaya evakuasi.
- Penyusunan SPO pelaksanaan kerja yang aman atau yang terkait dampak
kebakaran yang merupakan langkah-langkah atau tahapan dalam
melakukan kegiatan terutama yang terkait dengan pekerjaan api terbuka.
- Pelaksanaan fire safety audit yang serupa dengan self asessmen terkat
dengan pengelolaan keselamatan kebakaran.
- Penetapan pusat kendali keadaan darurat merupakan upaya komunikasi
yang dilakukan secara terkendali dan terpusat pada suatu area.
- Rekomendasi untuk pencegahan kebakaran terdiri atas:
a) Program termasuk pengurangan risiko kebakaran adalah suatu program
yang mengupayakan pengurangan risiko terhadap dampak kebakaran
yang terjadi.
b) Program termasuk penilaian risiko kebakaran saat ada pembangunan di
atau berdekatan dengan fasilitas adalah upaya untuk mengidentifikasi,
menila besarnya risiko dan pengendalian yang akan dilakukan
berikutnya.
c) Program termasuk deteksi dini kebakaran dan asap adalah bagian dari
sistem proteksi aktif dalam pemadaman kebakaran yang dapat
diketahui sejak awal sehingga penanggulangan dapat dilakukan
secepatnya.
d) Program termasuk meredakan kebakaran dan pengendalian
(containment) asap. Adalah upaya yang dilakukan dalam
mengantisipasi adanya penyebaran bahaya kebakaran.
e) Program termasuk evakuasi/jalan keluar yang aman dari fasilitas bila
terjadi kedaruratan akibat kebakaran dan kedaruratan bukan kebakaran.
E. Pengelolaan Utilitas Rumah Sakit
a. Memastikan adanya daftar inventaris komponen-komponen sistem utilitasnya dan
memetakan pendistribusiannya.
b. Memastikan dilakukan kegiatan pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan
terhadap semua komponen-komponen sistem utilitas yang beroperasi, semua
komponennya ditingkatkan bila perlu.
c. Mengidentifikasi jangka waktu untuk pemeriksaan, pengujian, dan pemeliharaan
semua komponen-komponen sistem utilitas yang beroperasi di dalam daftar
inventaris, berdasarkan kriteria seperti rekomendasi produsen, tingkat risiko, dan
pengalaman Rumah Sakit.
d. Memberikan label pada tuas-tuas kontrol sistem utilitas untuk membantu
pemadaman darurat secara keseluruhan atau sebagian.
e. Memastikan dilakukannya dokumentasi setiap kegiatan sistem utilitas.
f. Sistem utilitas rumah sakit menjamin tersedianya air bersih dan listrik sepanjang
waktu serta menyediakan sumber cadangan/alternatif persediaan air dan tenaga
listrik jika terjadi terputusnya sistem, kontaminasi, atau kegagalan.
g. Rumah sakit melakukan uji coba/uji beban sumber listrik dan sumber air
cadangan/alternatif
h. Rumah sakit melakukan pemeriksaan air bersih dan air limbah secara berkala
sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan

F. Pengelolaan Peralatan Medis


a. Memastikan tersedianya daftar inventaris seluruh peralatan medis
b. Memastikan penandaan pada peralatan medis yang digunakan dan yang tidak
digunakan.
c. Memastikan dilaksanakanya Inspeksi berkala.
d. Memastikan dilakukan uji fungsi dan uji coba peralatan
e. Memastikan dilakukan pemeliharaan promotif dan pemeliharaan terencana pada
peralatan medis
f. Memastikan petugas yang memelihara dan menggunakan peralatan medis
kompeten dan terlatih
G. Penanganan Kedaruratan dan Bencana
a. Identifikasi risiko kondisi darurat atau bencana
Mengidentifikasi potensi keadaan darurat di area kerja yang berasal dari aktivitas
(proses, operasional, peralatan), produk dan jasa.
b. Penilaian analisa risiko kerentanan bencana
Menilai risiko keadaan darurat di area kerja yang berasal dari aktivitas (proses,
operasional, peralatan), produk dan jasa.
Analisis kerentanan bencana terkait dengan bencana alam, teknologi, manusia,
penyakit / wabah dan hazard material.
c. Pemetaan risiko kondisi darurat atau bencana
Pemetaan risiko kondisi darurat atau bencana untuk menentukan skala prioritas.
d. Pengendalian kondisi darurat atau bencana
1) Menyusun pedoman tanggap darurat atau bencana
2) Membentuk Tim Tanggap Darurat atau Bencana
3) Menyusun SPO tanggap darurat atau bencana antara lain:
a) Kedaruratan keamanan
b) Kedaruratan keselamatan
c) Tumpahan bahan dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
d) Kegagalan peralatan medik dan non medik
e) Kelistrikan
f) Ketersediaan air
g) Sistem tata udara
h) Menghadapi bencana internal dan eksternal
4) Menyediakan alat/sarana dan prosedur keadaan darurat berdasarkan hasil
identifikasi.
5) Menilai kesesuaian, penempatan dan kemudahan untuk mendapatkan alat
keadaan darurat oleh petugas yang berkompeten dan berwenang.
6) Memasang rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat
sesuai dengan standar dan pedoman teknis.
e. Simulasi kondisi darurat atau bencana.
1) Simulasi kondisi darurat atau bencana berdasarkan penilaian analisa risiko
kerentanan bencana dilakukan terhadap keadaan, antara lain:
a) Darurat air;
b) Darurat listrik;
c) Penculikan bayi;
d) Ancaman bom;
e) Tumpahan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3);
f) Kebocoran radiasi;
g) Gangguan keamanan;
h) Banjir;
i) Gempa bumi.
2) Memberikan pelatihan tanggap darurat atau bencana
3) Melakukan uji coba (simulasi) kesiapan petugas yang bertanggung jawab
menangani keadaan darurat yang dilakukan minimal 1 tahun sekali pada
setiap gedung.

H. Kontruksi dan Renovasi


a. Melakukan penilaian risiko prakontruksi / Pre Contruction Risk Assessment
(PCRA) pada waktu merencanakan pembangunan baru (proyek konstruksi),
renovasi dan pembongkaran.
b. memastikan bahwa kepatuhan kontraktor dipantau, ditegakkan, dan
didokumentasikan. Sebagai bagian dari penilaian risiko, risiko infeksi pasien dari
konstruksi dievaluasi melalui penilaian risiko pengendalian infeksi, juga dikenal
sebagai Infection Control Risk Assessment (ICRA)
c. Untuk menilai risiko yang terkait dengan konstruksi, renovasi, atau proyek
pembongkaran, atau aktivitas pemeliharaan yang memengaruhi perawatan pasien
maka rumah sakit melakukan koordinasi antar satuan kerja terkait, termasuk,
sesuai kebutuhan, perwakilan dari desain proyek, pengelolaan proyek, teknik
fasilitas, fasilitas keamanan/keselamatan, pencegahan dan pengendalian infeksi,
keselamatan kebakaran, rumah tangga, layanan teknologi informasi, dan satuan
kerja serta layanan klinis.
I. Pelatihan
a. Pelatihan diselenggarakan setiap tahun untuk memastikan bahwa semua SDM
Rumah Sakit pada tiap shift dapat melaksanakan tanggungjawab mereka secara
efektif, materi pendidikan antara lain meliputi pencegahan kibat kerja dan
kecelakaan kerja yang mungkin timbul bagi pegawai di Rumah Sakit, ergonomi,
kedisplinan penggunaan alat pelindung diri.
b. Selain SDM Rumah Sakit, sosialisasi diberikan pada pengunjung dan pendamping
pasien mengenai kebakaran dan kedaruratan bencana.
c. Pengetahuan SDM Rumah Sakit diuji mengenai peran mereka dalam setiap
program keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan simulasi dan kuesioner. SDM
Rumah Sakit dapat menjelaskan dan/atau menunjukkan peran mereka dalam
menanggapi keadaan darurat atau bencana.
d. Pelatihan, pengujian, dan hasil pengujian didokumentasikan untuk setiap SDM
Rumah Sakit.
e. Pendidikan diselenggarakan setiap tahun untuk memastikan bahwa semua SDM
Rumah Sakit pada tiap shift dapat melaksanakan tanggungjawab mereka secara
efektif, materi pendidikan antara lain meliputi pencegahan penyakit akibat kerja
dan kecelakaan kerja yang mungkin timbul bagi pegawai di Rumah Sakit,
ergonomi, kedisplinan penggunaan alat pelindung diri.
f. Selain SDM Rumah Sakit, sosialisasi diberikan pada vendor, pekerja kontrak,
relawan,pelajar, peserta didik, peserta pelatihan.
g. Pengetahuan SDM Rumah Sakit diuji mengenai peran mereka dalam setiap
program keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan simulasi dan kuesioner. SDM
Rumah Sakit dapat menjelaskan dan/atau menunjukkan peran mereka dalam
menanggapi keadaan darurat atau bencana.
h. Pelatihan, pengujian, dan hasil pengujian didokumentasikan untuk setiap SDM
Rumah Sakit.
VI. SASARAN
NO KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN SASARAN PJ
1 Manajemen Melakukan Identifikasi Terselenggaranya Tim K3RS
Risiko Bahaya Potensial identifikasi bahaya – tim MFK
K3RS potensial
Melakukan Analisis Diperoleh gambaran Tim K3RS
Risiko seluruh risiko yang ada. – Sub
Kemudian disusun urutan Komite K3
risiko yang ada. Prioritas
diberikan kepada risiko-
risiko yang cukup
signifikan dapat
menimbulkan kerugian.
Evaluasi Risiko 1. Gambaran tentang Tim K3RS
seberapa penting – Sub
risiko yang ada Komite K3
2. Gambaran tentang
prioritas risiko yang
perlu ditanggulangi
3. Gambaran tentang
kerugian yang
mungkin terjadi baik
dalam parameter
biaya ataupun
parameter lainnya
4. Masukan informasi
untuk pertimbangan
tahapan
pengendalian.
2 Pelayanan Kegiatan promotif 1. Terlaksananya Bidang
Kesehatan merupakan peningkatan pemberian makanan SDI
Kerja kesehatan serta tambahan bagi Sub-
kemampuan fisik dan petugas di area Komite
kondisi mental (rohani) berisiko K3RS
SDM Rumah Sakit 2. Terlaksananya
kegiatan olah raga
karyawan
3. Terlaksananya
kegiatan mentoring
kerohanian
NO KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN SASARAN PJ
4. Terdapat kantin bersih
5. Terdapat tempat
penitipan anak
dilingkungan kerja
Kegiatan preventif Terlaksananya kegiatan: Bidang
1. MCU (1 kali SDI
pertahun) Sub-
2. Imunisasi bagi Komite
karyawan K3RS
3. Jaminan pelayanan
kesehatan (sesuai
ketentuan)
Survey Kepatuhan APD 1
kali pertahun
Kegiatan kuratif Tersedianya pelayanan Bidang
pengobatan dan SDI
perawatan bagi SDM Sub-
Rumah Sakit yang Komite
menderita sakit, PAK, K3RS
KAK dan penanganan
pasca pajanan
Kegiatan rehabilitatif Terlaksananya perawatan Bidang
rehabilitasi medis dan SDI
pendampingan kembali Sub-
bekerja Komite
K3RS
NO KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN SASARAN PJ
3 Keselamatan 1. Pengelolaan risiko 1. Rumah sakit Komite
Fasilitas keselamatan di menerapkan proses K3RS-
lingkungan rumah sakit pengelolaan IPSRS-
secara komprehensif keselamatan rumah KaSie
2. Penyediaan fasilitas sakit Keamanan
pendukung yang aman 2. Rumah sakit telah
untuk mencegah mengintegrasikan
kecelakaan dan cedera, program Kesehatan
penyakit akibat kerja, dan keselamatan kerja
mengurangi bahaya dan staf ke dalam program
risiko, serta manajemen fasilitas
mempertahankan dan keselamatan.
kondisi aman bagi 3. Rumah sakit telah
pasien, keluarga, staf, membuat pengkajian
dan pengunjung risiko secara proaktif
3. Pemeriksaan fasilitas terkait keselamatan di
dan lingkungan (ronde rumah sakit setiap
fasilitas) secara berkala tahun yang
dan dilaporkan sebagai didokumentasikan
dasar perencanaan dalam daftar
anggaran untuk risiko/risk register.
perbaikan, penggantian Dilaporkan setiap 6
atau “upgrading”. (enam) bulan
NO KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN SASARAN PJ
4 Keamanan 1. Menjamin lingkungan  Rumah sakit Komite
Fasilitas yang aman dengan menerapkan proses K3RS-
memberikan pengelolaan IPSRS-
identitas/tanda keamanan KaSie
pengenal pada pasien, dilingkungan rumah Keamanan
staf, pekerja kontrak, sakit
tenant/penyewa lahan,  Rumah sakit telah
keluarga (penunggu membuat pengkajian
pasien), atau risiko secara proaktif
pengunjung terkait keamanan di
2. Melakukan rumah sakit setiap
pemeriksaan dan tahun yang
pemantauan keamanan didokumentasikan
fasilitas dan dalam daftar
lingkungan secara risiko/risk register
berkala dan membuat  Rumah sakit telah
tindak lanjut membuat pengkajian
perbaikan; risiko secara proaktif
3. Pemantauan pada terkait keselamatan di
daerah berisiko rumah sakit
keamanan sesuai  Rumah sakit telah
penilaian risiko di melakukan
rumah sakit. pemantauan risiko
Pemantauan dapat keamanan dan
dilakukan dengan dilaporkan setiap 6
penempatan petugas (enam) bulan kepada
keamanan (sekuriti) Direktur rumah sakit
dan atau memasang
kamera sistem CCTV
yang dapat dipantau
oleh sekurit
4. Melindungi semua
individu yang berada
di lingkungan rumah
sakit terhadap
kekerasan, kejahatan
dan ancaman
5. Menghindari
terjadinya kehilangan,
kerusakan, atau
NO KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN SASARAN PJ
5 Pengelolaan 1. Inventarisasi B3 serta  Rumah sakit telah Komite
Bahan limbahnya yang melaksanakan proses K3RS-
Berbahaya meliputi jenis, jumlah, pengelolaan B3 IPSRS-
dan Beracun simbol dan lokasi  Rumah sakit telah Komite
(B3) dan 2. Penanganan, membuat pengkajian Mutu
Limbah B3 penyimpanan, dan risiko secara proaktif
penggunaan B3 serta terkait pengelolaan
limbahnya B3 di rumah sakit
3. Penggunaan alat setiap tahun yang
pelindung diri (APD) didokumentasikan
dan prosedur dalam daftar
penggunaan, prosedur risiko/risk register
bila terjadi tumpahan,  Di area tertentu yang
atau paparan rawan terhadap
4. Pelatihan yang pajanan telah
dibutuhkan oleh staf dilengkapi dengan eye
yang menangani B3 washer/body washer
5. Pemberian yang berfungsi dan
label/rambu-rambu terpelihara baik dan
yang tepat pada B3 tersedia kit
serta limbahnya tumpahan/spill kit
6. Pelaporan dan sesuai ketentuan
investigasi dari  Staf dapat
tumpahan, eksposur menjelaskan dan atau
(terpapar), dan insiden memperagakan
lainnya penanganan tumpahan
7. Dokumentasi, B3.
termasuk izin, lisensi,  Staf dapat
atau persyaratan menjelaskan dan atau
peraturan lainnya memperagakan
8. Pengadaan/pembelian tindakan,
B3 dan pemasok kewaspadaan,
(supplier) wajib prosedur dan
melampirkan Lembar partisipasi dalam
Data Keselamatan. penyimpanan,
9. Informasi yang penanganan dan
tercantum di lembar pembuangan limbah
data keselamatan B3.
diedukasi kepada staf
NO KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN SASARAN PJ
rumah sakit, terutama
kepada staf terdapat
penyimpanan B3 di
unitnya
Pembuangan sementara 1. Rumah sakit
limbah B-3, rumah sakit melakukan
agar memenuhi penyimpanan limbah
persyaratan fasilitas B3
pembuangan 2. Rumah sakit
sementara limbah B-3 mengolah limbah B3
sebagai berikut: padat secara
1. Lantai kedap mandiri atau
(impermeable), menggunakan pihak
berlantai beton atau ketiga yang berizin
semen dengan sistem termasuk untuk
drainase yang baik, pemusnahan limbah
serta mudah B3 cair yang
dibersihkan dan tidak bisa dibuang ke
dilakukan desinfeksi IPAL
2. Tersedia sumber air 3. Rumah sakit
atau kran air untuk mengelola limbah B3
pembersihan yang cair sesuai
dilengkapi dengan peraturan perundang-
sabun cair undangan
3. Mudah diakses untuk
penyimpanan limbah
4. Dapat dikunci untuk
menghindari akses
oleh pihak yang tidak
berkepentingan
5. Mudah diakses oleh
kendaraan yang akan
mengumpulkan atau
mengangkut limbah
6. Terlindungi dari sinar
matahari, hujan, angin
kencang, banjir, dan
faktor lain yang
berpotensi
NO KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN SASARAN PJ
menimbulkan
kecelakaan atau
bencana kerja
7. Terlindung dari
hewan: kucing,
serangga, burung, dan
hewan lainnya
8. Dilengkapi dengan
ventilasi dan
pencahayaan yang
baik serta memadai
9. Berjarak jauh dari
tempat penyimpanan
atau penyiapan
makanan
10. Peralatan
pembersihan, alat
pelindung diri/APD
(antara lain masker,
sarung tangan,
penutup kepala,
goggle, sepatu boot,
serta pakaian
pelindung) dan wadah
atau kantong limbah
harus diletakkan
sedekat dekatnya
dengan lokasi fasilitas
penyimpanan
11. Dinding, lantai, dan
juga langit-langit
fasilitas penyimpanan
senantiasa dalam
keadaan bersih
termasuk pembersihan
lantai setiap hari

5 Proteksi 1. Pemisah/kompartemen 1. Rumah sakit telah Komite


Kebakaran bangunan untuk melakukan K3RS-
NO KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN SASARAN PJ
mengisolasi asap/api pengkajian risiko KaSie
2. Laundry/binatu, ruang kebakaran secara Keamanan
linen, area berbahaya proaktif setiap tahun
termasuk ruang di atas yang
plafon didokumentasikan
3. Tempat pengelolaan dalam daftar
sampah risiko/risk register
4. Pintu keluar darurat 2. Rumah sakit telah
kebakaran (emergency menerapkan proses
exit) proteksi kebakaran
5. Dapur termasuk 3. Rumah sakit
peralatan memasak menetapkan
penghasil minyak kebijakan dan
6. Sistem dan peralatan melakukan
listrik pemantauan larangan
darurat/alternatif serta merokok di seluruh
jalur kabel dan area rumah sakit
instalasi listrik 4. Rumah sakit telah
7. Penyimpanan dan melakukan
penanganan bahan pengkajian risiko
yang berpotensi proteksi kebakaran
mudah terbakar 5. Rumah sakit
(misalnya, cairan dan memastikan semua
gas mudah terbakar, staf memahami
gas medis yang proses proteksi
mengoksidasi seperti kebakaran termasuk
oksigen dan dinitrogen melakukan pelatihan
oksida), ruang penggunaan APAR,
penyimpanan oksigen hidran dan simulasi
dan komponennya dan kebakaran setiap
vakum medis tahun
8. Prosedur dan tindakan 6. Peralatan
untuk mencegah dan pemadaman
mengelola kebakaran kebakaran aktif dan
akibat pembedahan system peringatan
9. Bahaya kebakaran dini serta proteksi
terkait dengan proyek kebakaran secara
konstruksi, pasif telah
renovasi, atau diinventarisasi,
NO KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN SASARAN PJ
pembongkaran diperiksa, di ujicoba
dan dipelihara sesuai
dengan peraturan
perundangundangan
dan didokumentasikn
6 Pengelolaan 1. Identifikasi dan 1. Rumah sakit telah Komite
peralatan penilaian kebutuhan menerapkan proses K3RS-
medis alat medik dan uji pengelolaan peralatan IPSRS
fungsi sesuai medik yang
ketentuan penerimaan digunakan di rumah
alat medik baru sakit
2. Inventarisasi seluruh 2. Rumah sakit
peralatan medis yang menetapkan
dimiliki oleh rumah penanggung jawab
sakit dan peralatan yang kompeten
medis kerja sama dalam pengelolaan
operasional (KSO) dan pengawasan
milik pihak ketiga, peralatan medik di
serta peralatan medik rumah sakit
yang dimiliki oleh staf 3. Rumah sakit telah
rumah sakit jika ada melakukan
Inspeksi peralatan pengkajian risiko
medis sebelum peralatan medik
digunakan secara proaktif setiap
3. Pemeriksaan peralatan tahun yang
medis sesuai dengan didokumentasikan
penggunaan dan dalam daftar
ketentuan pabrik risiko/risk register
secara berkala 4. Terdapat bukti
4. Pengujian yang perbaikan yang
dilakukan terhadap dilakukan oleh pihak
alat medis untuk yang berwenang dan
memperoleh kepastian kompeten
tidak adanya bahaya 5. Rumah sakit telah
yang ditimbulkan menerapkan
sebagai akibat pemantauan,
penggunaan alat pemberitahuan
5. Rumah sakit kerusakan
melakukan (malfungsi) dan
NO KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN SASARAN PJ
pemeliharaan penarikan (recall)
preventif dan peralatan medis yang
kalibrasi, dan seluruh membahayakan
prosesnya pasien
didokumentasikan. 6. Rumah sakit telah
melaporkan insiden
keselamatan pasien
terkait peralatan
medis sesuai dengan
peraturan perundang-
undangan
7 Sistem 1. Ketersediaan air dan 1. Rumah sakit telah Komite
Utilitas listrik 24 jam setiap menerapkan proses K3RS-
hari dan dalam waktu pengelolaan sistem IPSRS
7 (tujuh) hari dalam utilitas
seminggu secara terus 2. Rumah sakit telah
menerus melakukan
2. Membuat daftar pengkajian risiko
inventaris komponen- sistim utilitas dan
komponen sistem komponen
utilitas, memetakan kritikalnya secara
pendistribusiannya, proaktif setiap tahun
dan melakukan update yang
secara berkala didokumentasikan
3. Pemeriksaan, dalam daftar
pemeliharaan, serta risiko/risk register
perbaikan semua
komponen utilitas
yang ada di daftar
inventaris
4. Jadwal pemeriksaan,
uji fungsi, dan
pemeliharaan semua
sistem utilitas berdasar
atas kriteria seperti
rekomendasi dari
pabrik, tingkat risiko,
dan pengalaman
rumah sakit
NO KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN SASARAN PJ
5. Pelabelan pada tuas-
tuas kontrol sistem
utilitas untuk
membantu
pemadaman darurat
secara keseluruhan
atau sebagian saat
terjadi kebakaran.
Proses menajemen utilitas 1. Rumah sakit Komite
menetapkan pemeliharaan menerapkan proses K3RS-
utilitas untuk memastikan inventarisasi sistim IPSRS
utilitas pokok/penting utilitas dan
seperti air, listrik, sampah, komponen
ventilasi, kritikalnya setiap
gas medik, lift agar dijaga, tahun
diperiksa berkala, 2. Sistem utilitas dan
dipelihara, komponen
dan diperbaiki kritikalnya telah
diinspeksi secara
berkala berdasarkan
ketentuan rumah
sakit
3. Sistem utilitas dan
komponen
kritikalnya diuji
secara berkala
berdasar atas kriteria
yang sudah
ditetapkan
4. Sistem utilitas dan
komponen
kritikalnya dipelihara
berdasar atas kriteria
yang sudah
ditetapkan
5. Sistem utilitas dan
komponen
kritikalnya diperbaiki
bila diperlukan
NO KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN SASARAN PJ
Untuk mempersiapkan 1. Perbaikan sistem air Komite
diri terhadap keadaan bersih yang terjadi K3RS-
darurat berulangulang IPSRS
seperti ini, rumah sakit 2. Sumber air bersih
agar mempunyai proses sering terkontaminasi
meliputi: 3. Jaringan listrik yang
1. Mengidentifikasi tidak dapat
peralatan, sistem, serta diandalkan
area yang memiliki 4. Pemadaman listrik
risiko paling tinggi yang tidak terduga
terhadap pasien dan dan berulang-ulang
staf (sebagai contoh,
rumah sakit
mengidentifikasi area
yang membutuhkan
penerangan,
pendinginan (lemari
es), bantuan
hidup/ventilator, serta
air bersih untuk
membersihkan dan
sterilisasi alat)
2. Menyediakan air
bersih dan listrik 24
jam setiap hari dan 7
(tujuh) hari seminggu
3. Menguji ketersediaan
serta kehandalan
sumber tenaga listrik
dan air bersih
darurat/pengganti/bac
k-up
4. Mendokumentasikan
hasil-hasil pengujian
5. Memastikan bahwa
pengujian sumber
cadangan/alternatif air
bersih dan listrik
dilakukan
NO KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN SASARAN PJ
Rumah sakit 1. Rumah sakit Komite
merencanakan tenaga melaksanakan uji K3RS-
listrik cadangan coba sumber air IPSRS
darurat (dengan bersih dan listri
menyiapkan genset) dan cadangan/alternatif
penyediaan sekurangnya 6
sumber air bersih darurat (enam) bulan sekali
untuk area-area yang atau lebih sering bila
membutuhkan diharuskan oleh
peraturan perundang-
undanganan yang
berlaku atau oleh
kondisi sumber air
2. Rumah sakit
mendokumentasi
hasil uji coba sumber
air bersih
cadangan/alternatif
tersebut
3. Rumah sakit
mendokumentasikan
hasil uji sumber
listrik/cadangan/alter
natif tersebut
4. Rumah sakit
mempunyai tempat
dan jumlah bahan
bakar untuk sumber
listrik
cadangan/alternatif
yang mencukupi
Karena itu, rumah sakit 1. Rumah sakit telah
perlu mempunyai proses menerapkan proses
meliputi: tersebut
1. Pelaksanaan 2. Rumah sakit telah
pemantauan mutu air melakukan
bersih paling sedikit 1 pemantauan dan
(satu) tahun sekali. evaluasi proses pada
Untuk pemeriksaan EP 1
NO KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN SASARAN PJ
kimia minimal setiap 3. Rumah sakit telah
6 (enam) bulan atau menindaklanjuti hasil
lebih sering pemantauan
bergantung pada dan evaluasi pada EP
ketentuan peraturan 2 dan
perundangundangan, didokumentasikan
kondisi sumber air,
dan pengalaman
sebelumnya dengan
masalah mutu air.
Hasil pemeriksaan
didokumentasikan
2. Pemeriksaan air
limbah dilakukan
setiap 3 (tiga) bulan
atau lebih sering
bergantung pada
peraturan perundang-
undangan, kondisi
sumber air, dan hasil
pemeriksaan air
terakhir bermasalah.
Hasil pemeriksaan
didokumentasikan
3. Pemeriksaan mutu air
yang digunakan untuk
dialysis ginjal setiap
bulan untuk menilai
pertumbuhan bakteri
dan endotoksin.
Pemeriksaan tahunan
untuk menilai
kontaminasi zat kimia.
Hasil pemeriksaan
didokumentasikan
4. Melakukan
pemantauan hasil
pemeriksaan air dan
perbaikan bila
NO KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN SASARAN PJ
diperlukan
8 Penanganan 1. Menentukan jenis 1. Rumah sakit Komite
Kedaruratan yang kemungkinan menerapkan proses K3RS-
dan Bencana terjadi dan pengelolaan bencana IPSRS-
konsekuensi bahaya, 2. Rumah sakit telah KaSie
ancaman, dan kejadian mengidentifikasi Keamanan-
2. Menentukan integritas risiko bencana KaIns IGD
struktural dan non internal dan eksternal
structural di dalam analisis
lingkungan pelayanan kerentanan
pasien yang ada dan bahaya/Hazard
bagaimana bila terjadi Vulnerability
bencana Analysis (HVA)
3. Menentukan peran secara proaktif setiap
rumah sakit dalam tahun dan
peristiwa/kejadian diintegrasikan ke
tersebut dalam daftar
4. Menentukan strategi risiko/risk register
komunikasi pada dan profil risiko
waktu kejadian 3. Rumah sakit
5. Mengelola sumber membuat program
daya selama kejadian pengelolaan bencana
termasuk sumber- di rumah sakit
sumber alternatif berdasarkan hasil
6. Mengelola kegiatan analisis kerentanan
klinis selama kejadian bahaya/Hazard
termasuk tempat Vulnerability
pelayanan alternatif Analysis (HVA)
pada waktu kejadian setiap tahun
7. Mengidentifikasi dan 4. Rumah sakit telah
penetapan peran serta melakukan simulasi
tanggung jawab staf penanggulangan
selama kejadian dan bencana (disaster
8. Proses mengelola drill) minimal setahun
keadaan darurat ketika sekali termasuk
terjadi konflik antara debriefing
tanggung jawab 5. Staf dapat
pribadi staf dan menjelaskan dan atau
tanggung jawab rumah memperagakan
NO KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN SASARAN PJ
sakit untuk tetap prosedur dan peran
menyediakan mereka dalam
pelayanan pasien penanganan
termasuk kesehatan kedaruratan serta
mental dari staf bencana internal dan
external
6. Rumah sakit telah
menyiapkan area
dekontaminas sesuai
ketentuan pada
instalasi gawat
darurat
9 Konstruksi Penilaian risiko digunakan 1. Rumah sakit Komite
dan untuk mengevaluasi risiko menerapkan penilaian K3RS-
Renovasi secara komprehensif risiko prakonstruksi IPSRS
untuk mengembangkan (PCRA) terkait
rencana dan menerapkan rencana konstruksi,
tindakan pencegahan yang renovasi dan demolisi
akan meminimalkan 2. Rumah sakit
dampak proyek konstruksi melakukan penilaian
terhadap kualitas, risiko prakontruksi
keselamatan dan (PCRA) bila ada
keamanan perawatan rencana kontruksi,
pasien. Proses penilaian renovasi dan demolisi
risiko konstruksi meliputi: 3. Rumah sakit
1. Kualitas udara melakukan tindakan
2. Pencegahan dan berdasarkan hasil
pengendalian infeksi penilaian risiko untuk
3. Utilitas meminimalkan risiko
4. Kebisingan selama
5. Getaran pembongkaran,
6. Bahan dan limbah konstruksi, dan
berbahaya renovasi
7. Keselamatan 4. Rumah sakit
kebakaran memastikan bahwa
8. Keamanan kepatuhan kontraktor
9. Prosedur darurat, dipantau,
termasuk jalur/keluar dilaksanakan, dan
alternatif dan akses ke didokumentasikan
NO KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN SASARAN PJ
layanan darurat
10. Bahaya lain yang
mempengaruhi
perawatan,
pengobatan, dan
layanan.
10 Pelatihan Seluruh staf di rumah 1. Semua staf telah SDI-
sakit dan yang lainnya diberikan pelatihan Komite
telah dilatih dan memiliki program manajemen K3RS-
pengetahuan tentang fasilitas dan IPSRS-
pengelolaan fasilitas keselamatan (MFK) KaSie
rumah sakit, program terkait keselamatan Keamanan
keselamatan dan peran setiap tahun dan dapat
mereka dalam menjelaskan dan/atau
memastikan keamanan menunjukkan peran
dan keselamatan fasilitas dan tanggung
secara efektif jawabnya dan
didokumentasikan
2. Semua staf telah
diberikan pelatihan
program manajemen
fasilitas dan
keselamatan (MFK)
terkait keamanan
setiap tahun dan dapat
menjelaskan dan/atau
menunjukkan peran
dan tanggung
jawabnya dan
didokumentasikan
3. Semua staf telah
diberikan pelatihan
program manajemen
fasilitas dan
keselamatan (MFK)
terkait pengelolaan
B3 dan limbahnya
setiap tahun dan dapat
menjelaskan dan/atau
NO KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN SASARAN PJ
menunjukkan peran
dan tanggung
jawabnya dan
didokumentasikan.
4. Semua staf telah
diberikan pelatihan
program manajemen
fasilitas dan
keselamatan (MFK)
terkait proteksi
kebakaran setiap
tahun dan dapat
menjelaskan dan/atau
menunjukkan peran
dan tanggung
jawabnya dan
didokumentasikan
5. Semua staf telah
diberikan pelatihan
program manajemen
fasilitas dan
keselamatan (MFK)
terkait peralatan
medis setiap tahun
dan dapat
menjelaskan dan/atau
menunjukkan peran
dan tanggung
jawabnya dan
didokumentasikan.
VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
BULAN
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Manajemen Risiko K3RS
2 Keselamatan di Rumah Sakit
3 Keamanan di rumah sakit
4 Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
5 Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran
6 Pengelolaan Utilitas Rumah Sakit
7 Pengelolaan Peralatan Medis
8 Penanganan kedaruratan dan Bencana
9 Kontruksi dan Renovasi
9 Pelatihan

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORANNYA


1. Setiap bulan Bidang, Tim MFK dan Direksi melakukan evaluasi terhadap
pencapaian program melalui forum rapat koordinasi
2. Setiap triwulan Tim MFK membuat Laporan kegiatan yang akan disampaikan
kepada Direksi

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


1. Tim MFK mendokumentasikan seluruh kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja
di rumah sakit.
2. Tim MFK membuat laporan kegiatan kepada Direktur
3. Evaluasi program kerja dilakukan setiap triwulan dan pada akhir tahun dilakukan
evaluasi keseluruhan program untuk melihat pencapaian sasaran dan menyusun
perencanaan tahun berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai