Anda di halaman 1dari 11

Diagnostic Peritoneal Lavage

KELOMPOK 8
Pengertian DPL
• Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL) memiliki
peran besar pada penatalaksanaan trauma
tumpul abdomen. DPL paling berguna pada
pasien yang memiliki resiko tinggi cedera
organ berongga, terutama jika dari CT-scan
dan USG hanya terdeteksi sedikit cairan,
peritonitis, atau keduanya. Keadaan ini
berlangsung selama 6-12 jam setelah cedera
organ berongga.
Indikasi DPL
1. Perubahan sensorium – cedera
kepala,intoksikasi alkohol, penggunaan obat
terlarang.
2. Perubahan perasaan – cedera jaringan saraf
tulang belakang.
3. Cedera pada struktur berdekatan – tulang iga
bawah, panggul, tulang belakang dari
pinggang bawah (lumbar spine).
4. Pemeriksaan fisik yang meragukan.
Kontra Indikasi DPL
• Salah satu kontraindikasi mutlak pelaksanaan
tindakan diagnostik peritoneal lavage adalah adanya
indikasi laparotomy atau celiotomy. Hal ini didasarkan
pada pertimbangan bahwa pada saat kateter
dimasukkan akan dapat menimbulkan luka sekunder
selain itu juga akan menghalangi pengeluaran cairan
diagnostik peritoneal lavage yang telah dimasukkan.
Sedang kontraindikasi relatif meliputi ada riwayat
operasi abdomen sebelumnya, pasien dengan
kehamilan tri semester pertama dan bila hasil dari
pemeriksaan ini tidak mengubah terapi. Test ini juga
tidak boleh dilakukan pada pasien yang tidak
kooperatif dan pasien yang sudah jelas tanda- tanda
peritonealnya dan harus segera melakukan operasi.
Alat dan bahan
• Handsoon steril
• Mess
• Hand mess
• Spuit
• Kateter
• Kantong kateter
• Guidewire
Persiapan Pasien
1. Buat informed consent dengan keluarga
2. Pasien diposisikan rata dalam posisi terlentang
3. Kateter Foley dan selang nasogastrik dimasukkan untuk
mendekompresi kandung kemih dan perut.
4. Area periumbilical disiapkan secara bedah dan dibungkus
luas.
5. Kombinasi anestesi lokal dan sedasi sadar intravena
digunakan pada pasien dengan hemodinamik
normal. Anestesi lokal saja sudah cukup pada pasien yang
hemodinamik abnormal. Lidokain 1% dengan epinefrin
digunakan untuk anestesi lokal untuk mengurangi jumlah
perdarahan kulit, yang dapat menyebabkan tes positif
palsu.
Tahap Kerja
• Tehnik terbuka
1. Teknik terbuka membutuhkan kulit periumbilical untuk dibius dan insisi garis
tengah vertikal dibuat sekitar 2 cm di bawah atau di atas umbilicus.
2. Lemak subkutan dibedah sampai linea alba diidentifikasi
3. Retraktor ditempatkan untuk memegang kulit dan jaringan subkutan di lateral
4. Fasia digenggam dengan dua klip handuk atau hemostat di kedua sisi garis tengah.
5. Jarum 18-gauge dimasukkan pada sudut 45 derajat ke fasia ke arah panggul
6. Sebuah guidewire dipasang melalui jarum ke dalam panggul.
7. Guidwire harus dilewati dengan mudah tanpa hambatan. Jika guidwire bertemu
dengan tahanan, lepaskan jarum dan guidewire dan mulailah dari awal.
8. Jarum dilepaskan saat menjaga guidewire stabil. Sebuah dilator dilewatkan melalui
kawat dan melalui fasia dan kemudian dihapus
9. Kateter DPL dimasukkan ke dalam rongga peritoneal yang ditujukan ke panggul.
10. Jarum suntik digunakan untuk aspirasi isi peritoneum. Jika darah mengalir dengan
mudah ke dalam syringe, maka tindakan laparotomy haru segera di lakukan.
Lanjut . . .
11. Setelah itu kateter DPL dihubungkan ke tabung hangat dan masukkan
cairan sebanyak 1000 cc dari Ringers Laktat atau normal saline (NaCl)
menggunakan tubing intravena standar. Harus diperhatikan bahwa
tabung tidak memiliki katup satu arah yang tidak memungkinkan cairan
mengalir dengan bebas kembali ke dalam kantong cairan IV.
12. lakukan penekanan abdomen pasien dengan lembut untuk
memungkinkan pencampuran cairan dengan isi peritoneum.
13. Setelah tabung hampir kosong, letakkan di lantai dan biarkan cairan
intraabdominal kembali.
14. Hasil cairan tersebut akan diperiksa secara makroskopis untuk melihat
apakah ada isi pencernaan, sel darah merah, sel darah putih dan cairan
empedu. Tes dikatakan positif bila ditemukan kadar sel darah merah
lebih dari 100.000 ml, kadar sel darah putih lebih dari 500 cc atau pada
pewarnaan gram postif ditemukan bakter pencernaan.
15. fasia insisi harus ditutup dengan jahitan.
Lanjut . . .
• Tehnik tertutup
1. Teknik tertutup bergantung pada akses jarum
perkutan ke rongga peritoneum
2. Kemudian diikuti oleh penyisipan kateter
menggunakan teknik Seldinger.
3. Jika teknik tertutup digunakan maka tidak
diperlukan jahitan.
4. Metode tertutup lebih cepat, tetapi sering
memiliki lebih banyak komplikasi teknis seperti
penempatan kawat dan pengembalian cairan
yang tidak memadai.
Penatalaksanaan DPL di Ruang
Emergency
1. Mulai prosedur resusitasi ABC (memperbaiki jalan napas, pernapasan
dan sirkulasi).
2. Pertahankan pasien pada brankard; gerakan dapat menyebabkan
fragmentasi bekuan pada pembuluh darah besar dan menimbulkan
hemoragi massif
3. Pastikan kepatenan dan kestabilan pernapasan
4. Gunting pakaian penderita dari luka.
5. Hitung jumlah luka dan tentukan lokasi luka masuk dan keluar.
6. Kontrol perdarahan dan pertahankan volume darah sampai pembedahan
dilakukan.
7. Berikan kompresi pada luka dengan perdarahan eksternal dan lakukan
bendungan pada luka dada.
8. Pasang kateter IV berdiameter besar untuk penggantian cairan secara
cepat dan memperbaiki dinamika sirkulasi.
9. Perhatikan kejadian syok setelah respon awal terhadap terapi transfusi;
ini sering merupakan tanda adanya perdarahan internal.
Lanjut . . .
10. Aspirasi lambung dengan memasang selang nasogastrik. Prosedur ini membantu
mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi terhadap rongga peritonium, dan
mencegah komplikasi paru karena aspirasi.
11. Pasang kateter urin untuk mendapatkan kepastian adanya hematuria dan pantau jumlah
urine perjam.
12. Tutupkan visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan dibasahi dengan
salin untuk mencegah kekeringan visera
13. Fleksikan lutut pasien; posisi ini mencegah protusi yang lanjut.
14. Tunda pemberian cairan oral untuk mencegah meningkatnya peristaltik dan muntah.
15. Siapkan pasien untuk parasentesis atau lavase peritonium ketika terdapat ketidakpastian
mengenai perdarahan intraperitonium.
16. Siapkan pasien untuk sinografi untuk menentukan apakah terdapat penetrasi peritonium
pada kasus luka tusuk.
17. Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan.
18. Berikan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi. Trauma dapat menyebabkan
infeksi akibat karena kerusakan barier mekanis, bakteri eksogen dari lingkungan pada
waktu cedera dan manuver diagnostik dan terapeutik (infeksi nosokomial).
19. Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok, kehilangan darah,
adanya udara bebas dibawah diafragma, eviserasi, atau hematuria.

Anda mungkin juga menyukai