Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN


SENSORI PERSEPSI PADA KASUS HALUSINASI

1. Masalah Utama
Perubahan sensori perseptual : Halusinasi

2. Proses Terjadinya Masalah


a. Definisi
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan
dimana terjadi pada saat kesadaran penuh / baik (Stuart & Sundenn, 2003).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah
(Maramis, 2005)
Halusinasi dapat didefenisikan sebagai terganggunya proses sensori
seseorang, dimana tidak terdapat stimulus (Varcarolis, 2006).

b. Klasifikasi

Jenis halusinasi Data objektif Data subjektif


Halusinasi dengar / - Bicara sendiri - Mendengar suara-suara
suara atau kegaduhan
- Marah-marah tanpa - Mendengar suara yang
sebab mengajak bercakap-
cakap
- Menyedengkan telinga - Mendengar suara
ke arah tertentu, menyuruh melakukan
menutup telinga sesuatu yang berbahaya
Halusinasi - Menunjuk-nunjuk kea - Melihat bayangan,
pengelihatan rah tertentu sinar, bentuk kartoon,
- Ketakutan pada melihat hantu atau
sesuatu yang tidak monster
jelas
Halusinasi penghidu Menghidu seperti Membaui bau-bauan
membaui bau-bauan seperti bau darah,
tertentu, menutup urine, feses, kadang-
hidung kadang bau itu
menyenangkan

Halusinasi Sering meludah dan Merasakan rasa seperti


pengecapan muntah darah, urine atau feses

Halusinasi perabaan Menggaruk-garuk Mengatakan ada


permukaan kulit serangga di permukaan
kulit dan merasa seperti
tersengat listrik

c. Manifestasi klinis
1) Bicara, senyum dan tertawa sendiri
2) Bersikap seperti melihat dan mendengar sesuatu
3) Berhenti berbicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
4) Disorientasi
5) Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata
6) Tidak dapat memusatkan perhatian
7) Curiga, takut, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya)
8) Merasa ada sesuatu pada kulitnya

d. Penyebab
1) Faktor predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah :
a. Biologis
1) Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai
dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang
berikut:
2) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan
otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi
pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan
perilaku psikotik.
3) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter
yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor
dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
4) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan
anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan
yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah
penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress
2) Faktor presipitasi
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh
otak untuk di interpretasikan
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor

e. Akibat
Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Ini diakibatkan karena
klien berada di bawah halusinasinya yang meminta dia untuk melakukan
sesuatu hal di luar kesadarannya (Keliat, B.A, 2006).
Menurut Townsend, M.C suatu keadaan dimana seseorang
melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
pada diri sendiri maupuan orang lain. Seseorang yang dapat beresiko
melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri dan orang lain dapat
menunjukkan perilaku :

Data subjektif Data objektif


a. Mengungkapkan mendengar atau a. Wajah tegang, merah
melihat objek yang mengancam b. Mondar-mandir
b. Mengungkapkan perasaan takut, c. Mata melotot rahang mengatup
cemas dan khawatir d. Tangan mengepal
e. Keluar keringat banyak
f. Mata merah
f. Pohon masalah

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perubahan sensori perseptual : Halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri

3. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji


Resiko mencederai diri, DS :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada
orang lain dan lingkungan
seseorang
- Klien suka membentak dan menyerang orang
yang mengusiknya jika sedang kesal atau
marah

DO :
- Mata merah, wajah agak merah
- Nada suara tinggi / keras, bicara menguasai :
berteriak, menjerit, memukul diri sendiri /
orang lain
- Ekspresi marah saat membicarakan orang,
pandangan tajam
- Merusak dan melempar barang

Perubahan sensori DS :
- Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak
perseptual : halusinasi
berhubungan dengan stimulus
- Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada
syimulus yang nyata
- Klien mengatakanmencium bau tanpa stimulus
- Klien merasa makan sesuatu
- Klien merasa ada sesuatu dikulitnya
- Klien takut pada suara / bunyi/ gambar yang
dilihat dan di dengar
- Klien ingin memukul / melempar barang
DO :
- Klien berbicara dan tertawa sendiri
- Klien bersikap seperti mendengar / melihat
sesuatu
- Klien berhenti berbicara di tengah kalimat
untuk mendengar sesuatu
- Disorientasi

Isolasi sosial : menarik diri DS :


Sukar didapat jika klien menolak komunikasi,
kadang hanya dijawab dengan singkat “ya” dan
“tidak”

DO :
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri /
menghindari orang lain, berdiam dikamar,
komunikasi kurang atau tidak ada (banyak diam),
kontak mata kurang, menolak berhubungan
dengan orang lain, perawatan, perawatan diri
kurang

4. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perubahan sensori perseptual : halusinasi
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi berhubungan dengan menarik diri

5. Rencana Tindakan Keperawatan


a. Diagnosa keperawatan 1 : Resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan perubahan sensori perseptual : halusinasi
1) Tujuan umum :
Klien tidak mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2) Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1) Salam terapeutik – perkenalan diri – jelaskan tujuan –
ciptakan lingkungan yang tenag – buat kontrak yang jelas
(waktu, tempat, topik)
2) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan
3) Empati
4) Ajak membicarakan hal-hal yang ada di lingkungan
b. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
1) Kontak sering dan singkat
2) Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi (verbal
dan non verbal)
3) Bantu mengenal halusinasinya dengan menanyakan apakah
ada suara yang didengar dan apa yang dikatakan oleh suara
itu. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara
itu, tetapi perawat tidak mendengarnya. Katakan bahwa
perawat akan membantu
4) Diskusi tentang situasi yang menimbulkan halusinasi, waktu,
frekuensi terjadinya halusinasi serta apa yang dirasakan saat
terjadi halusinasi
5) Dorong untuk mengungkapkan perasaan saat terjadi halusinasi
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan :
1) Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika terjadi
halusinasi
2) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien dan cara baru
untuk mengontrol halusinasinya
3) Bantu memilih dan melatih cara memutus halusinasi : bicara
dengan orang lain bila muncul halusinasi, melakukan
kegiatan, mengatakan pada suara tersebut “saya tidak mau
dengar”
4) Tanyakan hasil upaya yang telah dipilih/dilakukan
5) Beri kesempatan melakukan cara yang telah dipilih dan beri
pujian jika berhasil
6) Libatkan klien dalam TAK : stimulasi persepsi
d. Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
1) Beri pendidikan kesehatan pada pertemuan keluarga tentang
gejala, cara, memutus halusinasi, cara merawat, informasi
waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan
2) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
e. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan :
1) Diskusikan tentang dosis, nama, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat
2) Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama
pasien, obat, dosis, cara, waktu)
3) Anjurkan membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan
4) Beri reinforcement positif klien minum obat yang benar.
b. Diagnosa keperawatan 2 : Perubahan sensori perseptual : halusinasi
berhubungan dengan menarik diri
1) Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi
halusinasi
2) Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik dengan cara :
2) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
3) Perkenalkan diri dengan sopan
4) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai
5) Jelaskan tujuan pertemuan
6) Jujur dan menepati janji
7) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
8) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar
klien
b. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan :
1) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan
tanda-tandanya
2) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
3) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-
tanda serta penyebab yang muncul
4) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
c. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang
lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
1) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
2) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain
3) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain
4) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan
dengan orang lain
d. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
Tindakan :
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
dengan orang lain
2) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
e. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan :
1) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
2) Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain
melalui tahap :
- K–P
- K – P – P lain
- K – P – P lain – K lain
- K – Kel/Klp/Masy
3) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah
dicapai
4) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
5) Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
6) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
7) Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan
f. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain
Tindakan :
1) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengan orang lain
2) Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat
berhubungan dengan orang lain
3) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien
mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang
lain
g. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan :
1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
- Salam, perkenalan diri
- Jelaskan tujuan
- Buat kontrak
- Eksplorasi perasaan klien
2) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
- Perilaku menarik diri
- Penyebab perilaku menarik diri
- Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak
ditanggapi
- Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
3) Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada
klien untuk berkomunikasi dengan orang lain
4) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal satu kali seminggu
5) Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah
dicapai oleh keluarga

6. Tindakan Keperawatan
Strategi Pelaksanaan : Perubahan persepsi sensori halusinasi
a. Kondisi Klien
1) Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar
2) Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri
3) Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki
dan isinya tidak jelas serta melihat setan-setan.
b. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar
c. Tujuan
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
d. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1) SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi,
menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi, mengajarkan
pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama: menghardik
halusinasi

ORIENTASI :
”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan dari UKSW yang akan merawat
bapak Nama Saya Agung Nugroho, biasa dipanggil Agung. Nama bapak siapa?Bapak
Senang dipanggil apa?”
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak
dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa
lama? Bagaimana kalau 30 menit”

KERJA :
”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara
itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering
bapak dengar suara? Berapa kali sehari bapak mendengar suara-suara tersebut?
Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri atau saat
bersama dengan orang lain?”
” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-
suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-
suara itu muncul?
” Bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik atau membentak suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke
empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik
membentak”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi
saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-
ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, …
bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak sudah bisa”

TERMINASI :
”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu
muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya.
Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi
untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam
berapa pak?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana
tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.”

2) SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara


kedua: bercakap-cakap dengan orang lain

Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan
suara-suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan
selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?

Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara,
langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan
bapak Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol
dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya istri,anak bapak katakan: bu,
ayo ngobrol dengan bapak soalnya bapak sedang dengar suara-suara. Begitu bapak
Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi!
Bagus! Nah, latih terus ya bapak!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang
bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau
bapak mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan
secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari
lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal?
Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 08.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai
besok ya. Selamat pagi”

3) SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara


ketiga: melaksanakan aktivitas terjadwal

Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana
hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk
mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara?
Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit?
Baiklah.”

Kerja:
“Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak
sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut).
Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah
suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai
malam ada kegiatan.

Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih
untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih
aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari
pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas
cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam
12.00 ?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.”

4) SP 4 Pasien : Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

Orientasi :
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal
kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini
kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi
selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?”

Kerja :
“Bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak
dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang
bapak minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3
kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan
suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan
tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya
untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh
diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, bapak
akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis
bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti
saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus
memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru dengan
obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada
waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya
bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup
minum 10 gelas per hari”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah
berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus!
(jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal
kegiatan bapak Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada
keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk
melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.


Maramis, W.f. (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga
University Press.
Rasmun. (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan
Keluarga, Edisi I. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai