Anda di halaman 1dari 47

Pertemuan 10

Tutor : Ns. Fadlah, S.Kep


Sub Materi :
1. Pemasangan NGT & Pemberian makanan lewat NGT
2. Pemasangan dan irigasi kateter
3. TURP (irigasi kateter pasca TURP)
4. Perawatan drain
5. Mobilisasi Pasien dengan Kruk dan Kursi Roda
6. Positioning
7. Range of Motion (ROM)
8. Kekuatan Otot

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 1


1. PROSEDUR PEMASANGAN NGT

Definisi:
Memasukkan selang berlubang ke dalam lambung lewat nasofaring.
Tujuan:
1. Dekompresi lambung (mengeluarkan cairan dan gas).
2. Mencegah atau meredakan mual dan muntah pasca operasi atau trauma dengan cara
mendekompresi lambung.
3. Menentukan jumlah tekanan dan aktivitas motorik saluran pencernaan (tujuan
diagnostik).
4. Mencuci lambung (mengirigasi lambung pada kasus perdarahan aktif atau keracunan)
5. Mendapatkan bahan (bahan lambung) untuk pemeriksaan laboratorium
6. Memberikan obat
Prosedur
1. Identifikasi pasien
2. Periksa instruksi dokter untuk perhatian khusus seperti posisi atau pergerakan tertentu.
3. Pastikan tingkat kesadaran dan kemampuan untuk mengikuti instruksi
4. Periksa riwayat medis pasien apakah ada lesi nasal, polip berdarah, atau deviasi septum
nasal.
5. Cuci tangan
6. Jelaskan prosedurnya pada pasien.
7. Posisikan pasien pada posisi fowler tinggi, pasien koma pada posisi semifowler.
8. Letakkan perlak dan handuk di atas dada pasien.
9. Potong plester sepanjang 10 cm dan siapkan untuk memfiksasi selang.
10. Gunakan handscoon.
11. Ukur panjang selang, dari ujung hidung ke ujung daun telinga dan ke ujung prosesus
xiphoideus dan tandai dengan pita.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 2


12. Lumasi ujung selang sekitar 15-20 cm dengan pelumas yang larut dalam air,
menggunakan potongan kassa.
13. Masukkan selang lewat lubang hidung kiri ke bagian belakang tenggorokan, dengan
mengarahkan ke belakang dan ke bawah menuju telinga.
14. Fleksikan kepala pasien ke arah dada setelah selang melewati nasofaring.
15. Anjurkan pasien untuk menelan dengan memberikan seteguk air jika memungkinkan.
16. Dorong selang sampai panjang yang diinginkan sudah masuk semua.
17. Bila ada tahanan atau pasien mulai muntah, batuk, tersedak, atau menjadi sianosis
berhenti mendorong selang, dan minta pasien untuk bernapas biasa. Setelah pasien
tenang, lanjutkan pemasangan NGT. Instruksikan pasien untuk menelan saat
mendorong selang.
18. Periksa posisi selang dengan aspirasi cairan lambung atau meletakkan ujung selang di
dalam kom berisi air.
19. Fiksasi selang dengan plester.
20. Rekatkan ujung selang ke baju pasien.
21. Bereskan alat-alat, lepaskan handscoon, dan cuci tangan.
22. Dokumentasikan tindakan.

2. PROSEDUR PEMBERIAN MAKAN VIA NGT


Definisi:
Pemberian makan secara langsung ke dalam lambung lewat selang yang dimasukkan ke dalam
lambung melalui hidung (nasogastrik).

Tujuan:
1. Memberikan nutrisi yang adekuat kepada pasien yang tidak dapat makan sendiri.
2. Memberikan obat
3. Memberikan nutrisi kepada pasien yang tidak dapat diberi makan lewat mulut, misal
operasi rongga dalam keadaan tidak sadar atau koma.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 3


Indikasi:
1. Cedera kepala dan leher
2. Koma
3. Obstruksi esofagus atau orofaring
4. Anoreksia nervosa berat
5. Episode aspirasi berulang
6. Peningkatan kebutuhan metabolik-luka bakar, kanker, dll.

Prosedur
1. Identifikasi pasien dan jelaskan prosedur
2. Periksa apakah ada alergi makanan, waktu makan terakhir, bising usus, dan hasil
pemeriksaan laboratorium
3. Letakkan wadah berisi makanan dalam air hangat (untuk menghangatkan cairan yang
akan diberikan kepada pasien)
4. Cuci tangan
5. Bantu pasien untuk berada dalam posisi fowler (30 – 45 derajat)
6. Pasang handuk dan perlak di atas dada pasien
7. Pakai handscoon dan tempelkan spuit pada selang nasogastrik
8. Aspirasi isi lambung. Bila ada keraguan terhadap posisi selang, beritahu dokter dan
dapatkan instruksi untuk foto rontgen.
9. Jika sisa isi lambung berada dalam batas normal dan posisi selang sudah dapat
dipastikan, kembalikan isi lambung ke dalam lambung.
10. Bila posisi selang sudah dipastikan dalam lambung, cubit tekanan selang makan dan
pasang tabung spuit makan ke selang.
11. Isi tabung spuit dengan air dan biarkan cairan mengalir masuk akibat daya gravitasi,
dengan meninggikan tabung di atas kepala pasien.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 4


12. Tuang makanan ke dalam tabung spuit dan biarkan mengalir akibat daya gravitasi.
Teruskan menuang makanan/formula ke dalam tabung, bila sudah 3/4 kosong. Cubit
tekanan selang kapanpun diperlukan untuk menghentikan aliran ketika sedang
menuang.
13. Setelah selesai memberi makan, bilas selang dengan paling sedit 30 mL air putih
14. Setelah selang selesai dibilas, tutup ujung selang
15. Bilas peralatan dengan air hangat dan keringkan
16. Tetap naikkan kepala ranjang selama 30 – 60 menit setelah selesai makan
17. Cuci tangan
18. Catat jenis dan jumlah makanan, jumlah air yang diberikan dan toleransi pemberian
makan
19. Pantau suara napas, bising usus, distensi lambung, diare, konstipasi, serta masukan dan
keluaran
20. Instruksikan pasien untuk memberitahu perawat jika ia merasa kenyang, mual, atau
muntah.

3. PROSEDUR PEMASANGAN KATETER


Definisi:
Memasukkan kateter ke dalam kandung kemih lewat uretra dengan menggunakan teknik
aseptik yang bertujuan mengosongkan kandung kemih.
Tujuan:
Kateterisasi Intermitten
1. Menghilangkan distensi kandung kemih
2. Untuk menilai sisa urin pasca pengosongan kandung kemih
3. Mendapatkan bahan pemeriksaan steril
4. Mengosongkan kandung kemih sebelum proses melahirkan atau operasi abdomen

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 5


Kateterisasi Menetap
1. Memudahkan pengeluaran urin pada pasien inkontinensia
2. Memudahkan drainase kandung kemih kontinu pasca trauma/operasi pada saluran
kemih atau operasi besar
3. Untuk membidai uretra untuk mempercepat pemulihan pasca operasi urologi
4. Meredakan retensi urin akut atau kronis
5. Mencegah kontak urin dengan insisi pasca operasi perineum

Prosedur
Pemasangan Kateter Pria
1. Cuci tangan
2. Pasang sampiran
3. Gantung urin bag di sisi tempat tidur pasien
4. Buka pakaian bawah pasien (celana/kain sarung)
5. Atur posisi pasien (supine) dan pasang perlak pengalas. Dekatkan nierbeken di antara
kedua paha.
6. Pasang handscoon dan lakukan penis hygiene
7. Dekatkan nierbeken yang kedua untuk menampung urin
8. Ganti handscoon bersih dengan steril, pasang duk bolong
9. Olesi ujung kateter dengan kassa jelly
10. Masukkan kateter yang sudah diberi jelly ke uretra sepanjang 15 –25 cm, sampai urin
mengalir, sambil pasien menarik napas dalam ketika kateter dimasukkan
11. Tampung urin dengan menggunakan nierbeken
12. Perhatikan respon pasien
13. Isi balon kateter dengan cairan aquades sesuai dengan kebutuhan dan tarik selang
kateter secara perlahan sampai ada tahanan
14. Angkat duk bolong, sambungkan kateter ke urin bag, fiksasi ke salah satu paha pasien

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 6


15. Bersihkan alat-alat, lepaskan handscoon, dan cuci tangan
16. Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan

Pemasangan Kateter Wanita


1. Cuci tangan
2. Pasang sampiran
3. Gantung urin bag di sisi tempat tidur pasien
4. Buka pakaian bawah pasien (celana/kain sarung)
5. Atur posisi pasien (dorsal recumbent) dan pasang perlak pengalas. Dekatkan nierbeken di
antara kedua paha
6. Pasang handscoon dan lakukan vulva hygiene
7. Dekatkan nierbeken yang kedua untuk menampung urin
8. Ganti handscoon bersih dengan steril, pasang duk bolong
9. Olesi ujung kateter dengan kassa jelly
10. Masukkan kateter yang sudah diberi jelly ke uretra sekitar 2,5 – 5 cm, sampai urin mengalir,
sambil pasien menarik napas dalam ketika kateter dimasukkan
11. Tampung urin dengan menggunakan nierbeken
12. Perhatikan respon pasien
13. Isi balon kateter dengan cairan aquades sesuai dengan kebutuhan dan tarik selang kateter
secara perlahan sampai ada tahanan
14. Angkat duk bolong, sambungkan kateter ke urin bag, fiksasi ke salah satu paha pasien
15. Bersihkan alat-alat, lepaskan handscoon, dan cuci tangan
16. Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 7


4. PROSEDUR IRIGASI KANDUNG KEMIH
Definisi:
Membilas kandung kemih dengan menggunakan larutan khusus.
Tujuan:
1. Membilas bekuan darah dan sedimen keluar dari kateter dan kandung kemih
2. Memasukkan obat ke dalam kandung kemih
3. Mengembalikan patensi kateter

Prosedur
1. Periksa instruksi dokter dan rencana asuhan keperawatan terkait jenis, jumlah, dan
kekuatan cairan irigasi serta alasan irigasi.
2. Persiapkan pasien
a. Jelaskan prosedur dan tujuan kepada pasien.
b. Berikan privasi dan tutupi pasien.
c. Kosongkan, ukur, dan catat jumlah serta penampilan urin dalam kantong urin.
3. Siapkan peralatan
a. Cuci tangan.
b. Hubungkan selang infus irigasi ke larutan irigasi dan bilas selang dengan larutan
tersebut.
c. Hubungkan selang irigasi ke pintu saluran masuk kateter 3 jalur. Hubungkan kantong
drainase dan selang ke pintu saluran drainase urin jika sebelumnya tidak terpasang.
4. Irigasi kandung kemih
Irigasi Intermitten/Terputus
a. Masukkan cairan irigasi sesuai jumlah yang diinstruksikan. Jika tidak ada instruksi terkait
jumlahnya, masukkan 150 ml cairan irigasi.
b. Klem selang irigasi.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 8


c. Jika dokter menginstruksikan cairan irigasi untuk tetap berada dalam kandung kemih
selama waktu tertentu, klem selang drainase dan tunggu selama waktu yang ditentukan
tersebut.
d. Buka selang drainase (klem dibuka) dan pantau aliran keluarnya ke dalam kantong urin.

Irigasi Kandung Kemih Kontinu


a. Atur klem pada selang irigasi untuk mengatur kecepatan aliran cairan irigasi mengalir ke
dalam kateter dan kandung kemih.
b. Pantau warna, kejernihan, sedimen, dan volume urin saat mengalir ke dalam kantung
drainase.

5. Rekatkan kateter pada paha dengan plester.


6. Periksa kondisi pasien serta toleransinya terhadap prosedur.
7. Bungkus dan buang semua alat sekali pakai yang sudah digunakan, bersihkan dan simpan
kembali alat yang dapat digunakan kembali.
8. Cuci tangan.
9. Catat prosedur dalam catatan perawat.

5. IRIGASI KATETER PASCA TURP ( TRANS URETHAL RESECTION OF THE PROSTATE)


TURP adalah suatu operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan
resektroskop, dimana resektroskop merupakan endoskop dengan tabung 10-3-F untuk
pembedahan uretra yang dilengkapi dengan alat pemotong dan counter yang disambungkan
dengan arus listrik. Operasi ini dilakukan pada prostat yang mengalami pembesaran antara
3060 gram, kemudian dilakukan reseksi. Tindakan ini menggunakan cairan pembilas/irigasi
supaya daerah yang direseksi tetap terang dan tidak tertutup darah. Setelah dilakukan TURP,
dipasang traksi kateter Foley tiga saluran no. 24 yang dilengkapi balon 30 ml, untuk
memperlancar pembuangan gumpalan darah dari kandung kemih. Jumlah tetesan cairan
irigasi setelah operasi biasanya guyur. Hari pertama sekitar 60 tetes permenit. Hari kedua

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 9


sekitar 40 tetes permenit. Irigasi setelah TURP menggunakan cairan NaCl 0,9% atau sterilized
water for irrigation. Kedua jenis cairan ini lazim digunakan di Indonesia.Setiap rumah sakit
memiliki keputusan tersendiri. Kedua jenis cairan ini aman dan sudah terdapat penelitian yang
mengungkapkannya.

PROSEDUR IRIGASI KANDUNG KEMIH POST OP TURP

Pengertian : Memasukan larutan kedalam kandung kemih untuk membersihkan atau


memasukan obat atau proses pencucian kandung kemih dengan aliran cairan yang telah di
programkan oleh dokter

Tujuan
1. Untuk mempertahankan kepatenan kateter urine.
2. Mencegah terjadinya distensi kandung kemih karena adanya penyumbatan kateter urine,
misalnya oleh darah dan pus.
3. Untuk membersihkan kandung kemih.
4. Untuk mengobati infeksi lokal.

Prosedur Irigasi Kateter Tertutup


1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2. Jaga privacy pasien
3. Posisikan pasien dalam posisi dorsal recumbent (perempuan) atau supine (laki-laki)
4. Irigasi kateter terbuka dengan double lumen catheter.
a. Tuang larutan steril pada gelas ukur steril
b. Klem selang kateter yag berada di bawah port spesimen
c. Siapkan larutan steril kedalam spuit dengan menggunakan teknik aseptik (biasanya
30-50 ml).
d. Dengan gerakan memutar, bersihkan sambungan untuk injeksi dengan kapas
antiseptik.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 10


e. Masukkan unjung jarum suntik menggunakan gerakan memutar ke port irigasi.
f. Masukkan cairan secara perlahan ke dalam kateter dan kandung kemih
g. Tarik jarum suntik, lepaskan klem dan biarkan cairan mengalir ke drainase/urine
bag. Apabila larutan tetap berada dikandung kemih (irigasi atau pemasukan cairan
ke kandung kemih), tutup klem aliran ke slang drainase urine untuk memungkinkan
cairan tetap di kandung kemih untuk waktu sesuai terapi.

Prosedur Irigasi kateter Tertutup


1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Hubungkan slang infus irigasi dengan larutan irigasi dan bilas slang dengan larutan, jaga
agar ujungnya tetap steril.
4. Bersihkan port irigasi kateter triple lumen atau pasang konektor Y steril ke kateter lumen
ganda. Hubungkan slang irigasi ke port cairan pada kateter tiga cabang
5. Untuk irigasi kontinu,
• Buka klem aliran pada slang irigasi agar sejumlah larutan yang telah diprogramkan
masuk kedalam kandung kemih. Klem slang.
• Apabila larutan sedang dimasukkan untuk mengirigasi kateter, buka klem aliran
pada slang drainase urin. Larutan irigasi akan mengalir melalui selang dan port
drainase urine, untuk mengeluarkan mukosa dan bekuan darah.
• Untuk irigasi intermitten,
• Klem selang drainase urine, kemudian buka klem pada drainase irigasi dan hitung
jumlah cairan yang ditentukan masuk ke kandung kemih (100 ml untuk dewasa).
• Tutup klem irigasi dan buka klem drainase urin. apakah larutan perlu tetap di
kandung kemih selama waktu tertentu.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 11


6. PERAWATAN DRAIN
Definisi:
Drain merupakan alat yang dimasukkan ke dalam luka untuk membantu mengeluarkan cairan
(discharge/drainage) dari luka melalui bagian yang terbuka pada luka.

Prinsip Perawatan Drain:


1. Jika drain terletak di tengah-tengah insisi, maka bersihkan insisi dari atas menuju drain dan
dari bawah menuju drain, menggunakan penyeka (kassa/kapas lidi steril) yang berbeda.
2. Bersihkan kulit di sekitar tempat drain dengan melakukan penyekaan setengah lingkaran
atau satu lingkaran penuh dari sekitar tempat drain ke arah luar.
3. Saat membuang cairan drain, selang drain harus diklem rapat, setelah itu cairan drain
dibuang dengan teknik steril. Setelah cairan di dalam drain kosong, drain dikempeskan
seperti semula dan katup ditutup agar drain berfungsi kembali.

Prosedur Tindakan Aff Drain


1. Identifikasi indikasi terhadap sistem drainase luka dan pelepasan drain
2. Verifikasi order tertulis pelepasan drain
3. Jelaskan kepada pasien prosedur tindakan
4. Dekatkan alat
5. Beri privasi, pereda nyeri, tindakan untuk kenyamanan pasien.
6. Posisikan pasien
7. Cuci tangan dan gunakan handscoon bersih
8. Lepaskan balutan yang menutupi pangkal drain yang melekat pada tubuh pasien. Buang
balutan ke nierbeken.
9. Ganti handscoon steril dan oleskan cairan antiseptik di sekeliling drain.
10. Dengan teknik aseptik, gunting benang jahitan pada drain, kemudian tarik dan buang ke
nierbeken.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 12


11. Klem selang drain, kemudian angkat drain dengan perlahan, usahakan stolsel yang ada
dalam drain ikut terangkat.
12. Buang drain ke nierbeken atau kantong infeksius.
13. Bersihkan luka bekas drain dengan cairan antiseptik.
14. Ambil kassa steril, tekan luka bekas drain untuk mengeluarkan sisa cairan drain, buang
kassa pada nierbeken.
15. Bersihkan kulit di sekitar luka drain dengan cairan antiseptik.
16. Tutup luka dengan kassa lembab yang telah diberi cairan antiseptik.
17. Tambahkan kassa kering satu lapis di atas kassa lembab, kemudian plester balutan sesuai
kebutuhan.
18. Bantu pasien kembali ke posisi nyaman.
19. Bereskan alat-alat, lepaskan APD, dan cuci tangan.
20. Dokumentasikan pelepasan drain, jumlah cairan pada kantong drain, penampakan luka
dan perban, serta respons pasien.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 13


MOBILISASI PASIEN DENGAN KRUK

A. Pengertian
Kruk merupakan tongkat/alat bantu berjalan untuk meningkatkan mobilitas untuk klien yang
memiliki keterbatasan fisik. Penggunakan kruk sering bersifat sementara (misalnya, setelah
kerusakan ligamen pada lutut). Namun, beberapa pasien dengan kelumpuhan ekstremitas bawah
membutuhkannya secara permanen.

B. Tujuan
Tujuan penggunaan kruk :

1. Meningkatkan kekuatan otot


2. Pergerakan sendi dan kemampuan mobilisasi
3. Menurunkan risiko komplikasi dan mobilisasi
4. Menurunkan ketergantungan pasien dengan orang lain
5. Meningkatkan rasa percaya diri pasien
C. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi
1. Orang yang mengalami keterbatasan fisik atau kemampuan dalam bergerak
2. Orang lansia dengan keterbatasan fisik atau gangguan
Saat tubuh menua, berbagai tubuh pun mengalami penurunan fungsi yang dapat mempengaruhi
kemampuan penglihatan, pendengaran, dan pergerakan sesorang
3. Orang yang pernah mengalami trauma
Trauma dapat menyebabkan cedera serius yang dapat mengakibatkan keterbatasan fisik ataupun
gangguan dalam jangka pendek atau panjang
Kontraindikasi

1. Penggunaan kruk tidak dilakukan pada pasien yang sedang mengalami pusing ataupun
sakit kepala
2. Penggunaan kruk tidak digunakan pada permukaan yang licin atau basah

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 14


3. Pada kondisi mengantuk penggunaan kruk tidak dilakukan karena akan membahayakan
pasien

D. Hal yang Harus Diperhatikan dalam Penggunaan Kruk


1. Ukuran Kruk
Walaupun sudah pernah memakai kruk sebelumnya, pastikan bantalan kruk dan handgrips
berada pada jarak yang tepat, sebagai berikut:

• Jarak crutch pad dari ketiak


Bantalan penopang (puncak kruk) harus 1,5 inchi sampai 2 inchi (sekitar lebar dua jari) di
bawah ketiak, dengan bahu rileks.

• Handgrip
Tempat ketika siku tertekuk sekitar 15˚ sampai 30˚, sehingga pemakai dapat sepenuhnya
memperpanjang siku ketika sedang melangkah.

• Panjang kruk (atas ke bawah)


Total panjang kruk harus sama, jarak dari ketiak sekitar 6 inchi di depan sepatu.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 15


2. Memulai Posisi Tripod
Posisi tripod adalah posisi berdiri disaat menggunakan kruk. Posisi tripod juga posisi
memulai berjalan dengan menggunakan kruk. Untuk memulai posisi tripod, posisikan
tip kruk antara 4” sampai 6” ke samping dan di depan masing-masing kaki. Berdirilah
di kaki yang tidak cidera sebagai tumpuan.

3. Berjalan Dengan Kruk


1) Mulailah di posisi tripod dan ingat gunakan kaki yang tidak cidera sebagai
tumpuan berat badan.
2) Majukan ke dua kruk, pindahkan kaki
3) Pindahkan kaki yang tidak cidera ke depan (di luar kruk)
4) Muka kedua kruk, dan kemudian pindahkan kaki
5) Ulangi langkah # 3 dan # 4
4. Duduk atau Bangkit dari Kursi dengan Kruk
1) Pastikan kursi stabil dan tidak akan menggelinding atau geser, dan kursi harus
memiliki lengan dan sandaran.
2) Berdiri dengan punggung kaki menyentuh bagian depan kursi.
3) Tempatkan kedua kruk di satu tangan, genggam kruk pada bagian handgrips.
4) Berpegang pada kruk (pada satu sisi) dan lengan kursi (di sisi lain) untuk
keseimbangan dan stabilitas sambil menurunkan badan untuk duduk atau
naikkan badan ketika akan bangkit dari kursi.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 16


5. Naik tangga dengan Kruk
1) Klien di tangga dengan posisi tripod
2) Berat badan bertumpu pada kruk.
3) Kaki yang tidak cidera maju antara kruk ke tangga
4) Berat ditransfer dari kruk ke kaki yang tidak cidera di tangga
5) Kruk sejajar dengan kaki yang tidak cidera di tangga
6) Ulangi tahap urutan sampai bagian atas tangga

(A) (B) (C)

Menaiki tangga (A) Berat badan bertumpu pada kruk. (B) Berat ditransfer dari kruk ke kaki yang tidak
cidera di tangga. (C) Kruk sejajar dengan kaki yang tidak cidera di tangga

6. Turun Tangga dengan Kruk


1) Klien berdiri dengan posisi tripod
2) Berat badan bertumpu pada kaki yang tidak cidera
3) Kruk ditempatkan ke anak tangga, transfer berat badan ke kruk
4) Gerakkan kaki yang cidera ke depan.
5) Kaki yang tidak cidera sejajar di tangga dengan kruk
6) Ulangi urutan sampai mencapai bagian bawah tangga

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 17


(A) (B) (C)

Menuruni tangga. (A) Berat badan bertumpu pada kaki yang tidak cidera. (B) Kruk ditempatkan ke anak
tangga, transfer berat badan ke kruk. (C) Kaki yang tidak cidera sejajar di tangga dengan kruk.

MOBILISASI PASIEN DARI BED KE KURSI RODA

A. Pengertian
Membantu memindahkan pasien dari ranjang ke kursi roda.
B. Tujuan
1. Memungkinkan perubahan posisi tanpa menimbulkan cedera
2. Menjaga posisi tubuh yang baik
C. Prosedur
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur pada pasien dan instruksikan apa yang harus dilakukan
3. Rendahkan posisi bed
4. Dekatkan kursi roda ke samping bed, pada sudut 45 derajat terhadap bed
5. Pastikan kursi roda dalam keadaan terkunci dan pijakan kaki kursi roda dinaikkan
6. Bantu pasien duduk di tepi bed
7. Lebarkan kaki perawat
8. Tekuk lutut dan pinggul perawat segaris dengan lutut pasien

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 18


9. Masukkan tangan melewati bawah aksila pasien dan letakkan tangan pada skapula
10. Bantu pasien berdiri pada hitungan ketiga sambil meluruskan pinggul dan lutut
perawat
11. Berputar pada kaki yang paling jauh dari kursi roda
12. Instruksikan pasien untuk menggunakan lengan kursi roda sebagai topangan
13. Tekuk pinggul dan lutut perawat, serta dudukan pasien di kursi roda
14. Posisikan pasien dengan benar pada posisi duduk (bersandar ke kursi roda dan
menaruh kaki pada pijakan kursi roda)
15. Pasang seat belt jika tersedia
16. Cuci tangan
Catatan : Bila pasien akan berpindah ke kursi roda, pastikan rodanya terkunci dan papan penopang kaki dinaikkan.

Referensi:

Jacob, A. et al. 2014. Buku ajar : clinical nursing procedures. Edisi II. Diterjemahkan oleh : Estrada,
R. Tangerang : Binarupa Aksara.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 19


POSITIONING

A. Pengertian
Memposisikan pasien pada posisi yang baik untuk tujuan medis.
B. Tujuan
1. Memberikan kenyamanan pada pasien
2. Mencegah komplikasi akibat imobilitas
3. Meningkatkan sirkulasi
4. Merangsang fungsi fisiologis yang normal
C. Prinsip Umum dalam Mengatur Posisi
1. Menjaga posisi tubuh yang baik
2. Mintalah bantuan sesuai kebutuhan
3. Berikan matras kuat dan ketinggian ranjang berada pada ketinggian yang sesuai untuk
kerja
4. Berikan sprei bersih dan kering
5. Hindari meletakkan bagian tubuh yang satu di atas bagian tubuh yang lain untuk
mencegah penekanan
6. Buat rencana perubahan posisi yang teratur untuk pasien selama 24 jam
7. Pastikan pasien merasa nyaman
8. Cuci tangan sebelum dan sesudah prosedur

D. Macam-macam Posisi

1. Posisi Fowler

• Posisi fowler adalah posisi tempat tidur di mana


kepala dan batang dinaikkan 40 hingga 90 derajat.
• Posisi Fowler digunakan untuk orang yang mengalami
kesulitan bernapas karena dalam posisi ini, gravitasi

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 20


menarik diafragma ke bawah sehingga memungkinkan ekspansi paru dan paru yang
lebih besar.
• Posisi Low Fowler atau semi-Fowler, kepala dan batang dinaikkan menjadi 15 hingga
45 derajat; High Fowler's, kepala dan batang dinaikkan 90 derajat.
• Posisi ini berguna untuk pasien yang memiliki masalah jantung, pernapasan, atau
neurologis dan sering optimal untuk pasien yang terpasang NGT.
• Menggunakan footboard dianjurkan untuk menjaga kaki pasien dalam posisi yang
tepat dan untuk membantu mencegah jatuhnya kaki.
2. Posisi Orthopneic atau Tripod

• Posisi ortopneik atau tripod menempatkan


pasien dalam posisi duduk atau di sisi tempat
tidur dengan meja di atas tempat tidur di
depan untuk bersandar dan diberikan
beberapa bantal di atas meja untuk
beristirahat.
• Pasien yang mengalami kesulitan bernapas sering diberikan dalam posisi ini karena
memungkinkan ekspansi dada secara maksimum.
3. Posisi Dorsal Recumbent
• Dorsal recumbent atau posisi berbaring
terlentang, kepala dan bahu klien sedikit
lebih tinggi dari bantal kecil.
• Posisi ini memberikan kenyamanan dan
memfasilitasi penyembuhan setelah
pembedahan dan anestesi tertentu.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 21


4. Posisi Litotomi
• Posisi berbaring terlentang dengan
mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut.
• Tujuan adalah untuk memeriksa
genetalia pada proses persalinan
dan memasang alat kontrasepsi.

5. Posisi Supinasi (Terlentang)

• Supine yaitu posisi berbaring terlentang yang mirip dengan dorsal recumbent tetapi
kepala dan bahu tidak terangkat (elevasi).
• Sama seperti dorsal recumbent, posisi telentang memberikan kenyamanan secara
umum untuk pasien dengan pemulihan setelah beberapa jenis operasi.

6. Posisi Pronasi (Telungkup)


• Posisi tengkurap, pasien berbaring di atas perut dengan kepala diputar ke satu sisi;
pinggul tidak tertekuk (fleksi).
• Ini adalah satu-satunya posisi tempat tidur yang memungkinkan ekstensi penuh pada
sendi panggul dan lutut.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 22


• Posisi tengkurap juga meningkatkan drainase dari mulut dan berguna untuk klien
yang tidak sadar atau yang mengalami pemulihan operasi mulut atau tenggorokan.
• Posisi tengkurap hanya boleh digunakan ketika punggung klien lurus sejajar, dan
hanya untuk orang yang tidak memiliki bukti kelainan tulang belakang.
• Untuk mendukung pasien yang berbaring dalam posisi tengkurap, letakkan bantal di
bawah kepala dan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah perut.

7. Posisi Lateral (Side lying)


• Dalam posisi lateral atau berbaring dengan posisi ke kiri atau kanan, pasien berbaring
di satu sisi tubuh dengan kaki bagian atas di depan kaki bagian bawah dan pinggul
dan lutut tertekuk.
• Memfleksikan pinggul dan lutut bagian atas, dan menempatkan kaki di depan tubuh
sehingga menciptakan dasar pendukung segitiga yang lebih lebar dan mencapai
stabilitas yang lebih baik.
• Semakin besar fleksi pinggul dan lutut bagian atas, semakin besar stabilitas dan
keseimbangan dalam posisi ini. Fleksi ini mengurangi lordosis dan meningkatkan
keselarasan kembali yang baik.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 23


• Posisi lateral membantu mengurangi tekanan pada sakrum dan tumit pada orang
yang duduk sepanjang hari atau terbatas pada tirah baring pada posisi Fowler atau
dorsal recumbent.
• Pada posisi ini, sebagian besar berat tubuh didistribusikan ke aspek lateral skapula
yang lebih rendah, aspek lateral ilium, dan trokanter mayor tulang paha.

8. Posisi Sims (Semipronasi)


• Sims' adalah posisi semi-rawan di mana pasien mengambil posisi di tengah antara
posisi lateral dan tengkurap. Salah satu lengan bawah diposisikan di belakang klien,
dan lengan atas lainnya tertekuk di bahu dan siku. Kedua kaki (both leg) tertekuk di
depan klien. Kaki bagian atas ditekuk lebih dalam pada kedua pinggul dan lutut, dan
yang lainnya lebih rendah.
• Sims' dapat digunakan untuk klien tidak sadar karena dapat memfasilitasi drainase
dari mulut dan mencegah aspirasi cairan.
• posisi ini juga digunakan untuk klien yang lumpuh karena dapat mengurangi tekanan
pada sakrum dan trokanter mayor pinggul.
• Sering digunakan untuk klien yang akan diberikan enema dan kadang-kadang untuk
klien yang menjalani pemeriksaan atau perawatan di daerah perineum.
• Wanita hamil mungkin merasa posisi Sims nyaman untuk tidur.
• Mendukung pelurusan (kesejajaran) tubuh yang tepat dalam posisi Sims dengan

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 24


menempatkan bantal di bawah kepala klien dan di bawah lengan atas untuk
mencegah rotasi internal. Tempatkan bantal lain di antara kedua kaki.

9. Posisi Genu Pectoral (Knee Chest)


• Merupakan posisi menungging dengan
kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat
tidur.
• Tujuan adalah untuk memeriksa
daerah rectum dan sigmoid.
10. Posisi Trendelenburg’s
• Posisi Trendelenburg termasuk
menurunkan kepala tempat tidur
dan mengangkat kaki tempat tidur
klien.
• klien yang mengalami hipotensi
dapat memperoleh manfaat dari posisi ini karena meningkatkan pengembalian vena.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 25


11. Posisi Reverse Trendelenburg’s

• Reverse Trendelenburg adalah kebalikan dari posisi Trendelenburg.


• Di sini kepala tempat tidur terangkat dengan kaki tempat tidur turun.
• Posisi ini sering menjadi posisi pilihan untuk pasien dengan masalah gastrointestinal
karena dapat membantu meminimalkan esophageal reflux

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 26


RANGE OF MOTION (ROM)
A. Pengertian
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan
lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).

B. Tujuan ROM
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
3. Mencegah kekakuan pada sendi

C. Manfaat ROM
ROM bermanfaat untuk :
1. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
2. Mengkaji tulang, sendi,dan otot
3. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
4. Memperlancar sirkulasi darah
5. Memperbaiki tonus otot
6. Meningkatkan mobilisasi sendi
7. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

D. Jenis – Jenis ROM


1. ROM Aktif
yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan menggunakan energi
sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan
pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif).
Keuatan otot 75 %. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi
dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 27


2. ROM Pasif
yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain (perawat) atau alat
mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak
yang normal (klien pasif). Kekuatan otot 50 %. Indikasi latihan pasif adalah pasien
semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu
melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah
baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008). Rentang
gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan
menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien.
E. Macam-macam gerakan ROM
1. Fleksi yaitu berkurangnya sudut persendian.
2. Ekstensi yaitu bertambahnya sudut persendian.
3. Hiperekstensi yaitu ekstensi lebih lanjut.
4. Abduksi yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh.
5. Adduksi yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh.
6. Rotasi yaitu gerakan memutari pusat dari tulang.
7. Eversi yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak membentuk sudut
persendian.
8. Inversi yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak membentuk sudut
persendian.
9. Pronasi yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke bawah.
10. Supinasi yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke atas.
11. Oposisi yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang
sama.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 28


F. Prinsip Latihan ROM
1. Idealnya, latihan ini harus dilakukan satu kali sehari.
2. Lakukan setiap latihan 10 kali atau pindah ke titik resistensi dan tahan selama 30 detik.
3. Mulailah latihan secara perlahan, lakukan setiap latihan beberapa kali saja dan secara
bertahap
4. Dimulai dari sendi proksimal ke distal
5. Cobalah untuk mencapai rentang gerak penuh dengan bergerak sampai klien merasakan
sedikit peregangan, tetapi jangan memaksakan sebuah gerakan.
6. Gerakan hanya ke titik resistensi. Jangan memaksakan gerakan.
7. Pertahankan anggota badan di seluruh gerakan.
8. Bergerak perlahan, pantau wajah klien untuk menanggapi ROM

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 29


Rentang Gerak Sendi

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 30


KEKUATAN OTOT
Pemeriksaan kekauatan otot utuk menilai otot-otot dari sendi-sendi utama melalui suatu
pergerakan sendi pasif dan kemudian pemeriksaan kekuatan dari otot terhadap gravitasi dan
tahanan aktif.

PENILAIAN SKOR

Mampu melawan gravitasi dan melawan tahanan maksimal 5

Mampu melawan gravitasi dan melawan tahanan ringan 4

Ada pergerakan, mampu melawan gravitasi 3

Ada pergerakan, tidak mampu melawan gravitasi 2

Kontraksi otot minimal dapat terasa atau teraba, tanpa menimbulkan


1
pergerakan

Paralisis total 0

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 31


Lampiran : Pengaturan posisi untuk beberapa kondisi klinis
Kondisi Posisi Alasan & Info Tambahan

Bronkoskopi Setelah: Semi-Fowler Untuk mengurangi risiko aspirasi dari


kesulitan menelan

angiografi serebral Selama: Datar di tempat tidur Terapkan tekanan kuat di lokasi bedah
dengan tangan di sisi; diam. selama 15 menit setelah prosedur.

Setelah: Ekstremitas di mana


kontras disuntikkan dijaga agar
tetap lurus selama 6 hingga 8 jam.
Datar, jika arteri femoralis
digunakan.

Myelogram (kontras udara/air Pre-op: meja bedah akan Untuk mendispersikan pewarna.
contrast) dipindahkan ke berbagai posisi
selama tes.

Post-op: HOB lebih rendah dari


trunk.

Myelogram (pewarna Pre-op: meja bedah akan Untuk mendispersikan pewarna.


berbasis minyak/oil-based dipindahkan ke berbagai posisi
dye) selama tes.

Pasca-op: Datar di tempat tidur


selama 6 hingga 8 jam Untuk mencegah kebocoran CSF.

Myelogram (pewarna Pra-op: meja bedah akan Untuk mencegah pewarna dari iritasi
berbasis air/water-based dye) dipindahkan ke berbagai posisi meninges.
selama tes.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 32


Kondisi Posisi Alasan & Info Tambahan

Post-op: HOB ditinggikan selama 8


jam.

Biopsi hati / Liver biopsy Selama: Telentang dengan sisi Untuk mengekspos area tersebut.
KANAN perut bagian atas yang
terpapar; Lengan KANAN diangkat
dan diperpanjang ke arah belakang
dan di atas kepala dan bahu.

Setelah: Sisi kanan berbaring


dengan bantal di bawah lokasi
tusukan. Untuk menekan dan meminimalkan
pendarahan.

Biopsi paru-paru Telentang datar dengan lengan Untuk mengekspos dan memberikan
diangkat di atas kepala dan bersama akses mudah ke area
dengan tangan yang sehat; kepala
dan lengan di atas bantal.

PRESISI biopsi ginjal PRONE dengan bantal di bawah Untuk mengekspos area tersebut.
perut dan bahu

Fistula arteriovenus Post-op: Tinggikan ekstremitas Jangan tidur di sisi yang sakit; dorong
latihan dengan meremas bola karet.
Jangan gunakan lengan AV untuk
pembacaan TD dan venipuncture.

Dialisis Peritoneal Ketika aliran keluar tidak memadai: memutar dapat memfasilitasi drainase;
putar pasien dari sisi ke sisi lain. periksa kekusutan dalam tabung.
Kemungkinan mengalami kram perut dan
aliran keluar darah jika kateter
ditempatkan dalam 1-2 minggu terakhir.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 33


Kondisi Posisi Alasan & Info Tambahan

Aliran keluar yang berawan merupakan


hal yang tidak normal.

Meniere's Disease Meruah posisi secara perlahan; Memberikan perlindungan ketika


bedrest selama fase akut ambulasi

Autografting Imobilisasi selama 3 hingga 7 hari. Untuk meningkatkan penyembuhan dan


adhesi maksimal.

Radiasi internal, selama Bedrest ketat saat implan dipasang. Untuk mencegah pengurangan dorongan
perawatan dari posisi yang menguntungkan dari
perangkat implan. Sediakan urinal atau
pispot sendiri untuk pasien.

Gagal jantung dengan edema Duduk, dengan kaki menggantung Untuk menurunkan aliran balik vena dan
paru mengurangi kongesti; meningkatkan
ventilasi dan mengurangi dispnea

Infark miokard Semi-Fowler’s Untuk membantu mengurangi nyeri dada


dan meningkatkan respirasi.

Pericarditis High-Fowlers, tegak bersandar ke Untuk membantu mengurangi rasa sakit.


depan

Penyakit arteri perifer Tergantung pada hasil yang Untuk memperlambat atau
diinginkan. Ketinggian kaki sedikit meningkatkan kembalinya arteri (aliran
(Peripheral artery disease /
tetapi tidak di atas jantung atau balik arteri)
PAP)
sedikit bergantung.

Kaki menjuntai di sisi tempat tidur.

Shock Tidur terlentang dengan Untuk memperbaiki atau meningkatkan


permukaan datar di atas tempat sirkulasi. Trendelenburg tidak lagi
tidur merupakan posisi yang
direkomendasikan

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 34


Kondisi Posisi Alasan & Info Tambahan

Sickle Cell Anemia Kepala bed elevasi 30 derajat, Untuk meningkatkan ekspansi paru-paru
menghindari knee gatch dan secara maksimum dan membantu dalam
menempatkan ketegangan pada bernapas
sendi yang menyakitkan

Varises vena, ulkus tungkai, Tinggikan ekstremitas di atas Untuk mencegah pengumpulan darah di
dan insufisiensi vena tingkat jantung. kaki dan memfasilitasi pengembalian
vena; hindari berdiri terlalu lama

Deep vein thrombosis Bedrest dengan anggota badan Untuk meningkatkan sirkulasi.
yang terangkat.

Setelah 24 jam setelah terapi


heparin, pasien dapat ambulasi jika
tingkat nyeri ditoleransi.

Tracheoesophageal fistula HOB elevasi 30-45 derajat Untuk mencegah refluks.


(TEF)

Ventriculoperitoneal shunt Setelah penempatan shunt: Hindari drainase cairan yang cepat
(untuk perawatan Tempatkan pada sisi non-operatif
Hydrocephalus) dalam posisi datar.

HOB (head of bed) diangkat 15-30


derajat jika ICP meningkat.

Jangan pegang bayi dengan kepala


ditinggikan.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 35


Kondisi Posisi Alasan & Info Tambahan

Hyphema Blood pada bilik HOB ditinggikan 30-45 derajat, Untuk memungkinkan hyphema untuk
mata anterior dengan night shield (perisai / keluar secara inferior dan menghindari
pelindung malam). obstruksi penglihatan dan untuk
memfasilitasi resolusi

Abdominal aneurysm Post-op: HOB tidak lebih dari 45 Untuk menghindari fleksi pada
derajat transplantasi

Dehiscence. Tempatkan pada posisi low- Untuk mengurangi ketegangan pada


Fowler’s kemudian naikkan lutut perut
dan sokong lutut dengan bantal.

Dumping Syndrome beri makanan dalam posisi Untuk menunda waktu pengosongan
berbaring, berbaring dilakuan lambung. Batasi cairan saat makan,
selama 20-30 menit setelahnya. rendah karbohidrat, diet rendah serat
dalam makanan kecil yang sering.

Evisceration Tempatkan pada posisi low-Fowler. Instruksikan untuk tidak batuk;


tempatkan pada NPO; menjaga usus
lembab dan tutup dengan garam steril
sampai pasien dapat didorong ke arah
OR.

Gastroesophageal reflux Reverse Trendelenburg, tempat Untuk meningkatkan pengosongan


disease (GERD) tidur miring dengan kepala lebih lambung dan mengurangi refluks
tinggi.

Pediatri: rawan dengan HOB yang


dielevasi

Hiatal hernia Posisi tegak setelah makan Untuk mencegah refluks isi lambung

Pyloric stenosis Posisi berbaring yang tepat setelah Untuk memfasilitasi masuknya isi perut
makan. ke dalam usus.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 36


Kondisi Posisi Alasan & Info Tambahan

Luka bakar ekstremitas elevasi ekstremitas untuk mengurangi edema dan tekanan

Luka bakar atau trauma Kepala dielevasi Untuk mengurangi edema

Autonomic dysreflexia Awalnya tempatkan dalam posisi Untuk mengurangi tekanan darah di
duduk atau posisi High-Fowler bawah tingkat berbahaya dan
dengan kaki menggantung. memberikan gejala parsial relie

Cerebral aneurysm HOB dielevasikan 30-45 derajat; Untuk mencegah tekanan pada lokasi
tirah baring aneurisma

Heat stroke Supine, datar dengan kaki Untuk meningkatkan aliran balik vena
ditinggikan dan mempertahankan aliran darah ke
kepala

Hemorrhagic stroke HOB dielevasikan 30 derajat. Untuk mengurangi ICP dan mendorong
drainase darah. Hindari fleksi pinggul dan
leher yang menghambat drainase

Meningkatnya tekanan Elevasi HOB 30-45 derajat, Untuk meningkatkan drainase vena.
intrakranial (ICP) pertahankan garis tengah kepala Hindari fleksi leher, rotasi kepala, fleksi
dan dalam posisi netral pinggul, batuk, bersin, dan membungkuk
ke depan.

Stroke Iskemik HOB datar di garis tengah, posisi Untuk memfasilitasi drainase vena dan
netral mendorong aliran darah arteri.

Hindari pinggul dan fleksi leher yang


menghambat drainase.

kejang Berbaring ke arah samping atau Untuk menguras sekresi dan mencegah
posisi pemulihan (recovery aspirasi
position).

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 37


Kondisi Posisi Alasan & Info Tambahan

Spinal cord injury Imobilisasi di atas papan spinal, Untuk mencegah gerakan dan cedera
kepala dalam posisi netral dan lebih lanjut
diimobilisasi dengan memasang
cervical collar yang kuat.

Harus dilintir tanpa membiarkan


gerakan memutar atau
membungkuk

Cedera Kepala Elevasikan HOB 30 derajat, kepala Untuk menurunkan tekanan intrakranial
harus dijaga dalam posisi netral. (ICP). Jaga kepala agar tidak melentur
atau berputar. Hindari suction terlalu
sering.

Buck’s Traction Elevasikan FOB untuk penghitung Minta pasien untuk melakukan
traction; gunakan trapeze untuk dorsofleksi pada kaki yang terkena untuk
bergerak; tempatkan bantal di menilai fungsi saraf peroneal, kelemahan
bawah kaki bagian bawah. mungkin menunjukkan tekanan pada
saraf.

Casted arm Elevasi di atas tingkat jantung Untuk meminimalkan pembengkakan

Delayed prosthesis fitting Elevasikan kaki tempat tidur untuk Untuk mempercepat kembalinya vena
mengangkat sisa ekstremitas. dan mencegah edema.

Fraktur panggul Ekstremitas yang terkena perlu Gunakan bidai, bantal sebagai
dilakukan abduksi. pengganjal, atau bantal di antara kedua
kaki. Hindari membungkuk, posisi fleksi
saat berhubungan seks, dan kelelahan
saat berjalan atau olahraga

Hip replacement Pada sisi yang tidak terpengaruh: Hindari rotasi internal atau eksternal
pertahankan abduksi ketika dalam yang ekstrem.
posisi terlentang dengan bantal di

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 38


Kondisi Posisi Alasan & Info Tambahan

antara kaki. HOB dinaikkan menjadi


30-45 derajat.

Pemasangan prostesis segera Tinggikan sisa ekstremitas selama Tindakan gips kaku untuk mengontrol
24 jam pembengkakan

Osteomielitis Dukungan ekstremitas yang terkena Untuk mempertahankan kesejajaran


dengan bantal atau splint tubuh yang tepat; hindari latihan berat.

Total hip replacement Bantu untuk posisi duduk; Untuk mencegah pusing dan hipotensi
tempatkan kursi pada sudut 90 ortostatik
derajat ke tempat tidur; berdiri di
sisi yang terkena; pivot atau putar
pasien ke sisi yang tidak
terpengaruh

Acute Respiratory Distress High Fowler's Untuk meningkatkan oksigenasi melalui


Syndrome (ARDS) ekspansi dada maksimum.

Emboli udara yang memaksa Beralih ke sisi KIRI atau posisikan Pasien harus segera direposisi dengan
keluar dari garis vena sentral Trendelenburg atrium kanan di atas lokasi pembedahan
tempat masuknya gas sehingga udara
yang terjebak tidak akan pindah ke dalam
sirkulasi paru

Asma High-Fowler’s Untuk meningkatkan oksigenasi melalui


ekspansi dada maksimum.
Posisi Tripod: posisi duduk sambil
bersandar maju dengan tangan di
atas lutut.

Penyakit Paru Obstruktif High-Fowler’s Untuk meningkatkan ekspansi paru-paru


Kronik (PPOK) secara maksimal dan membantu
Posisi Orthopneik
bernafas.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 39


Kondisi Posisi Alasan & Info Tambahan

Emphysema High-Fowler’s Untuk meningkatkan ekspansi paru-paru


maksimal
Posisi Orthopneic

Efusi pleura High-Fowler’s Untuk memberikan ekspansi maksimal

Pneumonia High-Fowler’s Untuk memaksimalkan mekanisme


pernapasan.

Untuk melakukan splint dan mengurangi


menempatkan pada sisi yang
rasa sakit.
terkena

Untuk mengurangi kongesti.


Berbaring dengan paru-paru yang
terkena dampak

Pneumothorax High-Fowler's Untuk meningkatkan ekspansi paru-paru


secara maksimal dan membantu
bernafas.

Edema paru High Fowler's, posisi kaki Untuk mengurangi edema dan kongesti
bergantung

Emboli paru High Fowler's Untuk mempromosikan ekspansi paru


maksimal dan membantu dalam
Ubah pasien ke sisi KIRI dan HOB
bernapas
rendah

Flail chest High Fowler's Untuk memberikan kenyamanan


maksimal dan memaksimalkan
mekanisme pernapasan

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 40


Kondisi Posisi Alasan & Info Tambahan

Rib fracture High Fowler's Untuk meningkatkan ekspansi paru-paru


maksimum dan membantu pernapasan

Contraction stress test (CST) Ditempatkan dalam posisi semi- Monitor onset kerja post-test
Fowler atau posisi miring

Cord prolapse Shrimp or fetal position; Untuk mencegah tekanan pada cord. Jika
dimodifikasi Sims' atau cord prolapse, tutup dengan kasa saline
Trendelenburg. steril untuk mencegah pengeringan

Fetal distress Ubah posisi ibu ke sisi KIRI. Untuk mengurangi kompresi vena cava
dan aorta

Deselerasi lambat (insufisiensi Ubah posisi ibu ke sisi KIRI. Untuk memungkinkan lebih banyak
plasenta) aliran darah ke plasenta.

Placenta previa Posisi duduk. Untuk meminimalkan perdarahan

deselerasi Variabel (kompresi Tempatkan ibu dalam posisi Untuk menghilangkan tekanan dari
cord) Trendelenburg. bagian presentasi cord dan mencegah
gravitasi menarik janin keluar dari tubuh.

Spina Bifida Posisi pronasi (di atas abdomen) Untuk mencegah kantung ruptur

Bibir sumbing (bawaan) Posisi di belakang atau di kursi bayi. Untuk mencegah trauma pada garis
Tahan posisi tegak saat memberi jahitan
makan.

Prolaps tali pusat Selama persalinan: Posisi Knee- Mengurangi tekanan atau gravitasi dari
chest atau Trendelenburg menarik tali pusat.

Tangan di dalam vagina untuk menahan


presentasi janin tali pusat.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 41


Kondisi Posisi Alasan & Info Tambahan

Kateterisasi jantung (post) HOB dielevasikan tidak lebih dari 30 ekstremitas yang terkena dampak harus
derajat atau datar seperti yang terus lurus
ditentukan.

Boleh diubah ke kiri atau kanan

Continuous Bladder Irrigation Plester kateter ke paha; tidak ada Mencegah kateter lepas
(CBI) pembatasan posisi lainnya

Ear drops Posisi telinga yang terkena paling untuk orang dewasa, tarik telinga luar ke
atas kemudian dibaringkan di atas atas dan kebelakang; ke atas dan ke
telinga yang tidak terkena untuk bawah untuk anak-anak.
penyerapan.

Irigasi telinga Selama prosedur: Miringkan kepala Visualisasi dan drainase yang lebih baik
ke arah telinga yang terkena. dari tengah ke saluran telinga melalui
gravitasi.
Setelah prosedur: Berbaring di sisi
yang terkena dampak untuk
drainase.

Eye drops Miringkan kepala ke belakang dan Turun ke pusat kantung konjungtiva yang
lihat ke atas, tarik kelopak mata kea lebih rendah; berkedip saat diberikan
rah bawah tetesan; tekan canthus bagian dalam
dekat jembatan hidung selama 1-2 menit
untuk mencegah penyerapan sistemik.

Pungsi lumbal Selama: Shrimp or fetal position Untuk memaksimalkan fleksi tulang
(berbaring miring dengan punggung belakang.
tertekuk, lutut tertarik ke perut,
leher tertekuk untuk menopang
dagu di dada).

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 42


Kondisi Posisi Alasan & Info Tambahan

Setelah: Datar di atas tempat tidur


selama 4-12 jam

Untuk mencegah sakit kepala dan


kebocoran CSF.

Penyisipan tabung nasogastrik High Fowler’s dengan kepala miring Menutup trakea dan membuka esofagus;
ke depan mencegah aspirasi

Irigasi tabung nasogastrik dan HOB dielevasikan 30 sampai 45 Untuk mencegah aspirasi.
pemberian makan tabung derajat; Menjaga agar tetap elevasi
selama 1 jam setelah makan.

Dengan penurunan LOC:


berbaringkan ke sisi KANAN dengan Meningkatkan pengosongan lambung
HOB ditinggikan. dan mencegah aspirasi.

Dengan trakeostomi: Pertahankan


posisi semi-Fowler
Untuk mencegah aspirasi

Paracentesis Selama: Semi-Fowlers’s di tempat Kosongkan kandung kemih sebelum


tidur atau duduk tegak di samping prosedur; laporkan jika terdapat suhu
tempat tidur dengan kursi; tinggi; menilai hipovolemia
menyokong kaki.

Post: Membantu dalam posisi yang


nyaman

Postural Drainase Trendelenburg Daerah paru yang membutuhkan


drainase harus berada di posisi teratas

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 43


Kondisi Posisi Alasan & Info Tambahan

Rectal enema administration Berbaring ke sisi kiri (posisi Sims) Memungkinkan gravitasi bekerja ke arah
dengan lutut kanan tertekuk kolon dengan menempatkan kolon
desendens pada titik terendah.

Enema rektal dan irigasi Berbaring ke sisi kiri, posisi Sims ' Untuk memungkinkan cairan mengalir ke
arah alami kolon.

Sengstaken-Blakemore and HOB dielevasi Untuk meningkatkan ekspansi paru-paru


Minnesota tubes dan mengurangi aliran darah portal,
memungkinkan tamponade balon
esophagogastric

Thoracentesis Sebelum: (1) Duduk di tepi tempat Cegah kebocoran cairan ke dalam rongga
tidur sambil bersandar di meja toraks
samping tempat tidur dengan kaki
didukung oleh bangku; atau
berbaring di tempat tidur di sisi
yang tidak terpengaruh dengan
kepala ditinggikan 45 derajat. (2)
Berbaring di tempat tidur pada sisi
yang tidak terpengaruh dengan
HOB dielevasikan ke Fowler.

Setelah: Bantu pasien dalam posisi


yang nyaman yang lebih disukai

Total Nutrisi Parenteral (TPN) Selama penyisipan: Trendelenburg Untuk mencegah emboli udara.

Graft ekstremitas vaskular Istirahat di tempat tidur selama 24 Untuk adhesi maksimal
jam, jaga ekstremitas tetap lurus
dan hindari fleksi lutut atau pinggul

Perineal procedures Litotomi Untuk mendapatkan visualisasi yang


lebih baik dari area operasi

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 44


Kondisi Posisi Alasan & Info Tambahan

Appendektomi Pasca-op: Posisi Fowler Untuk mengurangi nyeri perut dan


memudahkan pernapasan.

Operasi katarak Tidurlah di sisi yang tidak terkena Untuk mencegah edema.
dampak dengan pelindung malam
selama 1 hingga 4 minggu.

Semi-Fowler atau Fowler ada di


belakang atau di sisi non-operatif.

Craniotomy HOB dielevasikan 30-45% dengan Untuk memfasilitasi drainase vena.


kepala dalam garis tengah, posisi
netral.

Jangan pernah menempatkan klien


pada sisi operasi, terutama jika
tulang diangkat (dihilangkan).

Hemoroidektomi Selama: posisi prone Jackknife Memberikan visualisasi yang lebih baik
pada area tersebut.

Hypophysectomy Operasi HOB dielevasikan Untuk mencegah peningkatan ICP.


pengangkatan kelenjar
pituitari.

Infratentorial surgery Incision Datar dan lateral pada kedua sisi; Untuk memfasilitasi drainase.
di belakang kepala, di atas hindari memfleksikan leher.
tengkuk leher

Transplantasi ginjal Post-op: Semi-Fowler's, ubah dari Untuk meningkatkan pertukaran gas
belakang ke sisi non-operatif

Laminektomi Punggung dijaga tetap lurus. Pasien


dilakukan logroll. Duduklah lurus di
kursi bersandaran tegak saat turun

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 45


Kondisi Posisi Alasan & Info Tambahan

dari tempat tidur atau ketika


sedang berjalan-jalan.

Laryngectomy HOB dielevasikan 30-45 derajat Untuk mempertahankan jalan napas dan
menurunkan edema.

Mastektomi Semi-Fowler’s dengan Untuk memungkinkan drainase limfa.


mengelevasikan lengan pada sisi Ubah dengan hanya di sisi belakang dan
yang terkena dampak sisi yang tidak terkena dampak.

Penggantian katup mitral Pasca-op: posisi semi-Fowler’s. Untuk membantu bernafas.

Myringotomy Post-op: Posisi pada sisi telinga Untuk memungkinkan drainase sekresi.
yang terkena

Pelepasan retina. bedrest dengan aktivitas yang Membantu retina yang terlepas berada
minimal dan reposisi. Area di tempatnya.
detasemen (terpisah atau terlepas)
harus dalam posisi yang ditentukan.

Insisi Bedah supratentorial HOB dielevaikan 30-45 derajat; Untuk memfasilitasi drainase
depan kepala di bawah garis mempertahankan kepala / garis
rambut leher pada posisi netral pada garis
tengah; hindari fleksi pinggul dan
leher ekstrim.

Tiroidektomi Post-op: High Fowler's atau semi- Untuk mengurangi pembengkakan dan
Fowler’s. Hindari ekstensi dan edema di daerah leher. Untuk
gerakan dengan menggunakan mengurangi ketegangan pada garis
karung pasir atau bantal. jahitan dan menyokong kepala dan leher.

Tonsilektomi Post-op: pronasi atau miring. Untuk memudahkan drainase dan


mengurangi tekanan pada leher.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 46


Kondisi Posisi Alasan & Info Tambahan

Aspirasi sumsum tulang / Berbaring miring dengan kepala Untuk mengekspos area tersebut.
biopsi terselip dan kaki tertarik ke atas Memberikan tekanan pada area yang
atau; pronasi dengan lengan telah dilakukan prosedur untuk
terlipat di bawah dagu menghentikan pendarahan.

Amputasi: di atas lutut Tinggikan selama 24 jam pertama Untuk mencegah edema.
menggunakan bantal. Posisi pronasi
Untuk menyediakan ekstensi panggul
dua kali sehari.
dan peregangan otot fleksor; mencegah
kontraktur, abduksi

Amputasi: di bawah lutut Kaki tempat tidur ditinggikan Untuk mencegah edema.
selama 24 jam pertama. Posisi
Untuk memberikan ekstensi panggul
pronasi setiap hari.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 47

Anda mungkin juga menyukai