OLEH KELOMPOK 2
1. Tujuan
a. Tujan umum
- Menyelesaikan masalah-masalah klien yang belum teratasi
b. Tujuan khusus
- Mendiskusikan masalah-masalah yang belum teratasi
- Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer lain
- Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien
2. Metode
- Diskusi
3. Materi
- Nyeri Akut
- Ketidakstabilan kadar glukosa darah
- Risiko perdarahan
4. Media
- Dokumen atau Berkas Rekam Medis pasien
- Sarana diskusi: kertas, pulpen
- Materi yang disampaikan secara lisan
5. Pengorganisasian
Kepala ruangan : Luseber Sedo, S.Kep
Perawat Primer : Junaedi Tipa, S.Kep
Perawat Assosiate I : Ika Natalia, S.Kep
Perawat Assosiate II : Maria, S.Kep
Supervisor : Chatherin Bannepadang, S.Kep. M.Kep
6. Proses Ronde
Kegiatan
Waktu Tahap Kegiatan Pelaksanaan Tempat
Pasien
1 hari Praronde Praronde : Penanggung - Nurse
sebelum 1. Menentukan jawab station
ronde kasus dan topic ( Luseber
2. Menetukan tim Sedo )
ronde
3. Menentukan
literature
4. Membuat
proposal
5. Mempersiapkan
pasien
6. Diskusi
pelaksanaan
5 menit Ronde Pembukaan : Perawat -Menjawab salam Ruang
1. Salam pembuka prmer -Mendengarkan perawatan
2. Memperkenalka (Junaedi
n Tim ronde Tipa)
3. Menyampaikan
identitas dan
masalah
keperawatan
pasien pasien
pada masalah
prioritas yang
telah ditetapkan
10 Pasca Pasca ronde : Kepala Ruang
menit ronde 1. Evaluasi dan ruangan perawatan
rekomendasi supervisor,
intervensi dan perawat
keperawatan pelaksana
7. Evaluasi
a. Struktur
1) Persyaratan administrasi (informconsent, dokumentasi catatan medik pasien)
2) Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan
3) Persiapan dilakukan sebelumnya
b. Proses
1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
2) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan
c. Hasil
1) Pasien dan keluarga pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
2) Masalah pasien dapat teratasi
3) Perawat dapat :
a) Menumbuhkan cara berfkir yang kritis
b) Meingkatkan cara berfikir yang sistematis
c) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
d) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
e) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah pasien
f) Meningkatkan kemampuan modifikasi rencana asuhan keperawatan
g) Meningkatkan kemampuan justifikasi
h) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
LAMPIRAN MATERI
A. DEFINISI
Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi baik ketika pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah, atau glukosa), atau
ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya (WHO,
2016).
Diabetes Melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban
yang jelas dan singkat, tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan
problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor. Pada
Diabetes Melitus didapatkan defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi
B. ETIOLOGI
Diabetes Melitus tipe II disebabkan oleh kelainan sekresi insulin dan kelainan kerja
insulin. Pada awalnya terjadi resistensi insulin karena insulin yang berkaitan dengan
normalnya insulin. Selanjutnya terjadi kegagalan sel beta dengan menurunnya jumlah
insulin yang beredar (Anderson, Wilson, & Dkk, 2006). Faktor-faktor yang
menyebabkan penyakit Diabetes Melitus yaitu faktor keturunan, bahan beracun, nutrisi,
C. PATOFISIOLOGI
Gambaran patologi pada penderita Diabetes Melitus dapat dihubungkan dengan salah
satu efek akibat kurangnya insulin. Kurangnya penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh
yang mengakibatkan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah yaitu 300-1200
mg/dl. Peningkatan pergerakan lemak di tempat penyimpanan lemak yang
menyebabkan metabolism lemak menjadi tidak normal. Penderita yang mengalami
defisiensi insulin tidak mampu untuk mempertahankan kadar glukosa puasa yang
normal. Apabila terjadi hiperglikemi yang melebihi batas ginjal normal 160-180 mg/
100 ml, dapat menimbulkan glikosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak mampu
menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria dapat mengakibatkan diuresis osmotic
yang menyebabkan poliuri. Dimana poliuri disertai dengan adanya kehilangan sodium,
klorida, potassium dan fosfat. Poliuri dapat menyebabkan dehidrasi kemudian
polidipsi. Selanjutnya glukosa akan keluar bersama urin sehingga pasien mengalami
keseimbangan protein negative dan berat badan yang menurun. Penurunan berat badan
menimbulkan polifagi. Penderita akan mengalami asthenia atau berkurangnya energy
sehingga penderita akan lebih cepat merasa lelah dan mengantuk, hal ini disebabkan
oleh hilangnya protein dalam tubuh dan pengurangan terhadap penggunaan
karbohidrat unruk energi. Apabila hiperglikemi dibiarkan dalam jangka waktu yang
lama maka akan mengakibatkan arteriosclerosis, adanya penebalan membrane basalis
dan terjadinya perubahan pada saraf perifer. Hal ini mengakibatkan terjadinya
ganggren pada penderita dengan defisiensi insulin. Biasanya pasien dengan defisiensi
tidak mampu mempertahankan kadar glukosa normal (A & Wlison, 2006)
diantaranya :
Poliuria adalah keadaan dimana volume urin dalam 24 jam meningkat melebihi
kadar glukosa dalam tubuh yang relatif tinggi sehingga tubuh berusaha
mengeluarkan kelebihan glukosa melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih
sering terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan banyak mengandung
Polidipsia adalah rasa haus yang berlebih timbul karena kadar glukosa dalam darah
terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan cairan
(PERKENI, 2011).
Pasien dengan Diabetes Melitus akan cepat merasakan lapar dan lemas, hal ini
disebabkan karena kadar glukosa dalam tubuh semakin habis, sedangkan kadar
Penyusutan berat badan pada pasien Diabetes Melitus disebabkan karena tubuh
terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energy untuk tubuh
(PERKENI, 2011).
I. Diet
Diabetes Melitus.
1) Karbohidrat 60-70 %
2) Protein 12-20 %
3) Lemak 20-30 %
agar insulin yang tersimpan dapat terlepas, menurunkan ambang sekresi insulin
2) Biguanid yaitu obat yang bekerja dengan cara menurunkan kadar glukosa
dalam darah tetapi tidak membuat glukosa dalam darah dibawah normal.
3) Inhibitor a glukosidase adalah obat yang bekerja dengan cara menghambat cara
Tanyakan pada klien berapa lama klien menderita penyakit Diabetes Melitus,
cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien
4) Sirkulasi
Tanyakan pada klien apakah ada riwayat hipertensi, kebas, kesemutan pada
5) Integritas ego
Tanyakan pada klien apa sedang mengalami stress atau ansietas
6) Eliminasi
Tanyakan pada klien adanya perubahan pola dalam berkemih, seperti poliuri,
8) Neurosensori
Tanyakan pada klien apakah pernah merasakan pusing, sakit kepala,
Tanyakan pada klien adanya abdomen tegang, nyeri dengan skala sedang
hingga berat.
10) Pernafasan
Tanyakan pada klien apakah mengalami batuk dengan atau tanpa spuntum
11) Keamanan
Tanyakan pada klien adanya kuring yang kering disertai gatal, dan ulkus pada
kulit.
Kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl , gula darah puasa > 140 mg/dl,
gula darah 2 jam post prandial > 200 mg/dl, peningkatan lipid dan kolesterol,
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah tahap kedua dalam proses keperawatan dimana
baik yang bersifat actual, resiko, atau masih merupakan gejala. Diagnose
Penilaian ini berdasarkan pada hasil analisis data pengkajian dengan cara berpikir
kritis. Diagnosa yang ditegakkan dalam masalah ini ialah kesiapan peningkatan
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. (2016). Standar of Medical Care in Diabetes.
Diabetes care.
Askandar T. (2011). Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Panduan Lengkap
Pola Makan Untuk Penderita Diabetes. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Azizah L.M. 2011. Keperawatan Jiwa (Aplikasi Praktik Klinik).Graha Ilmu: Yogyakarta.
Fisher, L. (2007). Clinical Depression Versus Distress Among Patients With Type 2
Diabetes. Journal ADA.
Galveia, Cruz & Deep (2012). The Depression Anxiety Stress Scales (DASS).Normative
Data and Latent Structure in Large Non Clinical Sample. British Journal of
Clonical Psycology.
Hanif, A. R. (2012). Perbedaan tingkat stress sebelum dan sesudah dilakukan DSME
pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja puskemas Rambipuji
Kabupaten Jember. Jember: PSIK UNEJ.