Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENDIDIKAN KESEHATAN
TENTANG SISTEM ENDOKRIN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II

Disusun Oleh :

Cecep Mulyana AK.1.18.031


Gita Aprilia AK.1.18.070
Lia Nurcahyati AK.1.18.091

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Masalah Keperawatan : Gangguan Pada Sistem endokrin (Diabetes Militus)


Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah II
Pokok Bahasan : Diabetes Militus
Sasaran : Audien kelas kecil J
Waktu : -
Hari/Tanggal : -
Tempat : Ruang kelas

I. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah diberikan penyuluhan tentang tentang sistem endokrin ini diharapkan
kita lebih dapat memahami tentang endokrin itu sendiri sekaligus untuk
menambah wawasan yang akan menunjang pengetahuan

II. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah diberi penyuluhan/pendidikan kesehatan pembelajaran selama 25 menit
diharapkan sasaran dapat:
1. Mengetahui yang dimaksud dengan sistem endokrin
2. Mengetahui fungsi sistem endokrin
3. Mengetahui gangguan pada sistem endokrin penyyakit diabetes
4. Mengetahui intervensi pemberian insulin untuk penderita diabetes
5. Mengetahui manfaat pemberian insulin bagi penderita diabetes
6. Mengetahui upaya pencegahan gangguan sistem endokrin penyakit
diabetes

III. Pokok Materi Penyuluhan


1. Definsi sistem endokrin
2. Fungsi sistem endokrin
3. Gangguan pada sistem endokrin penyakit diabetes
4. Pemberian Insulin untuk penderita diabetes
5. Manfaat insulin untuk penderita diabetes
6. Upaya pencegahan gangguan endokrin penyakit diabetes

IV. Kegiatan Belajar Mengajar


Metode : Ceramah, diskusi, dan tanya jawab
Media : LCD, proyektor

Langkah-langkah kegiatan
No Fase Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Waktu
1 Persiapan dan 1. Menyiapkan ruangan
pembukaan oleha. Menyiapkan peserta 5 menit
moderator
b. (Audience)
2.Memberikan salam dan Menjawab salam dan
memperkenalkan diri dan memperhatikan
kontrak waktu Mendengarkan

3. Menyampaikan maksud Mendegarkan apa


dan tujuan yang dismpaikan
moderator

4. Apersepsi terhadap Menyampaikan apa


Audience yang diketahui
(dengan menanyakan tentang definisi dan
definisi dan fungsi dari fungsi sistem
sistem endokrin) endokrin

2 Proses 1. Membuka pendidikan Menjawab salam 30 Menit


penyampaian kesehatan dengan Memperkenalkan diri

materi (mengucapkan salam)


Pendidikan a.
kesehatan b. 2. Menyampaikan tujuan Memperhatikan
dan memperkenalkan diri dan mendegarkan
c. pemateri
3.Menjelaskan pada Mendengarkan
audience mteri gangguan materi dari penyaji
sistem endokrin penyakit
diabetes militus serta
pemberian insulin buat
penderita diabetes militus
dan pencegahan primer,
sekunder serta tarsier
penyakit diabetes.
3 Penutup 1. Melakukan evaluasi Mendengarkan dan 25 menit
hasil pendidikan menjawab
kesehatan dengan pertanyaan penyaji
memberikan pertanyaan
kepada audience
V. Evaluasi
 Bentuk : Pertanyaan
 Jenis tes : Pertanyaan mengulang menjelaskan kembali
 Butiransoal
1. Jelaskan definisi dari sistem endokrin?
2. Jelaskan fungsi sistem endokrin?
3. Sebutkan dalah satu penyakit sistem endokrin?
4. Bagaimana dampak pemberian insulin buat penderita diabetes?
5. Upacaya penceghan penyakit diabetes?

VI. LampiranMateri
1. Definsi sistem endokrin
2. Fungsi sistem endokrin
3. Gangguan pada sistem endokrin penyakit diabetes
4. Pemeberian insulin untuk penderita diabetes
5. Manfaat insulin bagi penderita diabetes
6. Upaya penceghan gangguan endokrin penyakit dianetes
LAMPIRAN MATERI

A. Definisi sistem endokrin

Endokrin adalah sebuah organ yang memproduksi zat aktif (hormone),


yang dilepaskan melaluai darah. Zat aktif ini akan mengatur kerja sebuah
organ atau bahkan beberapa organ sekaligus. Sifat kerja hormone adalah
bekerja sebagai control umpan balik, bekerja pada spesifik target, dan
memiliki mekanisme kerja tertentu.
Sistem endokrin adalah suatu sistem dalam tubuh manusia yang bertugas
untuk melakukan sekresi (memproduksi) hormon yang berfungsi untuk
mengatur seluruh kegiatan organ-organ dalam tubuh manusia sesuai dengan
yang dibutuhkan organ tersebut. Hasil sekresi berupa hormon ini langsung
masuk ke dalam pembuluh darah manusia tanpa harus melalui saluran
(duktus).
Sistem endokrin terbagi menjadi beberapa kelenjar endokrin yang jika
dalam satu kesatuan disebut denngan sistem endokrin. Jadi, sistem endokrin
merupakan gabungan dari beberapa kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin itu
sendiri ada yang mengahasilkan satu macam hormon tunggal, dan juga
menghasilkan beberapa hormone ganda.

B. Fungsi sistem endokrin

Seiring dengan saraf, sistem endokrin berfungsi untuk mempertahankan


hemostasis selama istirahat dan olahraga. Saraf dan sistem endokrin juga
bekerja sama unttuk memulai dan mengendalikan gerakan, dan semua gerakan
yang melibatkan proses fisiologis. Dimana sistem saraf bertindak cepat
(hamper seketika) menyampaikan pesan impulls saraf , sistem endokrin
memiliki respon lebih lambat tapi lebih tahan lama dari impuls sistem saraf.
Sistem endokrin mengatur pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi
dan menambah kapasitas tubuh untuk menangani stress fisik dan psikologis.

C. Gangguan pada sistem endokrin penyakit diabetes


Diabetes adalah kondisi kronis yang dicirikan oleh level gula darah
tinggi (hiperglikemia). Diabetes terjadi apabila pankreas tidak mampu
memproduksi insulin yang cukup (jenis hormon), atau apabila tubuh tidak
bereaksi terhadap insulin. Apabila level glukosa (gula) gula darah
meningkat setelah kita makan, pankreas mengeluarkan insulin untuk
membantu sel tubuh mengubah glukosa (gula) menjadi energi atau
menyimpannya.
Pada orang yang mengidap Diabetes, glukosa tidak diubah menjadi
energi, tetapi tetap dalam darah, sehingga menyebabkan level glukosa
(gula) darah lebih tinggi daripada yang seharusnya. Orang yang mengidap
Diabetes memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskuler
(terkait jantung), karena ini sering dikaitkan dengan tekanan darah tinggi,
level kolesterol tinggi dan obesitas.
Terdapat tiga jenis utama Diabetes:
 Diabetes Jenis 1 terjadi apabila tidak ada insulin yang diproduksi,
yang dikenal sebagai Diabetes ketergantungan insulin.
 Diabetes Jenis 2 terjadi apabila insulin tidak efektif, yang dikenal
sebagai Diabetes ketergantungan non-insulin.
 Gestational Diabetes Mellitus (GDM) terjadi pada 2-5% wanita
hamil yang sebelumnya tidak terdiagnosis mengidap Diabetes. Ini
sering dikaitkan dengan Diabetes Jenis 2.
E. Pemberian insulin untuk pengobatan diabetes
Insulin adalah hormone alami yang dikeluarkan oleh pankreas.
Insulin dibutuhkan oleh sel tubuh untuk mengubah dan menggunakan
glukosa darah (gula darah), dari glukosa, sel membuat energy yang
dibutuhkan untuk menjalankan fungsinya. Pasien diabetes mellitus
(kencing manis) tidak memiliki kemampuan untuk mengambil dan
menggunakan gula darah, sehingga kadar gula darah meningkat. Pada
diabetes tipe I, pancreas tidak dapat memporduksi insulin. Sehingga
pemberian insulin diperlukan. Pada diabetes tipe 2, pasien memproduksi
insulin, tetapi sel tubuh tidak meerespon insulin dengan normal. Namun
demikian, insulin juga digunakan pada diabetes tipe 2 untuk mengatasi
resistensi sel terhadap insulin. Dengan peningkatan pengambilan glukosa
oleh sel dan menurunnya kadar gula darah, akan mencegah dan
mengurangi komplikasi lebih lanjut dari diabetes, seperti kerusakan
pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf. Insulin diberikan dengan cara
disuntikan di bawah kulit (subkutan). Jaringan subkutan perut adalah yang
terbaik karena penyerapan insulin lebih konsisten disbanding tempat
lainnya. Terdapat banyak bentuk insulin. Insulin dikasifikasikan
berdasarkan dari berapa cepat insulin mulai bekerja dan berapa lama
insulin bekerja.
Tipe insulin terdiri dari :
1. Aksi cepat (rapid acting)
2. Aksi pendek short acting)
3. Aksi menengah (intermediate acting)
4. Aksi lama (long-acting)
5. Campuran (Pre-mixed)
Pemilihan tipe insulin tergantung pada beberapa factor, yaitu :
1. Respon tubuh individu terhadap insulin (berapa lama menyerap
insulin ke dalam tubuh dan tetap aktif di dalam tubuh sangat
bervariasi dari setiap individu)
2. Pilihan gaya hidup seperti : jenis makanan, berapa banyak
konsumsi alcohol, berapa sering berolah raga, yang semuanya
mempengaruhi tubuh untuk merespon insulin.
3. Berapa banyak suntikan per hari yang ingin dilakukan.
4. Berapa sering melakukan pengecekan kadar gula darah.
5. Usia
6. Target pengaturan gula darah.
F. Manfaat Insulin bagi penderita Diabetes
Masih terdapatnya beberapa kendala penggunaan insulin sering
menyebabkan keterlambatan kendali glukosa darah yang baik bagi pasien
Diabetes mellitus. Menurut Gklinis (2004), Pasien DM Tipe 2 (DMT2)
yang memiliki control glukosa darah yang tidak baik dengan penggunaan
obat antidiabetik oral perlu dipertimbangkan untuk penambahan insulin
sebagai terapi kombinasi dengan obat oral atau insulin tunggal. Insulin
yang diberikan lebih dini dan dan lebih agresif menunjukkan hasil klinis
yang lebih baik terutama berkaitan dengan masalah glukotoksisitas. Hal
tersebut diperlihatkan oleh perbaikan fungsi sel beta pancreas. Insulin juga
memiliki efek lain yang menguntungkan dalam kaitannya dengan
komplikasi DM. Terapi insulin dapat mencegah kerusakan endotel,
menekan proses inflamasi, mengurangi kejadian apoptosis, dan
memperbaiki profil lipid. Dengan demikian, secara ringkas dapat
dikatakan bahwa luaran klinis pasien yang diberikan terapi insulin akan
lebih baik. Insulin, terutama insulin analog, merupakan jenis yang baik
karena memiliki profil sekresi yang sangat mendekati pola sekresi insulin
normal atau fisiologis. Pada awalnya, terapi insulin hanya ditujukan bagi
pasien diabetes mellitus tipe 1 (DMT1), namun demikian pada
kenyataannya, insulin lebih banyak digunakan oleh pasien DMT2 karena
prevalensi DMT2 jauh lebih banyak dibandingkan DMT1. Terapi insulin
pada DMT2 dapat dimulai antara lain untuk pasien dengan kegagalan
terapi oral, kendali kadar glukosa darah yang buruk (A1c > 7,5 % atau
kadar glukosa darah puasa > 250 mg/dl), riwayat pankreatektomi atau
disfungsi pancreas, riwayat fluktuasi kadar glukosa darah yang lebar,
riwayat ketoasidodis, riwayat penggunaan insulin lebih dari 5 tahun dan
penyandang DM lebih dari 10 tahun. Pada pasien DMT1, pemberian
insulin yang dianjurkan adalah injeksi harian multiple dengan tujuan
mencapai kendali kadar gluksa darah yang baik. Selain itu, pemberian
dapat juga dilakukan dengan menggunakan pompa insulin (continous
subcutaneous insulin infusion, CSII). Ada beberapa cara untuk memulai
dan menyesuaikan dosis terapi insulin untuk pasien DMT2. Salah satu cara
yang paling mutakhir dan dapat dipakai sebagai acuan adalah hasil
Konsensus PERKENI 2006 dan Konsensus ADA-EASD tahun 2006.
Sebagai pegangan, jika kadar glukosa darah tidak terkontrol dengan baik,
Hb (A1C>7,5%) dalam jangka waktu 3 bulan dengan 2 obat oral, maka
sudah ada indikasi untuk memulai terapi kombinasi obat antidiabetik oral
dan insulin. Pada keadaan tertentu dimana kendali glikemik amat buruk
dan disertai kondisi katabolisme, seperti kadar glukosa darah puasa >
250mg/dl, kadar glukosa darah acak menetap > 300mg/dl, Hb A1C > 10
%, atau ditemukan ketonuria, maka terapi insulin dapat mulai diberikan
bersamaan dengan intervensi pola hidup. Selain itu, terapi insulin juga
dapat langsung diberikan pada pasien DM yang memiliki gejala nyata
(poliuri, polifagia pan penurunan berat badan). Kondisi-kondisi tersebut
sering ditemukan pada pasien DMT1 atau DMT2dengan defisiensi insulin
yang berat. Apabila gejala hilang, obat antidiabetik oral dapat ditambahkan
dan penggunaan insulin dapat dihentikan. Seperti telah diketahui, pada
pasien DM terjadi gangguan sekresi insulin basal dan prandial untuk
mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal baik pada
keadaan puasa maupun setelah makan. Dengan demikan bahwa hakikat
pengobatan DM adalah menurunkan kadar glukosa darah baik puasa
maupun setelah makan. Dalam rangka mencapai sasaran pengobatan yang
baik, maka diperlukan insulin dengan karakteristik menyerupai orang
sehat, yaitu kadar insulin yang yang sesuai dengan kebutuhan basal dan
prandial. Pemberian insulin basal, selain insulin prandial, merupakan salah
satu strategi pengobatan untuk memperbaiki kadar glukosa darah puasa
atau sebelum makan. Oleh karena glukosa darah setelah makan merupakan
keadaan yang dipengaruhi oleh kadar glukosa darah puasa, maka
diharapkan dengan menurunkan kadar glukosa darah basal, kadar glukosa
darah setelah makan juga ikut turun. Cara pemberian insulin basal dapat
dilakukan dengan pemberian insulin kerja cepat drip intravena (hanya
dilakukan pada pasien rawat inap), atau dengan pemberian insulin kerja
panjang secara subkutan. Idealnya, sesuai dengan keadaan fisiologis tubuh,
terapi insulin diberikan sekali untuk kebutuhan basal dan tiga kali dengan
insulin prandial untuk kebutuhan setelah makan. Namun demikian, terapi
insulin yang diberikan dapat bervariasi sesuai dengan kenyamanan
penderita selama terapi insulin mendekati kebutuhan fisiologis. Walaupun
banyak cara yang dapat dianjurkan, namun prinsip dasarnya adalah sama ;
yaitu insulin prandial dikombinasikan dengan insulin basal dalam usaha
untuk menirukan sekresi insulin fisiologis.

G. Upaya pencegahan gangguan endokrin penyakit diabetes


1. Pencegahan primer pada penyakit diabetes melitus
Pencegahan primer pada penyakit diabetes melitus adalah upaya
pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit diabetes melitus belum
dimulai (pada periode prepatogenesis) dengan tujuan agar tidak terjadi
proses penyakit diabetes melitus.
Pencegahan primer pada penyakit diabetes melitus adalah upaya yang
ditujukan kepada orang-orang sehat dan yang termasuk ke dalam kategori
beresiko tinggi, yaitu orang-orang yang belum terkena penyakit diabetes
melitus tapi berpotensi terkena diabetes melitus.
Sasaran pada penyakit diabetes melitus adalah orang-orang yang
belum terkena penyakit diabetes melitus dan orang-orang yang beresiko
terkena penyakit diabetes melitus.
Tujuannya yaitu untuk mengurangi insiden penyakit diabetes
melitus dengan cara mengendalikan penyebab penyakit dan faktor risikonya.
Pencegahan primer terdiri dari:
Upaya –upaya yang dilakukan dalam Pencegahan primer diabetes
melitus meliputi:
1) Penyuluhan Kesehatan
a. Mempertahankan pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang yaitu:
- Meningkatkan konsumsi sayuran dan buah.
- Membatasi makanan tinggi lemak dan karbohidrat sederhana
b. Mempertahankan berat badan normal.
c. Melakukan kegiatan jasmani atau olahraga yang cukup sesuai umur dan
kemampuan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan saat proses
penyakit diabetes melitus sudah berlangsung namun belum timbul
tanda/gejala sakit (patogenesis awal) dengan tujuan proses penyakit diabetes
melitus tidak berlanjut dan mencegah komplikasi dari diabetes melitus.
Sasaran pencegahan sekunder pada diabetes melitus adalah masyarakat
yang sudah terdiagnosis terkena penyakit diabetes melitus.
Tujuan pencegahan sekunder pada diabetes melitus yakni menghentikan
proses penyakit diabetes melitus lebih lanjut dan mencegah komplikasi
Bentuk Kegiatan Yang Dilakukan meliputi:
1. Skrining dan chek up kesehatan untuk menemukan penderita diabetes
melitus sedini mungkin yakni dengan pemeriksaan glukosa darah.
2. Pengobatan
3. Diet dengan meningkatkan konsumsi sayuran dan buah serta membatasi
makanan tinggi lemak dan karbohidrat sederhana
4. Pengendalian berat badan yanni dengan mempertahankan berat badan
normal.
5. Olahraga yang cukup sesuai umur dan kemampuan.
6. Penyuluhan mengenai penyakit diabetes mellitus
7. Terapi insulin untuk diabetes mellitus
8. Pencegahan komplikasi akut dan kronis

3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier pada penyakit diabetes adalah pencegahan yang
dilakukan saat proses penyakit diabetes mellitus sudah lanjut (akhir
periode patogenesis) dengan tujuan untuk mencegah cacat dan
mengembalikan penderita diabetes mellitus ke status sehat.
Sasaran pencegahan tersier pada penyakit diabetes mellitus adalah penderita
penyakit diabetes mellitus
Tujuan pencegahan tersier adalah menurunkan kelemahan dan kecacatan,
memperkecil penderitaan dan membantu penderita diabetes mellitus untuk
melakukan penyesuaian terhadap kondisi yang tidak dapat diobati lagi.
Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah rehabilitas. Rehabilitasi terdiri dari:
a) Rehabilitasi fisik
Agar bekas penderita diabetes mellitus memperoleh perbaikan fisik
semaksimal-maksimalnya.
b) Rehabilitasi mental
Agar bekas penderita diabetes mellitus dapat menyesuaikan diri dalam
hubungan perorangan dan sosial secara memuaskan. Seringkali bersamaan
dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-kelainan atau
gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapat
bimbingan kejiwaan sebelum kembali kedalam masyarakat.
c) Rehabilitasi sosia vakasional
Tujuannya supaya bekas penderita diabetes mellitus menempati suatu
pekerjaan/jabatan dalam masyarakat agar kapasitas kerja yang
semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuan dan dan ketidak
mampuan.
d) Rehabilitasi aesthetis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa
keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri
tidak dapat dikembalikan. Usaha pengembalian bekas penderita diabetes
mellitus ini kedalam masyarakat, memerlukan bantuan dan pengertian dari
segenap anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan memahami
keadaan mereka, (fisik, mental dan kemampuannya) sehingga
memudahkan mereka dalam proses penyesuaian dirinya didalam
masyarakat, dalam keadaannya yang sekarang ini. Sikap yang diharapkan
dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah pancasila yang
berdasarkan unsur kemanusiaan dan keadilan sosial.
Lampiran Media
DAFTAR PUSTAKA

Dr Soegianto Wibisono SpPD dari RS Husada Surabaya (2009), Diabetes dan


Pengobatannya, dalam www. Insulin_go.com, diakses pada tanggal 23 November
2019
Risky Perdana (PERKENI). Petunjuk Praktis. Terapi Insulin Pada Pasien Diabetes
Melitus. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Yakarta, 2008. Hal. 9-12.

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318122/penelitian/TERAPI+INSULIN+SEBA
GAI+ALTERNATIF+PENGOBATAN.pdf

Anda mungkin juga menyukai