Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Asam dan basa merupakan komponen penting dalam tubuh untuk
mempertahankan homeostasis. Dalam kondisi normal, pH tubuh harus
berkisar dalam rentang 7,35-7,45. Kondisi pH yang demikian dibutuhkan
untuk mengoptimalkan kerja enzim, seperti fosfatase. Apabila konsentrasi ion
H+ di dalam cairan ekstraseluler mengalami peningkatan, sehingga pH
menjadi 6,8 dapatmenyebabkan terjadinya kematian, begitu pula sebaliknya
jika pH lebih dari 8. Olehkarena itu, di dalam tubuh, terdapat mekanisme
untuk mempertahan nilai pH iniyakni melalui buffer system (sistem dapar)
baik buffer kimia maupun buffer
fisiologis.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian dari keseimbangan asam basa?
2. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi keutuhan asam basa?
3. Apa saja gangguan keseimbanga asam basa?
4. Bagaimana konsep askep pemenuhan keseimbanga asam basa?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian Asam Basa


2. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi Asam Baca
3. Mengetahui gangguan keseimbangan Asam Basa
4. Mengatahui konsep pemenuhan keseimbangan Asam Basa

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pegertian keseimbangan asam basa


Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion
hydrogen yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hydrogen yang
dikeluarkan oleh sel. Pada proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat
molecular umumnya berhubungan dengan asam lemah dan basa lemah, begitu
pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OH- yang sangat rendah.
Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hydrogen. Walaupun
produksi akan terus menghasilkan ion hydrogen dalam jumlah sangat banyak,
ternyata konsentrasi ion hydrogen dipertahankan pada kadar rendah pH 7,4.
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga
7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar
proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ
yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal
berperan dalam pelepasan asam.
Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah:
1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis
bila pH > 7.45
2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai
komponen asam.CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai
normalnya adalah 40 mmHg.
3. 3.HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut
juga sebagai komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau
berkurangnya jumlah komponen basa.
5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau
berkurangnya jumlah komponen asam.

2
2.2 Faktor faktor yang mempengaruhi kebutuhan asam basa

Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui koordinasi


dari 3 sistem:

1. Sistem Buffer

Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang dengan segera
bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion
hidrogen yang berlebihan.

Sistem buffer ini menetralisir kelebihan ion hydrogen, bersifat temporer


dan tidak melakukan eliminasi. Fungsi utama system buffer adalah
mencegah perubahan pH yang disebabkan oleh pengaruh asam fixed dan
asam organic pada cairan ekstraseluler. Sebagai buffer, system ini
memiliki keterbatasan yaitu:

a. Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang


disebabkan karena peningkatan CO2.
b. System ini hanya berfungsi bila system respirasi dan pusat
pengendali system pernafasan bekerja normal
c. Kemampuan menyelenggarakan system buffer tergantung pada
tersedianya ion bikarbonat.

Ada 4 sistem buffer:

 Buffer bikarbonat merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama


untuk perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat
 Buffer protein merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel
 Buffer hemoglobin merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk
perubahan asam karbonat

4. Buffer fosfat merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan


intrasel.

Sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara.


Jika dengan buffer kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka
pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat
terhadap perubahan kadar ion H dalam darah akinat rangsangan pada
kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian mempertahankan kadarnya

3
sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu
meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion
H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar
fosfat dan amonia.

Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan ginjal
dalam menunjang kinerja system buffer adalah dengan mengatur sekresi,
ekskresi, dan absorpsi ion hydrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer
tambahan (fosfat, ammonia). Untuk jangka panjang, kelebihan asam atau basa
dikeluarkan melalui ginjal dan paru sedangkan untuk jangka pendek, tubuh
dilindungi dari perubahan pH dengan system buffer. Mekanisme buffer
tersebut bertujuan untuk mempertahankan pH darah antara 7,35- 7,45.

2. Sistem Paru

Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan karbondioksida, dan


karena itu juga mengendalikan kandungan asam karbonik dari cairan
ekstraseluler. Paru-paru melakukan hal ini dengan menyesuaikan ventilasi
sebagai respons terhadap jumlah karbon dioksida dalam darah. Kenaikan dari
tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) merupakan
stimulan yang kuat untuk respirasi. Tentu saja, tekanan parsial karbondioksida
dalam darah arteri (PaCO2) juga mempengaruhi respirasi. Meskipun
demikian, efeknya tidak sejelas efek yang dihasilkan oleh PaCO2.

Pada keadaan asidosis metabolik, frekuensi pernapasan meningkat sehingga


menyebabkan eliminasi karbon dioksida yang lebih besar (untuk mengurangi
kelebihan asam). Pada keadaan alkalosis metabolik , frekuensi pernapasan
diturunkan, dan menyebabkan penahanan karbondioksida (untuk
meningkatkan beban asam).

3. Sistem Ginjal

Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus mengeluarkan


anion asam non volatile dan mengganti HCO3-. Ginjal mengatur
keseimbangan asam basa dengan sekresi dan reabsorpsi ion hidrogen dan ion
bikarbonat. Pada mekanisme pemgaturan oleh ginjal ini berperan 3 sistem
buffer asam karbonat, buffer fosfat dan pembentukan ammonia. Ion hydrogen,
CO2, dan NH3 diekskresi ke dalam lumen tubulus dengan bantuan energi
yang dihasilkan oleh mekanisme pompa natrium di basolateral tubulus. Pada
proses tersebut, asam karbonat dan natrium dilepas kembali ke sirkulasi untuk
dapat berfungsi kembali. Tubulus proksimal adalah tempat utama reabsorpsi
bikarbonat dan pengeluaran asam.

4
Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion bermuatan
negative pada konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat
rendahpun, ion hydrogen mempunyai efek yang besar pada system biologi.
Ion hydrogen berinteraksi dengan berbagai molekul biologis sehingga dapat
mempengaruhi struktur protein, fungsi enzim dan ekstabilitas membrane. Ion
hydrogen sangat penting pada fungsi normal tubuh misalnya sebagai pompa
proton mitokondria pada proses fosforilasi oksidatif yang menghasilkan ATP.

Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan terus meneru1s di


dalam tubuh. Perolehan dan pengeluaran ion hydrogen sangat bervariasi
tergantung diet, aktivitas dan status kesehatan. Ion hydrogen di dalam tubuh
berasal dari makanan, minuman, dan proses metabolism tubuh. Di dalam
tubuh ion hidrogen terbentuk sebagai hasil metabolism karbohidrat, protein
dan lemak, glikolisis anaerobik atau ketogenesis.

2.3 Gangguan keseimbanga asam basa

1) Asidosis Respiratorik

a. Pengertian

Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena


penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-
paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman
pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam
keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan
darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah
merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi
lebih cepat dan lebih dalam.

b. Penyebab

Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan


karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-
penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti:

 Emfisema
 Bronkitis kronis
 Pneumonia berat
 Edema pulmoner
 Asma.

5
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat
narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan Asidosis
respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot
dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.

c. Gejala

Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya
memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan
kesadaran) dan koma. Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat
jika pernafasan terhenti atau jika pernafasan sangat terganggu; atau setelah
berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu terganggu. Ginjal berusaha untuk
mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat, namun proses ini
memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari.

d. Diagnosa

Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah


dan pengukuran karbondioksida dari darah arteri.

e. Pengobatan

Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari


paru-paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan
kepada penderita penyakit paru-paru seperti asma dan emfisema. Pada
penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin
perlu diberikan pernafasan buatan dengan bantuan ventilator mekanik.

6
2) Asidosis Metabolik

a. Pengertian

Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai


dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan
keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar
menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi
lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan
kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon
dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan
tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.
Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus
menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan
berakhir dengan keadaan koma.

b. Penyebab

Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok


utama adalah:

 Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika


mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang diubah
menjadi asam.Sebagian besar bahan yang menyebabkan
asidosis bila dimakan dianggap beracun. Contohnya adalah
metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen
glikol).Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis
metabolik.
 Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak
melalui metabolisme. Tubuh dapat menghasilkan asam
yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa
penyakit; salah satu diantaranya adalah diabetes melitus
tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh
akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut
keton. Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok
stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari
metabolisme gula.
 Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak
mampu untuk membuang asam dalam jumlah yang
semestinya. Bahkan jumlah asam yang normal pun bisa
menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara
normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis

7
tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal
atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan
ginjal untuk membuang asam.

Penyebab utama dari asidois metabolik: Gagal ginjal

o Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)


o Ketoasidosis diabetikum
o Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
o Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol,
paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida
o Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan
karena diare, leostomi atau kolostomi.

c. Gejala

Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya


penderita merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi
lebih dalam atau sedikit lebih cepat, namun kebanyakan penderita tidak
memperhatikan hal ini. Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita
mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin
mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk,
tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan kematian.

d. Diagnosa

Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH


darah yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan).
Darah arteri digunakan sebagai contoh karena darah vena tidak akurat
untuk mengukur pH darah.

Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon


dioksida dan bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan
tambahan untuk membantu menentukan penyebabnya. Misalnya kadar
gula darah yang tinggi dan adanya keton dalam urin biasanya
menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali. Adanya bahan toksik
dalam darah menunjukkan bahwa asidosis metabolik yang terjadi
disebabkan oleh keracunan atau overdosis. Kadang-kadang dilakukan
pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan pengukuran pH air kemih.

e. Pengobatan

Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya.

8
Sebagai contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan
diatasi dengan membuang bahan racun tersebut dari dalam darah.

Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau


keracunan yang berat.

Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis
ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap
penyebabnya. Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin
secara intravena; tetapi bikarbonat hanya memberikan kesembuhan
sementara dan dapat membahayakan

3) Alkalosis Respiratorik

a. Pengertian

Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa


karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar
karbondioksida dalam darah menjadi rendah.

b. Penyebab

Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang


menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan
dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan
adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:

o rasa nyeri
o sirosis hati
o kadar oksigen darah yang rendah
o demam
o overdosis aspirin.

c. Gejala

Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat


menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin
memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.

d. Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar karbondioksida


dalam darah arteri. pH darah juga sering meningkat.

e. Pengobatan

9
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat
pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat
pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa
nyeri, diberikan obat pereda nyeri. Menghembuskan nafas dalam kantung
kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar
karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang
dihembuskannya.

Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya


selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali
nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu
rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar karbondioksida meningkat,
gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan
penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik

4) Alkalosis Metabolik

a. Pengertian

Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan


basa karena tingginya kadar bikarbonat.

b. Penyebab

Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.

Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode


muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan
selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit,
terutama setelah pembedahan perut).

Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda
bikarbonat.

Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau
kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal
dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.

Penyebab utama akalosis metabolik:

o Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)


o Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung

10
o Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat
penggunaan kortikosteroid).

c. Gejala

Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung),


otot berkedut dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi
alkalosis yang berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme
(kejang) otot yang berkepanjangan (tetani).

d. Diagnosa

Dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam


keadaan basa.

e. Pengobatan

Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan


elektrolit (natrium dan kalium). Pada kasus yang berat, diberikan amonium
klorida secara intravena.

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Keseimbangan Asam Basa

1 Pengkajian
Riwayat keperawatan :
a. Riwayat intake cairan dan makanan 24 jam yang lalu.
b. Berat badan sebelum sakit.
c. Riwayat kehilangan cairan : diare, muntah – muntah yang berhubungan
dengan < / > cairan, elektrolit.
d. Adanya penyakit kronis / pengobatan yang menggangu keseimbangan
cairan dan elektrolit.

2 Pemeriksaan Tanda-tanda Klinis


a. Berat badan, vital sign
b. Jumlah intake dan output dalam 24 jam
c. Kulit : suhu, kelembaban, turgor, warna
d. Rongga mulut : membran mukosa, lidah, saliva
e. Mata : penglihatan, edema, bola mata

11
f. Vena jugularis < capillary refilling time
g. Tanda-tanda neurologi : tingkat kesadaran
h. Analisa Gas Darah
Rentang nilai normal dan interpretasi dari tiap komponen:
1. pH
Rentang nilai normal : 7,35 – 7,45
Asidosis : <7,35
Alkalosis : >7,45
2. PaO2
Rentang nilai normal : 80 – 100 mmHg
Hipoksemia ringan : 70 – 80 mmHg
Hipoksemia sedang: 60 – 70 mmHg
Hipoksemia berat : <60 mmHg
3. SaO2
Rentang nilai normal : 93% – 98%
Bila nilai SaO2 >80% sudah dapat dipastikan bahwa darah diambil dari
arteri, kecuali pada gagal napas.
4. PaCO2
Rentang nilai normal : 35 – 45 mmHg
Asidosis respiratorik : >45 mmHg (pH turun)
Alkalosis respiratorik : <35 mmHg (pH naik)
5. HCO3
Rentang nilai normal : 22 – 26 mEq/L
Asidosis metabolik : <22 mEq/L (pH turun)
Alkalosis metabolik : >26 mEq/L (pH naik)
6. BE
Rentang nilai normal : -2 s/d +2 mEq/L
Nilai – (negative) : asidosis
Nilai + (positif) : alkalosis
BE dilihat saat pH normal.

12
Cara menentukan apakah suatu kondisi termasuk ke dalam salah satu dari 4
gangguan asam-basa dengan melihat diagram dibawah ini:

3 Pemeriksaan Fisik
a. Kulit : suhu, kelembaban, warna, turgor
a. Rongga mulut : membran mukosa, lidah, saliva
b. Mata : penglihatan, edema pada kelopak mata, tekanan bola mata
c. Kardiovaskuler : vena jugularis, CRT
d. Paru-paru : suara nafas, perkusi paru, pengembangan paru, kecepatan

13
e. Neurologis : tingkat kesadaran

4 Diagnosa Keperawatan
a. Aktual/resiko gangguan pola nafas
b. Aktual/resiko gangguan pertukaran gas
c. Aktual/resiko penurunan perfusi serebral
d. Aktual/resiko tinggi disritmia
e. Aktual/resiko peningkatan tekanan intrakranial
f. Kekurangan cairan
g. Kelebihan volume caiaran
h. Gangguan keseimbangan elektrolit
i. Intoleransi aktivitas

5 Intervensi Keperawatan
a. Melakukan pengkajian secara cepat dan tepat
b. Mencari faktor penyebab
c. Istirahatkan klien dengan posisi semi fowler
d. Evaluasi peubahan tingkat kesadaran, catat sianosis dan perubahan warna
kulit, termasuk membran mukosa dan kuku, evaluasi sistem
kardiovaskuler dan respirasi
e. Pantau tanda-tanda vital tiap 4 jam
f. Pemberian oksigen sesuai indikasi
g. Pertahankan pemberian cairan yang adekuat
h. Mengukur intake output
i. Manajemen lingkungan
j. Kolaborasi untuk pemeriksaan analisa gas darah, elektrolit, kadar
hemoglobin
k. Kolaborasi pemilihan pemberian cairan dan koreksi gangguan
keseimbangan
asam basa dan elektrolit.
l. Kolaborasi pemberian obat-obatan dan ventilasi mekanik

14
15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan
dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersif
at netral.

Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35


hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa
agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal. Keseimbangan
asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan
ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam
pelepasan asam.

16
DAFTAR PUSTAKA

Horne, M. M & swearingen,P. L. (2000). Keseimbangan cairan,elektrolit, & Asam


Basa. (ed. 2). Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tarwoto, W. (2003). Kebutuhan Dasar Manusia & Proses keperawatan. Jakarata


:Salemba Medika

Jan, Tambayong. 2000. “ Patofisiologi Untuk Keperawatan”. Jakarta : EGC

www.wikipedia.com

17

Anda mungkin juga menyukai